Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Bimabet
Thanks updatenya suhu jaga kesehatanya

Tumben ini Bandung lengang, malming biasanya Padat merayap a.k.a Macet. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
oh korona....
 
PART 13 (S2)​
POV 3rd

"Ah, akhirnya aku bisa kembali menginjakkan kakiku di kota ini."

Gadis tersebut berkata dengan nada yang riang. Kakinya berjalan penuh dengan semangat kegembiraan. Beserta dengan kedua orang tua serta abangnya, mereka memesan taksi. Berbeda dengan adiknya yang berwajah ceria, abangnya itu bermuka masam sedari turun pesawat hingga saat ini.

Taksi tersebut membawa mereka ke sebuah rumah besar. Rumah yang pernah membawa kenangan indah bagi Sang Adik dan kenangan buruk bagi Si Abang. Kemudian mereka pun masuk dan disambut oleh kedua orang penghuni rumah tersebut.

"Eh, kalian, udah datang rupanya. Maaf ya gak bisa jemput di bandara," ujar wanita penghuni rumah tersebut.

"Gak apa kok. Kalian pasti repot buat nyiapin rumah ini," ujar pria berkumis yang adalah ayah dari kedua anak muda tersebut.

"Hehe… tuh tau."

Wanita penghuni rumah tersebut menawarkan untuk membantu mengangkat koper, namun ditolak dengan halus oleh pria berkumis tersebut. Para tamu itu segera menuju ke bagian yang berisi kamar tamu dan menempati ruangan mereka masing-masing.

Maka mereka pun menempati tiga kamar yang berbeda. Pasangan suami istri tersebut menempati satu kamar yang sama, sementara kedua anaknya tersebut menempati kamar yang berbeda.

Di dalam kamar si Gadis, ia segera merebahkan dirinya di ranjang yang luas. Barang-barang bawaannya bahkan belum sempat dikeluarkan dari koper. Ia menatap langit-langit kamar, membayangkan kenangannya di rumah ini empat tahun silam.

"Hmm, Ricky. Aku masih rindu sama kamu," gumamnya pelan.

~~~~​

POV Ricky

Hari ini, pekerjaan kami tak terlalu banyak karena kami sudah banyak menyelesaikannya di hari-hari sebelumnya. Saat jam 2 sore pun, kami sudah bisa bersantai dengan selesainya semua pekerjaan kami. Mungkin saat jam 3 nanti, aku akan mengizinkan mereka untuk pulang.

"Hai, Pak," sapa Mella kepadaku yang sedang duduk memainkan laptop.

"Ya, kenapa?"

"Mella sudah dikasih tahu oleh Pak Direktur, seminggu lagi Mella gak ada di sini lagi." Tutur katanya begitu menggambarkan kesedihan dirinya. Wajahnya tertunduk dan matanya sedikit memerah. Aku yang iba lalu mengajaknya untuk duduk di hadapanku.

"Aku udah menghubungi kenalan-kenalanku, Mel. Beberapa dari mereka udah siap menampung kamu nantinya."

"Aku tahu, Pak. Masalahnya mungkin aku gak bakal bertemu atasan yang sebaik Bapak nantinya."

"Tenang aja, Mel. Gak semua atasan itu jahat kok. Lagian, aku juga kan penyebab kamu dipecat."

"Tapi, Bapak udah baik denganku dan mau bertanggung jawab. Aku benar-benar gak mau pisah dengan atasan sebaik Bapak."

"Sudahlah. Ini sudah waktumu untuk melanjutkan kariermu di tempat lain. Kamu masih punya jalan panjang, Mel."

Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Lalu tak lama, air matanya sudah mulai tumpah membasahi pipinya. Ia menangis sesenggukan di hadapanku. Kuserahkan selembar tisu padanya agar ia bisa menghapus air matanya.

"Hiks… maafkan Mella selama ini yang sudah merepotkan Bapak. Mella janji gak bakal ngulangin hal yang sama di kantor Mella yang baru," ujarnya dengan penuh rasa sesal.

"Udahlah. Semua manusia pernah khilaf. Gak ada yang perlu disesali terlalu dalam kecuali untuk bahan pembelajaran." Aku mencoba menguatkan dirinya. Perlahan tangisannya mulai mereda. Mella pun kembali menatap wajahku dengan matanya yang masih sembab.

"Makasih, Pak. Bapak terlalu baik untuk aku yang hina ini."

"Jangan begitu, Mel. Gak ada manusia yang hina, kecuali mereka yang telah berbuat kejahatan yang besar sekali."

"Aku benar-benar menyesali semuanya. Gara-gara perbuatanku, nanti aku gak bisa lagi bertemu dengan Bapak."

"Nanti kamu bakal punya bos yang lebih baik kok. Aku jamin."

"Makasih, Pak. Aku harap itu yang bakal terjadi padaku."

Keheningan langsung terjadi di antara kami. Aku kembali fokus ke layar laptopku. TING! Tiba-tiba ponselku berbunyi menandakan bila ada pesan yang masuk. Kulihat pesan tersebut dari Mama yang mengatakan jika nanti malam ada ramah tamah keluarga besar.

Besok, keluarga kami akan mengadakan peringatan ulang tahun kakekku yang ke 95 tahun. Maka sebagian besar keluarga besar kami berkumpul di kota ini. Mama berpesan kepadaku untuk pulang lebih awal malam ini agar bisa bersiap-siap.

"Oh ya, Pak. Mella boleh nebeng pulang lagi gak hari ini? Soalnya motor Mella masih di bengkel," tanyanya dengan sedikit ragu-ragu.

"Kalau pulang awal, mungkin aku bisa."

"Makasih ya, Pak. Bapak udah baik sekali sama aku."

"Atasan yang baik harus begitu kan?" tanyaku sembari tersenyum.

"Iya, Pak," jawabnya sambil menganggukkan kepala.

"Belum mau kembali ngumpul sama anak-anak, Mel?"

"Ah, mereka mah sibuk nonton bola sore-sore gini. Mella kan gak suka nonton bola."

"Jadi kamu mau disini?"

"Kalau Bapak berkenan."

"Ya, gak apa. Asal gak mengganggu kerjaan aja."

"Makasih, Pak."

Mella mulai membuka ponselnya. Sementara aku terus terfokus pada sedikit pekerjaan sampinganku di laptop. Setelah menyelesaikan pekerjaan di laptopku, aku kembali membuka obrolan kepada Mella.

"Anyway, kamu kuliah di mana dulu, Mel?" tanyaku sembari meregangkan tanganku.

"Aku di Universitas Bangsa Mulia, Pak. Jurusan administrasi perkantoran," jawabnya sembari mengalihkan perhatian dari ponselnya.

"Oh, bagus juga kampusmu. Pasti biayanya lumayan tuh."

"Iya, Pak. Bersyukur Mella dapat kerjaan part time waktu itu, jadi gak terlalu bebanin biaya kuliah ke orang tua."

"Kerja apa kamu dulu?" tanyaku yang mulai penasaran dengan masa lalunya.

"Aku bantuin temanku jualan takoyaki di taman kota, Pak. Syukurnya sih tiap malam laris jadi penghasilan kami lumayan," tuturnya sembari tersenyum.

"Orang tuamu pasti bangga punya anak yang pekerja keras kayak kamu."

"Gak, Pak. Mereka selalu ngebandingin aku sama kakakku yang jadi arsitek. Mereka sering bilang aku gak guna, aku beban keluarga, cuma gara-gara gak mau ngikutin jejak kakakku," tuturnya lagi dengan wajah yang kini menjadi muram.

"Kan tiap orang punya bidang yang berbeda."

"Aku udah bilang gitu, Pak, sama mamaku. Tapi aku selalu dicemooh, Pak. Apalagi pas aku keterima kerja di bagian pergudangan, aku dicibir sama mamaku gara-gara ngeyel sama dia. Aku sakit hati, Pak, dicibir terus tiap hari aku pulang ke rumah. Makanya aku milih ngekos aja." Suara Mella mulai parau di akhir ceritanya. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Tangannya terkepal di atas meja. Hatiku mulai terenyuh mendengar cerita Mella yang penuh dengan rasa sakit tersebut.

"Mel, yang sabar ya."

"Aku gak tahu gimana reaksi keluargaku saat tahu aku dipecat, Pak. Pasti aku bakal gak dianggap lagi sama keluargaku hiks…." Mella mulai menangis terisak-isak di hadapanku. Telapak tangannya menutupi wajahnya. Aku jadi bersimpati padanya. Aku juga tak habis pikir dengan orang tua yang tega mengucilkan anaknya hanya karena pekerjaannya yang tak sesuai harapan mereka. Bukankah pilihan karier itu ada di tangan anak sendiri, bukan orang tua?

"Mel…." Aku kembali menyerahkan selembar tisu padanya. Ia pun menghapus air matanya dengan tisu pemberianku. Perlahan ia mulai menenangkan dirinya dan menghentikan tangisannya.

"Maafkan aku, Mel. Aku gak tahu dengan latar belakangmu. Aku benar-benar minta maaf udah membuatmu dipecat."

"Gak apa kok, Pak. Aku bakal buktiin ke orang tuaku kalau aku bisa mencari pekerjaan lain."

"Kurasa aku bisa membantumu buat mempertahankan kerjaanmu di sini."

"Gak perlu, Pak. Aku gak mau merepotkan Bapak lagi. Ini udah jadi bagian dari perjuangan Mella."

"Benaran, Mel. Aku bisa ngomong ke Papa buat pertimbangin lagi."

"Maaf, Pak. Aku sudah cukup menerima bantuan Bapak. Aku gak mau dicap sebagai penjilatnya Bapak."

"Ya sudah, kalau itu pilihanmu."

"Makasih ya, Pak. Cuma Bapak orang di luar sahabatku yang kupercaya buat ikut menampung curhatku," ucapnya sembari tersenyum padaku.

"Tenang aja. Aku gak bakal bocorin ke siapa-siapa kok."

"Sekali lagi, makasih banyak, Pak. Aku jadi tambah lega setelah cerita sama Bapak."

"Anyway, kenapa kamu gak mau jadi model atau selebgram, Mel? Kan kamu punya wajah yang cantik tuh, kulihat kamu juga punya kepribadian yang cukup baik dan ramah."

"Aku mau sih, cuma aku gak pede buat mulai. Lebih banyak kok yang lebih cantik dari Mella."

"Kamu gak kalah cantik kok dengan cewek di luar sana. Kamu kurang percaya diri aja," kataku untuk menaikkan kembali semangatnya.

"Ah masa, Pak?" tanyanya dengan malu-malu padaku.

"Terserah kamu deh mau percaya atau tidak."

"Makasih loh, Pak, udah bilang saya cantik," ucapnya dengan wajah yang tersipu malu dan pipi yang memerah bagai bunga sakura.

"Kan aku cuma mengatakan sebuah fakta."

"Sekali lagi makasih ya, Pak. Saya permisi dulu," ujar Mella sembari undur diri dari hadapanku.

"Ya, silakan."

Setelah Mella keluar dari ruanganku, aku kembali fokus kepada laptopku. Timbul niat isengku untuk kembali login ke akun Instagram yang sudah lama tak aktif. Saat aku berhasil masuk kembali ke akunku, aku begitu terkejut melihat banyak DM dari Claire yang aku tidak tahu bila ia mengirimnya. Aku lalu membuka DM tersebut dan membacanya satu per satu. Intinya Claire bertanya kenapa aku meninggalkannya begitu saja. Hari demi hari, ia terus mengirimku pesan. Hingga pada akhirnya, ia curhat panjang lebar dan mengatakan jika ia sangat kecewa padaku yang menghilang tanpa kabar. Tepat pada dua hari yang lalu, ia menuliskan salam perpisahan padaku dan mengatakan bila ia tak akan menggangguku lagi.

Aku membuka profil dari Claire. Kulihat post terbarunya adalah fotonya dengan seorang lelaki. Aku kenal lelaki tersebut, ia adalah kohai-ku. Dari caption yang ia tulis, Claire mengatakan kalau ia berhasil move on dan menemukan tambatan hatinya yang baru. Aku hanya tersenyum saja karena mengetahui Claire baik-baik saja setelah ditinggal olehku. Tidak ada rasa sakit hati atau rasa kehilangan dalam diriku. Bagiku yang terpenting Claire bisa bahagia dengan lelaki tersebut.

Aku lalu menutup laman Instagramku. Kemudian, aku membereskan semua yang telah kupakai. Selepas itu, aku keluar dan memulangkan semua anak buahku. Tak lupa, aku memberi tahu bagian HRD yang dipegang oleh Kak Kimi kalau aku memulangkan mereka lebih awal. Setelah itu, tinggallah aku berdua bersama dengan Mella di sini. Seperti janjiku, aku akan membawa Mella pulang ke kosnya bila pulang awal.

Aku pun mengantar Mella menggunakan mobilku ini. Sepanjang perjalanan, kami tidak banyak mengobrol satu sama lain. Tetapi aku sering melihat bila Mella selalu diam-diam tersenyum. Tak tahulah apa yang sedang ia rasakan, bukan urusanku. Tiba-tiba saja, perutku mengeluarkan melodi indahnya pertanda sedang mengalami lapar. Memang, aku tidak makan siang ini karena berfokus pada pekerjaanku.

"Bapak lapar ya?" tanya Mella sambil menatapku.

"Menurut kamu?"

"Yuk kita makan aja. Mella juga gak makan siang kok tadi," ajak Mella padaku.

"Hmm, ya udah deh."

Aku segera membelokkan setirku ke arah kiri. Tak sampai 5 menit perjalanan, kami pun tiba di sebuah kafe yang cukup ternama di kota kami. Mella memesan sepiring mie goreng pedas dengan nasi dan minumannya jus semangka. Sedangkan aku, hanya memesan seporsi kecil mie goreng dan segelas teh es.

"Dikit amat makannya, Pak," komentar Mella setelah melihat pesananku.

"Nanti aku ada makan malam sama keluarga besarku."

"Oh gitu. Aku gak tahu hehe…."

TING! Sebuah pesan masuk ke ponselku. Ternyata itu adalah DM dari Claire. Saat aku mengecek isinya lewat layar notifikasi, ternyata ia bertanya untuk memastikan jika aku kembali mengaktifkan kembali Instagramku. Aku dipenuhi rasa ragu. Batinku bertanya, apakah aku harus membuka pesan Claire dan membalasnya.

"Pak…." Panggilan lembut Mella tersebut membuyarkan lamunanku.

"Kenapa, Mel?"

"Bapak kenapa?" tanya Mella dengan wajah yang cemas dan penasaran bercampur menjadi satu.

"Enggak, aku baik-baik aja kok."

"Bapak ada masalah ya?"

"Aku gak ada masalah kok. Gak perlu khawatir, Mel."

"Kalau ada apa-apa, Mella siap dengerin kok. Kan imbalan karena Bapak udah bersedia jadi teman curhat Mella tadi."

"Gak ada yang penting kok, Mel," ujarku sembari tersenyum padanya.

"Ya udah deh kalau Bapak gak mau cerita."

"Oh ya, jangan panggil aku Bapak dong kalau di luar kantor. Jadi berasa tua sekali. Kita kan seumuran, Mel."

"Ya udah, Rick. Aku manggil gini ya."

"Iya, anggap aja kita teman sepantaran."

"Rick, benaran kamu gak mau cerita?"

"Gak perlu, Mel. Ini masalahku sendiri, aku gak ingin membawa orang lain."

"Kalau gitu, baiklah. Aku gak bakal maksa kamu kok, Rick."

"Makasih, Mel, udah mau perhatian padaku."

Selesai menyantap makanan kami, aku segera membayar pesanan kami ke kasir. Awalnya Mella menolak untuk ditraktir olehku, namun aku langsung menyodorkan kartu kreditku yang membuat Mella kalah cepat untuk mengeluarkan lembaran uang kertasnya. Setelah itu, kami segera kembali melanjutkan perjalanan pulang dan tibalah kami di kosnya Mella.

"Rick, mau masuk gak?" tawar Mella padaku.

"Gak usah deh, Mel. Aku masih harus jemput kakakku di kantor," tolakku dengan halus.

"Oh ya udah kalau gitu. Hati-hati ya, Rick."

"Makasih, Mella."

"Sama-sama, Rick."

Mella melambaikan tangannya padaku begitu mobilku pergi meninggalkan kosnya. Aku segera memacu mobilku kembali ke kantor. Sekarang masih pukul 16.30. Artinya, aku butuh menunggu setengah jam lagi sebelum Kak Kimi pulang. Setibanya aku di kantor, aku memilih tidak keluar dari mobil dan memberi tahu Kak Kimi kalau aku menunggu di dalam mobil. Aku kembali membuka ponselku. Kulihat notifikasi pesan dari Claire kembali muncul di layarku. Dalam perasaan gundah, aku memilih untuk menutup ponselku saja.

"Huh… kurasa aku harus melupakan Claire begitu saja."
 
Thanks updatenya suhu jaga kesehatanya

Tumben ini Bandung lengang, malming biasanya Padat merayap a.k.a Macet. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
oh korona....
Makasih gan, agan juga jaga kesehatan ya :semangat:
Hehehe
orang jakartanya pada diam diri dirumah :)
Pada bermeditasi semua tuh kayaknya
Makasih updatenya om @Ichbineinbuch,
Yoi gan, sama-sama
ningal sandal dan tenda
Tinggal aja, aman kok
Uppppppppppppppp
Tuh dah di up
Mantab sekaleeeee
Makasih banyak gan :beer:
Semoga tamat
Doakan aja ya, biar ane dapat kekuatan buat update terus
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd