Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Alkisah Di Desa Permai

Cerita manakah yang akan diterbitkan selanjutnya

  • Majlis Budak ( MC Nur )

    Votes: 388 58,4%
  • Sekolah Budak ( MC Intan )

    Votes: 220 33,1%
  • Serikan Budak ( MC Syifa )

    Votes: 56 8,4%

  • Total voters
    664
Mengubah Ibu

2 Hari berlalu sejak aku berhasil menyetubuhi ibuku sendiri. Sejak saat itu ibu terlihat cemas dan takut. Dia selalu menghindariku dan tidak mau berpapasan denganku. Ibu juga sekarang lebih banyak mengurung diri di kamarnya dan bahkan menolak untuk ikut pengajian. Sepertinya dia masih kepikiran soal hubungan seksnya denganku.

Tuk memberitahuku kalau ramuan yang kugunakan tidak akan menghilangkan kesadaran atau ingatan korban. Korban akan sepenuhnya sadar namun tidak dapat mengendalikan dirinya. Karena itulah setelah efek obat itu habis maka korban biasanya akan diliputi oleh perasaan bersalah. Kupikir ibu juga menunjukkan gejala yang sama. Dia sepertinya sangat marah karena hubungan itu tapi dia tidak bisa memarahiku karena dalam ingatannya, dialah yang pertama kali mengajak untuk berhubungan.

Aku juga masih berusaha memikirkan cara untuk menundukkan ibu dan membuat ibu mau bersumpah menjadi budakku karena seperti yang Tuk bilang, hanya dengan cara itu aku bisa sepenuhnya mengontrol ibu. Tapi sikap ibu yang terus menjauh membuatku kesulitan untuk mencari momen yang tepat melancarkan aksiku.

Pagi itu aku pergi ke kebun dengan semangat. Intan dan Kak Syifa juga sudah pergi sebelumnya sementara ibu seperti biasa masih mengurung diri di kamar. Aku berjalan dengan masih memikirkan cara terbaik untuk menundukkan ibu sambil membawa perlengkapan berkebun. Di kebun seperti biasa aku melaksanakan pekerjaanku seperti menyiangi rumput, memperbaiki pagar, dan pekerjaan lainnya. Siang hari ak beristirahat di saung di tengah kebun sambil memakan bekal yang kubawa dari rumah.

Aku mengeluarkan rantang makanan yang sudah kusiapkan dari rumah. Rantang itu berisi sayur, tempe dan nasi. Hidangan yang cukup sederhana namun tetap saja nikmat apalagi setelah bekerja seharian dan sambil menikmati suasana sejuk lembah kami.

Seraya makan, aku kembali memikirkan rencanaku. Aku sudah berhasil menyetubuhi ibu dan mengambil rambutnya untuk memenuhi syarat menggunakan mantra. Sejauh ini rencanaku berjalan dengan sempurna. Kak Syifa dan Intan juga masih belum sadar kalau ibunya sudah melakukan hubungan terlarang denganku dan ibu sendiri sepertinya sudah terkena efek mantraku yang dapat dibuktikan dengan dirinya yang tidak protes denganku. Walaupun itu mungkin karena rasa bersalahnya karena berhubungan denganku.

"Ah, ibu. Kenapa isulit sekali menaklukanmu" gumamku dalam hati sambil membayangkan berbagai rencana untuk menundukkan ibu.

Seperti yang Tuk bilang, setelah aku menyetubuhi korban untuk pertama kali, aku harus mengikis rasa malunya dan membuatnya kecanduan akan kontolku sampai korban menyatakan sumpahnya padaku.

Aku sebenarnya bisa saja memaksakan kehendakku seperti menggunakan ramuan minyak dari Tuk Siamang. Namun sebagian diriku menolaknya. Aku tidak ingin memaksa ibu yang telah melahirkanku. Ibu harus tunduk padaku dengan kesadarannya sendiri tanpa paksaan. Yang kulakukan hanyalah mempengaruhi pikiran dan hatinya.

Ketika aku sedang asyik memakan makananku, aku melihat dikejauhan salah satu sahabatku, Amir, berjalan sambil menenteng cangkul. Amir adalah sahabatku sejak kecil. Orang yang paling dekat denganku sekaligus yang pertama kali mengajarkanku masuk ke dunia sex lewat film-film porno yang dimilikinya. Aku pun memanggilnya dengan keras dan memintanya untuk mampir sebentar.

"Mau kemana Mir ?"tanyaku begitu Amir sampai di dangauku.

"Ini, cangkulku rusak lagi. Mau ke rumah buat perbaikin."

"Lah, kok bisa ?"

"Oh, jadi pas itu aku lagi nyangkul. Nah gak sengaja kena batu gede. Mungkin karena cangkulnya udah tua, patah deh."Amir menunjukkan cangkulnya yang retak. Aku mengangguk-angguk mendengarkan.

"Eh, kau ngancurin cangkul kayak gini gak dimarahin apa sama ibumu ?"

"Jangan ditanya. Marahlah. Kayak gak tau ibuku aja sih."

"Iya ya. Waktu itu aja kita pernah diusir gara-gara kelamaan main."

"Yah, mau gimana lagi. Udah nasib."

"Tapi mungkin ibumu gak bermakdu begitu, dia mungkin sebenarnya peduli sama kau."

"Ah, gak percaya aku sama kata-kata itu."Amir mendengus tak terima."Ibuku itu beda sama ibumu. Kalau ibuku garang melebihi harimau. Kalau ibumu itu lembut dan adem dilihat."

"Ah, ibuku biasa aja kali."

"Serius kali. Masa kau gak perhatikan, dari cara ibumu memandang aja udah kelihatan aura kasih sayangnya."

Aku terdiam mendengar kata-kata Amir. Benar juga. Kenapa aku tidak sadar ya. Meskipun ibu selama ini pendiam, aku mengerti kalau ibu sebenarnya sangat sayang dan peduli pada anak-anaknya. Ibu sering menyiapkan kebutuhan kami, membantu kami, bahkan ketika melanggar ibu biasanya memaafkan. Amir benar. Meski terlihat pendiam, ibu benar-benar menyayangi anak-anaknya dan itu semua bisa dilihat dari caranya memandang.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benakku. Sekarang aku paham ada satu kelemahan ibu dan aku akan memanfaatkannya.




Aku pulang ke rumah sebelum azan ashar berkumandang. Seperti yang kuduga, hanya ada Ibu yang masih mengurung diri di kamar.Kak Syifa dan Intan juga sepertinya masih di luar. Aku tersenyum senang. Ini semua sesuai rencanaku. Dengan perlahan, aku merapalkan mantra Gendhing Abira Abilasa di ruang tengah sambil menyebut nama ibuku.

Setelah selesai membaca mantra Gending Abira Abilasa, aku melangkah pelan ke kamar ibu. Tanganku dengan pelan mengetuk pintunya dan memanggil ibu. Dari dalam ibu menyuruhku untuk pergi karena ibu ingin istirahat.

"Ibu, keluar dulu bu. Ada yang ingin Haris sampaikan."kataku lembut. Ajaib, seketika pintu terbuka dan memperlihatkan sosok ibu dengan balutan gamis hijau longgar. Sepertinya mantra Gendhing Abira Abilasa bekerja dengan efektif.

"Kamu mau apa nak ?"tanya ibu dengan nada cemas.

"Cuma mau ngobrol sebentar kok bu,"kataku dengan senyum elegan. Aku menarik kursi di meja makan dan meminta ibu duduk di depanku.

Ibu duduk dengan gelisah. Dia terus menunduk ke meja makan untuk menghindari tatapanku. Aku menyentuh lengan ibu lembut dan membuat ibu berjengit terkejut.

"Ibu kenapa ? Coba ceritakan pada haris dengan sejujur-jujurnya."tanyaku lembut.

"Ibu gak tau kenapa nak. Sejak kita bersetubuh beberapa hari yang lalu, ibu merasakan perasaan yang aneh. Ibu merasakan kenikmatan yang tidak pernah ibu rasakan bahkan dari ayahmu dulu. Ibu merasa melayang bebas. Tapi ibu tau itu perbuatan dosa. Ibu sangat merasa bersalah karena memintamu untuk menyetubuhi ibu waktu itu. Ibu tahu ibu yang salah karena menggodamu. Tapi ibu tidak bisa mengenyahkan bayangan kenikmatan itu."jawab ibu dengan jujur. Aku mengangguk tenang. Tuk memberitahuku kalau orang yang terkena mantra ini tidak akan bisa berbohong.

"Lalu sekarang bagaimana perasaan ibu padaku ? Apa ibu ingin menikmati kontolku lagi ?"

Kepala ibu terangkat karena terkejut. Tapi seperti yang kubilang, ibu tidak bisa berbohong padaku."I..ii..iya nak. Ibu pengen kontolmu yang panjang."

"Tapi ibu gak ingin melakukan perbuatan dosa ?"

"I..i..iya."

"Kenapa bu ?"

"Apa kata tetangga nak kalau ibu bersetubuh dengan anak sendiri."Ibu kembali menunduk. Aku tersenyum sinis. Aku sudah bisa menebaknya. Ibu sejatinya tidak pernah benar-benar mentaati ajaran agama. Ibu hanya tidak ingin kehilangan muka.

"Ibu tau, ibu harus melepaskan semua belenggu itu. Ibu harus mengabaikan gunjingan tetangga. Ibu harus menjadi diri ibu sendiri. Terima diri ibu sendiri. Jangan mengekang nafsu ibu."Aku mengelus pelan lengan ibu dan berujar layaknya motivator.

"Ta..ta..pi bagaimana caranya nak ?"

"Ibu harus berani untuk menunjukkan sisi liar ibu. Ibu harus berani menunjukkan tubuh ibu. Ingat tubuh ibu itu molek. Masa ibu mau menyembunyikannya dari anak ibu sendiri."

"Ta..ta..pi.."

"Ibu sayangkan sama aku ?"tanyaku tersenyum lembut.

"I..i..iya., tapi..."

"Kalau ibu memang sayang, tunjukkan bu. Buat aku puas."

"Tapi ini gak boleh nak."

"Lalu, ibu ingin menyakiti perasaan anak ibu."

Ibu mulai gelisah di tempat duduknya. Dengan sedikit dorongan dari Gendhing Abira Abhilasa, aku bisa membuat dorongan perasana ibu meingkat sehingga akan mengaburkan akal ibu.

"Bu, aku sayang banget sama ibu. Aku ingin menikmati tubuh ibu. Apa ibu gak ingin memuaskanku."

"Tapi ini tetap salah."

"Lalu ibu ingin buat aku menderita ?"

"Baiklah jika itu bisa membuatmu bahagia."

Aku tersenyum bahagia mendengarnya. Rupanya dugaanku benar. Aku bisa menundukkan ibu menggunakan kasih sayangnya padaku. Dengan ini, mantra Gendhing Abira Abilasa dapat digunakan lebih efektif karena Gendhing Abira Abilasa bekerja dengan cara meningkatkan hasrat dan nafsu pada pelaku hingga mengaburkan akal dari korban dan akan bekerja lebih baik jika menggunakan seuatu yang emosional untuk mempengaruhi pikiran korban.

"Sekarang ibu berdiri."Aku berujar lembut. Tubuh ibu seperti dikendalikan sontak berdiri. Mataku terbuka lebar mengamati setiap inci tubuh ibu yang berbalut gamis hijau itu sementara ibu menunduk menghindari tatapanku.

"Kamu mau ngapain nak ?"Tanpa mempedulikan pertanyaan itu, tanganku bergerak cepat menyingkap gamis ibu keatas hingga menampakkan pemandangan yang memukau berupa sepasang paha mulus dan celana dalam berwarna biru. Ibu seperti ingin menjerit tapi aku langsung menyuruhnya diam.

Aku menggulung gamis ibu sampai pinggang kemudian mengikatnya sampai tidak terlepas. Kemudian aku langsung menarik turun cd ibu hingga jatuh di mata kakinya dan memperlihatkan sepasang pantat semok dan memek tembam yang dihiasi sedikit bulu.

Aku jongkok dan mulai mengendus memek ibu yang punya bau sedikit pesing. Lidahku keluar dan menjilati paha bagian dalam sampai ke kloritisnya. Tubuh ibu bergetar hebat menahan rangsangan yang kuberikan. Jilatanku semakin membasahi memek ibu sampai air liurku mengalir turun membasahi lantai. Tak sampai di situ, kedua tanganku membuka bibir memeknya dan menampakkan bagian dalamnya yang berwarna merah muda. Segera saja aku menghisapnya kuat-kuat dan membuat ibu semakin terangsang. Ketika aku merasakan ibu akan mencapai orgasmenya, aku menghentikan aksiku.

"Kok dihentikan ?"ibu terdengar kecewa.

"Ibu tahu kan kalau itu terlarang ?"tanyaku polos.

"Iya nak tapi ibu ingin menikmatinya."Ibuku mulai memelas. Sepertinya rangsanganku berhasil bahkan tanpa perlu mengerahkan semua kekuatan mantraku. Sepertinya perasaan sepi karena ditinggal suami membuat nafsu ibu semakin besar.

"Kalau begitu ibu harus melepaskan semua belenggu itu. Ibu harus membuang martabat dan rasa malu itu dan tunduk pada nafsu birahi ibu. Hanya dengan cara itu ibu bisa menikmati semua kenikmatan ini."

"Baik nak, ibu akan membuang semua rasa malu ini dan menikmati birahi ibu."

"Bagus. Sekarang coba ibu berbalik sebentar. Aku pengen lihat pantat ibu."

Ibu dengan patuh berbalik membelakangiku dengan sedikit membungkuk. Kedua tangannya menggapai kedua bongkah pantatnya dan menariknya berlawanan arah hingga menampakkan lubang kenikmatan yang selama ini memancing nafsuku.

Dengan penuh nafsu aku langsung berjongkok di depan pantat ibu dan mulai menjilati lubang anus ibu. Lidahku dengan lincah bermain dan membuat pantat ibu seketika basah oleh air liurku. Dengan penuh kenikmatan aku menyedot pantat ibu yang punya aroma yang begitu khas. Sementara itu tubuh ibu bergetar tanda akan segera orgasem. Aku memutuskan untuk berhenti sejenak karena ada yang ining kulakukan sebelum ibu orgasem.

"Sebentar bu, aku juga ingin dilayani."Aku segera melepaskan celana sekaligus sempakku."Jongkok dan jilati kontolku bu."

Lagi-lagi tanpa penolakan ibu langsung berbalik dan jongkok di depanku. Tangannya mula-mula memainkan kontol dan buah zakarku hingga agak menegang. Kemudian mulutnya dengan tangkas mulai menjilat dan menyedot-nyedot kontolku dengan nikmat seperti menikmati es krim. Aku merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tiara. Tak akan ada yang menyangka, Nur yang dikenal sebagai wanita taat malah menyepong kontol anaknya.

"Sudah bu. Sekarang coba ibu berdiri dan bersandar di meja makan."Perintahku lagi. Ibu segera melakukannya dan kembali menampakkan pantat semoknya di depanku. Aku meludahkan beberapa liur ke lubang anus ibu untuk melicinkan jalur masuk kontolku sebelum akhirnya kontolku melesat masuk ke dalam pantat ibu.

"Uhhhhh."Aku melenguh kencang ketika kontolku berusaha menembus himpitan dari dua bongkah pantat ibu yang semok. Terasa kontolku seperti ditekan dengan kuat dan membuat tusukan kontolku melambat.

"AHHHAHHH!" Ibu menjerit kesakitan karena anusnya dibor dengan paksa oleh kontolku.

"Tahan sebentar ya sakitnya. Abis ini enak kok."kataku sambil memajukan pinggangku untuk terus mendesak masuk ke dalam anus ibu. Hingga akhirnya dengan segenap tenaga kontolku bisa masuk semuanya ke dalam belahan pantat ibu.

Ibu hanya mengangguk lemah sambil terus menahan rasa sakitnya. Aku semakin mempercepat gerakan menusuk kontolku. Benar saja, semakin lama ibu mulai menikmati anal yang kulakukan. Matanya merem melek menikmati setiap kontolku memompa. Tak butuh waktu lama, spermaku menyembur keluar dan masuk ke lubang anus ibu. Dari pantat ibu melubar sperma bercampur darah.

"Wah, rupanya ibu belum pernah merasakan anal ya. Gimana bu, enak ?"komentarku menyaksikan ibu yang jatuh lemas setelah kupompa pantatnya dengan kontolku.

"Iya, nak rasanya nikmat sekali lagi."Ibu tersenyum lemah menjawab.

"Kalau begitu mulai sekarang ibu harus memperlihatkan memek atau toked ibu jika tidak ada orang atau hanya ada aku. Ibu juga sebaiknya tidak menggunakan pakaiaan ketika tidur."

"Tapi nak....."

"Ibu gak akan menolak kan ?"tanyaku dingin. Aku bisa melihat sedikit rasa penolakan dari wajah ibu tapi akhirnya ibu hanya bisa mengangguk.




Hari-hari berlalu dengan indah. Ibu sudah mulai kembali ke kehidupannya yang dulu karena aku sudah memberi perintah untuk bersikap normal di luar agar tidak dicurigai siapapun. Namun dibalik sosok alim ibu, tersimpan hasrat birahi pada anaknya sendiri.

Ketika tidak ada orang di rumah, ibu akan menggulung bajunya kemudian mengikatnya dipinggang. Dia juga akan melepas celana dalamnya dan akan beraktifitas tanpa sehelai benangpun yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Ibu juga akan melepas semua pakaiaannya ketika tidur. Setiap malam aku akan mengintip ibu untuk memastikan ibu tidur sambil bugil meskipun sebenarnya hal itu tidak perlu kulakukan karena ibu pasti akan mengikuti semua perintahku tanpa bisa menolak.

Suatu malam, ketika Kak Syifa dan Intan tertidur, aku diam-diam membuka pintu kamar ibu. Di sana aku melihat tubuh telanjang ibu yang memakai selimut putih. Suasana diluar diwarnai dengan gerimis sehingga membuat siapapun akan terlelap dengan cepat. Kulihat wajah cantik ibu yang meski sudah berusia 40 tahunan masih cukup cantik dengan hidung mancung dan wajah putih bersih. Perlahan tanganku mengusap pelan wajah ibu yang teduh ketika tidur hingga akhirnya ibu benar-benar terbangun.

"Haris, kamu ngapain di sini ?"tanya ibu agak terkejut. Sontak dia berusaha menutupi tubuhnya dengan selimutnya.

"Hehehe, Aku cuma pengen ngelepas rindu dengan ibu."

"Jangan sekarang nak, Syifa dan Intan lagi tidur."

"Udah jangan takut."Segera aku mencium ibu dengan ganas. Ibu yang agak terkejut tidak dapat melawan dan hanya pasrah menerima ciumanku. Adegan itu terus dilanjutkan hingga aku menghisap-hisap bibir ibu dengan keras hingga ibu kelihatan kesulitan bernafas.

Tanganku juga ikut bermain dengan meremas-remas toked ibu dan memainkan pentilnya yang mulai menegang. Ibu yang sepertinya pasrah menerima permainanku akhirnya mulai bisa menerima dengan mendesah nikmat.

"Bu, ambilin minum dong."pintaku setelah melepaskan ciumanku. Ibu mengangguk pelan dan berjalan ke lemari. Namun sebelum dia membuka lemarinya, aku melarangnya.

"Gak usah pake baju, telanjang aja."

"Tapi nak, nanti kalau...."

"Keluar sekarang bu."Bagai robot, tubuh ibu bergerak otomatis ke luar kamar tanpa mengenakan sehelai benangpun. Aku bisa melihat dadanya yang bergoyang seirama dengan langkah kakinya. Sungguh pemandangan yang menggoda.

Tak selang lama, ibu telah kembali ke kamar dengan membawa segelas air putih. Aku segera mengambil gelas itu dan menyuruh ibu untuk berlutut di depanku yang sedang mengakang.

"Lepas celanaku bu."perintahku. Dengan patuh ibu melepaskan celanaku sekaligus sempakku hingga nampaklah kontolku yang sudah tegang karena melihat tubuh mulus ibu dan adegan ciuman waktu itu.

Mulut ibu seperti reflek ingin langsung melumat kontolku yang sedari tadi sudah menegang. Namun aku menahan kepalanya. Ada satu hal yang ingin kulakukan untuk melengkapi mantraku.

"Tunggu dulu bu, sebelumnya aku punya permintaan pada ibu."

"Apa itu nak. Apapun itu akan ibu penuhi demi bisa menikmati kontolmu yang perkasa."

"Aku tak ingin terus ngentot dengan ibuku sendiri."

"Kenapa nak ?"Ibu terdengar kecewa.

"Biar bagaimanapun, ibu adalah orang yang melahirkanku. Tak pantas bagiku untuk menyetubuhi orang seperti ibu."

"Tapi ibu ikhlas nak."

"Mungkin, tapi setiap kali melakukan ini aku merasakan perasaan bersalah."

"Kalau begitu, apa yang bisa ibu lakukan untuk mengatasi rasa bersalahmu ?"

"Bagaimana kalau ibu bersumpah setia akan menjadi budakku."

"Menjadi budakmu ?"tanya ibu keheranan.

"Benar bu. Ibu tak akan memiliki hak terhadap tubuh ibu. Tubuh ibu sepenuhnya milikku dan ibu tidak berhak menolak segala perintah yang kuberikan. Dengan begitu, bagiku ibu bukan lagi ibu bagiku melainkan sebuah benda yang menjadi pemuasku. Bagaimana, ibu mau kan jadi budakku ?"

Ibu terdiam sebentar sambil berusaha mencerna kata-kataku. Tapi akhirnya dia menyanggupi."Baiklah. Kalau begitu ibu akan menjadi budakmu."

"Bagus. Mulai sekarang ibu harus memanggilku tuan. Sekarang kamu bukan ibuku lagi melainkan benda pemuasku dan tak pantas mendapat sebutan ibu dariku. Sekarang, cium kaki tuanmu dan bersumpah kalau kamu akan setia padaku."

Dengan patuh ibu mencium kakiku dengan khidmat seolah kakiku sangat suci baginya. Setelah itu ibu dengan masih berlutut mengucapkan sumpahnya."Saya, Nur Muslimah dengan ini akan menjadi budak Tuan Haris. Saya akan mengikuti semua perintahnya dan tidak akan pernah menentangnya. Tubuh saya adalah milik Tuan Haris dan berguna untuk memuaskan Tuan Haris. Hidup saya juga milik Tuan Haris dan berguna untuk mengabdi pada Tuan Haris. Saya tidak memiliki hak pada tubuh dan hidup saya karena saya sudah serahkan semuanya pada Tuan Haris."

Aku tersenyum penuh kemenangan mendengar sumpah yang ibu ucapkan. Dengan sumpah itu, maka mantra yang kugunakan sepenuhnya telah mengendalikan ibuku
 
Mengubah Ibu

2 Hari berlalu sejak aku berhasil menyetubuhi ibuku sendiri. Sejak saat itu ibu terlihat cemas dan takut. Dia selalu menghindariku dan tidak mau berpapasan denganku. Ibu juga sekarang lebih banyak mengurung diri di kamarnya dan bahkan menolak untuk ikut pengajian. Sepertinya dia masih kepikiran soal hubungan seksnya denganku.

Tuk memberitahuku kalau ramuan yang kugunakan tidak akan menghilangkan kesadaran atau ingatan korban. Korban akan sepenuhnya sadar namun tidak dapat mengendalikan dirinya. Karena itulah setelah efek obat itu habis maka korban biasanya akan diliputi oleh perasaan bersalah. Kupikir ibu juga menunjukkan gejala yang sama. Dia sepertinya sangat marah karena hubungan itu tapi dia tidak bisa memarahiku karena dalam ingatannya, dialah yang pertama kali mengajak untuk berhubungan.

Aku juga masih berusaha memikirkan cara untuk menundukkan ibu dan membuat ibu mau bersumpah menjadi budakku karena seperti yang Tuk bilang, hanya dengan cara itu aku bisa sepenuhnya mengontrol ibu. Tapi sikap ibu yang terus menjauh membuatku kesulitan untuk mencari momen yang tepat melancarkan aksiku.

Pagi itu aku pergi ke kebun dengan semangat. Intan dan Kak Syifa juga sudah pergi sebelumnya sementara ibu seperti biasa masih mengurung diri di kamar. Aku berjalan dengan masih memikirkan cara terbaik untuk menundukkan ibu sambil membawa perlengkapan berkebun. Di kebun seperti biasa aku melaksanakan pekerjaanku seperti menyiangi rumput, memperbaiki pagar, dan pekerjaan lainnya. Siang hari ak beristirahat di saung di tengah kebun sambil memakan bekal yang kubawa dari rumah.

Aku mengeluarkan rantang makanan yang sudah kusiapkan dari rumah. Rantang itu berisi sayur, tempe dan nasi. Hidangan yang cukup sederhana namun tetap saja nikmat apalagi setelah bekerja seharian dan sambil menikmati suasana sejuk lembah kami.

Seraya makan, aku kembali memikirkan rencanaku. Aku sudah berhasil menyetubuhi ibu dan mengambil rambutnya untuk memenuhi syarat menggunakan mantra. Sejauh ini rencanaku berjalan dengan sempurna. Kak Syifa dan Intan juga masih belum sadar kalau ibunya sudah melakukan hubungan terlarang denganku dan ibu sendiri sepertinya sudah terkena efek mantraku yang dapat dibuktikan dengan dirinya yang tidak protes denganku. Walaupun itu mungkin karena rasa bersalahnya karena berhubungan denganku.

"Ah, ibu. Kenapa isulit sekali menaklukanmu" gumamku dalam hati sambil membayangkan berbagai rencana untuk menundukkan ibu.

Seperti yang Tuk bilang, setelah aku menyetubuhi korban untuk pertama kali, aku harus mengikis rasa malunya dan membuatnya kecanduan akan kontolku sampai korban menyatakan sumpahnya padaku.

Aku sebenarnya bisa saja memaksakan kehendakku seperti menggunakan ramuan minyak dari Tuk Siamang. Namun sebagian diriku menolaknya. Aku tidak ingin memaksa ibu yang telah melahirkanku. Ibu harus tunduk padaku dengan kesadarannya sendiri tanpa paksaan. Yang kulakukan hanyalah mempengaruhi pikiran dan hatinya.

Ketika aku sedang asyik memakan makananku, aku melihat dikejauhan salah satu sahabatku, Amir, berjalan sambil menenteng cangkul. Amir adalah sahabatku sejak kecil. Orang yang paling dekat denganku sekaligus yang pertama kali mengajarkanku masuk ke dunia sex lewat film-film porno yang dimilikinya. Aku pun memanggilnya dengan keras dan memintanya untuk mampir sebentar.

"Mau kemana Mir ?"tanyaku begitu Amir sampai di dangauku.

"Ini, cangkulku rusak lagi. Mau ke rumah buat perbaikin."

"Lah, kok bisa ?"

"Oh, jadi pas itu aku lagi nyangkul. Nah gak sengaja kena batu gede. Mungkin karena cangkulnya udah tua, patah deh."Amir menunjukkan cangkulnya yang retak. Aku mengangguk-angguk mendengarkan.

"Eh, kau ngancurin cangkul kayak gini gak dimarahin apa sama ibumu ?"

"Jangan ditanya. Marahlah. Kayak gak tau ibuku aja sih."

"Iya ya. Waktu itu aja kita pernah diusir gara-gara kelamaan main."

"Yah, mau gimana lagi. Udah nasib."

"Tapi mungkin ibumu gak bermakdu begitu, dia mungkin sebenarnya peduli sama kau."

"Ah, gak percaya aku sama kata-kata itu."Amir mendengus tak terima."Ibuku itu beda sama ibumu. Kalau ibuku garang melebihi harimau. Kalau ibumu itu lembut dan adem dilihat."

"Ah, ibuku biasa aja kali."

"Serius kali. Masa kau gak perhatikan, dari cara ibumu memandang aja udah kelihatan aura kasih sayangnya."

Aku terdiam mendengar kata-kata Amir. Benar juga. Kenapa aku tidak sadar ya. Meskipun ibu selama ini pendiam, aku mengerti kalau ibu sebenarnya sangat sayang dan peduli pada anak-anaknya. Ibu sering menyiapkan kebutuhan kami, membantu kami, bahkan ketika melanggar ibu biasanya memaafkan. Amir benar. Meski terlihat pendiam, ibu benar-benar menyayangi anak-anaknya dan itu semua bisa dilihat dari caranya memandang.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benakku. Sekarang aku paham ada satu kelemahan ibu dan aku akan memanfaatkannya.




Aku pulang ke rumah sebelum azan ashar berkumandang. Seperti yang kuduga, hanya ada Ibu yang masih mengurung diri di kamar.Kak Syifa dan Intan juga sepertinya masih di luar. Aku tersenyum senang. Ini semua sesuai rencanaku. Dengan perlahan, aku merapalkan mantra Gendhing Abira Abilasa di ruang tengah sambil menyebut nama ibuku.

Setelah selesai membaca mantra Gending Abira Abilasa, aku melangkah pelan ke kamar ibu. Tanganku dengan pelan mengetuk pintunya dan memanggil ibu. Dari dalam ibu menyuruhku untuk pergi karena ibu ingin istirahat.

"Ibu, keluar dulu bu. Ada yang ingin Haris sampaikan."kataku lembut. Ajaib, seketika pintu terbuka dan memperlihatkan sosok ibu dengan balutan gamis hijau longgar. Sepertinya mantra Gendhing Abira Abilasa bekerja dengan efektif.

"Kamu mau apa nak ?"tanya ibu dengan nada cemas.

"Cuma mau ngobrol sebentar kok bu,"kataku dengan senyum elegan. Aku menarik kursi di meja makan dan meminta ibu duduk di depanku.

Ibu duduk dengan gelisah. Dia terus menunduk ke meja makan untuk menghindari tatapanku. Aku menyentuh lengan ibu lembut dan membuat ibu berjengit terkejut.

"Ibu kenapa ? Coba ceritakan pada haris dengan sejujur-jujurnya."tanyaku lembut.

"Ibu gak tau kenapa nak. Sejak kita bersetubuh beberapa hari yang lalu, ibu merasakan perasaan yang aneh. Ibu merasakan kenikmatan yang tidak pernah ibu rasakan bahkan dari ayahmu dulu. Ibu merasa melayang bebas. Tapi ibu tau itu perbuatan dosa. Ibu sangat merasa bersalah karena memintamu untuk menyetubuhi ibu waktu itu. Ibu tahu ibu yang salah karena menggodamu. Tapi ibu tidak bisa mengenyahkan bayangan kenikmatan itu."jawab ibu dengan jujur. Aku mengangguk tenang. Tuk memberitahuku kalau orang yang terkena mantra ini tidak akan bisa berbohong.

"Lalu sekarang bagaimana perasaan ibu padaku ? Apa ibu ingin menikmati kontolku lagi ?"

Kepala ibu terangkat karena terkejut. Tapi seperti yang kubilang, ibu tidak bisa berbohong padaku."I..ii..iya nak. Ibu pengen kontolmu yang panjang."

"Tapi ibu gak ingin melakukan perbuatan dosa ?"

"I..i..iya."

"Kenapa bu ?"

"Apa kata tetangga nak kalau ibu bersetubuh dengan anak sendiri."Ibu kembali menunduk. Aku tersenyum sinis. Aku sudah bisa menebaknya. Ibu sejatinya tidak pernah benar-benar mentaati ajaran agama. Ibu hanya tidak ingin kehilangan muka.

"Ibu tau, ibu harus melepaskan semua belenggu itu. Ibu harus mengabaikan gunjingan tetangga. Ibu harus menjadi diri ibu sendiri. Terima diri ibu sendiri. Jangan mengekang nafsu ibu."Aku mengelus pelan lengan ibu dan berujar layaknya motivator.

"Ta..ta..pi bagaimana caranya nak ?"

"Ibu harus berani untuk menunjukkan sisi liar ibu. Ibu harus berani menunjukkan tubuh ibu. Ingat tubuh ibu itu molek. Masa ibu mau menyembunyikannya dari anak ibu sendiri."

"Ta..ta..pi.."

"Ibu sayangkan sama aku ?"tanyaku tersenyum lembut.

"I..i..iya., tapi..."

"Kalau ibu memang sayang, tunjukkan bu. Buat aku puas."

"Tapi ini gak boleh nak."

"Lalu, ibu ingin menyakiti perasaan anak ibu."

Ibu mulai gelisah di tempat duduknya. Dengan sedikit dorongan dari Gendhing Abira Abhilasa, aku bisa membuat dorongan perasana ibu meingkat sehingga akan mengaburkan akal ibu.

"Bu, aku sayang banget sama ibu. Aku ingin menikmati tubuh ibu. Apa ibu gak ingin memuaskanku."

"Tapi ini tetap salah."

"Lalu ibu ingin buat aku menderita ?"

"Baiklah jika itu bisa membuatmu bahagia."

Aku tersenyum bahagia mendengarnya. Rupanya dugaanku benar. Aku bisa menundukkan ibu menggunakan kasih sayangnya padaku. Dengan ini, mantra Gendhing Abira Abilasa dapat digunakan lebih efektif karena Gendhing Abira Abilasa bekerja dengan cara meningkatkan hasrat dan nafsu pada pelaku hingga mengaburkan akal dari korban dan akan bekerja lebih baik jika menggunakan seuatu yang emosional untuk mempengaruhi pikiran korban.

"Sekarang ibu berdiri."Aku berujar lembut. Tubuh ibu seperti dikendalikan sontak berdiri. Mataku terbuka lebar mengamati setiap inci tubuh ibu yang berbalut gamis hijau itu sementara ibu menunduk menghindari tatapanku.

"Kamu mau ngapain nak ?"Tanpa mempedulikan pertanyaan itu, tanganku bergerak cepat menyingkap gamis ibu keatas hingga menampakkan pemandangan yang memukau berupa sepasang paha mulus dan celana dalam berwarna biru. Ibu seperti ingin menjerit tapi aku langsung menyuruhnya diam.

Aku menggulung gamis ibu sampai pinggang kemudian mengikatnya sampai tidak terlepas. Kemudian aku langsung menarik turun cd ibu hingga jatuh di mata kakinya dan memperlihatkan sepasang pantat semok dan memek tembam yang dihiasi sedikit bulu.

Aku jongkok dan mulai mengendus memek ibu yang punya bau sedikit pesing. Lidahku keluar dan menjilati paha bagian dalam sampai ke kloritisnya. Tubuh ibu bergetar hebat menahan rangsangan yang kuberikan. Jilatanku semakin membasahi memek ibu sampai air liurku mengalir turun membasahi lantai. Tak sampai di situ, kedua tanganku membuka bibir memeknya dan menampakkan bagian dalamnya yang berwarna merah muda. Segera saja aku menghisapnya kuat-kuat dan membuat ibu semakin terangsang. Ketika aku merasakan ibu akan mencapai orgasmenya, aku menghentikan aksiku.

"Kok dihentikan ?"ibu terdengar kecewa.

"Ibu tahu kan kalau itu terlarang ?"tanyaku polos.

"Iya nak tapi ibu ingin menikmatinya."Ibuku mulai memelas. Sepertinya rangsanganku berhasil bahkan tanpa perlu mengerahkan semua kekuatan mantraku. Sepertinya perasaan sepi karena ditinggal suami membuat nafsu ibu semakin besar.

"Kalau begitu ibu harus melepaskan semua belenggu itu. Ibu harus membuang martabat dan rasa malu itu dan tunduk pada nafsu birahi ibu. Hanya dengan cara itu ibu bisa menikmati semua kenikmatan ini."

"Baik nak, ibu akan membuang semua rasa malu ini dan menikmati birahi ibu."

"Bagus. Sekarang coba ibu berbalik sebentar. Aku pengen lihat pantat ibu."

Ibu dengan patuh berbalik membelakangiku dengan sedikit membungkuk. Kedua tangannya menggapai kedua bongkah pantatnya dan menariknya berlawanan arah hingga menampakkan lubang kenikmatan yang selama ini memancing nafsuku.

Dengan penuh nafsu aku langsung berjongkok di depan pantat ibu dan mulai menjilati lubang anus ibu. Lidahku dengan lincah bermain dan membuat pantat ibu seketika basah oleh air liurku. Dengan penuh kenikmatan aku menyedot pantat ibu yang punya aroma yang begitu khas. Sementara itu tubuh ibu bergetar tanda akan segera orgasem. Aku memutuskan untuk berhenti sejenak karena ada yang ining kulakukan sebelum ibu orgasem.

"Sebentar bu, aku juga ingin dilayani."Aku segera melepaskan celana sekaligus sempakku."Jongkok dan jilati kontolku bu."

Lagi-lagi tanpa penolakan ibu langsung berbalik dan jongkok di depanku. Tangannya mula-mula memainkan kontol dan buah zakarku hingga agak menegang. Kemudian mulutnya dengan tangkas mulai menjilat dan menyedot-nyedot kontolku dengan nikmat seperti menikmati es krim. Aku merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tiara. Tak akan ada yang menyangka, Nur yang dikenal sebagai wanita taat malah menyepong kontol anaknya.

"Sudah bu. Sekarang coba ibu berdiri dan bersandar di meja makan."Perintahku lagi. Ibu segera melakukannya dan kembali menampakkan pantat semoknya di depanku. Aku meludahkan beberapa liur ke lubang anus ibu untuk melicinkan jalur masuk kontolku sebelum akhirnya kontolku melesat masuk ke dalam pantat ibu.

"Uhhhhh."Aku melenguh kencang ketika kontolku berusaha menembus himpitan dari dua bongkah pantat ibu yang semok. Terasa kontolku seperti ditekan dengan kuat dan membuat tusukan kontolku melambat.

"AHHHAHHH!" Ibu menjerit kesakitan karena anusnya dibor dengan paksa oleh kontolku.

"Tahan sebentar ya sakitnya. Abis ini enak kok."kataku sambil memajukan pinggangku untuk terus mendesak masuk ke dalam anus ibu. Hingga akhirnya dengan segenap tenaga kontolku bisa masuk semuanya ke dalam belahan pantat ibu.

Ibu hanya mengangguk lemah sambil terus menahan rasa sakitnya. Aku semakin mempercepat gerakan menusuk kontolku. Benar saja, semakin lama ibu mulai menikmati anal yang kulakukan. Matanya merem melek menikmati setiap kontolku memompa. Tak butuh waktu lama, spermaku menyembur keluar dan masuk ke lubang anus ibu. Dari pantat ibu melubar sperma bercampur darah.

"Wah, rupanya ibu belum pernah merasakan anal ya. Gimana bu, enak ?"komentarku menyaksikan ibu yang jatuh lemas setelah kupompa pantatnya dengan kontolku.

"Iya, nak rasanya nikmat sekali lagi."Ibu tersenyum lemah menjawab.

"Kalau begitu mulai sekarang ibu harus memperlihatkan memek atau toked ibu jika tidak ada orang atau hanya ada aku. Ibu juga sebaiknya tidak menggunakan pakaiaan ketika tidur."

"Tapi nak....."

"Ibu gak akan menolak kan ?"tanyaku dingin. Aku bisa melihat sedikit rasa penolakan dari wajah ibu tapi akhirnya ibu hanya bisa mengangguk.




Hari-hari berlalu dengan indah. Ibu sudah mulai kembali ke kehidupannya yang dulu karena aku sudah memberi perintah untuk bersikap normal di luar agar tidak dicurigai siapapun. Namun dibalik sosok alim ibu, tersimpan hasrat birahi pada anaknya sendiri.

Ketika tidak ada orang di rumah, ibu akan menggulung bajunya kemudian mengikatnya dipinggang. Dia juga akan melepas celana dalamnya dan akan beraktifitas tanpa sehelai benangpun yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Ibu juga akan melepas semua pakaiaannya ketika tidur. Setiap malam aku akan mengintip ibu untuk memastikan ibu tidur sambil bugil meskipun sebenarnya hal itu tidak perlu kulakukan karena ibu pasti akan mengikuti semua perintahku tanpa bisa menolak.

Suatu malam, ketika Kak Syifa dan Intan tertidur, aku diam-diam membuka pintu kamar ibu. Di sana aku melihat tubuh telanjang ibu yang memakai selimut putih. Suasana diluar diwarnai dengan gerimis sehingga membuat siapapun akan terlelap dengan cepat. Kulihat wajah cantik ibu yang meski sudah berusia 40 tahunan masih cukup cantik dengan hidung mancung dan wajah putih bersih. Perlahan tanganku mengusap pelan wajah ibu yang teduh ketika tidur hingga akhirnya ibu benar-benar terbangun.

"Haris, kamu ngapain di sini ?"tanya ibu agak terkejut. Sontak dia berusaha menutupi tubuhnya dengan selimutnya.

"Hehehe, Aku cuma pengen ngelepas rindu dengan ibu."

"Jangan sekarang nak, Syifa dan Intan lagi tidur."

"Udah jangan takut."Segera aku mencium ibu dengan ganas. Ibu yang agak terkejut tidak dapat melawan dan hanya pasrah menerima ciumanku. Adegan itu terus dilanjutkan hingga aku menghisap-hisap bibir ibu dengan keras hingga ibu kelihatan kesulitan bernafas.

Tanganku juga ikut bermain dengan meremas-remas toked ibu dan memainkan pentilnya yang mulai menegang. Ibu yang sepertinya pasrah menerima permainanku akhirnya mulai bisa menerima dengan mendesah nikmat.

"Bu, ambilin minum dong."pintaku setelah melepaskan ciumanku. Ibu mengangguk pelan dan berjalan ke lemari. Namun sebelum dia membuka lemarinya, aku melarangnya.

"Gak usah pake baju, telanjang aja."

"Tapi nak, nanti kalau...."

"Keluar sekarang bu."Bagai robot, tubuh ibu bergerak otomatis ke luar kamar tanpa mengenakan sehelai benangpun. Aku bisa melihat dadanya yang bergoyang seirama dengan langkah kakinya. Sungguh pemandangan yang menggoda.

Tak selang lama, ibu telah kembali ke kamar dengan membawa segelas air putih. Aku segera mengambil gelas itu dan menyuruh ibu untuk berlutut di depanku yang sedang mengakang.

"Lepas celanaku bu."perintahku. Dengan patuh ibu melepaskan celanaku sekaligus sempakku hingga nampaklah kontolku yang sudah tegang karena melihat tubuh mulus ibu dan adegan ciuman waktu itu.

Mulut ibu seperti reflek ingin langsung melumat kontolku yang sedari tadi sudah menegang. Namun aku menahan kepalanya. Ada satu hal yang ingin kulakukan untuk melengkapi mantraku.

"Tunggu dulu bu, sebelumnya aku punya permintaan pada ibu."

"Apa itu nak. Apapun itu akan ibu penuhi demi bisa menikmati kontolmu yang perkasa."

"Aku tak ingin terus ngentot dengan ibuku sendiri."

"Kenapa nak ?"Ibu terdengar kecewa.

"Biar bagaimanapun, ibu adalah orang yang melahirkanku. Tak pantas bagiku untuk menyetubuhi orang seperti ibu."

"Tapi ibu ikhlas nak."

"Mungkin, tapi setiap kali melakukan ini aku merasakan perasaan bersalah."

"Kalau begitu, apa yang bisa ibu lakukan untuk mengatasi rasa bersalahmu ?"

"Bagaimana kalau ibu bersumpah setia akan menjadi budakku."

"Menjadi budakmu ?"tanya ibu keheranan.

"Benar bu. Ibu tak akan memiliki hak terhadap tubuh ibu. Tubuh ibu sepenuhnya milikku dan ibu tidak berhak menolak segala perintah yang kuberikan. Dengan begitu, bagiku ibu bukan lagi ibu bagiku melainkan sebuah benda yang menjadi pemuasku. Bagaimana, ibu mau kan jadi budakku ?"

Ibu terdiam sebentar sambil berusaha mencerna kata-kataku. Tapi akhirnya dia menyanggupi."Baiklah. Kalau begitu ibu akan menjadi budakmu."

"Bagus. Mulai sekarang ibu harus memanggilku tuan. Sekarang kamu bukan ibuku lagi melainkan benda pemuasku dan tak pantas mendapat sebutan ibu dariku. Sekarang, cium kaki tuanmu dan bersumpah kalau kamu akan setia padaku."

Dengan patuh ibu mencium kakiku dengan khidmat seolah kakiku sangat suci baginya. Setelah itu ibu dengan masih berlutut mengucapkan sumpahnya."Saya, Nur Muslimah dengan ini akan menjadi budak Tuan Haris. Saya akan mengikuti semua perintahnya dan tidak akan pernah menentangnya. Tubuh saya adalah milik Tuan Haris dan berguna untuk memuaskan Tuan Haris. Hidup saya juga milik Tuan Haris dan berguna untuk mengabdi pada Tuan Haris. Saya tidak memiliki hak pada tubuh dan hidup saya karena saya sudah serahkan semuanya pada Tuan Haris."

Aku tersenyum penuh kemenangan mendengar sumpah yang ibu ucapkan. Dengan sumpah itu, maka mantra yang kugunakan sepenuhnya telah mengendalikan ibuku
Update yang mantab jiwa :semangat: :semangat: :semangat:
Semoga sehat selalu master

Semoga ibu ketua pengajian segera digarap dulu Hu.. bisa memuluskan rencana

Bayangin ibu² yang seorang ketua, pake gamis lengkap, nyepong kontol pria bukan suaminya, disaat ibu² yang lain lagi ngobrol sedang suaminya ada di ruangan lain rasanya :coli:
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd