Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Makasih updetnya om @Ichbineinbuch

tetap berkarya dan sehat selalu :beer:
Yoi gan, sama-sama
semoga Ricky khilaf :pandajahat:
Pengen lihat Ricky remes bokong Kak Kimi lagi?
kimi kasihan banget kamu nak.....wkwkwkwkwk..... bisa menyatu ngga yah secara kakak adik
Yah gak tau deh
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Wahh kirain Ricky mo manfaatin mella, ternyata malah tetep dilaporin ke Bapaknya..
Yap konflik dimulai lg dengan ditunangkannya Kak Kimmy dengan Nathan..
Dan bisa jadi dendam dari Nafli..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
Yoi, kan Ricky berintegritas
Nunggu update
Nunggu.....
 
Abis maraton dr season 1 sampai ini. Keren ceritanya, kayak bneran.. Lanjut ceritanya..
 
PART 12 (S2)
POV Ricky

"Sayang, mandi sana. Bau kamu tuh," ujar Kak Kimi yang baru saja muncul dari kamar tidurku. Ia berjalan sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Lalu ia duduk di sofa dan menyalakan TV.

Aku meninggalkan Kak Kimi untuk mandi. Selesai mandi dan berpakaian, aku kembali ke ruang depan apartemenku. Kak Kimi masih anteng saja di depan TV menyaksikan film action yang berkisah tentang pertarungan bangsa robot dari planet lain.

"Kak, Kakak ada masalah ya di rumah?" tanyaku sembari mengelus rambutnya yang halus tergerai.

"Aku bosan aja tinggal di rumah. Aku pengen tinggal sama kamu lagi," ungkapnya dengan mata yang terus menatap ke layar LED televisiku.

"Kak, Kakak gak boleh gini loh."

"Biarin lah, Sayang. Aku capek dengan Mama dan Papa. Mereka gak peduli dengan perasaan aku dan terus mendesak aku buat nerima perjodohan mereka." Kurasakan ada sedikit rasa perih di dadaku begitu mendengar Kak Kimi akan dijodohkan. Jantungku berdegup keras. Namun sebisa mungkin aku mengontrol emosiku dulu.

"Siapa yang mau dijodohin sama Kakak?"

"Seniorku di kampus. Sekarang dia udah jadi pengusaha sukses sehingga Mama dengan Papa jadi tergiur buat ngejadiin aku sebagai calon istrinya."

"Jujur aja, Kak. Aku sayang banget sama Kakak. Aku juga gak bisa lihat Kakak pergi dari aku. Tapi kalau calon suami Kakak seperti itu, aku rela kok biar masa depan Kakak terjamin." Ikatan batinku dengan Kak Kimi yang hilang 4 tahun lalu kembali menguat. Maka kuucapkan kata-kata tersebut dengan rasa sakit di hatiku. Aku benar-benar tak rela kehilangan Kak Kimi untuk kedua kalinya, apalagi bila di depan mata kepalaku langsung.

"Sekarang kamu tega juga buat ngebuang aku?" tanyanya menatap wajahku dengan mata yang berkaca-kaca.

"Bukan itu maksudku, Kak. Maksud aku kan dia tajir tuh, lalu dia juga memberi Kakak keturunan yang layak. Jadi masa depan Kakak lebih terjamin dibanding denganku." Aku berusaha untuk tidak menjadi orang yang egois. Bagaimanapun, Kak Kimi adalah wanita yang baik. Ia harus mendapatkan kebahagiaan dan impian yang sudah selayaknya ia dapatkan.

"Dulunya aku memandang buah dari cinta sejati adalah anak yang sehat dan baik. Tapi semenjak bersama kamu, aku gak ngerasa anak itu penting lagi, Sayang." Ia menggenggam tanganku erat. Aku juga turut menggenggam tangannya tersebut dengan tangan yang satu lagi.

"Terus siapa yang nerusin keluarga kita nantinya?"

"Kita adopsi anak aja. Aku bakal nyayangin dia kayak anakku sendiri kok."

Aku tertegun mendengar ungkapan dari Kak Kimi. Betapa besarnya cinta dia padaku. Sampai-sampai ia rela membuang pernikahan impiannya yang sudah ia rencanakan sejak kecil dan rela pula tidak memiliki buah hati yang sangat ingin ia timang.

"Kurasa besok Kakak harus pulang ke rumah agar keadaannya menjadi lebih baik."

"Hmm iya deh. Tapi aku takut kalau aku bakal dihukum atau apa."

"Aku bakal nemanin Kakak kok. Mereka kan udah tahu soal hubungan kita. Jadi aku bakal maju buat ngelindungun Kakak."

"Makasih, Sayang," ucapnya dengan simpul senyum yang kini mengembang di wajahnya.

"Sama-sama, Kak."

Kami pun berpelukan satu sama lain. Selepas pelukan, Kak Kimi mematikan televisinya dan mengajakku untuk tidur. Walau masih awal, apa salahnya kami tidur lebih dulu? Lumayan buat nambah kesegaran fisik di pagi esok.
.
.
.
.
.
.
"Sayang, bangun dong. Udah jam 6.30 nih."

Suara lembut Kak Kimi membuatku mulai sadar dari alam mimpiku. Aku membuka mataku dan melihat bila Kak Kimi sedang mengusap-usap pipiku. Setelah melihatku bangun, ia menghentikan aktivitasnya dan tersenyum kepadaku.

"Morning, Ricky," sapanya dengan lembut.

"Morning, Kak."

"Siap gak buat ngejalanin hari?" tanyanya sembari menatap mataku yang masih setengah terbuka.

"Harus siap lah, Kak."

"Ya udah. Bangun sana."

Aku pun beranjak dari ranjangku dan meregangkan badanku. Setelah diriku sudah segar dan berkeringat, barulah aku mengambil handukku dan bersiap untuk mandi. Kulihat jam yang tergantung di dinding ruang apartemenku. Masih menunjukkan pukul 5.30.

Saat aku berjalan ke kamar mandi, kucium aroma bawang yang ditumis dari dapurku. Ah ternyata Kak Kimi sedang masak. Bagaikan koki yang handal, ia mengenakan apron dan sibuk menjaga bawang yang ada di teflon agar tak gosong. Aku hanya tersenyum saja melihat ketelatenan kakakku ini. Andai aja kamu jadi istriku, Kak.

"Eh, Sayang. Maaf ya aku masak gak seizin kamu. Habis laper nih."

"Gak ada yang larang kok. Buatkan untuk aku juga ya," kataku sambil tersenyum.

"Siap, Sayang," sahutnya dengan membentuk lingkaran dengan menempelkan ibu jari dan jari telunjuknya disertai dengan sebuah senyuman khasnya yang manis bagai madu.

Aku berjalan mendekati Kak Kimi dan langsung mendekap dirinya. Ia sedikit terkejut namun tak melawan diriku. Kusibak poninya tersebut dan mengecup keningnya yang mulus dengan penuh rasa sayang.

"Calon istriku rajin ya. Bisa bangun pagi buat masak."

"Hehe… gak tahu kenapa kalau nginep di sini, naluri cewekku keluar buat masakin kamu."

"Makin sayang deh sama Kakak."

"Gombal ah pagi-pagi. Tapi aku suka kok digombalin sama kamu."

"Eh, Kak. Nanti bawangnya gosong tuh."

Aku langsung melepaskan pelukanku dan Kak Kimi buru-buru mematikan kompornya. Ia mengelus dadanya begitu melihat bawangnya itu tidak gosong, walau agak sedikit terlalu matang. Aku mengelus rambutnya dan mencium pipinya tersebut.

"Bawang kalau makin mateng makin wangi kok, Kak."

"Ihh kamu sih. Untung aja kamu ingat."

"Ya-ya, maaf dong, Kak."

"Udah ah, mandi sana. Bau kamu tuh."

"Iya ah. Calon istriku bawel."

"Ini perhatian tahu namanya. Mau calon istrimu cuek sama kamu?"

"Ya enggak lah, Kak."

Aku langsung menuju ke kamar mandi. Setelah disegarkan oleh air, aku langsung berganti pakaian ke pakaian kerjaku. Lalu aku berjalan keluar menuju meja makan yang sudah penuh dengan hidangan hasil tangan Kak Kimi.

"Sayang, aku mandi dulu ya," kata Kak Kimi sambil melepas apron dan meletakkannya di tempat semula.

"Mandi aja, Kak. Aku tungguin deh biar kita makan sama-sama."

"Makasih loh, Sayang. Tapi kalau kamu dah laper, makan aja gak apa."

"Gak lah. Aku ikut Kakak aja."

"Sekali lagi, makasih ya, Sayang."

Ia berjalan mendekati diriku. CUP! Ia mengecup pipi kiriku ini. Ia tersenyum manis dan aku membalas dengan mengelus pipinya yang halus seperti kue moci Jepang.

"Kakak manis banget," pujiku dengan setengah bergumam.

"Kan aku memang manis." Kak Kimi menatapku dengan matanya yang indah itu. Senyumnya masih tetap terpasang di wajahnya. Aku turut tersenyum mengagumi wajah cantik kakak kandungku tersebut.

"Dah mandi sana, Kak."

"Siap dong, Calon suamiku."

Ia masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil handuk dari tasnya. Aku memainkan game di ponselku sembari menunggu Kak Kimi selesai mandi dan berpakaian. Sekitar 15 menit kemudian, keluarlah ia sudah berpakaian kasual dengan kaos berwarna hijau toska dan celana panjang jeans berwarna biru. Memang seperti ini pakaian kerja kami saat hari Jumat. Bebas, rapi, dan tetap sopan.

Selama proses sarapan kami, tiada henti-hentinya aku memuji kelezatan telur dadar bawang buatan kakakku. Lebih enak dari buatanku malah. Sampai-sampai aku jadi ketagihan dan menambah sedikit lagi nasiku karena kelezatan telurnya.

"Ihh, doyan banget kamu sama telurku," komentarnya begitu aku mencedok nasi lagi dari bakul.

"Enak banget loh, Kak. Dah cocok kok jadi calon istriku."

"Hehe… makasih ya, Sayang," ujarnya dengan sedikit malu-malu.

Selesai makan, kami bersantai sebentar karena masih terlalu dini untuk berangkat ke kantor. Maka kini aku duduk di sofa sembari mendengar musik, dengan Kak Kimi yang berbaring di perutku dan wajahnya menengadah menghadap daguku.

"Mama tahu kalau Kakak lari ke sini?" tanyaku sambil mengelus kepala Kak Kimi.

"Biarin aja lah. Aku udah dewasa kok, gak perlu diatur-atur lagi," jawabnya dengan santai.

"Kakak gak takut durhaka?"

"Kalau buat kamu, aku gak takut apapun."

"Kak, mau bagaimanapun mereka itu orang tua kita loh. Kakak harus pulang nanti malam."

"Gak, aku gak mau pulang, Sayang." Kak Kimi menyoloti perkataanku.

"Aku yang bakal maksa Kakak buat pulang. Aku bakal antarin Kakak sampai rumah."

"GAK! AKU GAK MAU PULANG!" sergahnya dengan keras padaku.

"Aku gak peduli, Kak. Kita ini anak mereka. Kita gak boleh begitu saja membangkang pada mereka," kataku tetap bersikukuh.

"Sayang…." Mata Kak Kimi mulai berkaca-kaca. Aku langsung memegang pipinya yang halus dan lembut. Lalu tumpahlah air mata Kak Kimi dengan deras membasahi pipinya itu.

"Maafkan aku, Kak. Aku cuma gak mau menyakiti hati orang tua kita terlalu jauh."

"Hiks… Sayang, please. Aku pengen sama kamu doang hiks…."

Aku mengusap air mata yang tumpah di pipinya Kak Kimi. Ia terus menangis selama 15 menit lamanya. Setelah tangisannya mulai mereda, aku membantunya untuk berdiri. Kutatap matanya yang sembab dan kemerahan. CUP! Lalu aku mencium pipinya itu agak lama.

Aku melepaskan ciumanku dan memeluk dirinya. Kuelus-elus lembut kepala kakak kandungku ini. Sebagai penenang terakhirku, aku mengecup bibirnya yang sudah merah terkena lip tint dan tak lupa mengecup pula keningnya.

"Kakak bakal baik-baik aja kok. Aku bakal bantu Kakak ngomong nanti. Tenang aja."

"Maafkan aku ya, Sayang. Aku udah ngerepotin kamu."

"Gak apa kok. Kakak perbaiki deh make up-nya Kakak, kacau tuh kena air mata Kakak."

"Makasih ya, Sayang. Aku jadi makin cinta sama kamu."

Ia mengecup pipiku sekilas. Lalu ia meninggalkanku untuk memperbaiki riasannya di kamar. Aku segera menyiapkan mobilku sembari menunggu Kak Kimi untuk bersiap-siap.

15 menit kemudian, keluarlah Kak Kimi dengan riasan yang sudah diperbaharuinya. Ia berjalan sambil menenteng tas hitam kecil di lengannya. Kemudian mereka pun masuk ke dalam mobil. Aku mulai menyalakan mesinku dan menjalankan mobilku. Kak Kimi hanya duduk terdiam di sampingku, tak seperti biasanya yang selalu aktif untuk mengajakku untuk bercakap-cakap.

"Kakak kenapa?" tanyaku khawatir.

"Gak apa-apa kok," jawabnya datar.

"Kakak masih sebel sama aku?"

"Gak kok. Santai aja, Sayang." Fix, Kak Kimi masih merasa kesal padaku. Aku pun merasa sudah cukup untuk menanyainya. Takutnya malah Kak Kimi tambah berang dan merusak hariku serta harinya.

CUP! Aku menyempatkan untuk mencium pipinya. Kugenggam pula tangannya dengan lembut. Kulihat wajah Kak Kimi yang cemberut mulai berubah menjadi lebih ceria. Ia mulai menatap balik diriku dan tersenyum padaku.

"Eh udah gak marah lagi ya Kakakku ini?" godaku sambil mencolek pipi lembutnya.

"Ihh, Sayang. Kamu ah," ujar Kak Kimi malu-malu sambil menepis pelan jariku.

"Imut banget sih, Kak, kalau udah baikan kayak gini."

"Sayang! Baper ah!" keluhnya manja sambil menggenggam tanganku erat.

"Dasar, baru diginiin aja udah baper."

"Ricky! Udah ah! Nanti aku baper di kantor, kamu yang tanggung jawab loh."

"Iya-iya, aku stop deh."

Maka perjalanan kami di kantor dipenuhi oleh canda tawa yang mengisi kabin mobilku. Aku terus menggoda Kak Kimi dan ia merespon dengan tawa dan juga dorongan ke lenganku. Aku ramal… nanti produktifitas di kantor bakal meningkat drastis hehe….
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Wow pantang mundur rupanya..
Sangat berat rintangan dan halangannya, apalagi tinggal di negara Indonesia,
Paling masuk akal klo memamg tetep nekat ya kabur ke LN.. hehe..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Keren Storynya Bang....Ditunggu kelanjutannya..
Yoi, tungguin aja ya
Abis maraton dr season 1 sampai ini. Keren ceritanya, kayak bneran.. Lanjut ceritanya..
Wah, terhura loh ane ada yang mau maraton cerita ini
Hallo Kak Kimi :bye:
Gak bakal dibalas kok hehe
Maturnuwun suhu... :beer:
Yoi gan:beer:
Keren... d tunggu lanjutannya suhu...
Ditunggu aja gan
Thanks updatenya suhu
Yoi gan
"PART 12 (S2)"

terimakasih updetnya om @Ichbineinbuch

tetap berkarya dan sehat selalu :beer:
Makasih gan buat doanya
 
Bimabet
Maju terus Ricki dan Kimi pantang mundur
Udah kayak mau perang aja hehe
terimakasih suhu @Ichbineinbuch buat update ceritanya ,bakal nikah ni ricky sama kimi:tepuktangan:
Emang mereka berdua bisa nikah?
Thank you upnya om @Ichbineinbuch .. :beer:
Yoi gan, sama-sama :beer:
Ricky sok-sok an ikhlas :|
nanti cemburu baru nyaho...... :D
Namanya juga cowok, sok kuat doang di depan cewek, padahal aslinya juga rapuh
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Wow pantang mundur rupanya..
Sangat berat rintangan dan halangannya, apalagi tinggal di negara Indonesia,
Paling masuk akal klo memamg tetep nekat ya kabur ke LN.. hehe..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
Tinggal Kak Kimi sama Ricky mau gak kabur ke luar negeri bersama dan memulai hidup baru?
Pasang tenda dulu
Lanjutken suhuuu
:beer: sip gan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd