Aku buru-buru masuk kerumah, secepatnya aku ke kamar mandi. Tak lama kemudian ku dengar ketukan pintu kamar mandinya,
"sayang boleh mandi bareng ngak" (pasti mau minta jatah tu. Huuft)
"ih sayang, ngak boleh sayang ah,"
"biasanya boleh, kenapa sekarang ngak boleh ?"
Aku melanjutkan mandi ku, sedang asik ku pandangi tubuhku di cermin suamiku masuk ke kamar kami. Dia terlihat sudah rapi, mungkin mandi di kamar sebelah. Aku begitu terkejut melihatnya masuk, aku buru-buru menutupi kedua bukit kembarku, disana masih membekas cupangan mas Andri.
"kenapa ditutup sayang ?"
"eh, eeenggak sayang, malu saja" (alasanku)
"anak udah satu, masih malu sama suaminya" (goda suamiku dengan halus)
"dek, aku mau bicaraiin sesuatu" (deg, dia mau bicarain apa ya ?)
"aku tunggu di ruang keluarga ya" (sambungnya)
"iiya bang"
Diapun ke ruang keluarga, tak lama kemudian akupun menyusulnya dengan membawa secangkir kopi panas.
Dia mengambil kopi kemudian menyuruputnya.
Sruup, srup
"rasa kopinya ngak sama seperti dulu" (tegurnya, iya kah begitu ?)
aku tak menjawab, aku merasa sangat gugup, tegang, jangan-jangan dia mengetahuinya.
"kenapa begitu tegang dek ? Udah kek koruptor lagi denger putusan hukum saja !" (candanya sembari tersenyum)
"eh, ngak kok bang, adek hanya sedikit kecapean saja" (kilah ku)
dia memelukku, mencium ubun-ubun kepalaku, membelai rambutku. Aku sudah lama tak merasakan hangatnya pelukan ini, ku sandarkan kepalaku di dada bidangnya, ku lingkar tangan kanan ku dipinggangnya, sedang tangan kiri mengusap perut atletisnya. Pelukan itu masih sama, pelukan yang mampu membuatku merasa sangat nyaman, tenang, hatiku begitu tenteram. Aku sangat rindu akan pelukan ini, tak terasa air mata pun meleleh. Aku berusaha menahannya, tapi aku ngak sanggup.
"dek, aku sangat cinta dan sayang sama adek"
"adek juga bang" (jawabku sembari menahan isak tangis)
"abang mau bicaraiin masalah apa ?"
"oh itu, gini dek, tadi abang dapat telpon dari kawan" (masih dengan memelukku)
"teerus dia bicarain apa yank ?" (keteganganku sedikit menurun, namun masih was-was)
"dia lagi ada masalah sama istrinya, nah dia minta masukan tuk menyelesaikannya ?"
"emang apa permasalahannya yank ?" (aku senang, begitu mengetahui yang mau dia bicarain)
"istrinya selingkuh yank, nah yang bikin dia pusing mereka punya anak berumur 1 tahun gitu, sebaya lah sama Daffa". Menurut adek kek mana tu ?"
"ya gak tau gimana juga, kan kasian anaknya kehilangan kasih sayang ortunya kalau ortunya cerai" (erat semakin erat memeluknya)
Ada rasa getir saat mengingat anakku Daffa, dan apa yang sudah ku lakukan di belakang suamiku. Aku terjerat dengan rayuan mas Andri yang membuat ku tak bisa lepas darinya, tapi aku tidak mau kehilangan suamiku.
"karena memikirkan anaknya yang bikin dia bingung yank, menurut adek kek mana pisah atau nerima wifenya yang udah ngak suci lagi ?"
"menurut adek ya pisah saja yank, ngapain lagi nerima istri yang udah tega khianatin suaminya ?" (tanpa sadar aku menjawab seperti itu, apa bedanya aku dengan dia)
"kalau adek seperti wifenya kawan abang ngak ?" (aku gelagapan mendapat pertanyaan itu)
"kok tanyanya gitu yank ?"
"siapa tau aja adek punya PIL" (aku semakin tegang, aku merasa sedang di intrograsi)
"abang menuduh adek selingkuh ?"(tanya ku minta penjelasan)
"apakah adek selingkuh ?(suamiku balas tanya tanpa menghirau pertanyaanku)
"tiidak bang, adek setia sama abang, adek ngak mungkin khianatin abang" (aku ngak bisa bayangkan apa yang terjadi kalau dia tau kebenarannya dan menceraikan ku)
Dia berusaha mengangkat daguku, aku tidak berani menatap mata bang Rangga. Aku tau dia sedang mencari kebenaran dari jawabanku tadi.
"abang percaya kok" (sambil mengecup kening ku, lega rasanya hatiku)
"sayang tidur yok, adek udah ngantuk sangat ni"
"duluan saja" balasnya cuek.
Akupun langsung ke kamar, aku masih memikirkan pertanyaan suamiku yang menurutku sangat tajam, begitu menusuk ke kalbuku. Maafkan aku suamiku, aku tidak bisa meninggalkan mas Andri, aku juga tidak mau pisah denganmu.
Skip,,skip
alarm berbunyi dengan nyaring akupun terbangun dari tidur lelapku, di sebelahku tak ada lagi suamiku, mungkin dia lagi duduk di teras pikirku. Aku pun mandi dan bergegas kantor, ya selama ini aku biasa sarapan di kantin kantor bersama mas Andriku. Hihi..
Aku sedikit heran, ngak biasanya bang Rangga pergi tanpa memberi tahu ku, tak membangunkan ku pagi ini,
Kemanakah Rangga pergi ?
Apa yang akan dilakukan Rangga pada istrinya ?
POV berakhir, ceritapun masih BERSAMBUNG....