Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Alkisah Di Desa Permai

Cerita manakah yang akan diterbitkan selanjutnya

  • Majlis Budak ( MC Nur )

    Votes: 388 58,4%
  • Sekolah Budak ( MC Intan )

    Votes: 220 33,1%
  • Serikan Budak ( MC Syifa )

    Votes: 56 8,4%

  • Total voters
    664
Wiihh mantaabb, makin hot budaknyaa, ayo dinikmati Hu budak budaknyaaa, makasi suhuu
 
Majlis Baru

Bu Jannah tak berdaya dengan posisi terbaring di atas lantai. Kedua tangan dan kakinya terkekang oleh tali keempat sudut yang membuat posisinya menjadi seperti x. Bu Jannah tak mengenakan pakaian sehelaipun selain jilbab lebar yang tersampir ke belakang. Dengan keringat yang terus membanjiri tubuhya, Bu Jannah menanti hal apa yang akan dia alami.

Aku dengan posisi merangkak seperti anjing dengan kalung yang melingkar indah di leherku. Rambutku kali ini dibiarkan terlihat dan diikat sanggul ke belakang. Sementara seutas rantai terhubung dari kalungku ke tangan dari Tuan Haris yang menatap mesum Bu Jannah yang tak berdaya.

"Nah Bu Jannah, sekarang, sesuai janji saya, saya akan memberi kenikmatan yang tidak akan pernah ibu rasakan."

"Bajingan kamu !"bentak Bu Jannah dengan wajah kesal.

"Saya tahu ibu sebenarnya kesepian. Suami ibu gak pernah hadir untuk memberikan kenikmatan yang sebenarnya adalah kebutuhan dasar ibu. Ibu harusnya berterima kasih pada saya karena saya mau dengan sukarela memuaskan nafsu ibu. Yang ibu perlu lakukan hanyalah menyerahkan segenap jiwa dan raga untuk melayani saya."

"Gak akan !" bentak Bu Jannah lagi."Ini biadab ! "Bu Jannah sekilas menoleh padaku."Nur, kamu ini apa-apaan. Ini melanggar aturan agama dan moral. Kenapa kau malah menuruti nafsumu dan menjadi budak anakmu !"

"Saya tidak sekedar menuruti nafsu, Bu. Saya melakukannya juga demi pembuktian cinta kepada anak saya,"jawabku sambil bermanja di kaki Tuan Haris.

"Itu benar. Dan saya akan membawa ibu pada kenikmatan yang sudah Nur rasakan."Tuan Haris tersenyum sinis sambil menyentuh sejenak puting Bu Jannah."Tapi sebelum itu, untuk pembuka, silahkan nikmati layanan dari anjing kesayanganku."

Seperti mendapat aba-aba, aku dengan semangat langsung menerjang Bu Jannah yang sudah terbaring tak berdaya. Pertama kutindihi tubuhnya kemudian kutekankan tanganku ke lengan Bu Jannah hingga dia menjerit kesakitan. Saat itulah, aku mengambil kesempatan dengan mendaratkan ciuman ke mulut Bu Jannah.

Bu Jannah megap-megap tak mampu bernafas karena mulutnya dibekap olehku. Lidahku masuk ke dalam mulutnya dan membuat Bu Jannah makin tak terkendali. Dia berusaha memalingkan wajah namun tekanan diwajahnya membuat kepalanya tertahan.

Usai bermain, aku melepaskan ciumanku hingga Bu Jannah terengah-engah mengambil nafas. Belum juga Bu Jannah memulihkan tenaganya, aku sudah mendaratkan serangan maut dengan menjilati klirotisnya hingga tubuh Bu Jannah menggeliat bagai cacing kepanasan.

"Hentikan ! "raung Bu Jannah berusaha melawan gejolak nafsu hasil rangsanganku.

"Jangan dilawan, Bu. Nikmati saja."gumam Tuan Haris.

"Enggak...."Dengan tertaih Bu Jannah berusaha mengembalikan akal sehatnya seiring dengan nafsu yang beranjak mengambil alih tubuhnya.

"Lepaskan semuanya bu dan raih kenikmatan itu. Ibu gak seharusnya menderita. Ibu selama ini sudah menahan terlalu lama nafsu ibu yang membara."ujarku di tengah permainan lidahku.

"Berhenti...."

"Udah, nikmati aja bu. Ibu selama ini selalu terbelenggu dengan aturan. Sekarang saatnya ibu lepaskan semuanya dan lampiaskan nafsu yang ibu pendam selama ini."

Aku berpindah ke memek Bu Jannah. Kali ini permainan lidahku lebih lembut menjilati klirotis Bu Jannah hingga dia mengejang menahan kenikmatan terlarang yang harusnya tak dia rasakan terutama yang dihasilkan oleh sesama perempuan. Namun biar bagaimanapun, dia tidak dapat membohongi tubuhnya yang begitu menikmati permainanku.

Hingga akhirnya, tubuh Bu Jannah mengkhianati akal sehatnya. Aku yang sudah bermain lebih dalam dengan hisapan di garis memeknya membuatnya dia mengejang hebat sebelum akhirnya cairan kenikmatan terpancar keluar tanpa bisa dia tahan lagi. Pertanda kalau dirinya sudah jatuh kalah di hadapan nafsunya sendiri.

"Ahhhh ! Nikmat banget !"cercau Bu Jannah ditengah gejolak kenikmatan yang kuberikan.

"Sekarang gantian dong, ibu yang yang jilatin saya."

Bu Jannah dengan sukarela mengangguk. Aku segera berjongkok di atas mukanya seakan wajah Bu Jannah adalah toilet jongkok buatku. Lidah Bu Jannah terjulur menjilati celah di pantatku. Meski pertama kali, harus kuakui kalau Bu Jannah sangat mahir dalam memainkan lidahnya hingga membuatku dengan cepat mengejan menahan nikmat yang bergejolak.

Tuan Haris sendiri tersenyum melihat betapa jatuhnya Bu Jannah dalam nafsunya sendiri. Mulutnya yang senantiasa melantunkan kalimat suci dan penuh petuah kini digunakan untuk menjilati lubang kotoran dari wanita murahan sepertiku. Dia sudah menjual statusnya sebagai ustazah dan memilih untuk menuruti nafsunya dengan menjadi budak.

"Gimana ? Enakkan ?"tanya Tuan Haris saat aku sudah menggelinjang kenikmatan dan menembakkan cairan kenikmatan yang membasahi tubuh dan wajah Bu Jannah. Bu Jannah yang seharusnya jijik kini akhirnya luluh dan mengangguk pelan menyetujui Tuan Haris.

"Ini baru pembukanya aja. Siapkan dirimu akan hidangan utama.





Sore itu tak biasanya diadakan majlis pengajian. Pengajian yang seharusnya diadakan seminggu lagi kini tiba-tiba saja Bu Jannah memberikan pengumuman kalau akan ada pengajian spesial dan akan diadakan di rumahku. Hari itu juga aku sudah menyiapkan banyak hidangan istimewa dibantu oleh Bu Salma, Bu Lail, dan juga Bu Riska. Tentu saja kami semua memasak tanpa mengenakan sehelai pakaianpun dan terselip timun di memek kami. Membuat setiap gerakan kaki akan menimbulkan gesekan dengan kelembutan timun serta rasa mengganjal yang memicu rangsangan tersendiri.

Hidangan yang disajikan tentu saja sudah diberikan ramuan khusus seperti dulu. Namun kali ini porsinya diperbanyak. Kami bahkan sama-sama mengencingi mangkuk berisi adonan untuk menggantikan garam yang digunakan dalam adonan. Sesekali aku dan ketiga budak itu bercanda sambil mencolekkan adonan yang sudah bercampur dengan air kencing kami. Barulah sebelum adonan itu siap dimasukan dalam oven, Tuan Haris membacakan mantra Gendhing Abira Abilasa yang sudah menguat seiring makin banyak budak yang telah jatuh di bawah pengaruhnya. Bahkan BU Jannah yang bisa dibilang cukup alim saja sampai jatuh bertekuk lutut oleh kekuatan mantra itu.

Hingga semua hidangan yang disajikan mulai dari kue, gorengan, hingga minuman semuanya mendapatkan perlakuan sama. Mendapatkan ramuan khusus hasil campuran sperma dan air kencing serta dibacakan mantra oleh Tuan Haris sehingga bisa dijamin siapapun yang memakannya akan langsung kehilangan akal sehatnya dan akan bertekuk lutut menjadi budak dari Tuan Haris.

Akhirnya para jemaah pengajian dari Bu Jannah satu persatu hadir. Semuanya kalau ditotal menjadi 12 orang termasuk aku dan ketiga budak lainnya. Ruang tamu rumahku sudah dibersihkan dari kursi dan meja dan digantikan dengan hamparan karpet serta aneka ragam hidangan yang menggugah selera.

"Bu, sebenarnya kenapa hari ini tiba-tiba kita kajian ?"tanya salah seorang ibu-ibu pada Bu Jannah.

"Oh, itu karena saya akan menyampaikan hal yang penting. Namun sebelum itu kita makan hidangan dari Bu Nur dulu."Dengan ramah Bu Jannah mempersilahkan. Ibu-ibu yang ada kemudian mulai menyantap hidangan yang ada meski dengan tetap menyisahkan perasaan yang mengganjal.

Obrolan ramah terdengar dari majlis itu. Bu Jannah dengan nikmat menikmati kue di depannya meski dia tahu kalau adonannya sudah bercampur dengan kencingku. Hidungnya bahkan berusaha menghirup sisa bau dari kencingku. Sepertinya sejak dia menjilati memekku dia jadi tergila-gila pada aromanya.

"Mmmm, kuenya enak banget bu. Resep baru ya ?"tanya seorang ibu-ibu.

"Iya. Ini resep spesial yang baru aja saya pelajari. Bahan yang dipake juga spesial."

"Emangnya apa ?"

"Kencing sama sperma."

"Ih, ibu kalau bercanda jangan jorok dong. Kita lagi makan nih."Aku hanya tertawa kecil mendengar tanggapannya.

Beberapa menit kemudian, aku mulai melihat efek dari makanan tersebut. Nafsu mereka tiba-tiba saja terpantik memancing fantasi di kepala mereka terhadap hal-hal yang berhubungan dengan seksual. Suhu tubuh mereka juga beranjak meningkat yang berimbang dengan desahan yang dikeluarkan serta butiran keringat yang tak tertahankan.

"Baik ibu-ibu sekalian, sekarang saya ingin memberikan pengumuman,"ujar BU Jannah menarik perhatian. Sontak saja semua pandangan teralih padanya dengan rasa penasaran.

"Hari-hari ini, saya sudah mendapatkan pencerahan yang luar biasa. Saya akhirnya tahu tujuan saya diciptakan sebagai wanita. Bu Nur sudah menjadi orang yang mengajarkan pada saya bagaimana seharusnya posisi wanita dan saya sangat senang dengan posisi tersebut. Maka dari itu, saya ingin ibu-ibu sekalian juga mendapatkan kenikmatan dari posisi tersebut."

Aku tersenyum menatap Bu Jannah. Sepertinya pelatihan yang diberikan oleh Tuan Haris berhasil mengubah pemikiran Bu Jannah yang sebelumnya sangat kukuh memegang ajaran agama menjadi wanita yang haus akan kontol.

"Tugas kita sebagai wanita adalah sebagai pemuas nafsu laki-laki yang besar. Itulah kenapa tubuh kita diciptakan dengan indah dan kita memiliki cinta yang besar. Sebab pada hakikatnya kodrat kita adalah melayani nafsu laki-laki. Maka sudah seyogyanya kita menyerahkan segenap jiwa raga kita dan melepas status manusia yang melekat beserta aturan moral dan agama yang hanya mengekang kita dan menjadi budak pemuas para lelaki."

"Tunggu dulu ! ibu ini ngomong apa !"

"Saya berbicara yang sejujurnya. Tidakkah ibu ingin agar para lelaki bahagia. Maka dari sebaiknya kita buang semua ego yang selama ini telah membuat kita melupakan kodrat kita sebagai pemuas nafsu lelaki."

""Ibu ini apa-apaan. Ibu ini ustazah loh. Harusnya ibu tahu kalau ini melanggar aturan agama."

"Bukankah tuhan ingin hambanya bahagia ? Maka jika dengan menjadi budak kita bisa meraih kebahagiaan, kenapa tidak. Ingat, saya ini lebih berilmu dari ibu-ibu sekalian. Sebaiknya ibu patuh saja dan saya jamin ibu akan mendapatkan kebahagiaan."tegas Bu Jannah. Beberapa ibu-ibu mulai mengangguk. Sepertinya Gendhing Abira Abilasa mulai bereaksi mengaburkan akal sehat mereka dan menggantinya dengan nafsu birahi dan hasrat memuasakan laki-laki.

"Biar saya contohkan bagaimana menjadi budak yang baik."Bu Jannah tanpa malu lagi langsung melepaskan gamisnya dan memperlihatkan tubuh polosnya yang sudah tidak ditutup apa-apa.

"Ibu kenapa telanjang . Ibu gak malu!"jerit seorang jamaah terkejut.

"Buat apa malu. Untuk menghambakan diri memuaskan hasrat lelaki sekaligus memenuhi kenikmatan kita, kita harus melepaskan segala rasa malu, ego, moral, dan aturan sebab hal itulah yang selama ini menghambat kita merengkuh kenikmatan. Ayo Bu Nur, Lail, Riska, dan Bu Salma, silahkan juga lepaskan baju kalian. Mari kita sambut tuan kita yang mulia.

Serempak kami berempat membuka gamis kami dan menyampirkan jilbab ke belakang hingga tubuh kami yang mulus tanpa penghalang itu dapat terlihat dengan jelas. Tak selang lama, tiba-tiba dari ruang dalam, keluar Tuan Haris yang masih lengkap mengenakan baju namun bagian bawahnya tidak memakai penutup lagi sehingga kontolnya yang besar terlihat mengacung gagah.

Ibu-ibu terlihat terkejut melihat Tuan Haris datang dengan kondisi seperti itu namun tidak untuk budaknya. Kami berlima sontak berebut untuk bisa mencium kaki dari Tuan Haris seolah berkah terdapat di sana. Tentu saja kami melakukan itu dengan posisi merangkak seperti anjing.

Usai prosesi penciuman, kami mengambil posisi. Bu Salma menjadikan punggungnya sebagai tempat Tuan Haris duduk sedangkan Bu Lail dan Bu Riska terus menjilati kaki dari Tuan Haris. Aku sendiri mengambil posisi di belakang Tuan Haris dan meletakan kepala Tuan Haris di belahan tokedku agar Tuan Haris dapat bersandar. Sedangkan Bu Jannah, dia menungging di depan Tuan Haris dan menyediakan pantatnya untuk disodok oleh kontol Tuan Haris.

"Ibu-ibu bisa lihat...ahhh..."ujar Bu Jannah di tengah sodokan nikmat di bokongnya."Betapa bahagianya kami ketika kami melepaskan diri dari segala ego, malu, kehormatan, aturan, moral, dan lainnya. Kami dapat sepenuhnya menuntaskan nafsu kami dan juga dapat membantu tuan kami melampiaskan nafsunya. Jadi buat apa terus mempertahankan hal yang hanya mengekang kita...ahhhh."

Tuan Haris menyodok lebih keras lagi pantat Bu Jannah yang menungging di depannya dengan sesekali menampar pantatnya yang sekal. Beberapa ibu-ibu bukannya risih malah terangsang bahkan satu dua tanpa sadar mulai memainkan toked mereka.

"Jadi bagaimana ibu-ibu. Apa ibu-ibu bersedia menjadi budak dan mendapatkan kenikmatan seperti kami."

Beberapa ibu-ibu saling pandang. Mereka yang terpengaruh oleh makanan yang mereka sebelumnya santap ingin sekali menuntaskan nafsu mereka yang bergejolak. Namun rasa takut dan ragu masing menguasai mereka.

"Ibu-ibu gak perlu takut. Lihatlah saya. Saya walaupun merupakan orang yang berpengetahuan agama yang luas, tapi lebih memilih hal ini sebab hanya dengan cara inilah saya dapat meraih kebahagiaan yang saya dambakan selama ini. Saya tahu ibu-ibu juga punya hasrat yang sama. Ibu harus melepaskannya dan membuang semua yang mengekang ibu."

"Baiklah kalau begitu. Kami, kami semua juga ingin menjadi budak dan mendapatkan kenikmatan seperti ibu."jawab salah satu jemaah diikuti anggukan yang lain.

"Kalau begitu ibu-ibu semua silahkan tanggalkan semua pakaiaan yang selama ini menutupi tubuh ibu yang harusnya dinikmati orang banyak. Tapi sisahkan jilbab ibu-ibu sekalian sebab kita harus mempertahankan identitas kita sebagai muslimah."

Dengan gerakan yang agak ragu, satu persatu ibu-ibu itu mulai menanggalkan gamisnya dan menyisahkan jilbabnya. Awalnya beberapa masih agak malu menunjukkan tubuhnya yang telanjang. Namun seiring melihat Bu Jannah yang begitu menikmati persetubuhan itu kembali membangkitkan hasrat mereka dan menyingkirkan rasa malu.

"Sekarang silahkan berlutut dan bersumpahlah untuk menjadi budak yang taat dengan menyerahkan segala jiwa raga pada Tuan Haris."

Sontak mereka bersimpuh dan mengucapkan sumpah bergantian. Aku tersenyum melihat hal itu. Dengan sumpah itu, maka resmilah mereka menjadi budak. Akal sehat dan rasa malu mereka telah pergi digantikan hasrat untuk memuaskan Tuan Haris.

"Kamu emang benar-benar hebat, Nur,"gumam Tuan Haris yang tersenyum senang mendapatkan budak baru.

"Saya senang jika Anda senang, Tuan."jawabku juga tersenyum lebar.

"Baiklah, mulai hari ini, nama majlis ini adalah majlis budak. Tujuan kalian bukan lagi memperdalam ilmu agama melainkan mempelajari hal yang dapat memuaskan nafsu lelaki. Kalian hanya boleh mengenakan jilbab saja ketika berada dalam majlis ini. Dan kalian harus siap mematuhi semua perintah dariku. Mengerti ?:Tanya Tuan Haris dengan suara lantang.

"Baik Tuan."

TAMAT
 
Bimabet
Majlis Baru

Bu Jannah tak berdaya dengan posisi terbaring di atas lantai. Kedua tangan dan kakinya terkekang oleh tali keempat sudut yang membuat posisinya menjadi seperti x. Bu Jannah tak mengenakan pakaian sehelaipun selain jilbab lebar yang tersampir ke belakang. Dengan keringat yang terus membanjiri tubuhya, Bu Jannah menanti hal apa yang akan dia alami.

Aku dengan posisi merangkak seperti anjing dengan kalung yang melingkar indah di leherku. Rambutku kali ini dibiarkan terlihat dan diikat sanggul ke belakang. Sementara seutas rantai terhubung dari kalungku ke tangan dari Tuan Haris yang menatap mesum Bu Jannah yang tak berdaya.

"Nah Bu Jannah, sekarang, sesuai janji saya, saya akan memberi kenikmatan yang tidak akan pernah ibu rasakan."

"Bajingan kamu !"bentak Bu Jannah dengan wajah kesal.

"Saya tahu ibu sebenarnya kesepian. Suami ibu gak pernah hadir untuk memberikan kenikmatan yang sebenarnya adalah kebutuhan dasar ibu. Ibu harusnya berterima kasih pada saya karena saya mau dengan sukarela memuaskan nafsu ibu. Yang ibu perlu lakukan hanyalah menyerahkan segenap jiwa dan raga untuk melayani saya."

"Gak akan !" bentak Bu Jannah lagi."Ini biadab ! "Bu Jannah sekilas menoleh padaku."Nur, kamu ini apa-apaan. Ini melanggar aturan agama dan moral. Kenapa kau malah menuruti nafsumu dan menjadi budak anakmu !"

"Saya tidak sekedar menuruti nafsu, Bu. Saya melakukannya juga demi pembuktian cinta kepada anak saya,"jawabku sambil bermanja di kaki Tuan Haris.

"Itu benar. Dan saya akan membawa ibu pada kenikmatan yang sudah Nur rasakan."Tuan Haris tersenyum sinis sambil menyentuh sejenak puting Bu Jannah."Tapi sebelum itu, untuk pembuka, silahkan nikmati layanan dari anjing kesayanganku."

Seperti mendapat aba-aba, aku dengan semangat langsung menerjang Bu Jannah yang sudah terbaring tak berdaya. Pertama kutindihi tubuhnya kemudian kutekankan tanganku ke lengan Bu Jannah hingga dia menjerit kesakitan. Saat itulah, aku mengambil kesempatan dengan mendaratkan ciuman ke mulut Bu Jannah.

Bu Jannah megap-megap tak mampu bernafas karena mulutnya dibekap olehku. Lidahku masuk ke dalam mulutnya dan membuat Bu Jannah makin tak terkendali. Dia berusaha memalingkan wajah namun tekanan diwajahnya membuat kepalanya tertahan.

Usai bermain, aku melepaskan ciumanku hingga Bu Jannah terengah-engah mengambil nafas. Belum juga Bu Jannah memulihkan tenaganya, aku sudah mendaratkan serangan maut dengan menjilati klirotisnya hingga tubuh Bu Jannah menggeliat bagai cacing kepanasan.

"Hentikan ! "raung Bu Jannah berusaha melawan gejolak nafsu hasil rangsanganku.

"Jangan dilawan, Bu. Nikmati saja."gumam Tuan Haris.

"Enggak...."Dengan tertaih Bu Jannah berusaha mengembalikan akal sehatnya seiring dengan nafsu yang beranjak mengambil alih tubuhnya.

"Lepaskan semuanya bu dan raih kenikmatan itu. Ibu gak seharusnya menderita. Ibu selama ini sudah menahan terlalu lama nafsu ibu yang membara."ujarku di tengah permainan lidahku.

"Berhenti...."

"Udah, nikmati aja bu. Ibu selama ini selalu terbelenggu dengan aturan. Sekarang saatnya ibu lepaskan semuanya dan lampiaskan nafsu yang ibu pendam selama ini."

Aku berpindah ke memek Bu Jannah. Kali ini permainan lidahku lebih lembut menjilati klirotis Bu Jannah hingga dia mengejang menahan kenikmatan terlarang yang harusnya tak dia rasakan terutama yang dihasilkan oleh sesama perempuan. Namun biar bagaimanapun, dia tidak dapat membohongi tubuhnya yang begitu menikmati permainanku.

Hingga akhirnya, tubuh Bu Jannah mengkhianati akal sehatnya. Aku yang sudah bermain lebih dalam dengan hisapan di garis memeknya membuatnya dia mengejang hebat sebelum akhirnya cairan kenikmatan terpancar keluar tanpa bisa dia tahan lagi. Pertanda kalau dirinya sudah jatuh kalah di hadapan nafsunya sendiri.

"Ahhhh ! Nikmat banget !"cercau Bu Jannah ditengah gejolak kenikmatan yang kuberikan.

"Sekarang gantian dong, ibu yang yang jilatin saya."

Bu Jannah dengan sukarela mengangguk. Aku segera berjongkok di atas mukanya seakan wajah Bu Jannah adalah toilet jongkok buatku. Lidah Bu Jannah terjulur menjilati celah di pantatku. Meski pertama kali, harus kuakui kalau Bu Jannah sangat mahir dalam memainkan lidahnya hingga membuatku dengan cepat mengejan menahan nikmat yang bergejolak.

Tuan Haris sendiri tersenyum melihat betapa jatuhnya Bu Jannah dalam nafsunya sendiri. Mulutnya yang senantiasa melantunkan kalimat suci dan penuh petuah kini digunakan untuk menjilati lubang kotoran dari wanita murahan sepertiku. Dia sudah menjual statusnya sebagai ustazah dan memilih untuk menuruti nafsunya dengan menjadi budak.

"Gimana ? Enakkan ?"tanya Tuan Haris saat aku sudah menggelinjang kenikmatan dan menembakkan cairan kenikmatan yang membasahi tubuh dan wajah Bu Jannah. Bu Jannah yang seharusnya jijik kini akhirnya luluh dan mengangguk pelan menyetujui Tuan Haris.

"Ini baru pembukanya aja. Siapkan dirimu akan hidangan utama.





Sore itu tak biasanya diadakan majlis pengajian. Pengajian yang seharusnya diadakan seminggu lagi kini tiba-tiba saja Bu Jannah memberikan pengumuman kalau akan ada pengajian spesial dan akan diadakan di rumahku. Hari itu juga aku sudah menyiapkan banyak hidangan istimewa dibantu oleh Bu Salma, Bu Lail, dan juga Bu Riska. Tentu saja kami semua memasak tanpa mengenakan sehelai pakaianpun dan terselip timun di memek kami. Membuat setiap gerakan kaki akan menimbulkan gesekan dengan kelembutan timun serta rasa mengganjal yang memicu rangsangan tersendiri.

Hidangan yang disajikan tentu saja sudah diberikan ramuan khusus seperti dulu. Namun kali ini porsinya diperbanyak. Kami bahkan sama-sama mengencingi mangkuk berisi adonan untuk menggantikan garam yang digunakan dalam adonan. Sesekali aku dan ketiga budak itu bercanda sambil mencolekkan adonan yang sudah bercampur dengan air kencing kami. Barulah sebelum adonan itu siap dimasukan dalam oven, Tuan Haris membacakan mantra Gendhing Abira Abilasa yang sudah menguat seiring makin banyak budak yang telah jatuh di bawah pengaruhnya. Bahkan BU Jannah yang bisa dibilang cukup alim saja sampai jatuh bertekuk lutut oleh kekuatan mantra itu.

Hingga semua hidangan yang disajikan mulai dari kue, gorengan, hingga minuman semuanya mendapatkan perlakuan sama. Mendapatkan ramuan khusus hasil campuran sperma dan air kencing serta dibacakan mantra oleh Tuan Haris sehingga bisa dijamin siapapun yang memakannya akan langsung kehilangan akal sehatnya dan akan bertekuk lutut menjadi budak dari Tuan Haris.

Akhirnya para jemaah pengajian dari Bu Jannah satu persatu hadir. Semuanya kalau ditotal menjadi 12 orang termasuk aku dan ketiga budak lainnya. Ruang tamu rumahku sudah dibersihkan dari kursi dan meja dan digantikan dengan hamparan karpet serta aneka ragam hidangan yang menggugah selera.

"Bu, sebenarnya kenapa hari ini tiba-tiba kita kajian ?"tanya salah seorang ibu-ibu pada Bu Jannah.

"Oh, itu karena saya akan menyampaikan hal yang penting. Namun sebelum itu kita makan hidangan dari Bu Nur dulu."Dengan ramah Bu Jannah mempersilahkan. Ibu-ibu yang ada kemudian mulai menyantap hidangan yang ada meski dengan tetap menyisahkan perasaan yang mengganjal.

Obrolan ramah terdengar dari majlis itu. Bu Jannah dengan nikmat menikmati kue di depannya meski dia tahu kalau adonannya sudah bercampur dengan kencingku. Hidungnya bahkan berusaha menghirup sisa bau dari kencingku. Sepertinya sejak dia menjilati memekku dia jadi tergila-gila pada aromanya.

"Mmmm, kuenya enak banget bu. Resep baru ya ?"tanya seorang ibu-ibu.

"Iya. Ini resep spesial yang baru aja saya pelajari. Bahan yang dipake juga spesial."

"Emangnya apa ?"

"Kencing sama sperma."

"Ih, ibu kalau bercanda jangan jorok dong. Kita lagi makan nih."Aku hanya tertawa kecil mendengar tanggapannya.

Beberapa menit kemudian, aku mulai melihat efek dari makanan tersebut. Nafsu mereka tiba-tiba saja terpantik memancing fantasi di kepala mereka terhadap hal-hal yang berhubungan dengan seksual. Suhu tubuh mereka juga beranjak meningkat yang berimbang dengan desahan yang dikeluarkan serta butiran keringat yang tak tertahankan.

"Baik ibu-ibu sekalian, sekarang saya ingin memberikan pengumuman,"ujar BU Jannah menarik perhatian. Sontak saja semua pandangan teralih padanya dengan rasa penasaran.

"Hari-hari ini, saya sudah mendapatkan pencerahan yang luar biasa. Saya akhirnya tahu tujuan saya diciptakan sebagai wanita. Bu Nur sudah menjadi orang yang mengajarkan pada saya bagaimana seharusnya posisi wanita dan saya sangat senang dengan posisi tersebut. Maka dari itu, saya ingin ibu-ibu sekalian juga mendapatkan kenikmatan dari posisi tersebut."

Aku tersenyum menatap Bu Jannah. Sepertinya pelatihan yang diberikan oleh Tuan Haris berhasil mengubah pemikiran Bu Jannah yang sebelumnya sangat kukuh memegang ajaran agama menjadi wanita yang haus akan kontol.

"Tugas kita sebagai wanita adalah sebagai pemuas nafsu laki-laki yang besar. Itulah kenapa tubuh kita diciptakan dengan indah dan kita memiliki cinta yang besar. Sebab pada hakikatnya kodrat kita adalah melayani nafsu laki-laki. Maka sudah seyogyanya kita menyerahkan segenap jiwa raga kita dan melepas status manusia yang melekat beserta aturan moral dan agama yang hanya mengekang kita dan menjadi budak pemuas para lelaki."

"Tunggu dulu ! ibu ini ngomong apa !"

"Saya berbicara yang sejujurnya. Tidakkah ibu ingin agar para lelaki bahagia. Maka dari sebaiknya kita buang semua ego yang selama ini telah membuat kita melupakan kodrat kita sebagai pemuas nafsu lelaki."

""Ibu ini apa-apaan. Ibu ini ustazah loh. Harusnya ibu tahu kalau ini melanggar aturan agama."

"Bukankah tuhan ingin hambanya bahagia ? Maka jika dengan menjadi budak kita bisa meraih kebahagiaan, kenapa tidak. Ingat, saya ini lebih berilmu dari ibu-ibu sekalian. Sebaiknya ibu patuh saja dan saya jamin ibu akan mendapatkan kebahagiaan."tegas Bu Jannah. Beberapa ibu-ibu mulai mengangguk. Sepertinya Gendhing Abira Abilasa mulai bereaksi mengaburkan akal sehat mereka dan menggantinya dengan nafsu birahi dan hasrat memuasakan laki-laki.

"Biar saya contohkan bagaimana menjadi budak yang baik."Bu Jannah tanpa malu lagi langsung melepaskan gamisnya dan memperlihatkan tubuh polosnya yang sudah tidak ditutup apa-apa.

"Ibu kenapa telanjang . Ibu gak malu!"jerit seorang jamaah terkejut.

"Buat apa malu. Untuk menghambakan diri memuaskan hasrat lelaki sekaligus memenuhi kenikmatan kita, kita harus melepaskan segala rasa malu, ego, moral, dan aturan sebab hal itulah yang selama ini menghambat kita merengkuh kenikmatan. Ayo Bu Nur, Lail, Riska, dan Bu Salma, silahkan juga lepaskan baju kalian. Mari kita sambut tuan kita yang mulia.

Serempak kami berempat membuka gamis kami dan menyampirkan jilbab ke belakang hingga tubuh kami yang mulus tanpa penghalang itu dapat terlihat dengan jelas. Tak selang lama, tiba-tiba dari ruang dalam, keluar Tuan Haris yang masih lengkap mengenakan baju namun bagian bawahnya tidak memakai penutup lagi sehingga kontolnya yang besar terlihat mengacung gagah.

Ibu-ibu terlihat terkejut melihat Tuan Haris datang dengan kondisi seperti itu namun tidak untuk budaknya. Kami berlima sontak berebut untuk bisa mencium kaki dari Tuan Haris seolah berkah terdapat di sana. Tentu saja kami melakukan itu dengan posisi merangkak seperti anjing.

Usai prosesi penciuman, kami mengambil posisi. Bu Salma menjadikan punggungnya sebagai tempat Tuan Haris duduk sedangkan Bu Lail dan Bu Riska terus menjilati kaki dari Tuan Haris. Aku sendiri mengambil posisi di belakang Tuan Haris dan meletakan kepala Tuan Haris di belahan tokedku agar Tuan Haris dapat bersandar. Sedangkan Bu Jannah, dia menungging di depan Tuan Haris dan menyediakan pantatnya untuk disodok oleh kontol Tuan Haris.

"Ibu-ibu bisa lihat...ahhh..."ujar Bu Jannah di tengah sodokan nikmat di bokongnya."Betapa bahagianya kami ketika kami melepaskan diri dari segala ego, malu, kehormatan, aturan, moral, dan lainnya. Kami dapat sepenuhnya menuntaskan nafsu kami dan juga dapat membantu tuan kami melampiaskan nafsunya. Jadi buat apa terus mempertahankan hal yang hanya mengekang kita...ahhhh."

Tuan Haris menyodok lebih keras lagi pantat Bu Jannah yang menungging di depannya dengan sesekali menampar pantatnya yang sekal. Beberapa ibu-ibu bukannya risih malah terangsang bahkan satu dua tanpa sadar mulai memainkan toked mereka.

"Jadi bagaimana ibu-ibu. Apa ibu-ibu bersedia menjadi budak dan mendapatkan kenikmatan seperti kami."

Beberapa ibu-ibu saling pandang. Mereka yang terpengaruh oleh makanan yang mereka sebelumnya santap ingin sekali menuntaskan nafsu mereka yang bergejolak. Namun rasa takut dan ragu masing menguasai mereka.

"Ibu-ibu gak perlu takut. Lihatlah saya. Saya walaupun merupakan orang yang berpengetahuan agama yang luas, tapi lebih memilih hal ini sebab hanya dengan cara inilah saya dapat meraih kebahagiaan yang saya dambakan selama ini. Saya tahu ibu-ibu juga punya hasrat yang sama. Ibu harus melepaskannya dan membuang semua yang mengekang ibu."

"Baiklah kalau begitu. Kami, kami semua juga ingin menjadi budak dan mendapatkan kenikmatan seperti ibu."jawab salah satu jemaah diikuti anggukan yang lain.

"Kalau begitu ibu-ibu semua silahkan tanggalkan semua pakaiaan yang selama ini menutupi tubuh ibu yang harusnya dinikmati orang banyak. Tapi sisahkan jilbab ibu-ibu sekalian sebab kita harus mempertahankan identitas kita sebagai muslimah."

Dengan gerakan yang agak ragu, satu persatu ibu-ibu itu mulai menanggalkan gamisnya dan menyisahkan jilbabnya. Awalnya beberapa masih agak malu menunjukkan tubuhnya yang telanjang. Namun seiring melihat Bu Jannah yang begitu menikmati persetubuhan itu kembali membangkitkan hasrat mereka dan menyingkirkan rasa malu.

"Sekarang silahkan berlutut dan bersumpahlah untuk menjadi budak yang taat dengan menyerahkan segala jiwa raga pada Tuan Haris."

Sontak mereka bersimpuh dan mengucapkan sumpah bergantian. Aku tersenyum melihat hal itu. Dengan sumpah itu, maka resmilah mereka menjadi budak. Akal sehat dan rasa malu mereka telah pergi digantikan hasrat untuk memuaskan Tuan Haris.

"Kamu emang benar-benar hebat, Nur,"gumam Tuan Haris yang tersenyum senang mendapatkan budak baru.

"Saya senang jika Anda senang, Tuan."jawabku juga tersenyum lebar.

"Baiklah, mulai hari ini, nama majlis ini adalah majlis budak. Tujuan kalian bukan lagi memperdalam ilmu agama melainkan mempelajari hal yang dapat memuaskan nafsu lelaki. Kalian hanya boleh mengenakan jilbab saja ketika berada dalam majlis ini. Dan kalian harus siap mematuhi semua perintah dariku. Mengerti ?:Tanya Tuan Haris dengan suara lantang.

"Baik Tuan."

TAMAT
Semoga ada chapter yang menyasar emak² itu. Jilbaban tapi binal.
Apalagi siapa tau suami² mereka juga menginginkan melihat istri mereka digagahi haris, tentu mereka juga perlu ganti :semangat::semangat::semangat:

Terima kasih master :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd