Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Annisa Febrianti (No Sara)

Side story: RANI



Sungguh aku kesal dengan diriku sendiri. Kehidupanku saat ini sedang berada di titik terendah. Kejadian buruk yang menimpaku di taman Saday*na menjadi asal muasal semuanya. Dunia berasa tidak sama lagi.

2 bulan sejak kejadian di taman Saday*na

Aku terbangun dari tidurku, jam masih menunjukkan pukul 3 pagi. Kulihat disebelahku pak Roni masih tertidur dengan lelapnya, kecapean sehabis bercinta denganku.

Aku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang kotor. Di vaginaku masih terdapat sisa sperma pak Roni yang sudah mengering, di payudaraku terdapat 2 buah ruam merah bekas cupangan ganas yg ia lakukan semalam.

Kubilasi sekujur tubuhku, lalu kusabuni agar kotoran yg menempel terangkat, lalu kubilasi lagi hingga benar-benar bersih.

"Segarnya...." ucapku sambil mengeringkan tubuhku menggunakan handuk tipis yang disediakan hotel esek-esek ini.

Aku kembali memakai pakaian yang tadi kutanggalkan. Sebuah kaus putih tipis berlengan panjang serta celana panjang longgar warna hitam. Tidak lupa kupakai kembali hijabku. Sebuah hijab yang hanya menutupi kedokku yang sebenarnya, seorang wanita murahan yang gampang diperdaya.

"Rani.. kok udah beres-beres aja. Sini tidur lagi sama om" ucap pak Roni memanggilku kembali ke dekapannya. Namun matanya kembali menutup melanjutkan tidurnya membuatku mengurungkan niat menuruti perintahnya.

Terbesit pikiran nakal di kepalaku, kudekati pak Roni yang masih tidur dengan posisi telentang, kontolnya yang ikut tidur hingga tampak kecil pun kupegangi. Ku elus lalu perlahan ku kocoki. Karena tidak kunjung mengeras, kontol itu kumasukkn ke mulutku lalu kusepong kencang. Terasa rasa asin dari kontolnya yang semalam telah hinggap mengisi rahimku.

Ku jilatin seluruh kontolnya hingga bersih, kutoel toel lubang kencingnya dengan ujung lidahku hingga kontol itu pun mulai bangun.

Ternyata bukan cuma kontolnya yang bangun, pemiliknya juga ikut bangun karena rangsangan yg kuberikan. Tangannya sudah berada di kepalaku seakan membantuku untuk melahap masuk kontolnya dimukutku.
Aku sudah berniat meninggalkannya, jadi sebagai hadiah perpisahan, ku biarkan kontolnya masuk dalam sampai ke kerongkongan ku. Kubiarkan sejenak lalu ku lepas keluar kontolnya yg saat ini basah karena liurku.

Aku pun menyeka bibirku yg basah dengan selimut lalu berdiri membuka lemari.
"Ran.. Rani.. kok udahan?" Tanya pak Roni yang melambaikan tangannya memanggilku

Aku tidak menjawab panggilannya. Kuabaikan setiap panggilannya hingga ia tertidur kembali.

Tadi dia memanggil namaku. Ya.. Namaku adalah Rani, Rani Anggraini. Seorang perempuan berumur 23 tahun dengan wajah cantik. Tubuhku sintal dengan buah dada serta bokong yang berukuran besar.



Mulustrasi Rani

Aku mengepak barangku masuk ke tas jinjingku lalu beranjak keluar kamar. Saat ini aku berada di sebuah hotel melati yang biasa dijadikan oleh pria hidung belang sebagai tempat bertarungnya.

"Udah puas pelangganmu Ran?" Tanya seorang resepsionis hotel.
"Udah bang. Rani pamit pulang duluan ya." Jawabku menuju pintu hotel

Resepsionis yang bertanya tadi namanya Anton. Anak dari pemilik hotel melati ini. Perawakannya tampan namun sepertinya memiliki kelainan, yakni sedikit kebencong-bencongan. Umurnya masih 20 tahun, 3 tahun di bawahku.

Di pintu hotel aku berpapasan dengan sepasang muda-mudi yang baru akan check-in, si laki-laki melirik ke arahku sambil melemparkan senyuman nakal.

"Bentar neng" katanya ke pasangannya lalu mendekatiku

"Mau apa bang?" Tanyaku pada pria tersebut

Pria itu terus mendekatiku lalu tiba-tiba ia mencolek pipiku

"Neng manis boleh icip bentar ya" ucapnya sambil mengendusku

Tak menunggu jawaban dariku, ia langsung mencium bibirku. Tanganya menyisir turun ke perut lalu mengangkat baju yang kupakai hingga tetek kananku kelihatan. Dengan tangannya ia mengangkat BH ku lalu dengan cepat bibirnya yg td di bibirku sekarang sudah berada di putingku, menghisapnya dengan kencang.

Tak berapa lama ia menghentikan perbuatannya. Masih dengan senyuman khasnya ia melihatku
"kapan-kapan boleh Abang pake ya?" Tanyanya sambil menatap kearahku

"He'em" jawabku singkat
Lelaki itu pun mencium pipiku lalu kembali menuju pasangannya.


Skip

Walaupun sudah mau pagi, di depan hotel ini masih ada beberapa ojol yang ngetem menunggu penumpangnya. Aku mendatangi salah satu langganan ku.
"Bang ayok antar Rani pulang" pintaku kepada bang amek, seorang Ojol yang biasa mengantar kupu-kupu malam pulang seusai pekerjaannya.

"Ayok. Tumben jam segini udah kelar??" Tanya bang amek

"Pelanggan Rani udah puas kok bang. Jadi Rani tinggalin aja" jawabku sambil menaiki motornya

Kami pun pergi dari lobby hotel menuju rumahku. Jalanan masih sangat sepi, sesekali terlihat wanita-wanita lain yang mungkin seprofesi denganku masih berdiri menunggu tamu di pinggir jalan.
Udara malam ini cukup dingin, ditambah rintik-rintik kecil hujan membuatku kedinginan. Kupeluk bang amek dari belakang, kurasakan hangatnya punggung bang amek di dadaku.

Sepanjang jalan bang amek tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya diam membisu mengabaikan ku yang sebenarnya sedang butuh teman curhat.

"Sampai ran" akhirnya bang amek buka suara, itupun ketika kami sampai di pertigaan dekat kontrakan ku, tempat biasa ia menurunkan aku.
"Thanks bang udah mau anterin Rani nih..." ucapku menyerahkan uang 20rb sebagai bayaran kepada bang amek.
"Sama-sama. Abang lanjut kerja lagi ya" kata bang amek lalu memutar balik motornya lalu pergi

Sesampainya di kontrakan ku, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur lalu melanjutkan tidur.

Keesokan harinya, di saat matahari sudah berada di atas kepala, aku sedang membeli nasi Padang di warung mbok sarinem. Lauknya kupesan dua agar aku lebih lahap dan kenyang.

Warung mbok sarinem terletak tidak begitu jauh dari komtrakanku, masih di jalan yang sama sehingga dengan berjalan kaki aku bisa membelinya.

"Rani. Baru pulang beli makan siang say?" Ucap pak Ramses dari balik pagarnya sedang menggantungkan sampah.

"Iya pak beli di tempat mbok sarinem" jawabku mengangkat kantung kresek menunjukkan apa yang kubeli

"Singgah sini yuk. Mumpung ibukmu lagi keluar" katanya membuka pagar.

Pak Ramses adalah salah satu tetanggaku. Selain tetangga, ia juga merupakan pelanggan tetapku yang suka memakai servisku.

Aku mengangguk lalu memasuki halaman rumahnya, pak Ramses celingak celinguk memperhatikan keadaan sekitar lalu menutup pintu pagar.

Ia membawaku masuk ke dalam rumahnya. Pak Ramses mengambil piring dan sendok lalu membiarkanku makan terlebih dahulu. Tak lupa ia membuatkan ku sirup dingin segar sebagai teman makanku.

Setelah makan langsung kubersihkan mulut serta tanganku, ku dekati pak Ramses yang duduk diatas Sofanya.

Ku dudukkan tubuhku di lantai tepat di depan pak Ramses, ku arahkan tanganku menuju selangkangan nya.

Dengan telaten kubuka celana pak Ramses sehingga kontolnya yg masih berkulup itu terpampang belum menegang sempurna.
Segera kudekap kontolnya terus kucium ujungnya yang masih ditutupi kulup tersebut. Pak Ramses adalah seorang non muslim sehingga tidak mempunyai kewajiban utk bersunat.

"Uhhh" desah pak Ramses saat jemariku menarik turun kulupnya sehingga ujung gundulnya timbul lalu dengan lidahku gelitiki lubang kencingnya

"Belum cebok pak?" Tanyaku sambil terus menjilati kepala jamur kontol yg sedang kupegang.

"Belom say. Bersihin ya say" kata pak Ramses

Dengan telaten akupun memulai tugasku membersihkan kontolnya. Mulai dari pangkal hingga ujung gundulnya, seluruhnya ku jilatin hingga mengkilap terkena liurku.

Setelahnya aku memasukkan kontol pak Ramses ke mulutku, ku sepong perlahan. Kepala ku naik turun di selangkangannya.

*Emmhhh slrrrpppp slrrrpppp*

Kutoleh kearah pak Ramses dengan pandangan binal, kulihat ia sedang meram melek keenakan kusepong. makin semangat, akupun mengencangkan seponganku.

Selama 10 menit aku menyepong kontol pak Ramses hingga rahangku sedikit pegal. Ku keluarkan kontol itu dari mulutku, ku kocokin pake tanganku.

"Say gantian. kamu sekarang duduk di sini" kata pak Ramses menepuk sofa memberi isyarat.
Aku segera mnurutinya. Aku duduk di sofa sementara pak Ramses kini bersimpuh di lantai. Celanaku di buka olehnya. Kaki ku ia lebarkan sehingga aku mengangkang di hadapannya.

"Memek mu selalu ngangenin say" ucap pak Ramses sebelum ia membenamkan kepalanya di lipatan memekku.
Hidungnya tepat berada di belahan memekku mengendus bau khas kewanitaanku sementara lidahnya menjilati halus lubang memekku.

"Sshh uuuhhhh" desisku

Pak Ramses memulai aksinya, ia menjilati seluruh area memekku. Lidahnya berulang kali mempermainkan bibir memek dan klirotisku. Rasanya enak sekali.

Tangannya juga tidak tinggal diam, awalnya 1 jarinya mulai masuk kedalam liang memekku. Ia tusuk sedalamnya lalu ia keluarkan kembali, lalu masuk jari satunya, ia lakukan gerakan serupa. Lalu ditambahnya 1 jari lagi.

Kini 3 jari pak Ramses sudah bersarang di lubang memekku. Rasanya sesak sekali. Meski memekku sudah tidak serapet dulu, tapi 3 jari gemuknya masih kebanyakan bagi liang kawinku ini.

*Cplok cplok cplokk*

Cairan memekku yang sudah meluber menjadi pelicin jarinya yang kini sudah keluar masuk dengan kencang.
Pak Ramses sangat fokus mengobok-obok memekku, aku yang meram melek menikmati perbuatannya. Jari tangan kananku memegangi bibirku sendiri sementara tangan kiriku meremasi tetek ku yang masih di lapisi pakaian.

"Ughhhhh yaaahhhh teruss paakkk ahhhhh" racauku semakin menikmati

Tidak lama berselang, ku raih orgasmeku. Tubuhku mengejang, cairan cintaku sedikit menyemprot membasahi muka pak Ramses. Sebagian cairan cintaku diminumnya dengan rakus. Lalu Ia biarkan tubuhku yang menggelinjang paska orgasmeku. Jarinya sudah ia keluarkan dan hanya mengusap-usap bibir memekku.
Setelah tubuhku kembali rileks, pak Ramses berdiri lalu mengarahkan kepala kontolnya di bibir memekku. Di gesek-geseknnya dahulu agar lendir kewanitaan yang membasahi bibir memekku ikut membasahi kontolnya.

Bibirnya bergerak, mengucapkan kata yang sudah kutunggu.

"Siap siap ya" ucapnya

*bleshhh*

Dengan satu dorongan kontolnya berhasil memasuki lubang kawinku. Ia diam kan sesaat merasakan hangatnya dinding dalam memekku lalu dengan tiba-tiba dengan cepat ia memaju mundurkan pinggulnya mengebor memekku.

"Aaahhhh yaahhhhh aaaahhhh enakkkk aahhhh" racau ku keenakan.

Suaraku tidak kutahan. Desahan erotis kubiarkan keluar mengisi ruang tamu rumah milik pak Ramses ini. Ia juga tidak mempermasalahkannya, malah membuatnya semakin bernafsu mempercepat lagi sodokan kontolnya.
"Enak kan lonte?? Hahh hahh... Enakk kan kontol bapak??. Terima ini. Terima sodokan bapak di memekmu! Ugh" erang pak Ramses ditengah pompaannya yang sangat intens

"Enakk pakkk aahhhh enaakkkk terus entot Rani pak.. terus kontolin memek Rani aahhhh ahhhh" jawabku

Memekku yang sedang di bombardir hanya menerimanya saja. Seakan pasrah, memekku hanya bekerja mengeluarkan pelumasnya agar kontol pak Ramses tidak seret di dalam.

Sekitar 20 menit lamanya kami kawin. Berbagai gaya sudah dilakukan, saat ini aku sedang di gendong berhadapan dengannya dengan kontolnya yang menancap di lubang memekku. Tubuhku naik rurun akibat pompaannya. Bibirnya selalu melipir ke bibirku, kami berciuman.

Selama di entotnya, sudah 2x aku meraih orgasmeku, dengan kocokannya tadi artinya sudah 3x. Memekku yang sudah sangat gatal ini sepertinya akan kembali mendapati klimaksnya.

*CRTTTT CRRTTTTT CRRTTTT*

Total 4x orgasmeku kurasakan saat bersama pak Ramses siang ini, sementara ia hanya meraih 1x dengan spermanya yang ia tujukan ke mulutku untuk kuminum.

"Rani sayang. binal banget dirimu ini lonte ku. Jangan bosan-bosan bapak panggil ya say" ucap pak ramses memakai kembali celananya.

Akupun ikut membetulkan pakaianku yang berantakan dan memakai kembali celanaku.

"Iya pak sama-sama. Rani juga senang kalo bapak pelanggannya. Rani puas hehehe" ucap ku dengan gaya binal

Kuterima uang 100rb dari pak Ramses sebagai biaya jasa servis yang kulakukan. Setelahnya aku pamit keluar dari kediaman pak Ramses.

Bang amek sudah menungguku dengan motornya di pertigaan tempat semalam dia menurunkan ku pulang. Dia jugalah yang akan mengantarkan ku kembali bekerja.

Aku sudah resign dari kerjaan lamaku, sebagai customer service pada salah satu bank swasta. Alasannya tidak lain tidak bukan karena sesosok pria misterius yang selalu menerorku.

Sebenarnya pria itu masih sering menghubungiku, memintaku melakukan apapun yang ia pinta. Aku yang dungu ini dengan mudahnya selalu mengiyakan permintaannya karena tidak berani melawan.

aku juga sudah membuat kesepakatan dengannya, kesepakatan agar ia tidak melibatkan temanku, Annisa. Cukup aku saja yang menjadi pelacur murahan, jangan orang lain lagi.

Selain itu, sepertinya tubuhku sudah bisa menyesuaikan kondisinya dengan pekerjaan baru ku. Tubuh wanita yang nakal yang gampang sangean yang dikit-dikit terangsang dan butuh belaian.



Skip


Sebulan sebelum Reuni


Seperti biasa aku melakukan pekerjaanku, sebagai pelacur murahan yang sedang mangkal. Malam ini aku menjajakan tubuhku di gang X, yang berada di sebuah kawasan lokalisasi kota Band*ng.

Kontol yang sedang menyodoku saat ini adalah kontol ke 4 malam ini. Memekku sudah sedikit meregang karena sebelumnya memekku dipake oleh om Ali, seorang pria asal afrika yg memiliki kontol super besar. Dengan rudalnya, ia berhasil membuatku kelonjotan hingga orgasme 11x dalam waktu satu jam.
Namun kini yang sedang memakai jasaku adalah seorang lelaki tampan dengan sebuah tahi lalat di keningnya, seorang yang kukenal dekat.

*Plokk splokkk plokkkk splokkkk*

"Ahhhh masss enakk masss terus masss aaaahhhhhh" desahku menahan pompaan dari sebuah kontol bengkok milik mas Bahri, seniorku di bank tempat aku pernah bekerja

"Rasakan ran! Rasakan sodokan kontolku! Rasakan kehebatan kontolku menggaruk memek longgarmu! Hengkkkk!!" Pacu mas Bahri sekuat tenaga terus menekan kontolnya masuk sedalam-dalamnya sebelum menariknya lalu memasukkannya kembali. Ia remas kasar tetekku lalu ia tampar dengan keras sehingga warna kulit tetekku menjadi kemerahan.

Rambutku juga ia Jambak, ia tarik ke belakang sehingga kepalaku mendongak ke atas ditengah entotan mas Bahri yang sedang mendoggy aku.

Mas bahri sangat kecewa terhadapku. Aku bisa merasakan sikap kasar yang ia lakukan saat ini adalah bentuk pelampiasan amarah atas perubahan diriku.

Bagaimana tidak, mas Bahri yang sedari awal aku bekerja adalah senior yang paling baik dan sering membantu pekerjaanku. Ia juga orang yang paling perhatian kepadaku dikala aku sedang sedih atau banyak tekanan. Sebenarnya aku menyadari kalau mas Bahri menaruh hati kepadaku, walau dia belum sempat mengungkapkannya, namun perasaannya terhadapku sudah menjadi rahasia umum di lingkungan kantorku. Rekan kerjanya yang dibidang marketing, teman2 di bidang administrasi, semua sudah mengetahui kalau Bahri menyukaiku.

"Aahhhhh massss bahriiiiii... aaahhhhhh iyaaaaahhhh hukum aku masssssshh hukummm aku yang sekarang udah jadi lonteeee ahhhhhhhh ahhhhhhhhhhh" jeritku melolong sembari meraih orgasmeku.

Cairan cintaku menyiprat keluar meski mas Bahri tetap menyumpal memekku dengan kontolnya. Aku memejam nikmat sembari merasakan gelitikan jari mas Bahri di area klirotisku yang masih sangat sensitif ini.
Dengan mata sayu aku menoleh ke arah mas Bahri, kudekatkan mulutku ke wajahnya mencari mulutnya yang dari tadi berkata kasar.

*Mmummhhhhh*

Aku mencumbu mas Bahri dengan romantis, ku pegang pipinya lalu ku elus dengan manja. Kontolnya yang masih keras di dalam lubang kawin ku masih melakukan tarik ulur.

*Srrrrrr*

Tidak kusangka aku akan mengalami 2x orgasme dalam waktu yang sangat singkat.
Cairan cintaku kembali menyiprat keluar sembari ciumanku yang belum kulepas dari bibir mas Bahri.

Tanpa kusadari ternyata mas Bahri juga sudah meraih klimaksnya saat semburan cairan cintaku menghantam kepala kontolnya. Spermanya yang hangat membanjiri isi dalam vaginaku lalu ikut tumpah menyiprat bersama cairan cintaku.
Tiba-tiba kurasakan rasa dingin di jemariku. Ternyata mas Bahri meneteskan air matanya.

"Mas kenapa??" Tanya ku spontan

Tidak sengaja kontol mas Bahri yang masih tegang terlepas dari cengkraman memek longgarku. Kontolnya terlihat mengkilat basah.

"Kenapa kamu jadi seperti ini?? Aku masih tidak percaya kalau kamu Rani, wanita yang kucintai setengah mati." Ucapnya sendu

Aku tersentuh mendengar kalimat yang diucap mas Bahri. Dengan penuh perasaan kali ini dia membenarkan semua gosip yang ada bahwa ia mencintaiku.

Matanya berlinang, air nya jatuh dengan deras menuruni pipinya membuat aku terharu. Ingin sekali memeluknya lalu menceritakan semuanya ke mas Bahri, tapi ini hanya akan menambah bebannya.
Tidak terasa air mataku juga ikut menetes. Perasaanku yang kukira sudah lama mati mencuat kembali ke permukaan.

"Maaf mass maafin Rani... huuuuuuuuuuu" ucapku menyeka air mataku, mencoba menahan tangisku.

"Jangan minta maaf ke mas. Mas tau kamu yang paling terbebani saat ini. Mas tau ini semua bukan keinginan kamu" ucap mas Bahri memegang kedua bahuku. Matanya menatapku dengan serius, lalu tiba-tiba ia memelukku sangat erat.
Saking eratnya, napasku menjadi berat dan sesak. Cengkraman nya begitu kuat menekan punggungku. Kurasakan bagian rahangnya yang bergetar di pundakku.

"Mas sayang ke kamu Rani. Tolong izinkan mas untuk membantumu. Selamanya mas akan selalu ada untukmu. Jadi... jadilah istri mas, Rani!" Ucapnya saat memelukku.

Aku terhenyak kaget mendengar perkataan mas Bahri yang saat ini melamarku. Tangisanku yang sudah mati-matian kutahan tiba-tiba tidak terbendung

"Huaaaaaaaaaa massssss maafin Rani.... maaafffffh... Rani udah gak layak untuk mass.. Rani udah kotor banget massss huaaa." Balasku sambil menangis kencang
Mas Bahri langsung mengusapi punggungku. Wajahnya berpindah ke depan wajahku memperhatikan mukaku yang memerah dengan air mata yang berjatuhan.

"Mas akan menerima kamu apa adanya Rani. Mas mencintaimu. Mas akan ikut menanggung semua beban kamu" ucap mas Bahri lalu mencium bibirku mesra.
Hatiku terbang melayang. Peri cinta seakan memanahiku dengan busur cintanya. Aku jatuh cinta!

Mas Bahri kembali menyeka air mataku.
"Sudahi tangismu sayang. Sekarang ada mas yang akan selalu bersamamu. Udah yaaa" ucap mas Bahri kembali.

Mungkin mas Bahri masih mengira tangisku adalah tangisan penyesalan, ia tidak mengetahui tangisku ini adalah tangis kebahagian, dimana seorang lelaki hebat seperti mas Bahri, mau menerima wanita sepertiku.

"Makasih mas.. tapi aku sekarang aku belum bisa memberi jawaban mas. Boleh kita jalani aja dulu mas?" Ucap ku sambil sesekali menarik napasku dengan kuat karena hidungku yang tersumbat.

Dadaku masih berdebar kencang. Melihat mas bahri saja jadi tidak berani karena malu. Namun dia tetap melihatku dengan seriusnya.

"Iya sayangku. Kita jalani aja dulu. Biar mas bisa membuktikan keseriusanku padamu Rani" kata menunjukan keseriusannya
Setelahnya rasa canggung meliputi kami karena saat ini kami berdua tidak mengenakan apapun.

"Jadi kita ngapain ni?" Tanya mas Bahri dengan menggaruk rambutnya. Ia seperti mencari topik untuk melelehkan kecanggungan kami.

Sikapnya itu membuatku tertawa dan suasana pun mencair dengan cepat.
Setelahnya mas Bahri mengajakku duduk disebelahnya lalu bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Aku berpikir sejenak mau bingung memulai darimana. Sekali lagi ia mengatakan niatannya membantuku, setidaknya saat ini untuk berbagi bebanku.
Aku pun luluh. Ku mulai ceritaku dari sebuah pesan misterius dan foto yang dijadikan sebagai bahan ancaman. Kejadian di taman Saday*na juga kuceritakan hingga bagaimana pria misterius itu terus menghubungiku dan menjadikanku sebagai pelacur. Selain tentang Annisa yang waktu itu ikut bersamaku, Tidak ada yang kututupi dari mas bahri.

Mas Bahri yang mendengarkan ceritaku dengan serius pun seperti terbawa suasana, emosinya terpancing. Tapi dengan tenang aku meredamnya.

"Jadi aku tanya sekali lagi. Mas beneran sanggup?" Tanyaku

"Sanggup sayang. Untuk saat ini aku akan bersabar. Demi kamu" jawab mas Bahri mengecup pipiku

"Hehe. Mas bahri. Mas Bahri calonnya aku.." panggilku mesra

"Ya sayangnya mas" jawabnya melemparkan senyuman manis
"I love u" ucapku sambil memeluknya. Bidang dada kami menempel dengan eratnya.

"I love u too my love" balasnya.

Malamnya kuhabiskan bersama dengan mas Bahri. Kami tidur bersama di hotel melati, hotel yang menjadi langganan ku apabila mendapat tamu sekaligus hotel tempat aku dilamar. Sungguh hotel yg spesial.



____________________



Besoknya sekitar pukul 10.00, mas Bahri menepuk lembut pundakku. Perlahan kubuka mataku dari tidur lelapnya.

"Hah udah jam 10! Mas gak kerja??!" Kataku kaget saat melihat ke arah jam hotel.

Mas Bahri dengan santainya beranjak dari tempat tidur menuju kulkas lalu mengambil sebotol air mineral.

"Jangan panik. Mas udah izin tadi" ucapnya memberikan botol air mineral itu kepadaku

"Aih mas buat aku jantungan aja. Syukurlah" jawabku mengambil botol minuman itu lalu langsung kuhabiskan.

"Kamu tidurnya pulas banget sih sampe ngences gitu. Mas kan jasi gak tega bangunin kamu yang hehe" jawabnya terkekeh

Aku lalu menyeka bekas air liur yang membasahi bagian pipiku. Malu sekali rasanya sisi kekanakanku diliat mas Bahri.
Karena lapar, mas Bahri mengajakku keluar mencari makanan. Aku pun segera menuju kamar mandi untuk bersih bersih. Tidak lama kemudian pintu kamar mandi dibuka, lalu sosok yang kusayang ikut masuk kedalam.

"Biar cepat kita mandi barengan aja yah sayang" kata mas Bahri yang langsung kusetujui.

Bagai pasangan baru yang sedang kasmaran, yang kami lakukan tidaklah cuma sebatas mandi doang. Awalnya hanya saling menyabuni diakhiri dengan persetubuhan erotis dibawah shower. Mas Bahri menyemburkan spermanya di bongkahan pantatku yang besar, karena tetesan air dari shower yang cukup deras, spermanya langsung mengalir jatuh.

Seusai mandi kami langsung bersiap check out hotel mencari makanan. Mas Bahri mengajakku ke sebuah warung bakso yang menjadi langganannya ketika lapar. Jaraknya lumayan jauh dari hotel. Dengan motornya kami menuju warung tersebut.



Skip



POV Bahri


Mulustrasi Bahri


Perempuan yang kucintai sedang memelukku, bisa kurasakan kekenyalan dari tetek rani menekan punggungku yang hanya memakai kaos bilabong berwarna biru.

Sebelumnya aku tidak percaya kalau Rani, gadis belia yang cantik yang pernah bekerja satu kantor denganku sering mangkal pada sebuah lokalisasi. Setidaknya begitulah gosip yang beredar. Seolah tidak mau tahu, otakku terus menyangkal berita tersebut padahal sudah beberapa temanku yang mengatakan bahwa mereka memang melihat Rani, sampai tidak sengaja saat aku mengendarai motorku pulang dari kantor, bola mataku melihat samar seorang wanita cantik sedang mengoral penis milik lelaki di pinggir jalan.

Secara spontan otot pada jari tanganku memberi respon menarik pedal rem motor yg sedang kubawa. Hampir saja ban motorku tergelincir karena pengereman yang begitu mendadak. Kondisiku malam itu sedang memakai jaket kulit hitam dengan helm full face di kepalaku. Segera kutepikan motorku di bahu jalan, lalu berjalan menuju pasangan mesum tersebut.

Bisa kulihat mata lelaki itu memeram merasakan nikmat rangsangan yang sedang dia alami. Di selangkangannya seorang wanita sedang memaju mundurkan kepalanya.

Posisi wanita itu membelakangiku, namun dari liuk tubuhnya aku seperti mengenali nama dari pemilik tubuh indah itu.
Langkahku terus mendekati sampai aku berada tepat didepannya lalu melewati mereka. Arah kepalaku terus lurus kedepan sementara dari balik helm yang ku kenakan, mataku sedang menoleh ke kiri terfokus ke arah wanita nakal yang dengan berani berbuat seperti ini di pinggir jalanan umum.

*RANI!!*

Wanita nakal itu adalah Rani. Kulihat sekali lagi dengan menyipitkan mataku. Bener, dia memang Rani.

Seperti disambar gledek, kurasakan hati ku hancur melihat wanita yang kudambakan sedang memberikan servis kepada lelaki yang bukan muhrimnya. Rani sedang menjilati batang haram pria didepannya seperti menjilati permen lolipop.

"Ternyata gosip yg beredar selama ini benar" lirihku dalam hati.

Ingin sekali kusamperin Rani namun niat itu kubatalkan karena tubuhku yang terlanjur melemas mengetahui fakta yang kuhadapi.
Aku memutar langkahku menjauhi mereka menuju motorku yang terparkir. Saat aku melewatinya, mereka tetap asyik sendiri tidak memperdulikan adanya orang asing yang memperhatikan tindakan asusila mereka.

Sepanjang perjalanan pulang, air mataku menetes. Tidak akan ada orang yang melihat kesedihanku saat ini karena tertutupi oleh helm full face sangar ini.
Esoknya, dengan kantung hitam dibawah mataku aku kembali bekerja. Tidak seperti biasanya, aku banyak melakukan kesalahan sehingga pak kepala cabang menegurku. Ia menatapku dengan tatapan emosi sampai dilihatnya wajahku yang seprti babak belur ini. Setelahnya ia menganjurkan ku mengistirahatkan diri di ruang klinik untuk memulihkan diri. Maaf saja pak, Kelelahan ku saat ini bukan karena pekerjaanku tapi karena hatiku yang sedang hancur.

Sesuai saran pak kepala cabang aku merebahkan diri di kasur klinik yang kebetulan sedang kosong. Kucoba tidur namun tidak bisa, mataku terpejam namun tidak bisa kutidurkan. Malah bayang2 Rani yang selalu muncul di pikiranku.

"Ahh sialnya diriku" ucapku mengeram.
Ditengah usahaku yang sia-sia, Tiba-tiba terbesit dipikiran ku sebuah pikiran jahat.

"Kalau Rani emang wanita seperti itu, kenapa aku tidak memakai jasanya juga?" Ucapku pelan.

Pikiranku kembali berkecamuk, seperti ada 2 sisi yang bertolak belakang sedang bergulat di otakku. Setelah beberapa saat sepertinya pikiranku berangsur rileks. Ya.. inilah yang harus kulakukan. Aku akan memakai Rani!

Malam pun tiba. Sepulang dari kantor, aku langsung bergegas menuju tempat Rani bermesum ria semalam. Tapi dirinya tidak kelihatan, hanya ada beberapa pelacur yang sedang berdiri menunggu dihampiri. Hampir sejam aku menunggu di motorku namun Rani tidak kunjung nampak. Lalu kutelusuri daerah lokalisasi yang jaraknya emang tidak jauh dari sini, Rani tetap tidak kelihatan.

Aku tak menyerah. 4 hari berturut aku mencari Rani di daerah tersebut sampai akhirnya kudapati Rani dengan pakaian serba ketat yang menunjukkan indah lekuk tubuhnya sedang bermain hp di pinggir jalan.

Saat kusamperi Rani tampak kaget. Hp yang dipegangnya pun terjatuh, untung ada aku yang sigap mengambilnya sebelum menghantam tanah.
Ku tatap Rani dengan penuh napsu. Wajahnya tidak berubah sejak dia berhenti dulu membuat ku semakin gusar ingin memakai nya.

Namun itu cerita semalam. Saat ini, Jujur aku tidak menyangka niatan melampiaskan amarahku ke Rani malah menjadikan cintaku padanya semakin besar. Rani seperti seorang gadis polos yang dipaksa salah memilih jalan. Tidak mungkin semudah itu mengembalikan Rani sekarang ke versinya yang dulu. Apalagi saat ini ia masih didalam kontrol lelaki jahanam yang diapun tidak tau mukanya, apalagi mengenalinya.


_________


Beberapa hari sudah kami lewati bersama sebagai pasangan. Meski Rani mengatakan belum bisa memberiku jawaban tp dari sikapnya dan keterbukaannya terhadapku, dirinya seperti sudah memberi kode "iya" yang ku harapkan.

Pelan namun pasti. Aku semakin mengenali Rani, sikapnya yang terkadang childish, manja tapi mandiri, penyayang, hobynya, makanan kesukaannya, termasuk segala permasalahan hidupnya. Seperti tentang kode yang disebutkan oleh Rani, yg membuatnya harus patuh kepada siapapun yang mengucapkannya.

Kami berencana pergi menonton bioskop. Untuk mengantisipasi agar tidak lapar, aku mengajak Rani makan terlebih dulu di sebuah warung martabak Mesir.

Warungnya tidak seperti warung martabak lain yang menggunakan gerobak, tapi punya lahan Rani memesan martabak Mesir spesial yang isinya ada dagingnya, sementara aku memasan martabak Mesir ayam yang isinya sudah pasti ayam, bukan daging. Hehe

Dengan harga 55rb perporsinya, tentu saja rasanya harus enak. Kalau tidak pasti lah warungnya tak seramai ini.
Dengan cepat kami menghabiskan makanan kami, satu lagi sifat Rani yang baru aku ketahui, saat makan makanan kesukaannya, ia bisa melahap makanannya dengan cepat, sangat cepat sampai Rani lebih dulu selesai makan.

"Kamu makannya nyante aja mas. Jgn buru2 gitu nanti keselek" kata Rani memperhatikan aku makan. Aku merasa malu karena biasanya si laki-laki yang menunggu makan perempuannya. Ini malah sebaliknya. Huh..

Sambil makan, aku tetap berusaha menghibur Rani. Memberinya jokes dan sesekali bertingkah konyol agar ia tertawa. Sering kali berhasil namun terkadang lawakanku gagal dan malah dibilang

"jangan dipaksain mas" oleh Rani. Sungguh lucu memang calon istriku ini. Hehe
Setelah makan kami tidak langsung beranjak, masih ada waktu sejam lebih lagi sebelum filmnya diputar. Saat kami sedang asyik-asyiknya, ada pria yang mendatangi Rani. Dengan berani pria itu berbisik dikupingnya. Rani pun seketika menoleh ke arah pria tersebut.

Perawakannya seperti orang timur, kulitnya hitam dengan tinggi badan diatas rata-rata. Rambutnya pendek namun tetap ikal dengan sebuah tatto bergambar love di lehernya.

Setelah mendengar bisikan dari pria itu, Rani melihatku sendu. Bibirnya sedikit bergetar seakan mau berbicara namun tidak bisa. Sementara pria itu dengan senyumannya seperti sedang mengejekku. Matanya melihat kearahku lalu dengan mengangkat alisnya ia mengalihkan pandangannya

"Mas maaf ya. Dia nyebut kode itu" ucap Rani gugup.

Aku yang paham akan maksudnya memberi isyarat OK ke Rani yang dibarengi dengan anggukan oleh rani. Pria itu kemudian menunjuk ke arah toilet, bisa kutebak kalau ia akan melakukan aksinya menyetubuhi calon istriku di toilet warung, yang letaknya di belakang.

Rani pun berdiri. Dengan melambaikan tangan dia berjalan menuju arah toilet lebih dahulu sementara pria itu masih berdiri menyeringai.

"Rani udah jadi cewekmu kah?" Tanya pria itu duduk di kursi yang tadi diduduki Rani

"Udah bang" jawabku ketus

Senyumnya semakin menjadi. Giginya yang putih sangat kontras bersandingan dengan wajah serta bibirnya yang hitam.

"Hahaha. izin secelup dua celup ya. Dadah" katanya sambil beranjak pergi menuju Rani.



Mulustrasi Mr X, orang timur.

Emosiku meninggi. Tanganku sudah mengepal hendak meninjunya, tapi aku sadar ini adalah salah satu tantangan yg harus kuhadapi jika mau terus bersama rani. Ku urungkan niatku itu.

Waktu kembali terasa begitu lambat. Berulang kali kulihat jam, baru 15 menit berlalu sejak Rani pergi bersama pria itu ke WC. Kenapa mereka lama sekali? Sedang ia apakan Rani? Batinku terus bertanya-tanya.
Kulihat sudah beberapa orang yang hendak menuju area toilet, kembali dengan cepatnya. Kembali aku berpikir. Ada apa?
Kubulatkan tekat untuk melihat langsung apa yang sedang mereka perbuat. Aku pun mengendap pergi ke toilet sebelum kulihat ada tulisan "maaf toilet rusak" di sebuah lorong tidak berpintu.

Kalau toilet ini rusak? Lalu mereka kemana? Tanyaku lagi.

Saat hendak membalikkan badan, tiba-tiba terdengar samar sebuah lolongan panjang dari arah toilet yang rusak itu.

"Suara itu? Rani?! Jangan-jangan!" Kini aku yakin Rani memang pergi ke toilet rusak itu jadi kuputuskan mengabaikan tulisan tersebut lalu masuk menelusuri lorong tersebut.

Lorong tersebut sedikit gelap karena lampunya yang padam. Terus aku menelusurinya hingga menemukan ujungnya. Suara Rani semakin jelas terdengar, aku pun semakin ingin segera menemukannya.

*Plokkk splokkk splokkkkk*

Terdengar suara yang sudah tak asing kudengar, suara antara benturan dua kulit selangkangan. Suaranya berasal dari balik dinding tepat diposisiku sekarang. Aku dengan menjijit berjalan perlahan agar mereka tidak mengetahui kedatanganku hingga tiba aku di ujung dinding tersebut.

Dengan posisi membelakangi dinding, ku intip Rani yang berada di balik dinding ini.
Mataku langsung melotot melihat Rani sedang digagahi dengan posisi menungging dengan tangan menumpu di dinding pintu toilet. Teteknya yg besar gondal gandul terhempas mengikuti pompaan penis laki-laki itu.

Pantas saja suara benturannya begitu keras. Soddokannya begitu kencang. Saat kuperhatikan seksama ke bagian selangkangan, kulihat penisnya yang sangat besar dan panjang sedang keluar masuk dari vagina rani. Sangkin besarnya, vagina ranipun hanya bisa menelan 3/4 penisnya.

Lelaki itu sangat perkasa, sangat bertenaga, sangat laki-laki. Batinku langsung mengakui kehebatan pria yg menyetubuhi rani.

Apa dia orangnya? Orang yang membuat memek Rani longgar? Tidak. Dari logatnya Rani baru kali ini bertemu dengannya.

Batinku kembali mengetahui satu hal. Kalau akan ada aja orang yang memiliki penis super, akan menyetubuhi rani jika dia masih dalam kontrol lelaki misterius itu.

Kulihat dari ekspedisi wajahnya, Rani seperti meringis kesakitan dan kenikmatan disaat yang sama. Matanya memejam seperti menahan sakit sementara mulutnya terbuka dengan desahanya yang erotis. Desahan yang membuat setiap lelaki makin ingin melampiaskan nafsunya ke kamu Rani.

Tidak lama kemudian lelaki itu menarik keluar kontolnya. Aku kembali kaget, yang tadi kusangka besar, tak kusangka sebesar itu. Ukurannya mungkin 3x lipat dari milikku. Panjangnya juga mungkin 2x lipat dari milikku yang kusangka sudah tergolong panjang untuk ukuran orang Indonesia.
Pria itu memutar tubuh Rani lalu mengangkat kaki kanannya, ia tahan menggunakan tangan kirinya. Lalu kemudian ia mengangkat kaki kirinya lalu menahannya. Rani yang bersandar di dinding sepertisedang di angkat olehnya sebelum penis super besar itu kembali di arahkan ke memeknya.

Sebelum penis itu masuk, kulihat seperti ada lubang menganga di are vagina Rani. Ternyata itu adalah lubang vaginanya yang menganga diterjang batang hitam berukuran jumbo milik orianitu.

Tak lama berselang, penisnya kembali masuk menutupi lubang yang sedang menganga tadi. Rani pastinya berteriak ketika vaginanya kembali ditancapkan penis sebesar itu. Teriakannya itu dengan sekejap berubah menjadi desahan seraya pompaan penis perkasa itu terus menghujaminya.

"Aku keluar lagih. Aaaaaaaahhhhhhh" pekik Rani dengan kencangnya

Pria itu terus menyodokkan penisnya dengan kencang tidak memperdulikan tubuh Rani yang menegang karena orgasmenya.

"Suka kah aku kontolin gini?? Sampe udah berapa kali pipis. 7x kah??" Tanya pria itu
Rani dengan sudah payah menjawabnya dengan mengangguk sambil terus menherang nikmat.

"7x? Waw. Gila amat tu orang" batinku seakan tidak percaya. Belum setengah jam tapi Rani sudah nembak 7x.

Sepertinya aku perlu menenangkan hatiku. Makin lama aku menyaksikan mereka, semakin tidak berdaya yang kurasakan. Aku memutuskan pergi meninggalkan mereka berdua untuk bersenang-senang.

Sekitar 30 menit kemudian. Pria tersebut keluar dari area toilet sambil membopong Rani yang terlihat sangat letih.

Ibu penjual bakso sampai bertanya apa yang terjadi. Dengan mudahnya pria itu menjawab sewaktu di toilet tadi Rani tiba2 seperti sesak napas lalu tumbang. ia kemudian mengatakan bahwa Rani sudah tidak apa-apa hanya perlu istirahat saja.

Aku sebagai kekasihnya tentu langsung mengambil Rani yang masih sempoyongan. Kududukan di sebuah kursi panjang agar kakinya bisa memanjang.

Disaat ada kesempatan, di warung yang ramai ini pria itu masih sempatnya menyentuh rani. Dengan jarinya Ia tekan-tekan tepat di tengah tetek rani. Sesekali ia pilin putingnya dari balik bajunya. Setelah puas, dia dengan santai pergi meninggalkan warung

Kudengar dengan suara sumbang Rani mengatakan permohonan maafnya. Karena dia, kami jadi tidak bisa melanjutkan rencana menonton bioskop.

Akupun mengusap kepalanya sambil mengatakan tidak apa-apa. Ku berikan Rani sebuah senyuman agar ia tidak merisaukannya.

Setelah staminanya mulai pulih, ku ajak Rani balik ke kontrakannya. aku pun berterima kasih ke ibu warung atas bantuannya menolong Rani.
Di perjalanan Rani terus memeluk punggungku erat. Tangannya melingkar diperutku yang tidak buncit ini.

"Rani capek banget mas" lirihnya kepadaku

"Iya sayang. Yang kuat yaa. Ntar lagi sampe kok. Kamu bisa langsung istirahat" jawabku
Melihat kondisi Rani yang sudah bisa berbicara, tanpa sadar aku menanyakan hal yang tidak perlu.

"Berapa kali kamu keluar"

Rani sepertinya kaget mendengar pertanyaanku. Namun ia menyenderkan kepalanya di pundakku lalu kudengar jawaban yang membuatku terhenyak.

"14x"




______________




Seminggu sejak kejadian itu, hubungan kami masih biasa-biasa aja. Masih seperti pasangan yang baru menikah. Aku masih secara rutin mendapat jatah dari Rani, ya setidaknya 1x dalam 3 hari.

Selama seminggu ini juga tidak ada orang yang menyebutkan kode rahasia itu ke Rani membuatnya hanya menjadi pelacur normal. Tidak yang aneh-aneh.

Tepat di hari libur Rani, berhubung minggu lalu rencana kami menonton bioskop gagal, kali ini aku membawa Rani ke sebuah rumahku. Kebetulan orang tuaku sedang keluar kota. Padahal sudah kubilang kalau aku akan mengenalkan mereka ke Rani.

Keluarga kami memiliki tv berukuran besar dengan speaker aktif di sekitarnya. Mirip seperti di bioskop tapi tidak mungkin menyaingi kualitas biosko pastinya.

Kami pun menonton film horor yang sedang booming di saluran tv berbayar. Rani ternyata suka takut dengan hantu. Kadang teriakannya keluar nyaring ketika scane berubah horor.vaku yang bersamanya bukannya ikut takut malah sering tersenyum sendiri melihat tingkahnya yang lucu itu.

Ketika film telah usai, aku pun mengambil minuman dingin untuk diminum bersama. Dari ruang tv tiba-tiba kudenga suara Rani sedang menelpon.

"Jumat depan ya niss? Iya aku usahain datang."

"Oh ya? Dhea dan agung juga? Ih kangennya. Udah lama kita gak ngumpul kan Nissa."

"Ya udah. Segera kabarin ya nis.. nanti aku datang deh"

"Waalaikumsalam "

Aku pun datang tepat ketika Rani menutup teleponnya.

Aku pun bertanya kepadanya siapa yang menelpon?Kenapa ia jadi riang begini?
Lalu Rani menjelaskan bahwa Sabtu ini akan mengadakan sebuah reuni dengan teman kuliahnya. Ia mengatakan belum tau dimana tapi nanti akan dikabarin. Rani juga membuka hp nya lalu menunjukkan teman-teman nya yang akan hadir.

"Jadi ini si Dhea nanti ikut. Kalau ini Imron. Kalau ini agung. Ini Bobby si gembrot. Nah kalau ini Annisa .........." Kata Rani menjelaskan kedekatannya dengan para sahabatnya itu.

"Wah seru dong. Aku boleh ikut gak" tanyaku

"Nanti aku tanya ke teman-temanku dulu ya mas. Takutnya jadi gak enak" jawabnya
Aku pun mengiyakan. Rani terus flashback melihat isi galery hp nya. Foto-foto lama ketika masa kuliah dulu. Karena di dekatnya akupun penasaran lalu ikut melihat.

Namun semakin melihat foto-foto yang ditunjukkan Rani, aku semakin menyadari kalau temannya yang bernama Annisa itu menarik.

Walaupun hanya dari foto, kecantikannya seakan bersinar diantara teman Rani yang lain, bahkan dari Rani sendiri. Iseng aku menanyakan tentang Annisa ke Rani. Rani menjawab Annisa adalah cewe yang cakep dan baik. Sudah menikah tapi belum memiliki anak. Aku yang mengetahui kalo Annisa ternyata sudah menikah entah mengapa merasa sedikit kecewa. Sungguh aneh.

Agar Rani tidak curiga, aku pun menanyakan tentang temannya yg lain. Dengan riang Rani membaringkan kepalanya di paha kakiku lalu menjelaskan satu persatu tentang temannya. Tidak jarang juga ia menyinggung tentang Annisa. Bagi Rani Annisa adalah sahabatnya yang spesial, juga dikagumi olehnya. Bahkan Rani tidak segan mengatakan kalau Annisa itu cantiknya pake banget, jadi pasti bohong kalau ada orang yang mengatakan Annisa itu biasa-biasa aja.

"Aneh kamu sayang. Nanti kalo aku bilang teman kamu, Annisa itu cantik gimana?" Tanyaku

"Jujur aja deh mas. Pasti mas liat Annisa anaknya cantik kan? Rani gapapa kok. Wong emang orangnya cantik. Ya kan" tanya Rani melirikku

"Iya dia cantik. Tapi hati mas tetap milih kamu loh" jawabku mencubit pipinya

Rani sepertinya meleleh mendengar jawabanku. Pipinya memerah dengan senyum cantik di bibirnya.

"I love u Rani"

"Love u too mas Bahri"



End of Side Story: Rani
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd