Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 2) - Multiple Strikes

Mulai bangun gubuk hu... mantap... teruskan kiprah so arman... 4 some dengan kerabat keluarga sendiri... fantasy terliar yg pernah ane baca...

Sekedar fantasi ya suhu, kalo dunia nyata mustahil soalnya hehehehe

Makasih udah baca ya suhu, tunggu lanjutannya yaa
 
ga kebayang foursome sama tante binal, bumil binal, sama lonte rara
bikin enak
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Aku bangun jam 9 pagi keesokannya, badan sudah segar walau sisa capek masih sedikit terasa. Aku tidak langsung keluar kamar, kunyalakan TV sambil masih tiduran. Kupindah-pindah channel TV yang kebanyakan channel TV asing, namun pilihanku terhenti ketika kulihat channel TV swasta lokal yang sedang menyiarkan acara gosip artis.

“... melangsungkan pertunangan semalam di kediaman Putri Rahmania, penyanyi dan aktris cantik tersebut menjalani pertunangan dengan kekasihnya yang merupakan putra dari ketua lembaga legislatif...”

“Dor ! Serius pisan nontonnya a”, sahut Silvy yang tiba-tiba sudah ada disampingku. Ia tampak membawakan sarapan untukku.

“Eh neng Silvy, jadi kaget, bawa sarapan ya ? tau aja aa lagi laper, sini”, pintaku.

“Eittsss... bentar dulu, aa tadi nonton ampe melongo begitu, ngefans ya sama Putri Rahmania ? Emang geulis dia mah ya a”, ujar Silvy.

“Oh iya, yah namanya artis terkenal Vi, cantik, suaranya bagus, iya sih aa ngefans, sayang ya udah mau kawin”

“Emang kalo belom mau kawin aa mau ngejar dia ? Ngimpiiii kali aa Armaaandddd, teh Vany mau dikemanain”, ujar Silvy sambil mencubit mesra lenganku.

Aku lalu bercumbu dengan Silvy, nampak rambutnya sebahu dan agak ikal, kulit lehernya putih dan mulus. Silvy nampak memakai cardigan merah ketat dengan t-shirt putih ketat juga di dalam, ia menggunakan rok ala perempuan desa. Ia naik ke atas ranjang dan merapat kepadaku. Tanganku mulai meraba toket dibalik kaosnya.

“Eeeemmmppppphhhhh... a Armand...”, desah Silvy di sela cumbuanku di lehernya.

“Woi ! aduuuhhhh Silvy curi start duluan yaaa”, hardik Rara yang berdiri di pintu. Seketika kami pun berhenti dan saling tersenyum.

“Ini a Armand yang nyerang Silvy duluan Raaaa”, ujar Silvy.

“Ah dasar lu emang gatel, bang cepet sarapan, abis itu kita seru-seruan lagi”, ujar Rara.

“Oke, bentar ya makan dulu”, sahutku.

“Aku suapin yah a”, kata Silvy.

“Wadddooohhhhh ni anak, tapi awas jangan curi start lagi ya !”, teriak Rara. Silvy cuma menjulurkan lidahnya ke Rara. Rara lalu pergi sambil nyanyi-nyanyi.

Sambil disuapi Silvy, aku sebenarnya masih memikirkan berita infotainment tadi. Tentang seseorang yang belakangan mengganggu pikiranku. Cuma Vany yang tahu bahwa artis terkenal bernama Putri Rahmania itu adalah mantan pacarku saat SMP, cinta pertamaku, cinta pertama Putri juga. Dulu Putri memang tidak secantik sekarang, jauh sekali, dia cerdas tapi culun. Kami berpacaran sekitar 2 tahun hingga akhirnya berpisah karena Putri melanjutkan SMA di Bandung, aku masih di Garut. Lalu dimulailah kisah suksesnya dengan menjadi pemenang ajang mojang Jawa Barat, dan mewakili Jawa Barat di ajang Putri Indonesia, lalu mulai bermain FTV dan layar lebar, mengeluarkan single hingga album musik pop, melanjutkan studi S2 di Inggris dan banyak lagi. Kutahu dia sempat menjalin hubungan dengan seorang vokalis band papan atas selama beberapa tahun, lalu kini dengan anak petinggi negeri ini. Putri sudah lama sekali loss contact denganku sejak kami putus, tapi aku sempat bertemu dengannya secara tidak sengaja di sebuah mall setelah dia terkenal ketika ia sedang perform, kutemui dia di backstage namun tak sempat mengobrol banyak karena aku keburu diusir panitia. Dia sebenarnya cukup sering muncul di TV, dan perasaanku biasa saja, tapi setelah kini makin sering dikabarkan akan segera menikah, aku jadi agak galau juga.

Selesai sarapan, cuci muka dan gosok gigi. Aku keluar kamar dan melihat para bidadariku sedang berkumpul nonton bokep. Mereka semua berpakaian ketat dan menonjolkan bentuk tubuhnya, mereka tahu kalau aku jauh lebih terangsang dengan wanita berpakaian tertutup tapi ketat dibanding buka-bukaan.

Rara tampak paling semangat menonton sambil memainkan dildo di memeknya, sementara tante berekspresi datar sambil ngemil keripik. Silvy malah sibuk main game di hape-nya.

“Hai ladies, kasi ciuman dong buat sang raja”, ujarku pada mereka. Rara dan tante Rani lalu bangkit menghampiriku dan mencumbu bibirku, namun tante lebih duluan.

“Hahahaayyyy, senior duluan”, ujar tante setelah menciumku.

“Hah tante bukannya ngalah ama yang mudaan”, keluh Rara lalu mencumbu bibirku cukup lama. Tak lama Silvy datang dan mengecup 1 sentuhan saja.

“Aku atuh yang duluan, tadi pagi”, ujar Silvy sambil tersenyum manis.

“Woooooooo !!!”, cibir Rara dan tante Rani.

“Eit, eit, eit udah tenang semuanya, oke mau ngapain kita pagi ini”, tanyaku.

“Kita main game yuk tuan raja”, ujar tante sambil berbisik di telingaku.

“Game apaan nih”, tanyaku. Sementara Silvy dan Rara senyum-senyum menatapku.

“Harus setuju dulu”, ujar Rara.

“Lah, mau main game apa juga belom tau kok mesti setuju duluan”, sahutku.

“Udah, setuju aja a, aman kok”, kata Silvy. “Seru juga”, Rara menambahkan.

“Yaudah oke, ayo main apa”, ujarku.

Tante Rani lalu menjelaskan game sederhana, tebak orang. Jadi mataku bakal ditutup rapat, lalu para ladies akan menyodorkan bagian tubuhnya yakni bibir, toket dan memek secara acak. Aku harus bisa menjawab bagian tubuh siapa yang aku rasakan sesuai urutan.

“Kalo aku bisa jawab bener semua, apa hadiahnya ?”, tanyaku.

“Ya kamu boleh lanjutin ngentot kita, kan kamu pasti udah terangsang banget tuh”, tanteku menjelaskan.

“Nah tapi kalo salah, Armand harus dihukum”, tambah tante.

“Hukumannya apa ?”, tanyaku.

“Hukumannya, selama mmm... 15 menit aja deh ya, kita bakal ngerangsang kamu habis-habisan tapi kamu gak boleh keluar”, lanjut tante Rani.

“Kalo belom 15 menit udah keluar ?”

“Yaaa... kamu gak boleh ngentot kita sampe besok pagi”, kata tante.

Aku mikir sebentar, mereka kan ada disini karena ancamanku, kenapa mereka jadi pegang kuasa begini ? tapi ya tidak masalah. Aku tidak mau merusak mood seks para bidadariku dengan mengungkit alasan mereka disini, lagi pula permainan ini untuk seru-seruan aja, tidak masalah.

“Oke, setuju”, ucapku. Rara dan Silvy lalu mencium pipiku.

Permainan pun dimulai, aku sudah telanjang dan mataku ditutup oleh kain hitam sampai aku tidak bisa melihat apa-apa. Tanganku pun diikat di belakang punggungku. Kurasa para ladies sedang membuka pakaiannya sekarang. Aku tegang juga, tegang dalam arti sebenarnya ya.

Kurasakan ada deru nafas di sekitar leherku, lalu ada kecupan-kecupan di leherku, tubuhku di raba dan kontolku disentuh oleh tangan. Aku mulai berusaha menebak siapa ini. Sosok ini lalu mulai mencumbu bibirku, kubalas ciumannya sambil terus menerka bibir siapa ini. Aku beradu lidah dengan mulut ini, kurasakan ada tangan mengocok kontolku. Sekitar 10-15 detik kami bercumbu lalu tiba-tiba ia menarik mulutnya dari mulutku. Aku sudah punya jawaban di dalam hati siapa orang ini.

“Udah ada jawabannya? tahan dulu ya, sekarang kita lanjut ke toket”, kudengar suara cempreng, ini sih suara hasil konversi aplikasi HP yang membuat suara jadi cempreng.

“Ini beda orang apa masih yang barusan ?”, tanyaku. Namun tidak ada jawaban. Lalu kurentangkan tanganku ke depan, kurasakan ada lalu ada gundukan kenyal, kuremas selama beberapa detik sambil kutebak toket siapa ini. Kumainkan kedua putingnya disela-sela jariku, lalu kupilin-pilin seperti mengatur volume radio zaman dulu.

“Emph !”, ada suara memekik kecil yang kudengar, seperti suara Silvy, tapi... atau Rara ya ?

Lalu sesi toket berlalu, kini sesi memek. Kurasakan tubuhku diarahkan ke suatu titik, lalu ada sentuhan tangan di kontolku yang seperti mengarahkan.

Aku lalu merasakan ada dorongan di pinggulku tanda aku harus melakukan penetrasi, benar saja kurasakan ada memek menyentuh kepala kontolku, kutekan terus dan ambleslah kontolku.

Aku merasakan tekstur memek yang kuentot, mulai dari kerapatannya, beceknya, hisapannya juga. Namun memek ini pasif, diam saja tanpa ada goyangan. Mungkin memang sengaja seperti itu supaya menutupi karakter pemiliknya, atau ini memek Silvy yang emang pasif ? Ku mainkan irama genjotanku dengan variasi goyangan dan tusukan, sialnya dengan tangan terikat aku jadi kesulitan mengeksplorasi gerakanku.

Agak lama untuk memek session ini, sekitar 1 menitan, lalu secara paksa memek ini menarik diri untuk melepas kontolku.

“Oke, sesi 1 selesai, diingat-ingat jawabannya, sekarang mulai sesi 2”, ujar suara cempreng itu. Dan sesi berjalan seperti tadi, berurutan mulai dari mulut, toket lalu memek. Kemudian lanjut sesi ketiga, sempat ada gangguan sedikit ketika aku ngentot memek ketiga. Kudengar suara desahan dari video bokep yang diputar dengan volume keras, lumayan membutarkan konsentrasiku.

Kain yang menutup mataku lalu dibuka oleh Silvy, lalu tampak para ladies dengan tubuh telanjangnya di hadapanku termasuk Silvy yang lalu ikutan.

“Gimana, udah ada jawabannya Man ?”, tanya tante Rani.

“Ah apaan, barusan ada sabotase tuh yang setel bokep kenceng-kenceng”, jawabku ketus. Rara dan Silvy cekikikan.

“Alah, udah ayo jawab, yang sesi pertama tadi mulut siapa, toket siapa, memek siapa”, tanya tante Rani.

“Oke, yang pertama, mulutnya mulut Rara, toketnyaaa... hmmm... Rara juga, memeknya Silvy”, jawabku.

“Lanjut, yang kedua ?”, tanya tante Rani.

“Lho itu tadi bener apa salah ?”, tanyaku.

“Udah jawab aja dulu semua, ntar kunci jawabannya dibuka, ada videonya kok, biar ada buktinya”, ujar tante Rani.

“Oh gitu, oke, yang kedua mulut tante Rani, toket Silvy, memek Rara. Terus yang ketiga, mulut Silvy, toket tante, memek tante juga”, jawabku.

“Oke, mainkan videonya Ra”, kata tante.

Video diputar, rupanya dari awal aku sudah salah, ternyata ciuman pertama itu dari Silvy, toket Silvy, memek tante Rani. Sesi pertama aku sudah salah total, tidak perlu tahu sesi selanjutnya yang juga pasti amburadul.

“Hahahahahahahahahahahaha”, para ladies ketawa. Aku cuma senyum-senyum saja sambil meringis, bakal disiksa nih.

“Padahal yang ciuman pertama itu ganas loh, gak nyangka itu Silvy, kirain Rara”, ujarku.

“Yeeeyyyy, Silvy udah jago sekarang, kan kita udah ajarin, iya gak tante”, ujar Rara, tante manggut-manggut sambil senyum.

“Oke Armand, sesuai perjanjian, kamu mesti dihukum yaaa...”, ujar tante Rani. Aku pasrah saja.

Para ladies lalu menggiringku ke salah satu ruangan di villa ini yang bermaterialkan kayu, terdapat 2 tiang penyangga, aku diposisikan diantara tiang dan tanganku diikat ke masing-masing arah. Ikatannya sebenarnya tidak terlalu kencang, mungkin mereka sengaja ingin supaya aku bisa memberi sedikit perlawanan.

Tante mulai duluan dengan memeluk tubuhku dari belakang, toket besarnya menempel di punggungku, ia mencumbu leherku sambil meraba-raba seluruh badanku. Lanjut Silvy yang datang dan memegang wajahku, lalu langsung melumat bibirku dengan bibir tipis pink-nya yang aduhai. Terakhir, the ‘cock-sucker’ Rara nimbrung dan mengocok kontolku dengan speed tinggi, ia juga kemudian mengulum kepala kontolku. Kombinasi permainan lidah dan hisapan mulut Rara di kepala kontolku dan kocokan cepat tangannya benar-benar membuatku kewalahan, apalagi aku sudah nafsu dari tadi. Belom lagi ditambah cumbuan Silvy dan rangsangan ganas tante Rani di punggungku. Gilaaaaa !!! dan semua ini baru 5 menit, masih ada 10 menit lagi.

Rara lalu berhenti sebentar dan berlari mengambil kursi sofa kecil, sofa ini empuk dan pendek. Dibantu Silvy, ia memposisikan kursi itu di depanku. Kemudian Silvy duduk disitu dan mengangkangkan kakinya, Rara membantu mengarahkan kontolku dan bleeessss....

Masuklah kontolku di memek Silvy, tante Rani kemudian bertugas mendorong pinggulku dari belakang supaya aku menggenjot, tentu saja sambil masih mencumbu dan membelai punggungku. Sementara Rara berdiri di depanku dan giliran dia yang mencumbu bibirku, tangannya juga iseng sesekali meremas biji kontolku yang sedang mengentot Silvy. Sementara Silvy tak kalah heboh dengan desahannya yang paling keras diantara yang lain.

“Aaahhhhhhhh ! Aaaaaaaahhhhhh ! Emmmmpppppphhhhh !”, jerit Silvy menggila. Kontolku sudah berdenyut tidak karuan, aku masih berusaha bertahan dan memikirkan hal lain ditengah gempuran.

“Tante juga mau dong Vi, bosen dikasi punggung terus”, ujar tante Rani. Maka Silvy dan tante Rani pun bertukar posisi, tante kuentot dan Silvy ‘main’ dibelakangku, sementara Rara masih betah bercumbu denganku.

“Silvy, pantat Armand gausah didorong, tante punya jurus sendiri”, ujar tante Rani. Silvy mengedipkan matanya di sela cumbuannya di leherku. Sementara wajahku dibekap toket Rara.

Tante lalu menggoyang pantatnya maju mundur dengan posisi nungging, sama seperti jurus yang sebelumnya dilancarkan padaku. Kontolku dimainkan oleh pinggulnya yang maju mundur dan bergerak memutar, dan pas ketika tinggal tersisa kepala kontolku di dalam memeknya, tante bergoyang ganas sambil menekan pahanya supaya memeknya jadi sempit. Ini jurus pamungkas tante yang kemarin, sementara pantatku di remas dan pinggangku diarahkan oleh Silvy supaya memutar ke arah sebaliknya dari putaran memek tante. Rara juga memainkan lidahku di mulutnya sambil menghisap kuat-kuat, seakan ingin menarik lidahku ke dalam mulutnya.

Aku berusaha keras bertahan, aku memikirkan apa saja untuk mengalihkan pikiran otakku supaya mencegahku ejakulasi, aku memikirkan pekerjaan, ya pekerjaanku, aku berusaha mengingat rumus perhitungan pressure drop pipa, perhitungan efisiensi kinerja mesin, membuat kurva S, membuat telur balado saus rica-rica... ah konyol ya, tapi ya lumayan berhasil, tinggal 5 menit lagi !!!

Merasa belum efektif, tante Rani lalu minta bertukar posisi lagi dengan Silvy, giliran Rara yang pengen dientot sambil nungging, Silvy mencumbu liar bibirku dan membelai tubuhku sementara tante menyerangku lagi dari belakang.

Rara dengan ganas menggoyang pantatnya dengan tempo tinggi, sumpah, aku sudah kerepotan sekali, belom lagi rangsangan-rangsangan Silvy dan tante Rani. Sudah 3 memek bergilir dientot kontolku. Satu setengah menit waktu tersisa !!! Aku merasa senang, sedikit lagi akan selesai, sampai garis finish, aku harus pasti bisa.

Aku lalu merasakan kakiku dibuka lebar dalam posisi sambil berdiri, lalu ada rasa geli yang luar biasa dari bawah, tepatnya dari lubang pantatku. Tidak mungkin, tidak mungkin ada yang main di lubang pantat, itu jorok sekali, tapi... Luar biasa, aku belum pernah merasakan sensasi seperti ini.

“Waw tante...”, ujar Silvy yang bahkan berhenti mencumbuku sambil melihat ke arah tante, aku pun ikut menoleh. Benar saja, tante sedang menjilati anusku. Silvy lalu kembali menarik kepalaku dan mencumbuku, sementara Rara makin ganas menggenjot pantatnya, dan tante... tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata.

“Anjiiinggggg !!! Ngentot enaaaaaakkkkkk AAAAAAAARRRRRRRGGGHHHHHHHH !!!”, jerit Rara yang ternyata orgasme.

“Aaaahhhh ! Uuuuhhhh ! Slllluurrrrpppppp......aaaaarrrgggghhhhhh... Anjiiiinnggggg !!!”, suara-suara itu menggema di sekitarku, aku benar-benar tak kuat lagi, padahal tinggal hitungan detik, aku pasrah, ini terlalu nikmat, kontolku sudah berdenyut, dan....

“I feel it coming... I feel it coming baby, I feel it coming... I feel it coming baby”

Suara ringtone dari HP-ku mendadak membuat semua berhenti, aku menghela nafas, dan HP-ku masih berdering. Silvy langsung berinisiatif melepas ikatan di tanganku, begitu juga Rara dan tante Rani yang segera menyingkir.

Aku langsung berlari menyambar handphone-ku, benar saja itu Vany istriku tercinta. Silvy melemparkan pakaian dan celana kepadaku yang langsung segera kupakai, lalu berlari keluar villa.

“Pagi ayah sayaaaaannngggg, eh udah agak siang denk, ini si dede rewel kangen ayah katanya”, sambut istriku via video call.

“Hai anak pinter, udah makan ? bunda juga udah makan ? lagi pada ngapain ?”, tanyaku pada istriku, aku berusaha mengatur nafasku supaya tidak terlihat ngos-ngosan.

Sekitar 10 menit aku video call-an dengan istri dan anakku, setelah selesai aku masuk lagi ke dalam. Para ladies tampak sudah berpakaian, kecuali Rara.

“Hai, jadi gimana nih yang barusan ?”, tanyaku pada semuanya.

“Iyaaaa, kamu selamat Man, tadi udah 15 menit kamu bisa nahan”, ujar tante sambil beres-beres ruangan yang berantakan.

“Masih kurang beberapa detik sih, tapi ya gapapa lah ya tante”, ujar Silvy. Aku lalu tersenyum.

Sementara kulihat Rara masih telanjang dan rebahan di sofa panjang, kakinya mengangkang dan tangannya terlentang, tampak lemas sekali dia.

“Ciyeee yang orgasme duluan, lemes banget”, godaku pada Rara.

“Berisik ah lu bang”, jawab Rara jutek. Aku tertawa saja.

“Tante, ngewe yuk, nanggung nih”, ajakku pada tante.

Tante Rani melongo menatapku, “Berani banget kamu ngomong gitu sama tante Man”. Kami lalu beradu pandang. Silvy lalu ngeloyor ke dapur.

“Kenapa emang Rani ? sini aku sange pengen ngentot memekmu”, sahutku. Aku makin berani memanggil nama tanpa ‘tante’. Rani makin melotot padaku.

Aku lalu menghampirinya dan menarik tangannya, kubawa ke kamarku. Langsung ku dorong Rani ke kasur dan kututup pintu, tapi tidak dikunci. Aku langsung membuka kaosku, tante tertawa melihatku.

“Nah gitu dong Man, jadi laki-laki itu yang ganas, biar perempuan tuh takluk”, ujar tante Rani.

“Ooo jadi tante emang doyan dikasarin ya ?”, tanyaku. Tante cuma senyum.

“Udah gausah tante-tantean, Rani aja kayak barusan, kita disini gak ada yang namanya saudara atau apalah, adanya ngentot”, ujar Rani sambil menarik tubuhku untuk menindihnya. Kami lalu bercumbu dengan panas, saling beradu lidah, berguling-guling di kasur. Rani nampak seksi dengan kaos lengan panjang belang hitam-putih yang ketat, dengan celana ¾ warna abu yang ketat pula. Setelan pakaian ibu-ibu rumahan, tapi yang begini yang aku suka.

Rani lalu melepas kaosnya, dan dadanya yang jumbo itu ditempelkan di wajahku selagi dia menindihku di kasur. Ku hisap bergantian kedua putingnya dan ia membelai rambutku.

“Ssssshhhhh.... aaaahhhhhh Armand, eeemmmmppphhhh...”, desah Rani.

Tak lama kemudian, Rani berbaring menyamping. Ia melepas celanaku dan meraih batang kontolku dengan tangannya, ia meludah di tangannya sebelum mengocok kontolku supaya licin. Aku hanya berbaring dan menatap wajahnya. Tangan kiri Rani mengelus rambutku.

“Armand sayang, kamu udah gede ya”, ujar tante.

“Apaan sih Rani”, ujarku. Ia tersenyum lalu mengecup bibirku.

“Aku gak nyangka bakalan ngalamin ngentot sama keponakanku sendiri, anak kakakku”, ujar Rani. Aku diam saja, nampaknya Rani mau mendongeng dulu.

“Masih inget banget aku Man waktu kamu lahir, aku sama nenekmu yang sibuk ngebantuin siapin keperluan ibumu sama kamu, aku yang juga ikut nungguin kamu di rumah sakit, aku bahkan ikut gendong kamu beberapa menit setelah kamu lahir. Kamu yang jadi motivasiku kenapa aku pengen jadi bidan, gara-gara kamu ponakanku sayang”, kenang Rani.

“Waktu itu aku seneng banget punya keponakan, aku yang paling sering ngasuh kamu soalnya mama sama papamu kan sibuk kerja, aku pulang sekolah langsung pengen main sama kamu, aku juga yang suapin kamu, mandiin, nyebokin kalo kamu ee, kamu belajar jalan aja aku yang nuntun Man”, lanjut Rani sambil masih mengocok kontolku perlahan. Ia lalu mencium keningku.

“Bahkan sampe kamu udah gede, sekarang udah punya istri punya anak, aku tetep selalu inget kamu sebagai ponakan kecilku yang lucu Man, yah walaupun ponakanku akhirnya banyak, ada adekmu, ada sepupumu, tapi karena kamu ponakan pertama dan yang paling lama kuasuh, kamu yang paling kusayang Man”, ujar Rani dengan mata berkaca-kaca, lalu memelukku.

Aku cuma bengong, suasana erotis penuh nafsu jadi berubah penuh haru begini.

“Asal kamu tau Man, kamu masih diperut mamamu, aku udah kenal kontol Man, aku gak nyangka akhirnya ngalamin ngentot sama kamu Man, ini nih, titit kecil ini yang dulu kalo pipis suka berceceran kemana mana, udah jago banget ngentotnya”, lanjut Rani.

“Hah ? aku diperut tante udah kenal kontol ? kan aku lahir tante kalo gak salah umur 15 tahun kan ?”, tanyaku. Rani tersenyum lalu mengangguk.

“Yah, waktu itu aku SMP kelas 3 akhir Man, mau masuk SMA, taulah pergaulan ABG, pacarku anak SMA dan anak motor gitu, aku sering diajak nongkrong di markas geng-nya, ya disitulah akhirnya aku... ya gitu lah Man”, ujar Rani. Agak kaget juga aku, berarti tante udah tidak perawan dari masih ABG, padahal selama ini tante gak sedikitpun menunjukkan kalau dia perempuan badung, tingkah dan penampilannya biasa saja.

Rani lalu berpindah posisi, ia menuntun tubuhku untuk menindihnya. Kakinya diangkat dan selangkangannya dibuka lebar-lebar.

“Armand keponakanku sayang, tante-mu ini titip pesan, jangan pernah selingkuh, setialah sama Vany istrimu, sayangin anakmu, kalau sekali-kali kamu jenuh dan perlu pelampiasan nafsu selain Vany, datanglah ke tante nak, jangan main sama pelacur, sama tante aja ya sayang, tante siap kapanpun jadi pemuas nafsumu nak. Sini sodokin kontolmu sayang”, ujar tante sambil mengarahkan kontolku ke memeknya. Aku yang sudah bernafsu di ubun-ubun lantas mencolok memek Rani dan menekannya sedalam mungkin.

“Aaaaaaaahhhhhhh.... oooooooohhhhhhh Armand sayaaaaangggggg”, desah Rani sambil memeluk tubuhku.

Kuberi dia tusukan-tusukan pelan tapi dalam, memek Rani rasanya longgar, mungkin gara-gara biasa disodok bule kali ya, tapi mengingat dia adalah tante kandungku sendiri benar-benar membuat nafsuku meledak, ditambah lagi tadi aku habis dirangsang habis-habisan.

“Ooohhhhhh... uuuhhhh... sssssshhhhhh”, racau Rani sambil menggeliat seperti cacing kepanasan menerima sodokan kontol keponakannya. Rani memegang wajahku dengan kedua tangannya dan tersenyum, lalu melumat bibirku dengan mesra.

“Armand... oh Armand sayaaaannngggg, hebatnya ini kontol ponakan tante”, puji Rani lalu melumat bibirku lagi. Sensual sekali wajahnya. Rani lalu mulai menggoyang pinggulnya mengimbangi genjotanku, kontolku serasa agak ditarik oleh memeknya.

“Aduh gila Ran haaaahhhh... Bener-bener jago kamu mainin kontol”, ujarku sambil ngos-ngosan. Rani lalu memelukku lagi dengan erat, lalu berbisik di telingku : “Janda lebih nikmat ya Man...”

Tak lama kemudian aku bangkit, dengan posisi tegak kupercepat genjotanku. Rani mengangkat kakinya dan berusaha melebarkan bukaan selangkangannya. Toket besarnya kuremas-remas dengan kuat, kumainkan putingnya di sela jariku.

“Huh.. hah.. huh.. hah.. oooooohhhhhhhh”, suara desahan kami berdua menggema di dalam kamar. Cukup keras, mungkin Silvy dan Rara diluar juga bisa mendengar.

5 menit kemudian aku sudah tidak kuat lagi menahan klimaks, aku mempercepat genjotanku. Namun seketika Rani menarik memeknya sehingga kontolku terlepas.

“Eiiittttssss... Jangan keluar dulu dong”, ujar Rani.

“Maklum tante, udah nafsu banget dari tadi”, jawabku. Aku lalu mengatur nafas, nyaris saja.

Kemudian Rani menyuruhku naik lagi ke atas tubuhnya, kali ini agak keatas sehingga kontolku sejajar dengan mulutnya. Rani lalu mengulum kontolku tanpa ragu, padahal kontolku basah oleh cairan pelumasnya. Tangan kanannya lalu meraba area sekitar perbatasan biji kontol dan anusku, kemudian dengan perlahan ia menekan area tersebut.

“Ssssssllllllluuuuuuurrrrrrrrrppppppp... aaaaaahhhhh, hmm yummy”, ujar Rani. Sambil mengulum, tangan kirinya ikut mengocok kontolku perlahan sambil agak ditekan seperti memijat, terkadang ia melepaskan kulumannya dan memencet kepala kontolku perlahan, tidak sakit sih tapi geli.

“Ini trik, biar kontolmu ssssssslllllllllluuuuuuurrrrrrrppppp... aaahhhh, tahan lamaan dikit”, ujar Rani.

“Ah yang bener”, tanyaku.

“Normalnya sih bisa nambah durasi Man, tapi kalo nggak nambah, ya berarti kamu gak normal hahahaha”, goda Rani. Ia lalu melahap lagi kontolku, memainkan lidahnya di sekitar kepalaku, menjilat-jilat lubang kencingku bahkan menghisapnya. Agak ngilu, geli tapi nikmat juga sih.

Rani sekali lagi menunjukkan kelasnya sebagai janda pengalaman, begitu pandai ia mengatur ritme dan emosi, tapi tetap menghasilkan kenikmatan buat dia dan aku. Perlahan ia memainkan kontolku, membuatku rileks supaya aku tidak cepat ejakulasi.

Kemudian Rani menungging, pantat besar khas ibu-ibunya itu benar-benar menantang, kucari belahan memeknya kemudian kumasukkan jariku kedalamnya, kukocok memeknya yang basah itu. Di dalam memeknya kumainkan jariku menjelajah seisi vaginanya.

“Aaaaaaahhhhhh Armaaaaaanndd... malah pake tangan aaaaaahhhhh”, desah Rani.

Sungguh erotis sekali pemandangan ini. Seorang wanita yang usianya 15 tahun lebih tua dariku, bahkan ia adalah tanteku sendiri, orang yang mengasuhku sejak masih bayi, kuperlakukan seperti ini. Memeknya yang merupakan alat vitalnya, kemaluannya, sesuatu yang paling ia tutupi terutama pada laki-laki yang masih sedarah seperti aku, kini diobral dan kupermainkan sesuka hatiku. Tidak ada lagi norma kesopanan dan etika terhadap saudara yang lebih tua, yang ada cuma nafsu syahwat yang menggelora.

“Auuuhhh Armand eeemmmmppppppphhhh... ayo kontolmu dong sayang”, rengek Rani meminta kontolku, becek sekali memeknya, benar-benar becek.

Namun aku masih belom puas menjahili memeknya, aku masih cukup sabar menahan menyerang dengan rudalku. Aku kemudian menjilati memek Rani dengan lidahku, awalnya lidahku kumainkan diluar, di sekitar vagina dan selangkangannya, lalu dilanjut dengan klitorisnya yang kumainkan dengan ujung lidahku.

“Ya ampun Armand aaaaaaaarrrrrrggggghhhhhhh... ssssshhhhhhhh... jailnyaaaaaa”, racau Rani, aku tak peduli. Malah makin liar kumainkan memeknya dengan mulutku, kuhisap-hisap memeknya, sejumlah cairannya jelas masuk ke mulutku, rasanya ? ya begitulah... Tapi persetan, nafsuku sedang tinggi.

Puas kujilati, kutambah combo dengan memainkan jariku lagi sambil masih mulutku di memek Rani, kali ini Rani pinggul Rani sampai menggelinjang keenakan.

“Sssssssshhhhh.... hhhhhaaaaaaaaahhhhhhaaaaaarrrrrmmmmaaaaaaaannnnndddddd”, desah Rani, lalu ambruk dalam posisi tengkurap. Ia nampak ngos-ngosan mengatur nafasnya.

“Udah nyampe tante ?”

“Hah... hah... belom Man... hah... hah...”

Kuambilkan segelas air putih, Rani pun bangkit meminumnya. Selesai minum, dengan serangan mendadak ia mendorong tubuhku sehingga aku terlentang di kasur. Lalu ia menerjang badanku, mencumbu bibirku dengan ganas, kami beradu lidah cukup lama, lalu ia turun mencumbu dan menjilati leherku, dadaku bahkan ketiakku. Liar sekali. Sesekali ia mengangkat kepalanya menarik nafas, lalu turun lagi untuk menjilat dan mencumbui tubuhku.

Sampai dibawah, ia mengocok kontolku dengan ganas sambil menghisap kepala kontolku. Air liurnya banyak sekali hingga menetes kemana mana membasahi batang kontolku, lalu sembil mengocok, ia menghisap kedua biji kontolku bergantian.

“Sllllluuurrrrrppppp.... sssllllluuurrrrppppp... hah... hah... ssslllllllluurrrrpp”, suara dari mulut Rani dicampur nafasnya yang terengah-engah.

“Kamu doyan jilatin memek Man ? hah... hah... nih jilat”, ujar Rani. Ia lalu naik menindihku, mencumbu bibirku sebentar, lalu memutar tubuhnya membentuk posisi 69, aku berusaha mengatur bantal di kepalaku supaya agak naik. Dan dimulailah prosesi 69 ini.

Kami dengan ganas menjilati kelamin lawan, ini kembali seperti pertarungan. Keisenganku memainkan jari dan lidahku di memek Rani tadi mungkin dianggap sebagai tantangan, dan kini kami berusaha untuk saling mengalahkan yakni dengan membuat lawan orgasme duluan. Kurasa posisi kami sekarang imbang, karena Rani juga sudah hampir orgasme kayaknya gara-gara permainanku di memeknya.

Kutahan kedua paha Rani yang mengangkang dengan kedua tanganku, lalu kumasukkan lidahku berusaha sebisa mungkin mengobok-obok bagian depan liang vaginanya. Sementara Rani tanpa ampun menghisap kepala kontolku, utamanya di lubang kencing, sementara tangannya masih tanpa henti mengocok batang kontolku. Sesekali ia juga menghisap-hisap biji kontolku.

“Ssssllluuurrrrrrrppppppp aaaahhhh ! hah ! ssssssllllluuuurrrrrpppp... ssssshhhhhh.... hah ! oooouuuhhhh !!!”, suara desahan dan hisapan kami saling berashutan mengisi ruangan, keringat kami sudah sangat banjir membasahi tubuh masing-masing. Terus-menerus kami saling memberi rangsangan sambil merasakan kenikmatan, melampiaskan nafsu kami yang terliar.

Sesekali Rani menarik tubuhnya agak maju supaya bisa menggunakan toket jumbonya untuk menjepit kontolku, lembut dan kenyal rasanya. Naik turun toketnya menjepit kontolku, licin karena air liurnya bercampur dengan keringat dari toketnya. Sudah macam-macam cairan yang keluar. Ia juga memainkan ujung lidahnya di lubang kencingku selagi menjepit kontolku.

Rani lalu berusaha mengangkat pinggulku sedikit, menjamah bagian yang lebih jauh dengan mulutnya. Badanku agak terseret sedikit sehingga mulutku bergeser dari memeknya. Rani rupanya mengincar lubang pantatku, seperti yang ia lakukan saat game tahan rangsangan tadi pagi.

Benar saja, ia tanpa ragu menjiati lubang anusku, bahkan berusaha memasukkan lidahnya kesana, sementara tangannya mengocok kontolku dengan cepat. Gila banget tanteku ini, sudah tak punya rasa jijik dia, tenggelam dalam nafsu birahi yang hebat di otaknya.

Aku sendiri kegelian sekaligus keenakan, libidoku benar-benar naik. Bukan karena rasa enak gara-gara permainan lidah di lubang pantatku, geli malah. Namun memikirkan bahwa tanteku sendiri mau-maunya menjilati lubang kotoranku benar-benar memberi rangsangan yang hebat, sudah tidak ada harga dirinya sama sekali tante Rani ini.

Sulit bagi mulutku menjangkau memek Rani karena posisiku yang bergeser sehingga tidak sejajar, tapi jariku masih bisa main disana. Maka kukocok memek Rani dengan kecepatan tinggi. Tak habis-habisnya cairan memeknya membasahi tanganku.

5 menit kemudian, dengan tenaga tersisa kubalik tubuh Rani, giliranku yang diatas. Kuangkat pinggulnya gantian mencari lubang anusnya, tapi ternyata susah ya hehehe... Sementara aku sibuk berusaha gantian menjilati anus Rani, Rani dengan liar mengulum kontolku dari bawah.

“Susah ya Man ? Hihihihihi”, goda Rani disela kulumannya. Aku akhirnya malah menggoyang pinggulku, mengikuti kuluman Rani, kuentot mulutnya. Kemudian karena susah menjilati lubang anusnya, kujilati saja memeknya lagi.

Tubuh Rani nampak menggelinjang hebat merasakan kenikmatan, tangannya memeluk pinggulku dan menekannya supaya makin dalam kontolku masuk ke dalam mulutnya. Kugoyang pinggulku memutar, kuobok-obok seisi memeknya dengan kontolku.

Puas 69, aku masih penasaran dengan lubang anus Rani. Aku bangkit sehingga kontolku terlepas dari mulutnya. Kemudian kuposisikan tubuhku sehingga kepalaku sejajar dengan selangkangannya, bukan 69 lagi. Kuambil bantal untuk mengganjal pinggulnya, lalu kuangkat pinggulnya sambil kedua pahanya kutahan dengan masing-masing lenganku. Kini kudapat lubang anusnya.

Kumainkan lidahku masih disekitar lubang anusnya, aku masih agak ragu sebenarnya soalnya ada rasa jijik, tapi penasaran. Sebenarnya lubang anus Rani tidak ada bau apa-apa., yang tercium malah wangi cairan pengharum sprei tempat kami bertempur.

“Aaaahhhh hahh... haaahhh... Ayo jilatin Man, gak kotor kok, ayooooo sayaaaaaaaaaaanggggggg”, rengek Rani. Maka kujilati lubang itu, karena pikiran mesumku sudah memuncak di ubun-ubun, sudah tidak terpikir lagi rasa jorok atau jijik. Kumasukkan lidahku ke lubang anusnya sambil kumainkan lidahku di rongga lubang itu. Rani menggelinjang kegelian.

Jariku, lagi-lagi iseng memainkan lubang memeknya, sambil masih kujilati lubang anus Rani. Kali ini Rani menggelinjang hebat, pinggulnya naik turun sehingga beberapa kali lidahku terlepas dari lubang anusnya. Bahkan lenganku yang menahan pahanya juga tidak kuat menjaga gerakan tubuhnya.

“Armand, udah aaaaaaahhhhhhhhh....”, pinta Rani. Iya juga, sudah kelamaan dari tadi main beginian.

Dengan sisa tenaga, Rani beranjak dari posisinya. Ia duduk lalu mendorong badanku hingga aku rebahan. Ia naik ke atas tubuhku lalu jongkok mengangkang tepat diatas kontolku. Ia arahkan kontolku dan bleeessss.... Masuk ke dalam memeknya.

“Huuuuaaaahhhhhh... Ayo kita selesaiin Man”, ajak Rani. Aku mengangguk dari bawah.

Rani lalu naik turun dengan tempo medium sambil perlahan menambah kecepatannya. Tubuhnya tegak sehingga toket besarnya jelas bergoyang naik turun, ku raih toket besar itu dengan kedua tanganku lalu kuremas-remas dengan ganas. Sementara bunyi kelamin kami yang beradu bercampur dengan suara desahan kami menggema di ruangan.

“Hah... hoh... hahhh... huuuhhh aaaaaahhhhh !!!”, desah kami berdua.

Rani kemudian agak menunduk, kedua tangannya menopang pada kasur di kiri dan kanan kepalaku, ia lalu menundukkan kepalanya untuk mencumbu bibirku. Ah, entah sudah berapa kali kami berciuman sejak pagi tadi dan mengadu lidah, menjamah rongga mulut pasangan dengan lidah kami masing-masing. Genjotan Rani makin cepat di kontolku, sementara aku tak mau kalah dengan juga memberi tekanan dari bawah.

“Aku mau sampe Maaaannnn aaaaaaahhhhhh”, desah Rani sambil berbisik di telingaku.

“Ayo bareng haaahhhh”, jawabku.

Aku lalu berusaha bangkit, Rani membantu dengan pelukannya di punggungku sehingga posisi kami kini duduk. Aku bersandar pada tumpukan bantal di dinding.

Kemudian kami saling cumbu, sambil kelamin kami masih bertempur, berlomba meraih kenikmatan birahi. Genjotan Rani makin menggila, dan tanganku yang menopang pantatnya membantu ia naik turun. Sesekali kupeluk tubuhnya dan kugerakkan pinggulku supaya kontolku makin menusuk liang memeknya, sambil kujilati susunya. Kami hampir sampai.

“Ooooohhhhh Armand aaahhhhhhh ini sampe...”, racau Rani dalam genjotan high speed.

“Aaaahhhh aku juga Ran, dimana nih uuuhhh”

“Di dalem aaaaaja”

“Kalo hamil ?”

“Bodo amat Armaaaannndddd ayo keluaaaaarrrrr”

“AAAAAAAARRRRGGGGGGGHHHHHH OOOOOOUUUUUGGHHHHHHH HAAHHH !!! HAAAHH !!! HAAAAHHHH !!!”, kami mencapai orgasme bersamaan.

Tubuhku ambruk terbaring dikasur, sementara Rani ikut ambruk sambil memelukku erat. Kami sama-sama terengah-engah mengatur nafas, rambut Rani yang berantakan menutupi wajahku.

Tak lama kemudian Rara dan Silvy masuk ke kamar, mereka bengong melihat kami berdua yang masih dalam posisi tadi. Agak kusingkirkan rambur Rani sehingga aku bisa melihat mereka.

“Ciyeeee kayaknya ada yang abis bertempur hebat nih”, ujar Rara. Kulihat Silvy tampak diam saja sambil agak jutek, bibir pink-nya menggoda sekali untuk di kulum, sayang aku sudah tak ada tenaga.

“Gantian dong tanteeee”, goda Rara sambil mencolek pantat Rani yang masih telanjang memelukku.

“Diem ah Rara, sana ih !”, hardik Rani sambil masih memelukku, wajahnya bersembunyi di leherku. Aku lalu mengisyaratkan dengan tangan untuk Rara dan Silvy keluar kamar dulu, sambil senyum pastinya. Mereka pun pergi.

Kemudian Rani mulai melepaskan pelukannya, dan berbaring terlentang di sebelahku. Ia tampak mengatur nafasnya sebentar, lalu memiringkan tubuhnya sambil menatapku.

“Kamu hebat Man, gak nyangka ponakan tante sehebat ini”, ujar Rani sambil membelai dadaku. Kami lalu bercumbu lagi. Lalu Rani meneruskan ceritanya.

“Dulu tante juga pernah puas begini sama seseorang, tapi orangnya udah gak tau kemana sekarang, nah sekarang nemu lagi kontol lokal yang hebat, ya punya kamu”, lanjut Rani.

“Dulu sama siapa tante ?”

“Gausah dibahas lah ya”

“Oke, lah terus Mark gimana tuh kok bisa ampe kenal ama tante ?”

“Oh Mark, jadi gini. Hihihi... Malu tante ceritanya”

“Ah elah, cerita buruan”

Tante Rani lalu cerita bahwa ia sebenarnya gabung ke klub tante-tante girang, salah 1 temannya punya simpanan berondong bule, dari temannya itulah tante bisa kenal dengan Mark. Tante memang penasaran dengan kontol bule, karena sebelumnya dia cuma main dengan orang lokal, Jepang dan Korea. Tante juga memohon padaku untuk merahasiakan kelakuan aslinya, kami sekarang sama-sama memegang kunci as masing-masing. Tentu saja aku setuju untuk bungkam.

“Pokoknya tante bener-bener mohon kamu buat jaga rahasia ya Man, sama 1 lagi permohonan tante, kapan-kapan kita ngentot lagi ya sayang”, pinta tanteku. Aku cuma senyum dan mengangguk, ia lalu memelukku dengan toket jumbo yang didekap ke wajahku.

Aku kemudian tidur, cukup lama. Sekitar jam setengah 5 sore aku bangun, kulihat para ladies sedang sibuk dandan. Silvy lalu menghampiriku di kamar membawakan makanan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd