Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Annisa Febrianti (No Sara)

PART 3







mulustrasi Annisa Febrianti


Aku merasakan keanehan pada tubuhku. Didalam terasa panas padahal suhu diluar dingin. Tanpa sadar tubuhku menunjukkan gelagat kegelisahan yg ternyata disadari oleh pasangan sebelahku.

"Ada apa neng? Gelisah amat" Tanya cowo yg sedang meremas2 bongkahan melon milik ceweknya.

Aku mengacuhkan pertanyaannya. Bukan tidak ingin menjawab, hanya aja melihat tindakannya yg sedang ia lakukan membuat tubuhku semakin panas.

"Idiih sok cuek. Marah ni ye sementang pasangannya gak datang.wkwk" ucap cowo itu melanjutkan

"Mas udah.. ngapain mas caper gt ke dia. Biar aja dia mupeng liat kita haha" ucap cewenya

Aku tetap tidak menggubris setiap perkataan mereka. Aku tetap berusaha fokus memperhatikan Rani. Berulang kali kuganti posisi kakiku. Semakin lama aku semakin yakin, yang kurasakan saat ini adalah rasa yang biasa timbul ketika di rangsang oleh suamiku, yaitu nafsu.

"Abi.. umi kok jadi gini? Kenapa ditempat seperti ini? " Tanyaku merasakan syahwatku meninggi. nafsuku membara bara vaginaku seperti mulai mengeluarkan lendir pelumasnya.

Aku berencana menelpon suamiku agar ia segera kemari. Menemaniku dalam mengawasi Rani. Setidaknya aku akan ditemani oleh pasangan halalku selama aku lokasi yg dipenuhi oleh pasangan yang sudah pasti bukan pasangan muhrimnya. Tinggal selangkah lg sebelum menekan tombol call, Rani kulihat tiba2 berdiri seperti terkejut. Setelah kuperhatikan lebih seksama, ternyata didepannya ada seorang pria yang sudah mengeluarkan alat kejantanannya. Alat kelaminnya sudah berdiri tegak menantang Rani yang tepat berdiri didepannya. Kulihat Rani sedang membuka hp lalu mengetik, setelahnya ia simpan. Tangan rani yg sebelumnya memegang hp dituntun oleh si pria utk memegang kelaminnya.

"Apa dia orangnya? Atau dia hanya pria lain yg sedang mencari mangsanya di taman ini?" Pikiranku sedang kacau, sulit untuk membaca situasi karena pikiranku sedang tak menentu, akibat nafsuku yang sedang meninggi ini.

Dalam kondisi bimbang, aku memutuskan mendekat ke Rani. Berharap setidaknya bisa melihat siapa orang yg sedang bersama rani. Aku hanya bisa melangkahkan kakiku dengan pelan, jalankupun sedikit sempoyongan.
*Ting.. Ting*
tiba2 hp ku berbunyi. Aku langsung mengeceknya dan ternyata itu adalah pesan dari Rani.

*Maafin aku Annisa. Sepertinya aku menyeretmu kedalam bahaya. Kamu pulang aja nis.. cowo yg sedang bersamaku ini telah menyebutkan kata kuncinya tapi aku yakin dia bukan si penguntit yg kita cari. Pria ini hanyalah om-om yg mencari mangsa dan dia membeli kode tersebut dari sipenguntit sebenarnya. Si penguntit pasti sedang mengawasi ku dan dia juga pasti sedang mengawasi kamu nis. Maafin aku. Tp kamu secepatnya pulang aja. Biar aku yg urus dari sini*


Aku terhenyak membaca pesan dari Rani. Di satu sisi aku bisa saja meninggalkan Rani yg telah menyuruhku utk pergi dari sini. Disisi lain aku ingin menyelamatkan Rani yg sekarang sudah meletakkan hpnya kedalam saku celananya dan sedang mengoral kelamin cowo itu.

"Apaapan yg kamu perbuat ran? Kok kamu begitu di tempat umum begini?" Ucapku dalam hati sambil membulatkan tekad menghampiri Rani lalu mengajaknya pulang saja. Perasaanku makin tidak menentu melihat adanya sebuah penis yg keluar masuk mulut temanku. Rani sepertinya menikmati sepongannya. Apakah rasanya enak?

"Hmmpp" aku berdesir..

Ketika langkahku sudah setengah jalan menuju Rani, Tiba2 tanganku ditarik dengan cepat oleh seseorang. Aku ditariknya ke balik pohon besar yang ada didekat bangku tempat aku tadi duduk. Posisiku kembali menjauh dari rani. Secepat mungkin aku melirik siapa yang menarik tanganku yang ternyata adalah seorang cowok bertubuh kurus dengan rambut kribonya. Kulitnya kuning Langsat tidak terawat dengan bibir hitam.

"Eh mas.. apa apaan ini mas?!" Ucapku tegas

Matanya melihatku seperti harimau yang akan menerkam mangsanya. Tangannya dengan kuat menggenggam tanganku yg ditariknya.

Dia memandangku mulai dari ujung hijabku hingga ke ujung kakiku.

"Kalo dari dekat kamu kelihatan lebih cantik neng Annisa. Jadi gak sabar" ucapnya menarikku

Aku yang ketakutan seakan kehilangan kekuatan. Dengan sekali tarikan ia mendekap tubuhku. Hidung dan bibirnya menyentuh kupingku. Tangan kanannya memegang tanganku sementara tangan kirinya mendekap punggungku agar aku menempel ke tubuhnya yang kurus.

"Mas lepasin.. apaan kamu mas!" Ucapku masih berusaha melepaskan diri dari cengkraman nya. Ia menciumi rambutku dari bagian luar hijabku.

"Kok garang bgt sih neng.. wong mau dapat enak kok kek kucing d tarik ekornya. Galak bener. kekeke" ucapnya mendekatkan mukanya ke wajahku sampai ujung hidung kami saling menyentuh.

Ia tersenyum lebar. Dari dekat dapat jelas kulihat wajahnya yg jelek dengan flek bekas jerawat di sekujur muka bahkan hidungnya dipenuhi dengan komedo. Giginya kuning dengan dengan banyak karang gigi, napasnya sangat , bisa dipastikan dia perokok berat sehingga bau mulut dan bau rokok menyatu.

"Apa mau mu mas? Aku bisa beri kamu uang mas.. jangan sakiti aku mas" ucapku dengan mata yg mulai berkaca-kaca. Air mataku mengumpul di kelopak bawah mataku bersiap mengalir jatuh melalui pipiku.

Jemarinya yg kurus serta kasar diarahkannya ke pipiku. Dielusnya pipiku, disekanya air mataku yang mulai menetes.

"Aku gak perlu uangmu neng. Cukup ini aja" jemarinya yg td dipipiku perlahan turun kebawah lalu mencapai dadaku.

"Engghh mas... jangannnn d remas susuku" ucapku reflex. Ia meremas remas payudaraku dengan kencang dari luar gamisku. walaupun payudaraku masih tertutup kain gamis dan bh, aku yakin telapak tangannya tetap dapat merasakan tekstur payudara indahku ini. Remasan sekencang ini biasanya akan menimbulkan sakit tp anehnya remasannya malah membuat syahwatku yg td sempat tertidur karena takut kini bangkit kembali.

"Emmh maasss udah cukup emhh" ucapku lirih sambil melihat wajahnya yg kegirangan sedang meremas payudaraku.

"Kira-kira lebih besar tetekmu atau tetek temanmu yang disana ya? Penasaran kekeke" dia terus meremas payudaraku dengan kuat.

Dengan sisa akal sehatku, aku langsung sadar pria kurus jelek ini pasti ada hubungannya dengan penguntit yg mengerjai Rani. Setelahnya akal sehatku kembali memudar tergantikan hawa nafsuku yg semakin meninggi. Yg masih kusadari, dia adalah pria ke 3 yg pernah meremas dadaku.

Seperti tak ada bosannya selama 5 menit ia terus melakukan remasannya menggerayangi kedua bongkahan daging kenyal payudaraku.

"Ini seleting cuma nutupin doang." Ucapnya sambil menarik turun resleting yg berada di bagian depan gamisku. Bagian atas gamisku ia gulung sampai memperlihatkan pundak dan belahan dadaku yang masih terbungkus bh bewarna hitam. Ia mencium pundakku lalu bibirnya naik menciumi kulit leherku yg masih tertutupi hijab.
"Bau tubuhmu jg harum bgt neng. Bikin makin pengen kekeke"

"Mass jangan ... please mas .. uhhhh" ucapanku tertahan karena tiba-tiba ia meremas payudaraku secara langsung lalu mengeluarkannya dari bh. Saat ini sudah terpampang dengan jelas kedua melon kembarku yg selama ini aku tutupi dengan hijab serta style gamis yang aku selalu kenakan. Matanya tertahan sesaat melihat payudara ku yang bulat dengan kulit putih dengan puting bewarna cokelat muda tepat di ujungnya. Selama ini aku memang selalu merawat kulit dan payudaraku. Aku sering ikut kelas yoga yang tujuannya adalah mengencangkan kulit dan tentunya menyehatkan

"Keliatannya sih enak. Tp ya belom tentu yg menarik gini rasanya enak to neng.." jarinya diarahkan ke putingku, ia gesek gesek lalu ia cubit pelan.

"Saatnya tak rasain susu mengkel mu ini neng happpp.. emmhh" ia langsung melumat puting kananku. Ia hisap dengan kencang. Putingku ia tarik2 pakai bibirnya yang hitam. Tampak sangat kontras, perpaduan antara bibirnya yg hitam karena rokok dengan kulit payudaraku yg putih bak buah pir ini.

"Enak to rasanya.. asin asin keringet kekeke" Setelah puas mulutnya bermain di tetek sebelah kanan, ia pindahkan mulutnya ke puting sebelah kiri ku.

"Kenyalnya.. sayang tau susu semengkel ini disimpan mulu. Hrs d pamerin ini kekeke" ucapnya kembali meraih kedua payudaraku lalu menggondal gandul kan keduanya.

"Mass.. hmmp.. kamu hanya dapat dosa setelah melakukan ini mas. Sekarang masih belum terlambat utk berhenti mashhhh" ucapku dengan segala sisa keimananku sambil terus merasakan sensasi dari setiap permainan yg ia lakukan di payudaraku.

Ia lalu menurunkan tangan kanannya kebawah utk mengangkat bawahan gamis yg kukenakan, jemarinya dengan lihai mengelus pahaku yg membuatku geli. Seraya mengelus, jemarinya perlahan naik dari paha hingga sampai ke spot utama seorang wanita.

"Si neng sok meronta-ronta tp memeknya udah basah aja kekeke..." ucap pria kurus itu.

Jemarinya dapat merasakan rembesan cairan cinta di permukaan celana dalamku. Ia gesek gesek dengan perlahan.

"Hmmmpp emhhh..." desahku yang masih kutahan dengan menutupkan mulutku rapat2.

"Jaim bet dah. kalo emg pengen bilang aja neng biar tak entot. kekeke..." ucapnya. Tangan kirinya tetap meremas dan mempermainkan payudara kananku sementara tangan kanannya sudah berhasil menyelip dibalik celana dalamku. Saat ini jemarinya dapat merasakan langsung bulu halus dan kulit luar dari vaginaku. Vagina yg selalu kujaga agar tetap terawat demi mas Farhan suamiku.

"Hmmpp masss... uhhhh... hmmpp..." aku hanya bisa menahan desahanku. Ia begitu pandai dalam merangsang syahwatku. Jarinya mempermainkan klirotisku. Ia usap2 lalu ia tekan pelan lalu ia tarik .

Pertahananku semakin runtuh di serang oleh syahwatku sendiri. Dilihatnya aku sudah tidak berontak seperti tadi, ia mulai menurunkan celana dalamku. Ia lepas dari sela kaki ku yg kuangkat lalu melemparkannya ke arah pasangan yang sedang ikut asik di bangku taman tempatku tadi. Saking asiknya, pasangan itu tidak menyadari kalau celana dalamku mendarat dengan indah di sudut bangku.

Pria kurus itu berjongkok lalu memperhatikan vaginaku dengan seksama. Terpampang di depan matanya vagina putih tembam dengan sedikit bulu halus disekitarnya yg aku yakin dari jarak sedekat itu ia dapat menghirup aroma kewanitaan ku.

"Cantik banget memekmu neng. Beda sama memek si endang. Hitam mengkerut. Punyamu Tembem kayak bakpau.. harum juga.. pasti enakk kekeke sluurppp" aku tak memperdulikan siapa endang. Mungkin saja itu nama pacar yg biasa ia pake.

Pria itu semakin mendekatkan mukanya, bibirnya iya monyongkan, lidahnya sudah keluar perlahan melahap vaginaku. Lidahnya menjilati permukaan vaginaku, lalu perlahan membelah masuk ke lubang surgawi milikku ini.

"Uhhhh mass .. geli mashhh ahhhh" desahku semakin tidak bisa kutahan. Harus aku akui, permainan pria kurus ini lebih hebat dari suamiku sendiri. Ntah mengapa juga aku masih bisa terpikir soal suamiku. Meski saat ini keimananku sudah kalah dari syahwatku.

"Rasa memekmu jg lebih gurih daripada lonte yg biasa kupake neng. Memekmu asem asemnya bikin nagih. Beda kelas lah kekeke" ucapnya lagi. Barulah aku mengerti, endang yg ia sebutkan td mungkin adalah lonte yg biasa ia pake.

Ia mengangkat tangan kanannya keatas kearah wajahku, 2 jarinya yakni jari tengah dan jari manis ia arahkan ke bibirku. Kukunya hitam dengan panjang yg tak beraturan. Pastinya jorok dari sudut pandang kebersihan. Tapi itu semua sudah tak masuk ke akalku, takk mengerti kenapa, aku paham kalau ia ingin jarinya aku basahi pakai liurku. Akupun membuka mulutku lalu mengemut jari kotornya. Aku hisap seakan jarinya itu es krim batangan rasa strawbery yg aku suka. Sampai terlumuri semua, lalu ia menarik keluar jarinya dari mulutku, menurunkannya kembali lalu mengarahkannya ke vaginaku.

"Bleshh"...

2 jarinya langsung memasuki liang senggama ku. Jarinya yang basah akibat liurku dan vaginaku yg basah akibat lendir kenikmatan memudahkan jarinya untuk masuk menancap sedalam mungkin. Ia mendiamkan jarinya sesaat merasakan betapa sempit dan hangatnya lubang surgawi milikku.

"Jepitan memekmu yahud bgt. Memek ukhti cantek emang beda . Kekeke" ucapnya lagi.

Setelah beberapa saat didiamkan, ia perlahan mengeluarkan kembali jarinya sampai seujung kuku lalu menusuknya masuk kembali sampai terbenam semuanya. Awalnya ia lakukan dengan perlahan lalu mulai meningkatkan rpm nya. Semakin kencang sampai keluar suara erotis dari vaginaku.

*cplok.. cplokk..cplokkkk*



"Aahhh ouuuh masss ahhhh hpppp"

Suara kocokan jarinya di vaginaku berbanding lurus dengan suara desahan yang aku keluarkan dari mulutku.

Mataku merem melek menikmati pelecehan yg sedang ia lakukan. Andai ada org lain yg memergoki kami, pastilah ia akan bingung bagaimana bisa seorang pria kurus berwajah jelek sedang mempermainkan liang kehormatan seorang wanita, bahkan akhwat cantik di taman yg sedang ramai di kunjungi oleh muda mudi yg asik pacaran.

Selama beberapa menit ia terus mengocok ku dengan kencang. Cairan cintaku terus mengalir membasahi jari dan merembes ke telapak tangannya bahkan ada beberapa tetes yg sudah jatuh ke tanah. Tubuhku terus merasakan nikmat yg tak terbayangkan akibat kocokan jarinya di vaginaku hingga akhirnya

"Auuuh maasshh.. aku ahh mauh pipishhh"

Tanganku tanpa dikomandoin memegang dan meremas pundak pria kurus itu. Badanku mulai membungkuk merasakan adanya gelombang yg akan meledak.

"Ssshhh masss akuh pipissss" jeritku genit

*Crrt... crrttt.. Crrrrtt*

klimaks melandaku. Pupil mataku naik ke atas. Vaginaku 3x menyemprot kan cairan cinta nya. Sangat deras sehingga seperti pipis yang sedang keluar. 1 semburannya membasahi sebagian gamisku, 1 semburan lagi membasahi sweater yg dipakai pria kurus itu, dan 1 nya menyemprot lurus jatuh ke tanah. baru ini aku mengalami squirt begini hebat.

"Deras amat neng semprotanmu kekeke" ucap pria itu sambil mengibaskan tangannya yg basah karena cairan cintaku. Telapak tangannya tidak langsung kering sepenuhnya, bagian yg masih basah ia lap kan ke payudaraku. Alhasil payudaraku jg sedikit basah kena cairan cintaku sendiri.

"Haahh.. hahhhh. Haahhhh..." aku yg dilanda orgasme seketika merasa lemas dan hampir terjatuh. Untungnya pria kurus itu sigap memegangku utk tetap berdiri.

"Apa ini kenikmatan yg sesungguhnya?" Tanyaku dalam hati. Napasku seperti habis berlari jauh, vaginaku kedut2an setelah orgasme td, tapi badanku uring-uringan seperti masih belum menuntaskan semua birahinya.

"Maafkan aku ya Tuhan.. aku tak menyangka akan begini.."

Saat sedang menikmati sisa-sisa orgasmeku, perlahan akal sehat kembali muncul.

"Rani! Gimana Rani?" Ucapku secara refleks sambil mengitari pohon besar ini.

Aku tidak melihat Rani di bangku tempat terakhir kali aku melihatnya. Aku mencari ke segala arah tanpa menyadari kalau saat ini pakaian yg kukenakan masih seperti tadi. Gamisku sudah ia loloskan sebatas lengan. Pundakku terekspos, Payudara ku yg keluar dari sarangnya membusung tinggi seakan menantang siapapun yg melihatnya untuk menyentuhnya, hanya hijabku yang masih rapi kukenakan.

"Nyariin apa neng Annisa?" Tanya pria kurus yg berhasil membuatku orgasme.

"Mas.. Pasti mas kan yang menjebak Rani? Rani mana mas??" Tanyaku

"Kasih tau gak eaaa" jawabnya seakan mengejekku.

Aku kesal. Aku juga semakin khawatir akan kondisi Rani. Tetap di tempat yg sama tapi aku fokuskan pandanganku mencari ke setiap sudut yg dapat dijangkau oleh mataku, akan tetapi aku tetap tak menemukannya.

"Aku bisa bantu kamu neng asal...." ujarnya

"Asal apa mas??!" Tanyaku balik..

"Lah tau sendiri baru Eneng yg dapat enak. Gimana dengan sampean iki" ucapnya dengan menunjukkan batang kelaki-lakiannya yg sudah sangat keras keluar dari boxernya.

Aku kaget bukan main. Batang itu adalah batang kedua yg kulihat selain batang milik suamiku. Bentuknya panjang dan sedikit bengkok dengan urat2 disekujurnya. ukurannya lebih besar dari dari penis mas Farhan.

"Mass apa aja asal jangan itu mass.. ya mass" pintaku dengan sedikit merengek padanya

"Kekeke gak semudah itu neng Annisa yg cantik jelita" katanya sambil tangannya kembali mendekat mendarat di puting kanan bewarna cokelat ku. Putingku ia pelintir halus lalu menariknya agar aku tubuhku mendekat.

"Auuhh mas sakitt pentilku. Jgn ditarik mass" pekikku sedikit kesakitan.

"Kalo neng bisa bikin aku nembak 2x make memek lonte neng. Baru aku kasih tau dimana teman neng berada kekeke" katanya sambil terus memainkan putingku.

Seenaknya saja dia menyebut vaginaku dgn vagina lonte. Harusnya aku marah tp tidak bisa.Aku seperti kehabisan akal, tidak tahu harus gimana lagi. Apalagi saat ini rangsangannya di putingku perlahan menaikkan kembali syahwatku.

"Apakah aku harus menyerah? Apakah aku harus rela digarap olehnya? Semua demi Rani nis.. kamu udah janji bakal bantu dia" ucap ku dalam hati. Mataku menatap sayu ke wajahnya yg jelek.

"Oia neng. Kita belum kenalan kan.. Aku Parjo. Orang yg akan memuaskanmu. Kekeke"

Ucap nya dengan senyum lebar.



Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd