Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Annisa Febrianti (No Sara)

PART 2







Lapangan Saday*na berada cukup jauh dari rumahku, mungkin sekitar 45 menit perjalanan menggunakan sepeda motor.

Yang kutahu pada pagi dan sore hari, lapangan ini biasa dijadikan tempat joging, ketika malam tiba, akan banyak muda mudi yg memadu kasih. Maklum tempatnya tergolong indah, rindang banyak pepohonan serta memiliki banyak kursi taman yg nyaman dijadikan dudukan ketika pacaran. Selain itu banyak pedagang cemilan yg berjualan disekitar taman, jadi kalau lapar bisa jajan dengan mudah.



Pukul 16.00wib

Aku sudah selesai mandi dan berias. Saat ini aku memakai gamis motif bunga dengan hijab berwarna abu.

"Eh ini gamisnya kok jd sempit ya? Padahal dulu waktu beli berasa longgar" ucapku dalam hati. Terlihat d cermin, gamis yg saat ini kupakai terlihat sedikit sempit di body ku, terkesan seperti aku hendak menunjukkan bentuk tubuhku yg proporsional ke orang-orang yg akan menemuiku nanti.



Mulustrasi Annisa Febrianti


*Krieeek*

Pintu kamar terbuka. Mas Farhan yang baru selesai mencabuti rumput d pekarangan rumah masuk.

"Umi udah selesai dandannya? Cakepnya istriku ini. Jd pengen cium deh sini" ucap suamiku mendekat.

"Ih Abi jangan dekat2 dulu. Basah tu badannya keringetan. Mandi dulu baru boleh cium umi." kataku melangkahkan kaki mundur 1 langkah.

"Umi gak asik ih. Sukur abi lagi rajin makanya mau cabut rumput. Btw umi penampilannya kayak anak kuliahan. Jadi pergi sama Rani?" Tanya suamiku

"Jadi Abi.. ini umi mau berangkat. Menurut Abi baju umi ngepas gak ya? Apa umi ganti baju yg lain aja? Tanyaku ke suami sambil memutar badan.

"Agak ngepas umi. Nenennya umi jd nantang gitu. Hehe. Tp gapapa kan cm pergi ma Rani. Pakai aja. Kalo kalian nanti ketemu orang, paling umi dikirain masih lajang."balas suamiku.

"Jadi umi pakai aja ya bi? Ya udah deh.. kalo gt umi pamit ya bi. Mungkin umi malam pulangnya. Itu di meja makan, makanan Abi udah umi siapkan. Tinggal dimakan aja. Assalamualaikum abii" ucapku menyalim suamiku.

"Waalaikumsalam umi. Inget ya pulangnya jangan kemaleman" jawab suamiku sambil mengelus kepalaku.



Skip.



Sepanjang perjalan, aku merasa banyak sekali pandangan menatapku. Hanya saja ketika kupandang balik, ada beberapa yg mengalihkan pandangannya, ada juga yg tetap memandang kearahku. Mungkin bener kata suamiku, istrinya yg cantik ini dikira lajang oleh mereka.

Di lampu merah, aku berhenti tepat disebelah mobil avan*a warna hitam. Tiba2 kaca belakangnya terbuka.

"Hai neng cantik.. mau kemana? Ikut dong" ucap seorang pria dari dalam mobil tersebut.

Akupun menoleh kearah sumber suara. Tenyata yg menegurku adalah seorang pria berkumis tebal yg kutaksir berumur 40an tahun.

"Hush!! Gak bisa liat cewek cantik kau ni. Asal aja!" Ucap seorang pria yg tidak bisa kulihat rupanya. Lampu yg tadinya merah pun sudah hijau, aku memberikan senyumku kepada pria berkumis tersebut lalu mengucapkan "permisi pak" lalu menarik pedal gas motorku.





Pukul 17.00wib



Sesampainya di lapangan Saday*na aku mengambil hp ku lalu membuka What's*pp. Kontak yg kucari tidak lain adalah Rani, temanku yang akan ku awasi dan ku jaga dari penguntit jahat yg sedang mengancamnya. Kondisi di lapangan saat ini terpantau cukup ramai orang yg sedang berolah raga ataupun hanya berekreasi sekedar menikmati suasana sore hari.

*assalamualaikum Rani. Aku udah di lokasi ya. Kamu dimana?* lalu kukirim pesan tersebut ke Rani.

Tidak lama berselang, kuterima balasan pesan dari Rani. "Cepat bgt kamu sampai Nisa. Aku masih menunggu ojol. Ntar kalo sampai aku kabarin".

"Ok ran. Sebaiknya kita jgn sampai ketemu ya. Kalau ketemu kita pura2 tidak saling kenal. Aku khawatir kamu pasti ada yg ngawasin" balasku ke Rani.

"Iya Nisa.." balas Rani singkat.

Waktu yg ditetapkan adalah pukul 20.00 dan saat ini masih 17.00. Karena masih lama, aku memutuskan pergi ke masjid yg jaraknya sekitar 5 menit dari lapangan sembari menunggu waktunya Maghrib.



Pukul 19.00

*Ping* hp ku berbunyi.

"Nisa. Kamu dimana? Aku sudah sampai d lokasi"

"Aku masih d masjid ran. Kamu jgn masuk ke lapangan dulu. Aku otw ran" balasku

Aku yg masih d masjid langsung bergegas menuju ke lapangan. Di pintu masuk lapangan aku melihat seorang wanita memakai baju putih ketat berlengan panjang yg dia tak lain adalah Rani.

Rani adalah salah satu teman kuliahku. Anaknya manis dan mudah bergaul. Bodynya lebih semok daripada bodyku sehingga ia sering di dekati kakak kelas.



Mulustrasi Rani



Rani melihatku datang. Aku sengaja memberi kode kedipan mata agar ia masuk ke lapangan agar aku bisa mengikutinya. Ia pun mulai berjalan masuk. Kulihat Rani berulangkali melihat ke hp nya, mungkin ia sedang mencari lokasi yg menjadi tempat perjanjiannya.

Setelah berjalan beberapa saat mengitari taman, Rani berhenti disalah satu bangku lalu ia duduki. Akupun tentunya jarus memilih kursi yg dapat melihat aktivitas Rani. Alhamdulillah dapat. Aku memilih bangku di dekat pohon besar di tepi lapangan. Dari sini aku bisa memantau d Rani.





Pukul 20.00

Ini adalah waktu yang dijanjikan. Pastinya akan ada orang yang mendekati Rani lalu menyebutkan kata sandi yg akan membuat Rani harus menuruti kemauannya. Bangku yg aku tempati berjarak sekitar 20 meter dari bangkunya Rani. Bangku Rani menghadap ke arah tengah lapangan sementara bangkuku menghadap ke arah bangku Rani.

Sudah 20 menit berlalu, belum ada tanda-tanda. Aku menghela napas panjang. "Mungkinkah anonim tsb cuma iseng aja?." Pikirku dalam hati terus mengamati Rani. Rani pun hanya duduk termenung, kadang sembari memainkan hp yg ada d genggaman tangannya.

Tanpa kusadari, ada sepasang kekasih mendekat.

"Misi neng.. boleh kami duduk disebelah?" Tanya seorang pria yg mengagetkanku.

"Eh.. i-iya bang.. boleh silahkan" jawabku melirik pasangan tersebut. Mereka masih muda kuperkirakan usia 20an tahun.

"Maaf ya kak kami disini dulu. Bangku lain view nya gak enak hehe" cewenya ikut menimpali.

Akupun mengangguk setuju. Tapi didalam hati aku menggerutu. "Duh.. mereka malah disini. Ganggu aja. Kan aku jadi kurang konsen mengamati Rani"

Waktu terus berlalu. Sudah 40 menit berlalu yg artinya sekarang hampir jam 9 malam. Perutku keroncongan. Aku yang sedari tadi hanya fokus ke Rani baru teringat kalo aku belum makan malam. Tanganku mengarah ke arah perut lalu mengelusnya, sementara mataku mencari jajanan terdekat yang bisa di beli. Namun yg terlihat kebanyakan adalah pasangan muda mudi yg sedang memadu kasih seperti pasangan disebelahku. Akupun terpaksa menahan lapar karena jika aku pergi dari bangku ini, pasangan sebelahku pasti akan menguasai bangku ini.



POV pihak ketiga

Disuatu tempat di lapangan, 2 orang pria misterius sedang mengobrol. Yang 1 nya terlihat seperti menuangkan semacam serbuk ke minuman mineral.

"Bahaha! Yang kita pancing ikan mujair yang datang ikan mujair plus ikan gurami. Kita pancing 1 yang datang 2. Bahaha" ucapnya sambil tertawa disertai senyuman jahat.

"Nah ni minuman lu kasih ke pedagang nasi goreng sana. Suruh dia menjejalkan dagangannya ke arah Annisa. Terus gimana caranya spy minuman ini sampai ke Annisa." Perintah pria tersebut menyodorkan minuman yg sudah ditaburi serbuk dan uang Rp500.000.

"Uangnya kasih ke pedagang itu sbg imbalan. Kalo gak terjual, jangan kasih uangnya" lanjut pria tersebut

"Siap bos!" Ucap pria satunya yang berbadan kurus. Saking kurusnya ia terlihat seperti tinggal tulang. Rambutnya keriting, dan hanya memakai celana pendek dan sweater. Setelah menerima minuman botol dan uangnya. Ia segera menuju pedagang nasi goreng tersebut.

Pria kurus itu terlihat mengobrol dengan si pedagang, setelah beberapa menit terlihat pedagang tersebut memberikan tanda setuju. Ia akan berusaha melakukan yg pria itu perintahkan.



POV Annisa



*Ting Ting Ting* "nasi goreng!"

Mataku langsung menuju kearah sebuah gerobak yang sedang mendekat. "Kebetulan ada penjual nasi goreng yg lewat. Beli ah.." ucapku dalam hati.

"Bapaak.. beli.. beli nasgornya 1" teriakku ke arah penjual nasi goreng itu. Gerobak tersebut langsung d arahkan penjual tersebut ke arahku.

"Saya neng. Mau beli apa?" Tanya penjual nasi goreng itu.

"Nasi goreng aja pak 1. Jangan pake sambal ya pak" ucapku..

"Makan sini neng? Atau dibungkus?" Tanya nya kembali sambil mempersiapkan nasi yg akan d goreng.

"Bungkus aja bapak. Nanti saya minta 1 sendok pelastiknya ya pak" jawabku

Si bapak penjual nasi goreng melanjutkan proses memasak. "Neng sendirian aja?" Tanyanya sambil memperhatikan pasangan disebelahku .

"Belum dateng pak. Ini masih ditungguin hehe" balasku berbohong. Tidak mungkin aku menceritakan yang sebenarnya ke pada si bapak penjual nasi goreng.

"Kasihan.. padahal si enengnya mah cakep bener dah" kata si bapak.

"Bisa aja si bapak. Biasa aja kok pak. Hehe" jawabku sambil melirik ke arah rani



Beberapa menit kemudian, nasi goreng pun selesai dimasak dan dibungkus d dalam kotak streofoam.

"Ini neng nasi gorengnya. Minumnya gak sekalian neng?" Ucapnya menyodorkan kotak streofoam dan sebotol minuman mineral.

"Eh iya bapak. Saya beli minumannya jg. Jd berapa semua pak?" Tanyaku sambil membuka tas mengambil uang pecahan 50rb

"Khusus ke Eneng mah 20rb aja. Saya kasih diskon spesial" jawab si bapak sambil tersenyum lebar kearahku.

"Makasih pak" Akupun membalas senyumannya sembari memberi uang 20rb. Setelah menerimanya, si bapak melanjutkan mendorong gerobaknya meninggalkanku.

Dengan laparnya aku segera membuka bungkusan tersebut dan mulai memakan nasi goreng tsb. Ternyata rasanya enak. Ntah karena bumbunya pas atau memang aku yg lg kelaperan jd apapun yg kumakan jd enak rasanya. Tak perlu lama, nasi goreng itu pun habis kulahap, perutku terasa kenyang, lalu kusantap minuman mineral yg diberikan oleh si bapak penjual nasi goreng tadi.



Sekitar Pukul 21.30wib



Seorang pria datang menghampiri Rani. Mereka tampak mengobrol singkat. "Apakah ia orangnya?" Tanyaku dalam hati. Ingin aku mengirim pesan ke Rani tp malah akan menimbulkan kecurigaan nantinya. Tak lama berselang, kulihat lelaki tersebut pergi meninggalkan Rani. "Eh, bukan dia ya?" Pikirku lagi.



Pukul 22.00wib



Dalam tempo 30 menit ini, sudah 4 lelaki yang menghampiri Rani tp tidak ada gelagat yg menunjukkan bahwa ia lah orang yg kami cari.

Sementara disebelahku, pasangan ini terlihat semakin intens yang membuat aku gusar. Mereka sudah berani berciuman, bahkan tangan si cowo sudah berada tepat di payudara cewenya sedang merasakan kekenyalannya. Bukan hanya pasangan ini, tp pasangan lain juga seperti itu. Mereka tidak hanya sekedar ngobrol tp sudah ketindakan mesum.

"Jangan2 pria2 yg dekati Rani td karena dia duduk sendiri? Berarti mereka adalah pria yang sedang mencari mangsa dong. Gawat.." ucapku dalam hati. Mataku yg terus memandang ke arah rani sesekali melirik ke arah pasangan sebelahku. Ntah kenapa saat ini ada yang aneh dari tubuhku. Udara disini sejuk tapi aku malah merasakan panas yang aneh.

"Ada apa denganku?" Tanyaku dalam hati.





Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd