Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Alkisah Di Desa Permai

Cerita manakah yang akan diterbitkan selanjutnya

  • Majlis Budak ( MC Nur )

    Votes: 388 58,4%
  • Sekolah Budak ( MC Intan )

    Votes: 220 33,1%
  • Serikan Budak ( MC Syifa )

    Votes: 56 8,4%

  • Total voters
    664
Rencana Untuk Kakak

Aku menjalankan hari-hariku dengan bahagia. Semenjak ibu menyatakan sumpahnya, aku sudah berhasil dengan sepenuhnya mengendalikan tubuhnya hingga pikirannya. Dengan mantraku aku membuat ibu terus memikirkan kontolku yang nikmat serta lelehan sperma dan kencing yang menggoda. Sering kulihat ketika ibu mencuci pakaiaanku, ibu mengendus-endus sempakku bahkan menghisapnya untuk menikmati sisa baunya. Tak cukup sampai disitu, ibu bahkan menjilati pakaiaanku sehabis berkerbun untuk menikmati sisa keringatku

Sejak saat itu juga ibu tanpa malu akan melepaskan cdnya dan menyingkap bajunya sampai pinggang hingga menampakkan memek serta pantatnya jika tidak ada orang selain aku dirumah kemudian beraktifitas dengan normal. Semua itu ibu lakukan dengan senang hati dan tanpa penolakan. Bahkan ibu seringkali menggoyang-goyangkan pantatnya untuk menggodaku.

Semakin lama rasa malu dari ibu seakan tercabut. Dia seperti merasa puas ketika menunjukkan bagian tubuhnya yang seharusnya dia lindungi. Dia dengan senang hati akan melakukan segala perintahku meskipun itu merendahkan martabatnya bukan hanya sebagai ibu tapi juga sebagai manusia. Ibu tak segan untuk bersetubuh denganku atau meminum air kencingku. Akal sehatnya sekarang sudah sepenuhnya tercabut digantikan oleh nafsu besar untuk melayani semua fantasiku.

Tapi aku sadar kalau tugasku belum selesai. Tuk sudah mengingatkan kalau mantra ini harus terus digunakan agar tidak terkena efek sampingnya. Untuk itulah aku harus menentukan target selanjutnya untuk kutundukkan dengan mantra ini. Dan itu adalah kakakku, Syifa.





"MMMPPHHH" Dengan terampil ibu menghisap kontolku yang sejak tadi sudah tegang. Aku tersenyum senang sambil mengelus rambut ibu yang sebahu dengan lembut. Di depanku, dengan penuh pengabdian ibu berlutut sambil mengulum kontolku. Lidahnya sesekali bermain menggelitiki buah zakarku membuat aku merasakan sensasi birahi yang luar biasa.

"Udah dulu Nur."Kataku menghentikan blowjob ibu. Sejak menjadi budakku, aku memang tidak pernah memanggilnya lagi dengan ibu jika hanya ada kami berdua.

"Tuan mau ngapain ?"

"Ada yang mau kuomongin tapi coba pijitin dulu leherku Nur. Dari tadi sore pegel banget." Ibu beranjak berdiri dan duduk dibelakangku dan mulai mengurut leherku dengan telaten. Beberapa saat kemudian, aku menyurunya berhenti.

"Ah kurang mantep pake tanganmu. Coba kau pijat pake tokedmu yang gede itu."Ibu tanpa banyak tanya segera memposisikan kepalaku diantara dua tokednya kemudian tangannya menggenggam kencang kedua tokednya yang sebesar pepaya dan mulai menekannya ke leherku. Ah, sungguh nikmat bisa merasakan pijatan dari toked sebesar punya ibu.

"Nur, aku mau nanya, kok kamu itu dari dulu gak perhatian sama aku. Dari dulu kamu itu kok kayak mengabaikan putramu ?"

"Maafkan budak hina ini tuan." jawab ibu sambil terus memijatku dengan tokednya."Budak hina ini terlalu menginginkan anak perempuan sehingga begitu tuan lahir budak ini merasa sangat kecewa."

"Kenapa kecewa ?"

"Dulu ayah tuan bukan pria baik-baik. Dia sering selingkuh di belakang budak ini. Meski ingin mengajukan cerai, budak ini terlalu takut karena ayah akan mengancam akan menyakit tuan dan saudari tuan. Karena itulah budak ini diam saja saat ayah tuan selingkuh. Tapi melihat wajah tuan membuat budak ini teringat dengan ayah tuan."

Darahku berdesir mendengar cerita ibu. Tak kusangka ayahku ternyata sebangsat itu. Pantas saja ibu sering mengacuhkanku karena mengingatkannya dengan ayahku. Aku bisa memahami perasaan itu. Ibu masih cukup baik dengan hanya mengabaikanku dan tidak menyakitiku. Tapi aku ingin mempermainkan budakku ini sekaligus untuk menjalankan rencanaku untuk menaklukkan kakakku.

"Jadi begitu ya, jadi kamu anggap aku ini seperti ayahku ?"

"Bu..bukan..begitu tuan. Tuan berbeda. Tuan terlalu mulia jika disandingkan dengan ayah tuan."

"Kalau begitu kenapa kau mengabaikanku ?"tanyaku dengan nada yang ditinggikan.

"Ma..maafkan budak ini tuan."Dengan sigap ibu turun ke bawah dan langsung berlutut mencium kakiku. Itu adalah kebiasannya jika berbuat salah dan ingin meminta maaf dariku.

"Enak saja tinggal minta maaf. Kau tahu tidak perasaanku yang diabaikan ibu sendiri."kataku pura-pura marah.

"Budak hina ini siap dihukum oleh tuan untuk menebus kesalahan budak hina ini."

"Kau mau dihukum apa ?"

"Apa saja yang membuat tuan senang, budak ini akan melakukannya."

"Kalau begitu aku minta kamu menyerahkan kedua anakmu yang selama ini mendapatkan perhatianmu."kataku datar. Ibu agak terkejut mendengarnya.

"Syifa dan Intan ?"

"Iya. Emang siapa lagi."

"Tapi tuan...."

"Aku gak peduli. Ini adalah hukuman buatmu."

"Tapi tuan mau apa sama mereka ?"

"Akan kujadikan mereka sepertimu, budak pemuas nafsuku." Ibu terdiam agak lama mendengar perkataanku. Terlihat ibu sedikit bimbang harus menyerahkan putrinya untuk disetubuhi oleh saudaranya. Tapi berkat mantra Gendhing Abira Abilasa, ibu tidak bisa menolaknya.

"Budak hina ini akan melakukannya."ujar ibu sambil sekali lagi mencium kakiku.






Malam telah turun di Desa Permai. Perlahan kegelapan menyelimuti desa menggantinya benderang matahari. Saat itu suasana desa sangat sepi dengan beberapa orang saja yang berjalan di desa untuk keperluan mendesak. Sebuah suasana yang sangat sempurna untuk menjebak kakakku.

"Assalamulaikum !" seru Syifa begitu masuk ke dalam yang dijawab dengan salam oleh ibuku yang sedang menjahit di ruang tengah.

"Udah dikirim makanannya ke bu Siti ?"tanya ibu melihat Syifa masuk sebab tadi malam ibu meminta kakak untuk mengantarkan kue yang di pesan bu Siti.

"Udah bu. Suaminya yang nerima. Dia bilang juga jangan-jangan malam-malam ngirimnya. Takut gak ada yang nerima." jelas Syifa.

"Yah, mau gimana lagi. Tadi ibu lupa kalau kue pesenan bu Siti belum dikirim. Daripada nunggu pagi, mending malam ini juga dianternya."

"Tapi jangan gitu lagi bu, gak enakan juga kalau berkunjung malam-malam."

"Iya-iya, ibu gak akan lupa lagi."Ibu tersenyum ramah sambil terus menjahit."Oh ya, itu di meja dapur ada teh. Ibu siapin buat kamu."

"Wah, makasih banget bu."Syifa dengan riang pergi ke dapur dan mengambil segelas teh yang sebelumnya sudah disipakan ibu ketika kakak mengantarkan kue. "Tumben ibu buatin minuman ke aku."ujar kakak yang kembali duduk dengan ibu di ruang tengah.

"Ya itung-itung permohonan maaf karena sudah nyuruh kamu keluar larut begini."Ibu mengangkat bahu ringan sementara kakak mulai menikmati tehnya.

"Eh, si Intan sama Haris udah tidur ?"tanya Syifa setelah meminum beberapa teguk teh.

"Iya, Tadi kayaknya sebelum berangkat mereka berdua udah tidur."

"Oh, begitu ya."ujar Syifa sambil terus menikmati tehnya. Namun kakak mulai merasakan keanehan pada dirinya. Dia merasakan kalau suhu mulai panas meski udara malam dingin menusuk. Syifa juga mulai merasakan rasa gatal di toked dan memeknya.

"Eh, kamu gak tidur fa ?"

"Be..bentar dulu bu. Tanggung nih tehnya."Syifa mulai kehilangan fokusnya. Entah kenapa dia merasakan gejolak nafsu dari dalam dirinya.

"Kamu kenapa ? gak enak badan ?"tanya ibu terlihat cemas.

"Eh, e..enggak kok bu."elak Syifa sambil berusaha menahan gejolak nafsunya. Nafasnya sekarang mulai tidak beraturan.

"Oh, gitu. Eh tadi Haris bilang kalau besok dia mau ikut temennya ke pasar. Kamu mau nitip gak ?"

"Ni..nitip ? "Fokus Syifa semakin hilang. Mendengar nama Haris entah kenapa yang terbetik dalam pikirannya adalah kontol adiknya. "Dasar. Kenapa aku tiba-tiba ngebayangin Haris."

"Iya. Haris bilang mau ke kecamatan. Siapa tahu kamu pengen beli baju gitu."

"Eh. eng..enggak u..usah deh bu. Baju Sy..fa udah banyak. La..lagian nanti ngerepotin Haris."Begitu mengucapkan nama adiknya itu Syifa semakin tidak dapat mengendalikan dirinya. Tubuhnya memanas. Detak jantungnya meningkat. Nafasnya berubah menjadi desahan karena menikmati gelora nafsu yang tiba-tiba terpantik.

"Kamu kenapa toh Fa ? Kayaknya kamu sakit deh."Ibu mulai terlihat cemas melihat perubahan anaknya.

"Enggak kok bu."Syifa masih berusaha untuk terus mengelak tapi ibu bergerak cepat menyentuh dahi anaknya.

"Sakit apaan toh. Ini panas banget."Ibu dengan sigap memeriksa juga leher Syifa. Mendapat sentuhan seperti itu, syaraf-syaraf kulit Syifa bergetar hebat sebagai respon gelora nafsu yang semakin menggebu.

"Ke kamar dulu yah."Dengan lembut ibu menuntun Syifa yang berjalan sempoyongan ke kamarnya. Setelah sampai, kakak segera dibaringkan dengan perlahan. "Kamu tunggu dulu sebentar yah. Ada yang mau ibu ambil."

Ketika ibunya pergi, Syifa merasakan gatal yang semakin menggila. Tangannya pun masuk menyingkap gamis yang digunakannya dan menyelusup ke dalam cdnya. Perlahan tangannya mulai mengusap-usap memeknya yang malah membuat rasa gatalnya semakin menjadi. Namun anehnya Syifa tidak bisa berhenti. Dia merasakan perasaan nikmat ketika memainkan kemaluannya dengan tangannya sendiri. Suatu perbuatan yang tak pernah dia lakukan sebelumnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa aku melakukan hal menjijikan ini ?"benak Syifa dalam hati. Tapi dia tidak bisa berhenti. Dia sangat ingin dipuaskan oleh tangannya. Namun aksinya berhenti juga ketika dia mendengar pintunya berderit tanda sang ibu akan masuk. Bergegas dia menurunkan kembali gamisnya.

"Kamu ibu pijit ya."ujar ibu duduk di sisi ranjangnya. Syifa hanya bisa mengangguk pelan sambil berusaha untuk mengendalikan nafsunya yang menggebu usai memainkan kemaluannya.

"Gamisnya di buka dulu ya."Dengan penuh perhatian Syifa di dudukan di ranjang. Tangan ibunya meraih resleting di punggung anaknya dan membukanya. Gamis anaknya kemudian di naikkan keatas hingga terlepas dari tubuh Syifa. Sekarang tubuh Syifa hanya ditutupi dengan bh dan cd berwarna biru gelap. Ibunya pun membaringkan kembali putrinya dengan posisi tengkurap.

Dengan cekatan ibunya menuangkan minyak di tangannya dan mulai mengurut tubuh anaknya yang berwarna kuning langsat. Syifa merasakan perasaan nyaman ketika tangan ibunya bermain di tubuhnya. Namun perasaan terangsang kembali hadir dan kini semakin besar. Syifa merasakan urat-uratnya menegang meski sedang diurut ibunya.

"Ibu minta maaf ya, gara-gara ibu kamu jadi sakit begini."Syifa tidak terlalu mendengarkan kata-kata ibunya. Pikirannya sudah sepenuhnya kacau oleh gejolak nafsu yang sejak tadi dia rasakan.

"Bh mu ibu buka ya. Biar gampang mijitnya."Tanpa menunggu jawaban anakanya, sang ibu membuka kait bh Syifa kemudian meloloskannya. Setelah sejenak kembali memijat punggungnya. Sang ibu membalik tubuh anaknya sehingga terpampanglah pemandangan menakjubkan berupa 2 buah bukit bulat dengan puting berwarna merah muda. Tangan ibunya mula-mula memijat perut anaknya namun tangan ibunya mulai naik dan menjamah dada anaknya. Syifa mulai menggeliat seperti cacing kepanasan ketika payudaranya dipijat terlebih ibunya mulai memainkan putingnya.

"Ahhh...terus...bu...."cercau Syifa tanpa sadar.

"Tokedmu bagus ya nak. Putingnya masih ranum."Ibunya tersenyum sambil memainkan puting anaknya dengan jari-jemarinya. Syifa semakin menggeliat ketika mendapat perlakuan seperti itu dari ibunya.

"Bu...vagina Syifa juga bu."cercau Syifa tak kuat menahan rasa gatal di selangkangnya. Ibunya dengan sigap segera menarik turun cd syifa hingga terpampanglah vagina Syifa yang bersih dari bulu-bulu.

"Ini namanya bukan vagina sayang. Ini namanya memek."

"Iya bu. Tolongin Syifa bu. Memek Syifa gatel..aaaahhhh."Syifa mendesah semakin hebat. Ibunya mula-mula memijat paha Syifa tapi semakin lama semakin mendekati titik paling sensitif milik Syifa.

"Slurrrppp."Tiba-tiba sang ibu langsung menghisap kemaluan anaknya hingga membuatnya menjerit kenikmatan.

"Ahhhh....enak sekali bu..lagi..."Akal Syifa mulai mengabur. Dia kini sudah dibutakan dengan nafsu sehingga menyingkirkan fakta kalau yang dilakukan dengan ibunya adalah terlarang.

Namun menjelang klimaks, tiba-tiba ibunya menghentikan aksinya."ibu..kok..ber..henti ?"

Tanpa menjawab pertanyaan anaknya, sang ibu membuka gamisnya hingga terpampanglah tubuhnya yang berisi dan ternyata tidak memakai daleman apapun. Melihat tubuh ibunya yang semok itu, Syifa tiba-tiba merasa semakin terangsang. Tak selang lama, sang ibu segera menerjang Syifa dengan mulutnya.

Sungguh erotis permainan mereka berdua. Ibu dan anak seakan saling berlomba menuntaskan nafsu mereka satu sama lain. Tubuh mulus Syifa yang berbalut minyak urut bergumul dengan tubuh ibunya yang agak gemuk Kedua mulut saling menghisap dengan sesekali diiringi permainan lidah. Kedua toked mereka saling beradu akibat dan bergoyang seirama dengan tarian nafsu yang mereka peragakan. Kemaluan mereka juga saling bergesekan menambah sensual hubungan mereka. Akal Syifa sudah hilang digantikan dengan nafsu membara yang dipantik ibunya. Kini dia tidak peduli lagi dengan dosa. Dia hanya ingin menuntaskan hasrat seksualnya pada ibunya. Tubuhnya yang mengkilap karena minyak yang dioleskan oleh ibunya membuat Syifa

Namun ditengah pergumulan terlarang itu, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Dan di bawah pintu, aku berdiri dengan muka marah melihat apa yang sudah dilakukan oleh kakak dan ibuku.





Semua berjalan sesuai rencana yang kususun dengan ibu. Aku sudah meinginstruksikan supaya ibu telat menyiapkan kue sehingga membuatnya dapat menyuruh kakak untuk mengantar kue keluar. Aku sudah menaruh obat tidur di minuman Intan sehingga dia akan tertidur lelap sepanjang malam. Ibu juga kuminta untuk membuatkan teh yang sudah kucampur dengan obat tidur kemudian menyuruhnya untuk memberikannya pada Kak Syifa.

Setelah Kak Syifa datang, aku segera masuk ke kamar dan mengintip dari celah pintu yang sengaja kubuat. Sesuai dengan instruksiku, setelah melihat gejala Kak Syifa yang terangsang, ibu akan membawa kakak ke kamar dan memijitnya dengan minyak khusus yang sudah kusiapkan. Setelah itu ibu kuperintahkan untuk merangsang Kak Syifa hingga mau melakukan adegan lesbi dengan ibu.

"Ha...haris."Kak Syifa terbata menyaksikan sosokku yang berada di bawah pintu dengan tatapan melotot. Sontak dia berusaha menarik selimut untuk menutupi tubuh bugilnya.

"Apa yang Kak Syifa lakukan !" bentakku keras. Sementara itu ibu berusaha menutupi dada dan kemaluannya dengan kedua tangannya.

"Ris..ii..ini."Kak Syifa mulai ketakutan karena aksinya ketahuan.

"Begitu ya. Tak kusangka ternyata ibu dan Kak Syifa sudah melakukan hal yang bejat."

"Ma...mafin kakak Ris."Kak Syifa mulai memelas.

"Enak saja ! Memang kakak pernah maafin aku kalau bikin salah hah ! Sekarang biar aku hukum kakak. Akan kupanggil penduduk buat menyaksikan kalian berdua."

"Jangan Ris."Kak Syifa menggeleng kencang.

"Kalau kakak gak mau kupanggilkan orang-orang, kakak buka celanaku sekarang dan ngentot denganku."Kataku dengan nada sinis. Mata Kak Syifa terbelalak lebar mendengarnya.

"Kau gila Ris !"Kak Syifa berseru tak percaya kalau adiknya ingin berhubungan badan dengan kakaknya sendiri.

"Enggak kok kak. Lagian kakak udah dengan bejatnya main sama ibu. Harusnya sama aku gak masalah." Aku tertawa pelan."Nur, coba kau tunjukkan bagaimana caranya."

"Baik tuan."Dengan tanpa rasa malu ibu berjalan kearahku kemudian berlutut di depanku. Tangannya bergerak cepat membuka celanaku hingga menampakkan kontolku yang mengacung. Dengan khidmat ibu mencium kontolku seperti benda terhormat dan kemudian mulai menjilatinya. Kak Syifa seperti disambar petir di siang bolong melihat tingkah ibu.

"Apa ayng ibu lakukan !"

"Kaget ya kak, sekarang ibu sudah jadi budakku. Benarkan Nur ?"

"Benar. Sekarang ibu sudah jadi budak dari Tuan Haris."jawab ibu sambil masih melayani kontolku dengan lidahnya.

"Apa yang sudah kau lakukan pada ibu Ris !" Terlihat Kak Syifa mulai dikuasai amarah.

"Yah cuma menanamkan mantra supaya ibu tunduk pada semua perintahku."Aku mengangkat bahu santai."Dan kakak akan jadi yang selanjutnya."

"Bajingan kau Ris !"Seru Kak Syifa menggelegar."Keluar sana dasar anak laknat !"

"Oh, rupanya kakak masih belum sadar dengan posisi kakak.' Aku tertawa meremehkan."Biar kuberi tahu siapa tuan di sini. Sekarang silahkan kakak keluar dari rumah ini dan pamerkan tubuh telanjang kakak."

"Apa yang kau...."Tubuh kakak tiba-tiba mematung. Kemudian dengan patah-patah dia menyingkap selimutnya dan turun dari ranjang. Aku tersenyum puas melihatnya. Sekarang kakak tidak akan bisa melawanku.

"Kenapa ini ?"tanya Kak Syifa heran melihat tubuhnya berjalan dengan sendirinya ke arah pintu kamar.

"Kaget ya ? Kakak tahu gak, minyak yang tadi dipakai ibu sudah kumantrai sehingga sekarang semua tubuh kakak akan mengikuti kemauanku."

"Bajingan kau Ris."bentak Kak Syifa. Namun tubuhnya terus bergerak membuka pintu kamarnya dan melangkah keluar ke arah pintu utama.

"Bagaimana kak, kalau kakak mau nurut sama aku, aku bakalan lepas mantranya. Tapi kalau kakak gak mau, ya kakak akan terus berjalan ke luar dan jadi tontonan seluruh kampung."

Aku bisa melihat tekad kuat Kak Syifa untuk mengambil alih tubuhnya. Tapi itu semua terlambat. Mantra Gendhing Abira Abilasa cukup tangguh untuk sekedar berhadapan dengan tekad semata. Kulihat mata Kak Syifa mulai mengucurkan air matanya sementara tubuhnya terus berjalan ke pintu utama dan meraih gagangnya.

"Baik Ris, Kakak akan menuruti perintahmu."Kak Syifa mulai menangis karena perasaan malu. Aku menjetikan jariku tepat ketika pintu mulai terbuka.

"Gitu dong kak. Kalau dari tadi kan kita sama-sama enak."Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tubuh Kak Syifa yang sekarang jatuh tersungkur dengan mata yang mengeluarkan air mata.

"Puas kamu bikin kakak kayak gini."Kak Syifa menatapku penuh kebencian.

"Jangan gitu dong kak. Kan salah kakak sendiri yang malah main sama ibu. Nah sekarang kakak duduk di kursi ini."Kataku menunjuk kursi di depanku. Kakak dengan patah-patah akhirnya duduk di kursi itu dengan tangannya yang berusaha menyembunyikan toked dan memeknya. Sementara itu aku berdiri di depannya dengan kontol yang masih berdiri tegak.

"Nah bu, sekarang ibu coba bersandar di meja ruang tamu."Dengan patuh ibu segera membungkukkan tubuhnya dengan bertumpu pada meja ruang tamu yang karena posisinya rendah sehingga membuat pantatnya menungging keatas.

"Lihat nih kak, begini caranya meraih kenikmatan."Aku pelan mengusap pantat ibu yang sejak tadi hanya diam. Kemudian dengan sekuat tenaga, kontolku menusuk masuk ke anus ibu.

"AHHHH ! Kontolmu nikmat Tuan !"Cercau ibu yang keenakan anusnya dimasuki kontolku. Sementara itu Kak Syifa seakan tak percaya melihat ibunya sendiri sedang di anal oleh adiknya.

"Coba kau bilang pada anakmu betapa enaknya kontolku."

"Kontol Tuan Haris enak sekali. Bikin budak ini ketagihan."ujar ibu yang terus mendesah kenikmatan seiring dengan kontolku yang semakin cepat memompa. "Coba deh Fa, kamu pasti bakalan ketagihan sama kontol Tuan Haris."

Kak Syifa diam melihat pemandangan di depannya. Di satu sisi dia merasa jijik melihat ibunya disetubuhi oleh anaknya apalagi dari belakang. Namun sebagian dirinya lagi yang masih dibawah pengaruh obat perangsang yang kuberikan mulai memberikan sensasi aneh pada tubuhnya.

Perlahan tangan Kak Syifa bergerak meremas tokednya yang masih dilapisi dengan minyak. Semakin lama sensasi yang dia rasakan semakin meningkat dan membuat tangannya tanpa sadar mulai menggesek memeknya meski adiknya melihatnya secara langsung. Beberapa menit kemudian, tubuh Kak Syifa muali tidak terkendali dan mulai mengeluarkan desahan menggoda.

"Ris, tolong kakak Ris."cercau Kak Syifa ditengah mastrubasinya.

"Kakak mau apa ?"tanyaku pura-pura polos.

"Aku mau penismu Ris. Ahhh...tolong masukan penismu Ris."

"Ini namanya kontol kak. Coba kakak bilang kalau kakak mau dientot sama aku."

"Iya Ris. Ahhhh... tolong entot memekku Ris. Ahhh.. kakak udah gak tahan."

Aku tersenyum tipis dan menarik kontolku dari anus ibu dan meninggalkan ibu yang tumbang ke lantai setelah kontolku menyemprotkan banyak sperma ke dalam anusnya.

"Coba ngangkang dulu kak. Tunjukan padaku memekmu."Dengan dipenuhi oleh nafsu Kak Syifa mulai membuka pahanya lebar-lebar sehingga memperlihatkan memeknya yang bersih. "Cepat Ris. Cepat masukan kontolmu ke memek kakak."

Berkat obat yang diberikan oleh Tuk Siamang, aku bisa terus bersetubuh meski berkali-kali crot. Karena itulah, tanpa buang-buang waktu, segera kontolku melesat bagai roket menghantam memek Kak Syifa yang tak berbulu.

"Ahhhhhh! kontolmu nikmat sekali Ris."cercau Kak Syifa yang sedang kusodok dengan keras. Aku segera membungkam mulut Kak Syifa dengan bibirku. Kami berdua bermain dengan hebat. Tapi rangsangan yang diterima pada Kak Syifa membuatnya cepat mencapai orgasem. Aku segera mencabut kontolku tepat ketika cairan orgasem keluar dari memek Kak Syifa bersamaan dengan darah akibat selaput daranya yang jebol. Setelah mencapai puncak kenikmatannya, Kak Syifa terlihat terkulai lemas di atas kursi.

"Cepat besihkan memek anakmu dengan lidahmu."Perintahku pada ibu. Ibu dengan patuh segera berlutut di depan memek Kak Syifa dan mulai menjilati sisa-sisa pergumulan kami.

"Kalau sudah selesai segera ke kamar. Tadi aku belum sempat keluar."

"Baik Tuan. Budak ini akan segera melayani Tuan."
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd