Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Aku Amelia [Hijab Story with No SARA] UPDATE BAGIAN VII! STILL CONTINUES!

Audra17

Semprot Baru
Daftar
5 Nov 2011
Post
25
Like diterima
750
Bimabet
AKU AMELIA

Perkenalkan, namaku Amelia Andini, perempuan berumur 24 Tahun. Ini adalah karya ceritaku yang pertama setelah bertahun-tahun aku hanya menjadi silent reader di forum ini. Ceritaku adalah fakta, benar-benar nyata terjadi, hanya saja aku balut seluruh penamaan karakter, tempat/lokasi, dan waktu dengan hal fiktif. Jadi, jika ada yang sama, atau pernah mengalami hal seperti kisahku ini, aku mohon maaf, itu semua hanya ketidaksengajaan. Segala foto, gambar, dan sejenisnya adalah koleksi pribadi. Face aku sensor, untuk privacy. Jika ada yang mengenalku, silahkan PM saja.

Aku seorang mahasiswi Fakultas Teknik Industri, Universitas Ganda Utama, Jakarta. Aku adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Aku tinggal disebuah kosan di Jakarta. Kakak dan ayahku tinggal berdua di Tangerang. Semenjak 4 tahun lalu, orang tuaku memutuskan untuk berpisah. Hal inilah yang membuatku merasa tidak betah tinggal di rumah.

Aku tergolong perempuan yang pendek berisi, tinggi badanku hanya 156 Cm, sedangkan berat badanku sekitar 50 Kg. Kulitku pun tidak putih, aku sawo matang. Dengan keadaan tubuhku yang seperti ini, kadang aku tidak percaya diri. Tidak banyak pakaian atau celana yang pas untuk badanku. Ditambah lagi, payudaraku cukup membuatku kesulitan menentukan ukuran yang pas. Kadang 36B, kadang 34B. Tergantung merk. Pokoknya, susah untuk dijelaskan. Aku tahu, pasangan kalian juga pasti pernah mengalami sepertiku dalam memilih bra yang pas. Payudaraku menjadi masalah tersendiri. Seringkali aku menangkap tatapan pria liar mengarah ke payudaraku. Aku memang berhijab, namun bukan tipe perempuan yang menggunakan hijab lebar. Gerah. Aku bukan perempuan yang hobi dandan dan berpenampilan stylish ala hijabers-hijabers selebgram. Namun, cara berpakaianku yang aku anggap normal, terkadang menjadi sesuatu yang terlihat “nakal" bagi pria-pria yang melihatku. Ah!

Berkat saran teman-teman, aku menyisipkan Indeks Cerita untuk mempermudah para pembaca mengikuti alur cerita ini:

Terima kasih kepada para suhu senior yang sudah ikut membaca dan menikmati kisah ini.
Kisah ini tidak akan berhenti sampai judul berubah menjadi AKU AMELIA [TAMAT].


Penasaran dengan kisah ini? Tegang?
Tetap stay disini, ya.

KEEP ENJOY YOUR LIFE!
AND STAY TOUCH IN ME!


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DISCLAIMER
KISAH DALAM TULISAN INI ADALAH NYATA ADANYA
PENULIS MENGGUNAKAN NAMA, TEMPAT/LOKASI, WAKTU DENGAN HAL FIKTIF UNTUK MELINDUNGI HAK PRIVASI PENULIS
KESAMAAN KISAH, NAMA, TEMPAT/LOKASI, WAKTU YANG DIALAMI OLEH PEMBACA ADALAH MURNI KETIDAKSENGAJAAN
FOTO MULTURASI DALAM KISAH INI ADALAH KOLEKSI PRIBADI (BUKAN HASIL COMOTAN GGL)
 
Terakhir diubah:
BAGIAN I
THE BEGINNING


Cerita bagian ini berawal dari pacarku yang berselingkuh dengan teman kampusnya. Rasa kesal dan sedihku benar-benar membuat hidupku terasa hambar.

Alimudin Salam. Ya, dia adalah pacarku. Seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sultan Dikara, Banten. Dia adalah seorang ketua dari sebuah organisasi pergerakan bernama Front Mahasiswa Terdepan, atau sering disingkat FMT.

Karena aku coba mengerti kehidupan akademis, dan organisasinya, aku rela untuk jarang berkomunikasi dengannya. Sampai akhirnya aku melihat sesuatu yang benar-benar buatku kecewa. Dalam salah satu postingan Instagram pribadi milik pacarku, aku melihat dia berfoto mesra dengan salah satu temannya, Eva. Aku curiga, dan mempertanyakan lewat WA kepada Ali (panggilannya) apa maksud dari foto tersebut, kenapa harus mesra, dan caption nya!!! OH MY GOD!!! Romantis sekali!! Aku saja tidak pernah diposting sebegitu istimewa di Instagramnya.

Aku : Ay, aku mau nanya boleh?
(red: Ay adalah panggilan sayang untuk kami berdua)



Lama tidak dibalas….





Setengah jam kemudan….

Ali : Iya, mau nanya apa Ay? Sorry baru bales. Aku baru selesai kelas, terus ini aku mau rapat BEM nih. Kamu udah makan?
Aku : Hmm, iya gak apa-apa. Aku udah makan kok. Hmm, boleh tau ga? Itu cewe yang foto bareng sama kamu, yang kamu posting di IG, siapa dia? Romantis banget….
Ali : Yang mana?
Aku : Yang terakhir, Ay. Yang baru kamu posting.
Ali : Oh, bukan siapa-siapa kok. Namanya Eva. Dia temen di kampusku. Beda Fakultas, dia anak Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, kebetulan aku sama organsasi dia lagi ada project bareng, jadi ya foto-foto deh. Kenapa?
Aku : Gak apa-apa. cuma aku agak rishi aja liatnya.
Ali : Tenang Ay, cuma temen kok. Gak akan lebih. Lagipula, aku kan cuma sayang sama kamu. Tenang ya.
Aku : Iya. Yaudah aku percaya kamu. Kamu jangan lupa makan yah. Aku sayang kamu. Semangat!



Awalnya, aku percaya pada jawaban WA Ali tentang Eva. Tapi lama kelamaan aku jadi curiga sesuatu terjadi dengan mereka. Semakin lama, semakin curiga aku pada mereka. Ali semakin sering posting feed IG nya, atau story WA nya. Entah hanya berdua, atau foto bersama teman-temannya, wanita itu selalu ada. Selalu mesra. Selalu romantis!
Hingga pada akhirnya sabarku melewati batas. Aku mulai cari tahu siapa wanita itu sebenarnya.

Siapa Eva?
Ada hubungan apa dia dan pacarku?
Kenapa begitu romantis sekali?


Setelah hampir Lima Bulan lamanya aku curiga, akhirnya aku dapat jawabannya. Jawaban yang membuat aku merasa kecewa, sedih, marah!

Pada salah satu postingan IG Ali, aku berkomentar agak pedas.

Komentarku : Mesra banget, Mba @evashakila17
@evashakila17 : Hmm :)
Komentarku : Apa gak malu, Mba foto mesra sama pacar orang?!

Agak lama komentarku tidak dibalas, sampai akhirnya ada notif DM di IG-ku.

@evashakila17 : Maaf aku boleh tau, kamu siapa?
Aku : Aku Lia! Aku pacarnya Ali. Kamu siapa? Kenapa selalu foto mesra bersama pacarku?
@evashakila17 : Ha? Oh, jadi kamu Lia, mantannya Ali yang diputusin karena kamu selingkuh dari dia kan?
Aku : MANTAN?! AKU MASIH PACAR SAH NYA!
@evashakila17 : Hehehe, gak usah emosi, Mba. Ali sudah cerita semuanya kok. Hehehe Udah ya, jangan berharap sama dia lagi. Dia udah jadi milikku.

Emosiku tidak terbendung. Aku telepon Ali, dia tidak angkat. Aku WA dia bertubi-tubi mempertanyakan maksud jawaban dari Eva di DM-ku.

Berjam-jam dia akhirnya WA aku. Dia marah. Katanya aku kampungan. Dia masih saja berkilah, sampai aku akhirnya mengirim screen capture hasil percakapanku dengan Eva. Lagi-lagi dia berkilah. Perdebatanpun terjadi. Aku telepon dia, kami bertengkar via telepon. Dia akhirnya mengaku.

Ali : Iya, DIA PACARKU! Itukan jawaban yang kamu mau?! Udah deh, gak usah kampungan! Mulai sekarang kita putus! Aku pilih dia! Kamu hapus komentarmu di IG-ku! Mulai sekarang, gak usah komunikasi lagi sama Eva!


TARRR!


Aku menangis sejadi-jadinya saat itu. Rasa sesak dihatiku sudah terlalu dalam. Bagaimana tidak, sosok pria yang mengambil keperawananku, sosok pria yang aku sangat sayangi, mendadak membentakku, memutuskan hubungan yang sudah terjaga hampir 5 tahun ini. Aku sangat sedih sekali. Aku ingat, bahkan makan saja aku tidak mau. Rasanya, aku ingin mati saja saat itu. Sahabat-sahabat satu kosanku tahu masalah ini. Aku tidak tahan untuk cerita pada mereka. Mereka menghiburku, menyuruhku untuk melupakan Ali, sosok bajingan bagi mereka yang merasa tidak pantas aku tangisi. Kadang, aku merasa beruntung memiliki sahabat seperti mereka. Saat bersama mereka, aku merasa nyaman. Tertawa, bahagia.

Namun,

Semua tawa dan kebahagian itu hilang ketika aku kembali ke kamarku. Seketika suasana sendu menyelimuti. Aku menangis sembari melihat foto-foto dalam galeri handphoneku. Galeri penuh kenangan bersama Ali. Kenangan indah sebelum wanita perusak itu hadir dikehidupan kami.

AKU HARUS MOVE ON!
AKU HARUS BISA MELUPAKANNYA!
TAPI, AKU MASIH SAYANG DIA.
BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANNYA?


BAG II
THE GAME


Emosi dan kesedihan masih saja jadi warna dihidupku saat ini. Perempuan jalang itu merebut orang yang aku sayangi. Merusak semua hal indah yang telah kubangun penuh mimpi selama hampir 5 tahun ini. Aku terlanjur memberikan seluruh hatiku pada Ali. Ali sosok yang benar-benar menjadi idamanku, jadi harapanku akan masa depan yang indah. Semua kini sirna, semua jadi hampa.

“…P...”
“…P...”
“…P...”


“…Hai, Li!...”

Suara notifikasi handphone-ku berbunyi, menyadarkanku dalam lamunan kesedihan. Mataku kosong, ‘tak ada gairah. Aku raih handphone-ku. Ah! Dimas menghubungiku. Tumben, ada apa? Pikirku.

Dimas Atmaja adalah sosok sahabat dekat Ali. Bagaimana tidak? Dia adalah teman pertama Ali ketika pertama kali Ali menginjakkan kakinya di kampus itu. Selain satu organisasi di kampusnya, Dimas juga satu kosan dengan Ali. Kamarnya pas disebelah kanan kamar Ali. Dimas biasa dipanggil Buto. Ya, karena perawakannya yang atletis, membuat dia dipanggil seperti itu. Sekilas, wajahnya tidak beda dengan Ali. Meski sering terlihat tidak serius, sering bercanda, dan lain sebagainya, Dimas memang sosok yang dewasa. Beberapa kali ketika aku berkunjung ke kosannya Ali, aku memang sering ngobrol dengannya. Ya, walaupun kadang aku agak risih dengan tatapannya yang seakan menelanjangiku. Aku akui, ketika aku berkunjung ke kosan Ali, aku memang melepas kerudungku dan cardigan atau luaran yang kupakai, namun pakaianku tidak terlalu terbuka. Sekedar kaos?


Aku : Hai, Dim. Ada apa? Tumben?
Dimas : Eh bales, kirain masih tidur hehehe.
Aku : Udah 3 hari gue gak bias tidur nih. Gua kesel banget! Sedih!
Dimas : Hahaha kenapa? Masalah Ali? Sebenernya sih gua udah tau lama, Li. Gua sebenernya mau cerita sama lo, tapi ga nemu momen tepat aja. Eh btw, gue ganggu gak nih?
Aku : Jadi lo udah tau sebenernya? Udah tau lama?! Sialan lo!
Dimas : Eh gak gitu. Gua kan gak mungkin cerita sama lo kemaren-kemaren. Lo aja kalau udah dikamer si Ali jarang banget keluar! Ih! Eh gua ganggu ga nih?
Aku : Iya de hiya. Emang ya kalian sekongkol. Kesel deh gue!
Dimas : JADI GUA GANGGU GAK NIH? JAWAB HOY!!
Aku : Bodo ah! Iya iya gak ganggu! Apaan sih?
Dimas : Hehehe, jadi gini Amelia Andini yang cantiknya melebihi bintang kejora. Gua mau minjem duit nih, biasa, gua baru kalah taruhan judi bola. Ada yaaa, please!!! Gua ga bisa makan nih. Minggu depan gue ganti. Please please :(

HAHAHAHAHA

Tidak terbayangkan sosok maskulin, dan atletis seperti dia memohon, merengek seperti itu. Tidak sadar, aku tersenyum membayangkannya sedang memohon kepadaku. Dimas memang sering meminjam uang padaku. Hobi judinya memang jadi masalah utama dalam hidupnya. Aku mengiyakan untuk mentransfer sejumlah uang yang Dimas pinjam. Sebagai gantinya, dia harus mau jadi “mata-mata”ku. Aku masih penasaran, apakah benar Ali sudah tidak sayang padaku? Apakah benar wanita itu memang wanita yang tepat untuk Ali? Atau, Ali hanya cinta lokasi saja? Ah!

Semenjak itu, aku jadi intens berkomunikasi dengan Dimas. Entah itu hanya sekedar chat di WA, telepon, atau video call. Komunikasi kamipun tidak terbatas hanya untuk membicarakan keadaan Ali disana. Kadang, kami bicara masalah masa depan, bicara masalah kehidupan kampusnya dan kampusku, bicara masalah keluarga, dan lain sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, obrolan kami semakin intim. Ya, Dimas sering menggodaku untuk bercerita lebih dalam tentang hidupku. Sampai akhirnya…


Dimas : Hahaha, eh Li. Gua mau nanya dong. Tapi jangan serius-serius jawabnya.
Aku : Iye, mau nanya apa lo? Selama pertanyaannya bukan “mau gak lo jadi cewe gue?” dengan senang hati gue mau jawab HAHAHA
Dimas : Sial! Gak lah! Gilee!
Aku : Hahahaha. Yaudah, mau nanya apa?
Dimas : Hmm, waktu itu gue gak sengaja denger si Ali desah-desah gak jelas pas video call-an sama lo. Lo VCS yaaa? Hahahaha ngaku lo!


DEGG!


Aku :
Ih apaan sii? Gak lah! Gue ga pernah yah begitu-begitu. Ngapain juga?!
Dimas : Elah, ngaku aje. Gua paham kok korban LDR kaya lo! Hahahaha.
Aku : Hahahaha, gak Dim! Gue emang pernah diminta buat liatin toket gue pas VC sama dia, tapi gue ogah. Eh dia malah liatin anu nya ke gue, maksa-maksa gue. Gue bilang aja, nanti aku kesana, kalau lewat VC nanggung, Ay. Gitu, eh dia ngambek hahaha.
Dimas : Hahaha gila! Tapi emang sih, gue akuin toket lo gue liat dari luar emang gemesin banget. Bikin penasaran! Hahahaha becanda!


DEGG!


Aku :
Dih! Nakal lo ah! Jangan-jangan sering ya lo curi-curi pandang ke toket gue pas gue kesana?!
Dimas : Sering sih gak, tapi kalau ada kesempatan ya mau gimana lagi. Auto fokus mata gue! Hahahaha
Aku : Dih dih! Hahahaha jangan-jangan sering ya lo ngayal porno tentang gue? Hayoo!! Ngaku lo! Hahahaha dasar, Dimas lemah!
Dimas : Eh, sembarangan. Gak ya!
Aku : Ahahaha lemah! Liat toket aja langsung ngayal! Hahahaha
Dimas : Hahahaha

Semenjak chat itu, Dimas dan aku semakin sering berkomunikasi. Becanda mengarah ke hal intim sudah biasa kami lakukan. Pernah suatu saat dia bertanya kepadaku tentang ukuran bra-ku. Karena aku sendiri bingung, dan ragu dengan ukuranku, aku tidak bisa jawab. Aku hanya bilang ya kalau tidak 34B ya 36B. Tergantung merk dan kondisi. Maklum, sebagai perempuan, ketika sedang menstruasi, ukuran payudaranya bisa jadi membesar, dan biasanya aku tidak nyaman jika pakai bra yang kekecilan.

Sabtu malam itu kondisi diluar kosanku sedang hujan. Aku bosan. Sahabat-sahabat satu kosanku semuanya pulang kampung. Ada yang berlibur, ada yang cuma sekedar pulang. Aku memilih tidak pulang karena suasana di rumahku memang sedang tidak enak. Aku memilih rebahan dikasur kosanku. Aku belum mandi. Tanktop hitam yang kupakai dari kemarin masih menepel dibadanku. Aku menyalakan laptopku, membuka folder bertuliskan “FILM WAJIB NONTON”. Aku mulai memilih film untuk membunuh rasa jenuhku hari ini. Akhirnya kuputuskan untuk menonton Twilight Saga. Aku mulai terhanyut pada film tersebut. Adegan-adegan actionnya membuat jantungku berdetak kencang, seru. Adegan romantisnya? Hmm, lumayan membuatku sedikit membayangkan sosok Ali ada disampingku. Aku mulai memeluk gulingku erat. Ah! Andai saja Ali ada disini, pikirku.



*sound ringtone*



Seketika aku dikagetkan dengan suara telepon di handphoneku. Segera aku angkat telepon itu. Ya, Dimas meneleponku.

Dimas : Li, lagi ngapain lo? Nonton bokep sambal mikirin gue ye? Hahaha
Aku : Ih! Apaan sih lo, Dim! Gak, gue lagi tiduran aja sambal nonton Twilight. Kenape lo? Hmm, jangan bilang mau minjem duit lagi. Gak ada, gak ada. Gue lagi miskin nih!
Dimas : Ye, gak kok. Gue lagi kaya raya. Gue menang taruhan hahaha
Aku : Tumben lo beruntung, haha. Biasanya sial terus. Hahaha
Dimas : Yeee, keberuntungan orang kan bisa datang kapan aja hahaha. Eh lo gak kemana-mana? Bete nih gue. Temenin teleponan aja ya. Si Ali lagi gak disini. Dia balik ke Tangerang. Ada acara ulang tahun nyokapnya katanya. Kesepian deh gue.
Aku : Hahahaha dasar lo! Tapi nanti aja deh, gue mau mandi nih.
Dimas : Wih, udah telanjang dong lo. Sini sini gue Video Call. Asiiikk.
Aku : Gak! Awas lo macem-macem.

Beberapa kali Dimas mencoba video call aku, aku selalu menolak. Ya, aku sadar, hubungan pertemananku dengan Dimas memang tidak biasa. Candaan kearah seksual memang sudah biasa kami lakukan. Tapi entah kenapa, malam ini Dimas seperti berbeda dari sebelumnya. Mungkinkah dia sedang horny? Atau dia hanya iseng menggodaku?

Dimas : Yaudah iye, gak usah video call-an. Tapi teleponnya jangan dimatiin ya. Temenin gua, Li.
Aku : Dih, gue mau mandi, Dimas!
Dimas : Yaudah gak apa sih. Jangan dimatiin pokoknya. Kalau dimatiin, gue ngambek, gak akan lagi gue mau jadi temen curhat lo!
Aku : Yaudah iya iya, gue buka baju dulu.

Akupun membuka tanktopku, celana pendekku, dan celana dalamku. Aku memang tidak biasa menggunakan bra saat tidak berpergian. Aku sudah telanjang total. Aku ambil handukku yang ku gantungkan dibalik pintu.


Aku : Dim, gue udah telanjang nih. Dingin tau. Gue mandi dulu ya.
Dimas : Eh eh jangan dimatiin! Temenin gue! Ih!
Aku : Ya terus gimana? Gue bawa hp gue ke kamar mandi?
Dimas : Hmm yaudah bawa.
Aku : Yaudah iya iya. Ribet ya lo! Ih!


BBYUURRRR! BBBYYUUURRR! BYUURRRR!


Suara siraman air ke badanku mungkin didengar oleh Dimas. Aku gunakan mode loudspeaker agar aku masih bisa bicara dengan Dimas sembari aku menyabuni badanku.

Dimas : Lo lagi mandi ya?
Aku : Hmmm.
Dimas : Lagi sabunan?
Aku : Hmmm.
Dimas : Nyabunin apa, Li?
Aku : Badan gue. Maklum, cewe mandinya lama. Lipatan cewe lebih banyak dibanding cowo. Hahaha.
Dimas : Nyabunin toket?
Aku : Iya, nih lagi disabunin.
Dimas : Putingnya disabunin juga? (mulai berubah suara Dimas, agak lebih berat dibanding biasanya).


Aku : Iya, ini lagi disabunin. Masa iya gue gak nyabunin puting gue hahaha.
Dimas : Yang bener nyabuninnya. Gosoknya yang bersih.
Aku : Yang bersih? Ya ini bersih. Emang harus gimana? (aku sadar, aku menggodanya saat ini).
Dimas : Ya dipilin, agak diremes toket lo. Remes terus, biar bersih, Li.

Awalnya, aku biasa saja. Sambil senyum-senyum sendiri merasakan ada hal yang aneh pada Dimas. Aku tetap fokus menyabuni badanku, meneruskan ritual mandiku, tapi entah kenapa tiba-tiba seperti terhipnotis suaranya, aku mengikuti arahan dia. Desiran-desiran dalam tubuhku seakan mengalir. Aku mulai memilin putingku, meremas payudaraku. Mataku perlahan tertutup.

Dimas : Meki lo udah lo sabunin?
Aku : Belum.
Dimas : Sabunin. Terutama diselangkangan. Lo usap selangkangan lo. Pelan-pelan aja.
Aku : Hmm.
Dimas : Sekarang biarin tangan kiri lo tetap usapin selangkangan, tangan kanan lo pindah kebagian depan. Lo usap pelan.
Aku : Hmm.
Dimas : Lo raba klitoris lo. Pasti kotor. Lo usap, pelan-pelan aja. (suara Dimas semakin berat).
Aku : Hmmm iya, Dim.

Aku sibak bulu kemaluanku yang cenderung lebat rapi ini, lalu mengusap pelan klitorisku dengan tangan kanan, tangan kiri ku naik ke payudara, memilin putingku yang mulai mengeras. Usapan tangan kananku semakin cepat. Tanpa sadar, aku mendesah, menikmati permainan ini. Entah apa yang dilakukan Dimas diseberang telepon sana. Aku tidak peduli. Yang jelas, aku mendengar Dimas mendesah. Aku terus melakukan kegiatanku ini. Pelan-pelan aku masukkan jari tengah kananku kedalam vaginaku. Ah rasanya hangat. Aku keluar masukkan jariku. Rasa yang sudah lama aku tidak rasakan semenjak Ali memutuskanku. Tangan kiriku semakin liar meremas gemas payudaraku. Aku cubit pelan putingku. Aaahhh! Ahhhh! Ahhhhh! Kini hanya terdengar suara desahanku, desahan Dimas, dan suara tetesan air dari keran kamar mandiku. Aku hampir sampai pada klimaksku. Aku percepat gerakan jariku. CLEKKKKK! CLEEEKKK! CLEEEKKKK! Basah sekali vaginaku. Aku terus mendesah keenakan. Aku menikmati permainan ini. Di telepon, Dimas pun sudah tidak malu mengeluarkan desahannya. Aku hampir klimaks! Ku masukkan jari manis tanganku sebagai penambah jari yang masuk ke lubang vaginaku, jari tengah tangan kiriku kini turun mengusap-usap klitorisku. Makin kencang, semakin kencang, tambah kencang. CLEEEKKK! CLEEEKKK! CLEEEKKK!



AHHHHHH!!! AAHHHH! AAHHHHH!!!


Aku menahan desahanku, aku sudah sampai di klimaksku. Aku usap pelan cairan itu ke klitorisku. Aku coba menenangkan diri. Badanku terasa lemas. Aku senderkan badanku ke dinding kamar mandi. Aku sudah tidak sanggup menahan lemasnya dengkulku. Aku terduduk. Diseberang sana, masih ada Dimas yang terus mendesah.


AHHHH!! AAAHHH! LIII! LIAA! GUE KELUARRRR! AAAHHHH!!!


Seketika aku sadar dengan apa yang aku lakukan. Ini salah. Tidak sepantasnya aku melakukan hal ini dengan sahabat orang yang aku sayang. Padahal, jauh dilubuk hati, aku masih berharap Ali mau kembali mengisi hati ini lagi. Tapi, aku pun paham, bahwa apa yang kami lakukan memang punya benefitnya tersendiri bagi masing-masing. Aku mulai membasuh vaginaku, dan badanku. Dimas masih belum terdengar suaranya disana.

Aku : Dim?
Dimas : ….
Aku : Dimas?
Dimas : ….
Aku : Dimas Atmaja!!!!!!
Dimas : Eh iya, Li. Sorry sorry. Gue lagi ngelapin perut gue, keluar banyak gue. Sorry sorry.

Benarkah dia meneleponku sambal masturbasi? Apakah dia memikirkanku saat bermasturbasi tadi? Apakah dia benar-benar menjadikan tubuhku ini fantasi masturbasinya?


Aku : Ih, Dim. Abis ngapain lo? Apanya yang keluar? (tanyaku pura-pura bodoh).
Dimas : COLI! GUA ABIS COLI! KAN LO JUGA COLMEK TADI!
Aku : Hahahahahaha Dimas Atmaja! Lemah lo! Hahahaha.
Dimas : Dih, lo juga kan colmek. Kenape gue yang dikatain lemah? Hmm.


DEGG!!!


Aku :
Ih gak ya! Gua gak colmek! Gak macem-macem! Tadi gue Cuma godain lo aja, Dim. Hahaha. Gue abis sikat gigi sama sabunan. Eh lo desah-desah ga jelas, ya gue godain deh lo (jawabku pura-pura seakan tidak terjadi apa-apa tadi).
Dimas : Hah?! JADI LO NGERJAIN GUE?! AH! Awas ye lo, Li! Gue bales!!!!
Aku : Hahahahaha dasar lo, Dim. Lemah! Udah ah, gue mau andukan, abis itu pake baju, terus lanjut nonton.
Dimas : Hmmm iye iye.
Aku : Yaudah, udah puaskan? Istirahat deh lo sono. Bye, LEMAH! Hihihi.
Dimas : Iya iya. But, by the way. Thanks ya. Gue akuin, gue emang sering coli mikirin lo, tapi yang kali ini beda. Nikmat banget! Sekali lagi, thanks ya, Li.


DEGGG!


Aku :
Iya, yaudah. Nite.
Dimas : Nite.



“…Sering coli mikirin aku?...” Dimas benar-benar berkata seperti itu kepadaku? Apakah ini jadi seharusnya ku hentikan saja? Berteman normal seperti orang lain disana? Atau kuteruskan saja? Toh, diapun tidak menyentuh badanku. Ya, anggap saja aku membantu teman curhatku untuk melepaskan hasratnya. Hehe.


BERSAMBUNG........

BACK TO INDEX
 
Terakhir diubah:
Ditunggu update nya HU, biar lancccccccrrrrroooooottttttttttttttttttt
 
Mantep nih suhu critanya...klo bsa ada barbuk wa lbih maknyoss.....heehheee...smngat suhu....
 
Wah asik nih romannromannya, lanjot
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd