Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Aku Amelia [Hijab Story with No SARA] UPDATE BAGIAN VII! STILL CONTINUES!

Bimabet
Suka sama cerita yg banyak percakapan kaya gini ahahaha lanjuut hu
 
BAG IV
BEST FRIEND ALWAYS STANDING


Minggu sore ini menjadi momen yang sedikit aneh bagiku. Di satu sisi, aku merasa lucu. Bagaimana bisa aku melakukan hal seksual terhadap sahabat dekat orang yang paling aku sayangi? Sosok Dimas yang hobi bercanda itu mendadak punya ketertarikan seks padaku. Aneh, tapi lucu. Kok bisa ya orang seperti dia menjadikanku fantasi seksnya. Hehehe. Aku tersenyum sendiri. Tapi, disisi lain aku merasa takut dan malu. Bagaimana jika dia menceritakan kejadian ini pada Ali? Mau jawab apa aku jika tiba-tiba Ali mempertanyakan hal ini? Lalu, kalau saja aku kembali menjalin hubungan dengan Ali, dan mampir ke kosannya, sudah pasti aku malu dan canggung jika bertemu dengan Dimas. Ah! Kepalaku mulai pusing memikirkan alur hidupku ini. Dan sialnya, Si Buto itu membuatku harus mandi dua kali di hari liburku ini.

Aku mulai melepas tanktop, bra, celana pendek dan celana dalamku. Damn! Lembab sekali celana dalamku. Sialan Si Dimas. Bisa-bisanya dia buat aku begini! Gumamku dalam hati. Aku melanjutkan membasuh badanku. Setelah selesai, aku berganti baju, memakai kerudung, sedikit ber-make up, dan siap-siap untuk berangkat menemani sahabatku, Dwita.

Jarak kosanku menuju Mall terdekat tidaklah jauh. Kami hanya perlu satu kali naik angkot, sekitar 15 menit sudah sampai. Aku dan Dwita berjalan masuk ke dalam Mall. Dwita langsung mengajakku untuk ke sebuah toko pakaian dalam yang menurutku sangat mewah. Terpampang tulisan besar “RAHASIA AIR OT CIV” didepan toko itu. Hmm, mewah banget, berapa ya harga pakaian dalam disini? Pasti mahal, hmm Air Ot Civ? Bahasa apa itu? Ini toko dari Kerajaan Romawi? Hahaha gumamku dalam hati. Salah satu penjaga toko menghampiri kami berdua, menanyakan hal yang ingin kami cari. Dwita langsung menuju ke sebuah rak yang berisikan beberapa bra dengan model yang menurutku cukup aneh. Dengan dipandu si penjaga toko, Dwita sibuk mencoba satu persatu bra yang sudah ia pilih. Aku hanya melihat-lihat saja. Disini, aku baru tahu bagaimana bentuk asli G-String dan lingerie yang selama ini hanya ku dengar dari beberapa temanku. Hmm, kok bisa ya ada orang yang nyaman pakai celana dalam setipis ini? Apa tidak takut nanti terselip di bokong? Hahaha, pikirku sambil tersenyum sendiri.


Dwita Rahmawati​



Sekitar 10 menitan, Dwita keluar dengan beberapa bra pilihannya. Dia datang menghampiriku, menatapku sungguh-sungguh dan tersenyum.

Dwita : Ukuran berapa?
Aku : Ha? Apanya? (jawabku planga-plongo).
Dwita : Tuh, ukuran lo berapa, Li? (sambil menunjuk ke arah payudaraku).
Aku : Ih! Apaan, sih lo Ta. Hahahaha kalau jari lo nempel ke toket gue gimana? Hahaha.
Dwita : Yee, gak apa-apa kali, kita kan sama-sama cewe! Hahaha. Yaudah, berapa ukuran lo?
Aku : Hahaha iya, yah. Hmm, bentar. Jujur ya, Ta. Gua gak paham sama ukuran gue sendiri. Karena kadang gue pake 34B pas, kadang kekecilan. Pake 36B kadang pas, kadang kegedean. Jadi ya sekitar segitulah. Hahahaha.
Dwita : Hahaha dasar Lia! Polos banget jadi cewe. Masa sampe ukuran pribadi lo aja gak tau. Hmm, bentar….



SREETTTT!



Dwita tiba-tiba memegang payudaraku dengan tangan kanannya dengan sedikit meremas.

Aku : TAAAAA!!! GILA KALI LO YA!!!! (omelku sambil menyilangkan tangan ke bagian payudaraku).
Dwita : Hahahahaha! Mbaakk, aku minta yang kaya gini, warna hitam ukuran 34 Cup B yaa! (pintanya sambil menunjuk salah satu model bra yang dia pegang).

Penjaga toko itu lantas menghampiri kami sambil tersenyum. Dia membawakan satu set bra berenda, warna hitam dengan ukuran 34 Cup C.

Penjaga Toko : Dicoba dulu aja, Mbak. Ini saya pakai ukuran Europe, kalau 36A atau 36B kayanya kegedean, sih. Tapi coba dulu aja didalem, Mbak.
Dwita : Hahaha susah, Mbak temen saya ini. Polos banget orangnya. Yaudah, yuk Li. Coba dulu! (sambil menggandengku ke changing room).
Dwita : Lo coba aja dulu disitu, nanti kalau gak pas, lo kasih tau gue.
Aku : Nyobain BH disini? Ih, tempat umum, Ta. Malu ah gue (sambil memanyunkan bibir).
Dwita : Ya ampun! Amelia Andini yang terhormat dan oon-nya melesat sampai ke bulan. Gue kasih tau, yah. Ini tuh toko pakaian dalam khusus cewe, gak ada cowonya. Lagipula, didalem juga kan aman, lo bisa tutup tirainya. Gak akan ada yang liat juga kok!
Aku : Ih tapi kan tetep aja, Ta. Gak ah!
Dwita : Udah ayo! (mendorongku paksa masuk ke changing room).

Aku pun masuk ke dalam changing room. Dwita keluar dan menutup tirainya. Dia berbisik, kalau tidak pas, aku harus infokan dia, nanti dia akan meminta ukuran lain yang menurutnya pas ke si penjaga toko.

Aku melepaskan blouse putih dari badanku, tanpa melepas kerudung yang aku gunakan. Kubuka kait bra-ku. Aku coba bra hitam berenda itu. Hmm, pas kok. Tapi kok agak sesak ya. Tapi yaudahlah ya. Biar cepet, aku bilang saja pas. Aku buka lagi bra tersebut, dan memakai pakaian yang dari awal kupakai. Aku keluar dari changing room itu.

Aku : Pas kok, Ta.
Dwita : Yakin? Yaudah, sini bra nya.
Aku : Buat apa, sih lo nyuruh-nyuruh gue nyobain. Gue juga gak akan beli. Mahal, Ta! Hahahaha.
Dwita : Lia sayang. Tenang aja, gue baru ditransfer duit sama cowo gue. Jadi, anggap aja ini kado ulang tahun lo dari gue. Hahaha.
Aku : Ulang tahun gue udah lewat sebulan yang lalu kali, Taaaaaa!! (kata ku sambil mencubit lengannya).

Dwita lalu menuju counter pembayaran. Dia membayar semuanya. Lumayan juga harganya. Belanjaan kita disana sekitar 4 bra dan 2 celana dalam, serta 1 set lingerie yang dia bayar. Total harga semua hampir 6 jutaan. Harga yang AMAT MEWAH untuk sebuah pakaian dalam. Setelah pembayaran selesai, kami melanjutkan berjalan mencari makan, dan sedikit belanja tambahan kebutuhan kos bulanan. Tentu saja, aku selfie-selfie sedikit, dan memposting foto itu kedalam status WA-ku.


Aku :malu:



DEGGG!


ALI MELIHAT STATUS WA-KU!
APAKAH NOMORKU SUDAH TIDAK DIBLOK OLEHNYA?
APAKAH INI PERTANDA BAIK?
AKU CHAT DULUAN SAJAKAH?
HMM, TIDAK. AKU HARUS PUNYA HARGA DIRI! BIAR SAJA DIA RINDU PADAKU! HIHIHI




Sekitar satu jam setengah kami jalan-jalan di Mall tersebut. Jalan-jalan dan refreshing memang aku butuhkan saat ini. Aku tidak mau terlalu tenggelam pada rinduku terhadap Ali. Tidak terasa sudah pukul 8 malam. Kami memutuskan untuk pulang karena kami harus istirahat. Aku baru ingat, besok hari Senin. Hmm. Monday, Monster Day!

Sesampainya di kosan, Dwita tidak langsung masuk ke kamarnya. Dia menumpang rebahan di kosanku. Dia masuk ke kamarku, dan mulai membongkar belanjaan pakaian dalamnya. Dia melempar bra yang ia belikan untukku ke kasur.



Dwita : Li, gua rebahan dulu disini ya. Bete gue di kamer.
Aku : Iya, Ta. Lo mau minum? Eh tapi gue cuma punya air putih doang, nih hahaha (kataku sambil melepas kerudung dan mengganti celana jeansku dengan celana pendek).
Dwita : Ya ampun, kaya tamu gue, pake segala ditawarin mau minum apa. Hahaha.
Aku : Yaudah, lo ambil aja tuh di lemari, ada air mineral disana.
Dwita : Iya gampang. Eh, Li. Lo cobain tuh BH! Gua mau liat, si oon ini bisa sexy gak sih kalau pake ini. Hahaha (katanya dengan volume suara yang besar).
Aku : TAAAA! Issshhh. Berisik banget sih. Kalau kedengeran sama orang gimana? Ngomongin BH malem-malem! Ih. Iya-iya nanti gue coba.
Dwita : Hahaha, biarin sih. Yaudah, tuh sana coba!
Aku : Iya nanti, Ta. Gue lagi bersihin make up gue. Lagipula, masih ada lo disini, nanti aja kalau lo udah balik kamar, gue cobain. Atau, hmm kapan-kapan aja deh gue cobainnya. Hahahaha.
Dwita : Dih, emang kalau gue disini kenapa? Sama-sama cewe kita ini, Li. Santai. Buruaaaaannn! (katanya sambil mengibas-kibaskan bra tersebut ke punggungku).
Aku : Ih! Bawel lo, Ta! Yaudah, tutup dulu pintunya. Kunci, ntar si Jarwo (red: nama bapak kos-ku) tiba-tiba masuk, seneng dah dia. Hahaha
Dwita : Iya ih, si tua ganjen! Jijik gue kadang sama dia. Matanya jelalatan mulu ke pantat gue kalau gue lewat depan dia (katanya kesal sambil menutup dan mengunci pintu kamar kos-ku).


Aku mulai membuka blouse putih dan bra yang aku kenakan. Aku tidak malu-malu lagi melakukan hal ini, bahkan mandi bareng juga sering kami lakukan, terutama kalau kami sama-sama bangun kesiangan. Maklum, air di kamar mandiku kadang kecil keluarnya, jadi akan lama jika aku mandi dikamarku pagi-pagi.

Aku segera memakai bra hitam berenda yang baru saja kami beli di Mall tadi. Hmm, aku berdiri didepan cermin kamarku. Lenggok kanan, lenggok kiri. Hmm, ternyata badanku gak jelek-jelek banget kok, kataku dalam hati.

Dwita yang dari tadi memperhatikanku tersenyum-senyum sendiri. Dia mengeluarkan dua botol Soju dari isi tas belanjanya, lalu membukanya satu. Setelah menenggak minuman itu, tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak sambil melihatku.

Dwita : Li! Hahahaha, cocok juga lo pake yang sexy begini. Gak rugi gue beliin lo. Hahahaha.
Aku : Apa sih, Ta! Udah deh, jangan mulai bully gue. Iye iye, badan gue gak sebagus lo! (jawabku cemberut).
Dwita : Hahaha asli! Rugi si Anjing itu ninggalin lo, Li! Sexy gila!
Aku : Husssshh! Jangan segitunya, Ta. Mau gimana juga, gue masih sayang sama dia.
Dwita : Gue kasih tau ya, Li. Daleman kaya gini tuh Cuma cocok sama yang badannya pas. Percuma kalau dipake sama yang badannya jelek, gak akan sexy! Dan lo liat sekarang! Perhatiin baik-baik! Badan lo tuh bagus banget! Gue kalau jadi cowo, udah gue perkosa lo! Hahahaha.
Aku : Nih perkosa! Hahahaha (kataku sambil meremas payudara sebelah kiriku, dan menjulurkan lidah).
Dwita : Hahaha, kalau sama gue, namanya bukan pemerkosaan, tapi saling menikmati! Hahahaha (tawanya sambil menenggak sebotol Soju yang tidak lepas dari tangannya).
Aku : Tapi keren sih ini. Makasih ya, Ta. (ku kecup pipi kanannya dengan hangat).
Dwita : Lo mau? (menyorongkan sebotol Soju yang masih tersegel). Gue mau nyobain belanjaan gue disini ya, Li. Buat persiapan besok nyambut cowo gue dikosan. Gue bikin ngos-ngosan tuh Si Bowo! Hahahaha.
Aku : Gak ah, Li. Udah lama gue berhenti minum. Yaudah, lo coba aja disini. Gue mau liat, se-sexy apa sih lo ini? Hahahaha.

Dwita membuka kemeja dan branya dihadapanku. Dia berdiri dihadapan cermin. Indah banget ya toket gue, Li. Katanya sambil sedikit memijat kedua payudaranya.


Payudara Dwita

Ku akui, sekilas bentuk badan Dwita memang mirip denganku, tapi payudaranya lebih sedikit besar disbanding punyaku. Besar, kencang, dan bulat. Perutnya pun tidak seperti perutku. Rata, dan sedikit berbentuk. Dia memang mengikuti salah satu kelas gym didekat kosanku. Ah! Aku iri padanya. Tapi, apalah dayaku yang baru saja makan malam, sudah lapar lagi sekarang. Hahaha.

Sambil menenggak sebotol Soju, dia mulai memilah milih bra mana yang akan dia coba terlebih dahulu. Sampai akhirnya dia memilih bra berenda berwarna putih, sangat tipis sekali. Bahkan ketika dia mencobanya, bagian putting susu dan areola nya masih sangat jelas berbayang dibalik bra tersebut. Dia berdiri kembali kedepan cermin, sambil menyilangkan tangan dibawah payudaranya. Wajahnya tampak serius memperhatikan payudaranya sendiri, lalu dia duduk lagi. Dan lagi-lagi dia menenggak minuman favorit nya itu.

Dwita : Toket gue kegedean banget ya, Li. Gue kadang rada risih sama bumper depan gue sendiri! (katanya sambil sibuk merapikan bagian depan bra-nya).
Aku : Ah gak, kok. Biasa aja. Tapi ya itu, lo harus ubah cara pakaian lo sedikit! Inget, lo wanita berhijab, masa iya pake kerudung tapi toket lo kemana-mana (aku menasihatinya sambil kagum melihat payudaranya yang sama sekali tidak turun, bulat dan kencang).
Dwita : Ah, gue pake pakaian gimana juga, cowo-cowo fokusnya ke toket gue doang. Kesel gue! (sekali lagi menenggak Soju, kali ini mukanya terlihat merah padam).
Aku : Hahaha, yam au gimana lagi, Ta. Eh eh, udah minumnya, ‘tar lo mabok lagi disini. Hahahaha.
Dwita : Ah! Tenang aja, gue udah biasa kok. Eh by the way, toket gue bagus gak sih?
Aku : Bagus kok, kenceng gitu. Kenapa sih lo? Hahaha punya badan bagus malah gak pede.
Dwita : Bukan gitu, gue pernah baca artikel, katanya buat cewe-cewe yang punya toket gede, malah beresiko tinggi kena kanker. Ih gue sih ogah! Eh tapi, gue kadang emang ngerasa ada benjolan dikit sih di toket gue. Dibagian ini (dia menunjuk buah payudara kanannya).
Aku : Hahahaha hayo loh! Ih Dwita kanker toket! Hahahahahaha (aku tertawa terbahak-bahak melihat wajahnya yang merah padam ketakutan).
Dwita : Ih serius, begeeee! Gua takut! Nih coba deh lo pegang (dia menarik tanganku untuk meraba payudara kanannya).
Aku : (Gila! Kencang sekali payudaranya! Aku iri) Mmmm-mana? Ga ada kok.
Dwita : Lo raba yang bener, dong ah!
Aku : Gak ada kok, Ta. Ada juga benjolan nya bukan disini, tapi diisini! Hahahaha (aku mengelus putting payudara kanannya).
Dwita : Yeee, lo malah sange sama pentil gue! Hahahaha.

Entah memang sengaja atau tidak, Dwita tidak protes ketika aku mulai mengelus puttingnya. Akupun tidak sadar, beberapa menit aku tidak melepaskan tanganku di payudaranya. Aku benar-benar kagum terhadap bentuk payudara sahabatku ini.

Wajah Dwita semakin merah padam setelah sekali lagi meneguk Soju didepanku. Matanya mendadak sayu. Dia bilang, kalau payudaraku juga bagus seraya tangannya pindah kebagian punggung bawahku, menarik badanku dan mendekatkan posisi duduknya kepadaku. Mataku tidak bisa lepas dari dua buah payudara indah ini yang masih tertutupi bra transparan berenda itu. Dwita mulai memegang payudara kiriku dengan tangan kanannya.

Dwita : Toket lo kenceng juga ya, Li.
Aku : Eh, iya, Ta. (jawabku agak canggung).
Dwita : Coba agak maju sini ke gue, gue penasaran sama toket lo (tangan kanannya melepaskan kait bra-ku).

Terpampang jelas sudah kedua buah payudaraku dihadapannya. Jarak wajah kami hanya beberapa senti saja. Kami sangat dekat sekali. Suhu AC 18◦ saja tiba-tiba terasa panas. Ada desiran aneh pada tubuhku ini.



SREEEETTT!



Tiba-tiba Dwita menarik badanku lebih dekat, dan memutarkan badanku, mendorongku hingga aku terlentang di kasurku.

Dwita : Lo sexy banget, Li!
Aku : Eh, apaan nih, Ta?! Jangan becanda ah! Ahh! Hmmmm… hmmmmm…

Dwita mencium bibirku. Dia membuka bibirnya, terus menghisap bibirku. Aku sangat terkejut melihat perlakuan Dwita pada diriku. Aku hanya bisa menutup bibirku rapat-rapat. Dwita terus saja berusaha membuka bibirku, mencoba memasukan lidahnya, mencumbu bibirku dengan kasar. Aku pun ‘tak kuasa menahan serangannya. Aku coba membalas ciumannya. Perlahan aku mulai membuka bibirku, mengimbangi permainannya. Cumbuan kasar pada bibirku, kini berubah menjadi lebih lembut. Dwita menghisap bibir bagian bawahku, sesekali menyilangkan lidahnya pada lidahku. Aku mencoba bersikap tenang dan tidak tegang. Aroma alkohol pada mulutnya sangat jelas tercium olehku. Aku sadar, dia sedang mabuk. Mungkin dengan cara aku membalas ciumannya, dapat segera menenangkannya.

Dwita : Hmmmm, Li…. Sorry….. ehmmmm (sambil terus mencumbu bibirku)
Aku : Taaa…hmmm… Udah yuk…. Ehmmmmmm

Dwita menghentikan ciumannya pada ku. Dia menatap mataku dalam-dalam, sesekali matanya mengarah pada bagian payudaraku. Nafasnya jelas memburu terengah-engah.

Dwita : Sorry, Li. Gue gak sadar kalau selama ini lo sexy banget!

Dwita mengecup bibirku, lalu turun ke daguku, dia mencumbu leherku dengan amat romantis. Ah! Leher adalah titik lemahku. Aku lemas sekali. Geli. Bulu kudukku berdiri ketika ia mulai menghisap leherku. Badannya sudah tidak setegang tadi, aku pun sudah lemas melawan. Aku sadar, bisa saja aku dorong dia kesamping, dan melepaskan cumbuannya, tapi entah kenapa, aku tidak mau. Aku menikmati tiap sentuhan lidahnya.

Setelah puas menghisap leherku, bibirnya turun ke arah payudaraku. Dwita menciumi buah payudaraku dengan sangat romantis. Ketika hembusan nafasnya menyentuh putingku, aku ‘tak kuasa menahan desahanku. Ahhhh! Aku mendesah kecil. Kini Dwita mulai menghisap payudaraku. Lidahnya terus dimainkan tepat di tengah putingku. Aku memegang kepalanya, agak menjambak rambutnya. Entah kenapa aku sangat menikmati momen ini. Tidak puas menghisap dan menjilati payudara kiriku, kini dia pindah menghisap payudara kananku. Aku membuka kakiku agak lebar, memberi celah agar vaginanya menempel tepat di vagina ku. Aku terlentang mengangkang mengelus rambutnya. Aku sudah tidak canggung lagi untuk sedikit mencium kepalanya.

Dwita : Slurrrrpppp! Li, enak banget toket lo (ceracaunya berbisik tanpa melepaskan bibirnya dari putting kananku).
Aku : Ahhh! Ta… Udah, Ta…. Gue gak kuat….. (desahku yang seakan ingin menyudahi ini semua namun pada kenyataannya aku sangat menikmati perlakuan Dwita pada payudaraku).
Dwita : Okay, cukup di toket lo (katanya mendekatkan wajahnya pada wajahku).

Sambil menatapku, tangannya mulai bergeriliya melepas celana pendek dan celana dalamku. Tanpa sadar, aku “agak sedikit membantunya” dengan mengangkat bokongku agar dia mudah melepaskannya.

Kepalanya perlahan turun kebawah. Sambil bibirnya mencumbuiku, tangannya menahan pahaku agar aku tetap mengangkang. Kini kepalanya tepat berada didepan vaginaku yang berbulu, namun rapi. Dia mulai mengendus vaginaku. Lidahnya menjulur keluar. AAAHHH!!! AAAAHHH!!!! Aku sudah tidak tahan lagi untuk mendesah keras. Lidahnya menjilati vaginaku. Klitoris kecil milikku tidak luput dari perhatiannya. Dengan jari tangan kanannya, dia melebarkan vaginaku, dan mulai menghisap klitoris milikku. AAAHHH!!!!!!! Birahi benar-benar memuncak.

Aku : Taaaaaa! AHHHH!!! AAHHHH!!!!!!
Dwita : Sluurrrppppp, ehmmmm, sluurrrpppp, ehhmmmmmmm
Aku : Taaaaaa! Ahhhh eeeeeeeennaaakkk banget, TAAAA!!!!
Dwita : Sluurrruupppppp, ehmmmmmm
Aku : Iyaaaa, Taaaa! Ahhhh. Disiittuuuu!! Ehmmmmm!! ENAAAKKKK BANGETTTT!!!

Kini jari tengahnya mulai mengelus vaginaku. Dia mencoba memasukkan jari tengah dan manisnya ke lubang senggamaku. Sambil mengocok vaginaku, dia tetap menjilati, menghisap klitorisku.

Aku : TAAAAA!!! AAHHH!!! GILA LOOOO TAAA!! ENAAKKK BANGETTT!!!!
Dwita : Aaahhhhhhh, sluuuurrpppp, aahhhhmmmm

Dwita terus menghisapi klitorisku dan mengocok lubang senggamaku. Kocokannya semakin lama semakin kencang. Tanganku meremas payudaraku sendiri dengan gemas. Putingku sudah amat keras. Aku sangat amat menikmati momen ini.



TAAAAAAA!!!! AAAAHHHH!!! AAAHHHHHH!!!!
AAAAAHHHHHHHHHH!




Aku telah sampai pada titik klimaks-ku. Kepala Dwita mendongak ke arah wajahku.

Dwita : Enak?
Aku : Hmmm, he-eh, hmm iyaaahh, enakk, Ta (jawabku ngos-ngosan seperti kehabisan nafas).

Dwita lalu menaiki tubuhku. Dia membuka celana dan bra putih transparannya. Lalu dia memutar badannya dan kembali menindihku. Kini vaginanya terpampang jelas dimataku. Sangat jelas. Bulu-bulu pada vaginanya tercuku rapi membentuk seperti segitiga terbalik. Dwita kembali menjilati vaginaku. Aku tersentak kaget dan sedikit mendesah. Ahhh!!! Taaaa!! Dwita menurunkan sedikit bokongnya agar vaginanya tepat dibibirku. Ditengah-tengah kenikmatan itu, aku sempat berpikir “…oh ini yang namanya 69…”.

Dwita terus “menservice-ku” dengan sangat baik. Lidah dan tangannya terus bekerja, membuat desiran-desiran nafsuku memuncak lagi. Aku sudah benar-benar tidak tahan. Aku mencoba memberanikan diri memainkan vaginanya dengan lidahku. Terasa asin, namun tidak berbau. Aku mengikuti apa yang Dwita lakukan pada vaginaku. Kedua tangaku membuka lebar pahanya. Aku mulai menjilati vaginanya. Sepersekian detik, jilatan Dwita pada vaginaku terhenti sementara. Menikmati jilatan-jilatanku pada vaginanya. Lalu dia lanjutkan apa yang sebelumnya ia lakukan. Aku mencoba memasukkan jari tengahku kedalam lubang senggamanya. “…AAHH!!! LI!!! AAHHH!!!...” desah Dwita ketika aku menusukkan jariku. Tidak tinggal diam, aku pun mulai menghisap klitorisnya.

Karena aku merasa sangat gemas pada vagina Dwita, aku mengumpulkan tenaga untuk membalikkan badannya. Kini, Dwita terlentang pasrah di kasurku. Aku mulai merangkak, membuka pahanya lebar-lebar. “…gantian ya, Ta…” ucapku genit sambil mengedipkan mataku. Aku menghisapi payudaranya sebentar. Putingnya sangat keras. Lalu lidahku menyusuri badannya. Dari putting, menuju perut, lalu kini berada tepat dibatas bulu vaginanya. Aku tidak langsung mengarah pada vaginanya. Aku elus pelan pahanya dengan tanganku. Lidahku kuarahkan menuju selangkangan kirinya. Aku jilat pelan. Dapat aku rasakan, bulu kuduk pada paha Dwita berdiri. Karena gemas, aku buka vaginanya dengan jari tengah dan telunjukku. Aku jilati vaginanya. Ku hisap klitorisnya. AAAHHH!!!!!!! LIIIIIIII !!! AAAHHH!!! Suara desah serak Dwita mengiringi tiap jilatan dan hisapanku. Dwita sedikit menggoyangkan pinggulnya. Tangannya mulai menjambaki rambutku. AAAHHH LIIII!! GUA GAK TAHAAANNN!!!! AAAHHH!!!!! Aku teruskan tusukan jariku pada lubang senggamanya sambil perlahan aku lepaskan hisapanku pada klitorisnya. Aku mencium bibirnya mesra. Aku hisap bibirnya, kocokanku semakin kencang.



LIIIIIIIAAAAAAA!!!! AAAHHH!!!!
I GOOOOTTTT MYYY JAAACCCCKKKKKPPOOOTTTT!!!
AAHHHHH!!!!




Tiba-tiba Dwita melepaskan ciumanku. Badannya menegang. Aku mencabut jariku dari dalam vaginanya. Lalu aku tidur terlentang tepat disampingnya.

Perlahan, mataku mulai tertutup. Badanku terasa lemas berkeringat. Aku sangat merasakan rileks sekali. Nafasku terasa sesak. Ahhh….Huuuuuu…Ahhhh…Huuuuu..Ahh……..

....



....



....




BERSAMBUNG….
(Ps: Nantikan update selanjutnya. Tetap sabar menunggu, yah....)

BACK TO INDEX
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd