Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Bimabet
Di up duyu akhhhh... Menanti imaginasi suhu ryu yg mencengangkan besok... Menanti ribak sude juga... Hehehehehehe
 
Semakin mengena di imajinasi suhu....
cuma saya gagal paham soal descripsi hewan2 panggilan duo kembar gk dapet gambaran bentuk mahluknya...hehehe
maaf suhu ane otaknya minim
 
========
QUEST#13
========​

Abah Hasan Ibrahim memimpin keluarga Ron untuk menyerang CONQUER Satria dari dua arah. Depan dan belakang.
Iqbal, Eros, Sheila dan kembar lima mengeroyok sebagai pasukan dari depan dengan formasi bulan sabit. Eros dan Sheila menyerang dari sisi runcing bulan sabit dan kembar lima menyerang di sisi tajam bulan. Iqbal sebagai pendukung. Abah Hasan dan Ron menyerang dari belakang.
Tak kurang bentuk ketiga, yang merupakan bentuk gabungan VIOLENCE kembar lima yang digabungkan pada Core langsung digunakan. EAGLE TIS’AH, SHIN ATABUKI, KING KUHR, LIT THUNDER, dan RETRO BRO melancarkan serangan-serangan terkuat mereka. Sambar menyambar serangan kuat sekelas Pukulan Phoenix, Shin Hir no Shirken, Curse of Sharka King, Luminaire Strike, dan Retro Blast menghantam energi murni yang melindungi CONQUER Satria yang tak tersentuh. Unlimited Two Slayer sinkron menyerang dengan pedang besarnya bersama Sheila yang mengenakan Armor Naga Agni-nya.
Ledakan demi ledakan terjadi di bagian depan kubah energi murni CONQUER Satria. Sementara Ron berusaha menembus energi itu dari belakang dengan ketajaman sisi ujung pedang Mataharinya. Abah Hasan mendorong punggungnya.
“Maulana... Maulana! Maulana!! Maulana!!! MAULANA!!!” serunya berusaha memasukkan bahasa mentalnya untuk menjangkau kesadaran Satria yang kini terpuruk dalam kesedihan. Rasanya sangat sulit menjangkau karena kedalaman tenggelamnya ia dalam lautan tak berdasar itu. Lautan sepi yang hanya sebesar sebuah otak pemuda tetapi seluas alam semesta yang tak terkira tepinya.
Abah Hasan mencoba menyelami lautan itu. Mencari-cari di tiap relungnya, tebing-tebing curam yang gelap, lembah dalam lagi dingin tanpa angin. Berulang kali Abah Hasan tersesat karena melihat deja vu yang berulang melenakan. Gambaran masa lalu Satria yang hanyut melambai-lambai entah menuju kemana.
Terkadang ia mengejar angin yang menyaru sebagai kijang jantan yang melompat gagah di padang ilalang. Terbang laksana burung bangau mengepakkan sayap lebar dengan anggun di cakrawala bebas menunggang angin—menjajah langit—mengangkangi bumi.
“MAULANAAAA!!!” frustasi, ia menggenggam apapun yang ada di depannya. Menggenggam dalam satu pelukan.
“Maulana... Sadarlah... Jadilah pria pemberani... Hadapi kesedihanmu ini... Ini tidak sepadan...”
--------​
Sebuah ledakan dahsyat menggetarkan dunia. Debu tebal membumbung membentuk cendawan raksasa mencium langit. Sebuah kilatan menyilaukan kalau dilihat dari ketinggian orbit di permukaan benua Australia. Gelombang kejutnya menyapu awan di permukaan atmosfer tersapu bersih dan menepi di sebalik belahan bumi satunya.
Gelombang kejut dahsyat itu punya efek lain atas peradaban modern manusia. Seumpama ledakan bom nuklir yang maha dahsyat, gelombang elektromagnetik-nya membakar—merusak banyak peralatan elektronik manusia. Semua tak bisa menghindar dari bencana ini.
Langit cerah berwarna biru Cyan di atasnya seperti mengejek pemuda yang sedang berduka tersebut. Di pelukan tangannya, sang gadis tak bergerak–tak bernyawa. Dipandanginya lagi wajah gadis itu dengan perasaan iba. Bergetar bibirnya menyebut nama gadis itu lirih.
Dukanya terlalu dalam. Kecewanya terlalu mendendam. Tangisnya telah tenggelam. Warna suaranya telah menghitam. Redam.
“Carrie? Kenapa harus begini akhirnya? Aku... Aku sudah mengusahakannya... Kenapa harus berakhir begini?” bisiknya lirih.
“Aku sudah mengembalikan semua ingatanmu... Aku mau kau yang dulu... Hanya itu saja... Tidak perlu yang lain... Hanya kau yang dulu...” bisiknya memandangi wajah Carrie yang beku. Sel-sel tubuhnya berhenti membelah diri, mitokondria berhenti memberikan energi pada sel, organ tubuh tak lagi bekerja sesuai fungsi, jantung tak lagi memompakan darah bersirkulasi, tak ada getaran listrik otak yang memerintahkan lagi... Tak ada roh yang mengisi cangkang yang disebut jasad manusia ini lagi.
Sekeliling Satria berwarna hitam gelap. Hanya ada dirinya dan tubuh yang dipeluknya. Pekat oleh kesedihan. Tak ada yang diperdulikannya.
--------​
“Pukulan Phoenix!” EAGLE TIS’AH menembakkan pukulan kuat itu berkali-kali pada targetnya.
“Shin Hir no Shirken!” sengat di kedua tangan SHIN ATABUKI bergantian melesakkan pukulan api itu.
“Curse of Sharka King!” tembakan energi maksimal itu meledak berkali-kali dari bukaan dada KING KUHR.
“Luminaire Strike!” sambaran listrik itu sambar menyambar dari kepala LIT THUNDER menyengat mangsa.
“Retro Blast!” tak henti-henti RETRO BRO menembakkan dua cannon dari dua tangannya yang disatukan.
Tapi naga sebesar itu tak bergeming. Ekornya mengibas kencang dan melibas apapun yang dapat dijangkaunya. Tembakan energi dari mulutnya meledak beberapa kali. Kepakan sayap lebarnya menghembuskan angin kencang mengganggu konsentrasi penyerangnya. Tangan dan kaki raksasanya berusaha mencakar dan menginjak-injak lawannya yang cukup berukuran besar tapi masih cukup kecil baginya.
Naga Rustra itu mengamuk sejadi-jadinya melindungi Satria yang berdiri mematung. Tak memandang siapapun yang dihadapinya. Rasa sakit akibat serangan yang menghujani tubuhnya tak begitu diperdulikannya.
Serangan kombinasi yang kompak dari lima gadis remaja kembar yang melakukan kombinasi VIOLENCE dan gabungan dengan Core mereka sungguh sangat merepotkan L’Blenc yang mati-matian melindungi Satria yang berduka. Apalagi serangan lain dari abang beradik Eros dan Sheila yang dengan gigih memborbardir tubuh raksasa 8 meternya dengan serangan mematikan. Ditambah lagi serangan Iqbal menggunakan serangan Menggala berupa sepasang harimau putih.
L’Blenc menahan tembakan bertubi-tubi beberapa jenis serangan dengan sayapnya yang melindungi leher dan kepalanya yang menjadi sasaran melulu. Ia menyiapkan serangan balasan dengan mengumpulkan energi itu di mulutnya. Dikibaskannya ekornya untuk mengenyahkan sabetan benda tajam dari dua serangan pedang Slayer Eros dan Naga Agni Sheila.
“WRAAAHHHH!!!” aum naga Rustra itu saat tubuhnya mendapat terjangan kuat hingga keduanya berguling-guling menjauh dari Satria. Seekor naga besar lain bergelut dengannya. Moncong bergigi tajamnya menggigit bahu L’Blenc. Mendapat serangan baru ini, membuatnya urung menembakkan bola energi dari mulutnya yang sudah disiapkan barusan.
Perlindungan yang dibuatnya disekitar Satria jadi terbuka karena ia dipaksa menjauh. Ia meradang dan memukuli naga Jaw-Flame milik Ron. Tangannya yang kokoh menghantam leher gempal naga api itu. Naga lawannya lalu bermanuver masih menggigit bahu L’Blenc dan memaksakan kakinya yang dominan untuk menjejak. Menginjak kepalanya! Kakinya yang lain menginjak kaki belakangnya hingga sebelah sayapnya juga terhimpit beban massa tubuh lawan.
L’Blenc makin meradang mendapat kuncian mematikan. Cengkraman rahang kuat Jaw-Flame di bahunya dan pijakan berat di tubuh memaksanya untuk berbuat nekat. Ditembakkannya saja energi yang tercekat di lehernya ke tanah.
“BLAARRRR!!!” ledakannya melempar tubuh Jaw-Flame menjauh dari posisi submission itu. Naga api itu mendarat mudah walau dalam kepulan asap dan api. Ditepisnya koyakan daging bahu L’Blenc dari mulut lalu menerjang kembali naga Rustra itu berusaha bangkit. Perhatiannya terpecah antara junjungannya, Satria dan serangan berbahaya Jaw-Flame.
Naga api milik Ron itu melompat dengan mudahnya menggunakan sepasang kakinya yang kuat dan bukaan mulut lebar berkat rahang yang kuat. “CLAB!!” katupan mulut penuh gigi runcing itu mencabik ruang kosong karena L’Blenc menghindar dengan memutar tubuhnya. Ekor gempal lagi panjangnya menerjang deras. Jaw-Flame bukanlah naga sembarangan. Ia juga punya serangan seperti itu dengan ekornya yang juga menjadi andalan serangan.
Dirundukkannya tubuhnya, tau kelemahan serangan semacam ini. Alhasil ekor L’Blenc juga menerpa ruang kosong. Sekonyong-konyong Jaw-Flame melonjak hingga punggung penuh sisik tebal itu menghantam bagian belakang tubuh naga raksasa itu. Berguling L’Blenc mendapat serangan penuh perhitungan itu. Tubuhnya mendarat kasar di bumi Australia.
“BLAARR!!” bagian perut L’Blenc meledak terkena serangan bola api panas dari Jaw-Flame. Mau tak mau ia harus berguling dengan tak rela karena ia makin menjauh dari Raja Agung-nya, Satria yang sendirian. Berguling ia untuk menghindari tembakan susulan dari moncong besar sang naga api.
“WRAAAGGGHHHH!!!” aumnya makin meradang marah. Naga Rustra terakhir ini mengamuk sejadi-jadinya. Tujuan hidupnya mendapat tantangan berat. Ia hanya tau untuk melindungi Raja Agung hingga rela ditato dibagian lidah agar bisa hidup abadi dengan bayaran ditukar dengan suaranya. Sekarang ia mampu bersuara sejak menikah dengan Nyi Sukma dan kekuatannya menurun. Ia semakin frustasi.
“SATRIAAAA!!! AVANT RIDER MODE!!!” serunya dengan raungan penuh putus asa.
--------​
Satria yang saat itu sedang dikeroyok kembar lima+Eros+Sheila+Iqbal, yang berusaha keras menembus energi murni pelindungnya, tiba-tiba mendengar raungan temannya, sang naga Rustra.
Dengan cepat keduanya membentuk AVANT RIDER MODE, bentuk terkuat yang pernah mereka ciptakan kala memasuki dunia digital. Bentuk naga humanoid raksasa berwarna merah itu kini menghadapi Jaw-Flame. Kini kekuatannya tak tertandingi lagi karena bahkan gabungan dua naga Jaw-Flame dan Wingasaur Creptacite yang menjadi Double Dragon saja sudah dikalahkan Satria sendirian.
Bogem kuat mendarat cepat di pipi kanan Jaw-Flame, membuat naga api andalan Ron itu terbanting melayang, berguling beberapa kali membentur tanah keras. Serangan brutal tak berhenti sampai disitu karena tendangan lutut melesat cepat berbentuk kepala seekor singa.
Itu SHADOW STRIKE!
Jaw-Flame yang susah payah bangkit untuk berdiri tegak mendapat serangan susulan. Tubuh besar dan gempalnya terbanting lagi mendapat ledakan serangan tendangan jarak jauh itu. Raungan kesakitannya membahana saat tubuhnya melayang dan jatuh berdebum lagi. SHADOW STRIKE susulan terarah padanya lagi. AVANT RIDER MODE mengejarnya. Ron mengejar memotong arah serangan dengan menghunus pedang Matahari-nya untuk menolong naga Menggala miliknya.
“Bayu BAJRAAAA!!!” muncul bantuan tak jauh dari sana. Hembusan angin kencang menghajar naga humanoid itu. Tubuhnya terdorong melenceng dari jalur lompatannya sehingga serangannya juga menjadi luput. Sheila masuk ke pertarungan raksasa ini penuh percaya diri. Ia siap dengan bermacam ilmu kesaktian yang sudah dipelajarinya dari Naga Agni, Menggala Suba dan Menggala Wasi-nya sekaligus.
“Oom Ron! Kita berikan lawan yang sepadan dengan Satria! QUINT!!!” seru Sheila menunjuk kebelakang. Terjadi ledakan-ledakan disana. Lalu lima buah cahaya berwarna-warni mendahului mereka. Biru muda, merah, hijau, putih dan kuning.
Kelima cahaya itu menumpuk menjadi satu cahaya besar dan mengambil posisinya masing-masing. Cahaya biru muda membentuk tubuh, cahaya merah membentuk kaki kiri, cahaya hijau membentuk tangan kiri, cahaya putih membentuk tangan kanan dan cahaya kuning membentuk kaki kanan. Ia memiliki pelindung bahu di kanan dan kirinya.
Tak gentar dengan siapapun yang menyerangnya, AVANT RIDER MODE berwarna merah ini menerjang QUINT yang baru terbentuk. Bentuk maskulin dari kelima remaja kembar itu dengan tanggap menangkis serangan itu.
“Kita jadi penyerang cadangan, oom... Begitu ada kesempatan... kita serang lalu mundur... Bang Eros juga sedang menyiapkan raksasanya...” terang Sheila yang tubuhnya masih terlindungi Armor keemasan Naga Agni itu. Adu pukulan terjadi antara AVANT RIDER MODE versus QUINT. Pertarungan antar saudara sepupu ini berlangsung mengerikan. Hembusan angin yang tak wajar bertiup sana kemari. Ron menyiapkan Jaw-Flame untuk sewaktu-waktu bertarung lagi dan mengawasi. Naga api merunduk mencari kesempatan menyerang dengan kecepatan melompatnya yang luar biasa.
Eros sedang mempersiapkan PUPPET MASTER-nya. Karena ia pada dasarnya tak punya boneka yang tepat untuk pertarungan ini, jadinya ia memodifikasi salah satu boneka andalannya, Unlimited Two: Slayer. Boneka yang masih berbentuk wanita utuh itu dibedahnya pada bagian punggung untuk menambahkan unsur-unsur baru yang memungkinkannya untuk berubah besar. Selesai, dijahitnya kembali bekas pembedahan darurat itu lalu mencabut deretan puluhan jarum yang digunakannya untuk menahan lesakan energi yang memenuhi boneka modifikasi ini. “Maju... NEXT SLAYER!!”
Menyusul tercabutnya jarum terakhir, Slayer mulai berubah. Seperti sebuah balon mendapat tambahan pompaan angin, tubuhnya membesar. Membesarkan kepala, tangan, badan kemudian kaki dan merangsek maju mengimbangi pertarungan dua raksasa yang sudah bertarung duluan.
Adu serangan antar AVANT RIDER MODE dan QUINT masih terjadi. Pukulan kuat penggabungan Satria dan L’Blenc itu berkali-kali menghantam muka dan dada QUINT. Pun demikian juga cakaran tangan kanan dan kiri QUINT berkali-kali menerpa tubuhnya. Ditambah tendangan penuh tenaga dari kedua kakinya.
Sebuah tendangan berputar menghantam pipi kanan disusul drop kick mampir di bahu kanannya, ini tendangan Tae Kwon-do yang dilakukan Hellen yang membentuk kaki kanan QUINT. AVANT RIDER MODE sampai berlutut di kaki kirinya menahan serangan kuat ini.
Saat QUINT akan menyapukan kaki kanannya lagi ke pipi lawan, tubuhnya ditubruk sesuatu hingga terlontar menjauh ke sebelah kiri. Dari bentuk tubuhnya, itu adalah AVANT RIDER MODE lainnya. Kini ia menggunakan DOUBLE kembali dan bermaksud bahu-membahu menyerang QUINT.
Tetapi tidak karena ia mendapat serangan dari Next Slayer. Sabetan pedang besar itu menyayat tubuh keras humanoid naganya. Kelincahan boneka raksasa modifikasi Eros ini mendesak tubuh awal AVANT RIDER MODE.
Percikan serpihan tubuh penggabungan Satria dan L’Blenc terjadi saat ia menangkis sabetan pedang Next Slayer dengan lengannya. Walau Satria sudah menerapkan HARD SHELL SKIN TAURUS, boneka itu terus merangsek dan membabatkan pedangnya terus menerus. Sekali waktu AVANT RIDER MODE berkesempatan melepaskan tendangan lutut SHADOW STRIKE yang dielakkan boneka raksasa itu.
“Ahh... Slayer-ku?” kaget Eros melihat kejadian berikutnya. Muncul satu AVANT RIDER MODE baru hasil DOUBLE yang menangkap Next Slayer dari belakang, menahan kedua tangannya dengan pitingan lewat ketiak boneka itu. Alhasil pedangnya tak bisa dipergunakan. Menyusul tendangan SHADOW STRIKE yang tak dapat dielakkannya. Tubuhnya jatuh ke bumi dengan keras. Lalu mendapat pukulan pamungkas setara pembelah batu raksasa sekelas Ayers Rock. Satria tak pernah sempat menamai kekuatannya ini. Padahal ia dahulu pernah sempat memakainya saat menghadapi keroyokan banyak orang saat tawuran sesaat sebelum mengenal Silva dan Silvi (QUEST#3). Pukulan dahsyat yang membuat lubang besar di aspal, membalik beberapa mobil dan menaklukkan banyak orang sekaligus. Ini kekuatan terakhir TAURUS!
“JJDAARRRR!!!” ledakan dahsyat terjadi berikut serpihan pecahan bumi yang rengkah dan bahan pembentuk Next Slayer raksasa.
Sekarang ada 3 AVANT RIDER MODE yang terbentuk. Dua yang berdiri berdekatan dipisahkan retakan bumi yang terlihat mengkhawatirkan itu, dan satu yang masih bertarung dengan QUINT. Dari gesture kedua mahluk raksasa yang menganggur itu, sepertinya mereka akan bergabung menyerang QUINT bersamaan.
Inilah yang mengerikan sekaligus menyebalkan dari penggunaan DOUBLE BEOWULF ini. Melemahkan satu saja Satria dalam bentuk AVANT RIDER MODE, mereka sudah susah payah dan sampai sekarang belum berhasil, mengobankan boneka raksasa Next Slayer yang hancur lebur, belum lagi dua sosok lainnya.
“KALA WI-SEEE-SAAAA!!!” aum Sheila melepaskan satu jurus andalan mengerikannya ini. Bola besar berbentuk blitz merah kebiruan melesat cepat. Jurus bernama Kala Wisesa ini dengan cepat menyelubungi tubuh raksasa AVANT RIDER MODE dalam api kegelapan ini. Apinya dengan cepat menjalar ke beberapa sudut tubuhnya dengan cepat.
“BLAARRR!!!” tubuh keras yang dilindungi HARD SHELL SKIN TAURUS itu meledak akibat api Kala Wisesa.
Satu AVANT GARDE menjadi ladenan Sheila sementara satunya diterjang Jaw-Flame. Setelah terjungkang jatuh terkena serudukan naga api milik Ron itu, naga itu berlari berkeliling dan menembakkan bola apinya tanpa ampun.
AVANT RIDER MODE berkelit dengan cepat tak terlihat lagi. Gawat! Ia mulai memakai MARVELOCITY yang memungkinkannya bergerak sangat cepat. Jaw-Flame bukan tandingannya kalau masalah kecepatan. Naga yang mengandalkan larinya berkat sepasang kaki kuat, terpental ke udara dengan menyedihkan. Dihantam berkali-kali oleh kelebatan bayangan merah yang membantainya. Ron cemas melihat naga Menggala-nya itu jadi bulan-bulanan pukulan AVANT RIDER MODE.
“Mundur, Ron!!” sambar Iqbal yang menjauhkan adiknya dari serangan brutal AVANT RIDER MODE setelah Ron menarik mundur naganya dari serangan mematikan berkecepatan super tinggi itu. Keduanya bergulingan lalu berlari menjauh dan berpencar.
AVANT RIDER MODE itu beralih untuk menyerang Sheila yang juga kerepotan menghadapi serangan raksasa bagiannya. Tiap kali pukulan tak bisa dihindarinya, ia membloknya dengan sebuah pukulan serangan kuat jurus Bradja Musti. Walau bisa menahan bogem raksasa itu, tak urung membuat tubuh Sheila terdorong dan terbanting di tanah keras.
“Uhh... Tega bener kamu, Satriaaa...” keluh Sheila yang terpuruk di rengkahan bumi yang diciptakan oleh benturannya ke bumi. Armor Naga Agni di tubuhnya meremang panas oleh serangan barusan. “Naga Agni... Gimana, nih?”
“Harus-------Satu-------Mengajarkanmu-------Jurus-------Aku-------Baru-------PALUH SEBRANG!!” sahut Naga Agni yang tampaknya ikut merasa terdesak dan mengajarkan satu ilmu kesaktian baru bagi Sheila bernama Paluh Sebrang.
Telapak tangan kanan Sheila tiba-tiba bercahaya kuning keputihan menyilaukan. “Wow? Gimana cara makenya nih, Naga Agni?” kata Sheila masih terpana pada tangannya. Untung ia masih sempat melompat menghindari satu curahan kaki raksasa yang bermaksud menginjaknya.
“Bagian-------Sentuhkan-------Ke-------Raksasa-------Tubuh-------Itu-------Melumpuhkan-------Akan-------Bagian-------” sahut Naga Agni.
Tanpa banyak tanya atau pikir lagi, dengan antusias Sheila mencoba kesaktian barunya. Ia berjumpalitan, terbang melompat menghindari pukulan tangan dan injakan kaki raksasa AVANT RIDER MODE. Ia mengincar tangan kanan raksasa Satria yang dominan menyerang. Kesempatan emas!
BRAAKK!!
Sambaran cepat menghempas tubuhnya dari raksasa AVANT RIDER MODE satunya. Kembali ia membentur tanah dengan kasar. Ceruk dalam di tanah terbentuk saat ia membentur bumi lagi.
“Uhuk! Uhuk!” Sheila terbatuk-batuk mendapat hantaman barusan. Ada darah yang keluar batuknya. “Beneran bisa lumpuh gak ya?” gumamnya sambil berusaha bangkit.
Ternyata saat di-tackle AVANT RIDER MODE pendatang baru itu, ia menyempatkan diri menyentuhkan tangannya pada bagian tubuh penyerangnya itu.
Kedua AVANT RIDER MODE saling berpandangan. Raksasa yang sebelah kiri berhenti bergerak super cepat karena bahu kanannya limbung tertarik gravitasi.
“Yes! Keren, nih jurus Paluh Sebrang... Tangan kanannya jadi lumpuh... Tapi ini jauh dari selesai! Hup! HEEEAAAA!!!” pikir Sheila menjadi bersemangat lagi mengetahui potensi jurus barunya ini. Ia mengacungkan tangannya pada siapapun yang akan bisa disentuhnya berikut.
“BRUKK!!” hantaman kuat menerpa Sheila. Ia mencoba menyentuh benda yang menghajarnya kali tanpa tau apa itu karena kedua AVANT RIDER MODE itu kini bergerak sama cepat dengan MARVELOCITY. Tubuhnya terlempar lagi tetapi masih ditempeli benda yang terus menggencetnya sampai membentur permukaan bumi kembali.
“Ughh! Sial... Ini cuma batuuu...” erang Sheila mengenyahkan pecahan bongkahan batu yang baru saja hancur berkeping-keping menghimpitnya di ceruk tanah. Debu tebal mengepul.
“JDAAAARRRRR!!!” pukulan dahsyat lainnya tanpa ampun menerpa tubuh berukuran manusia normalnya yang sudah cukup lama bisa bertahan menghadapi lawan berukuran raksasa. Dua raksasa AVANT RIDER MODE bersama menghajarkan pukulan pamungkas terkuat itu. Menggencet Sheila di tanah.
Satu pukulan raksasa itu bisa membelah dua Ayers Rock. Bagaimana kalau dua?
Bumi Australia merekah lebar membentuk jurang dalam. Menambah kerusakan-kerusakan yang sudah dilakukannya pada planet ini. Tubuh Sheila tenggelam dan jatuh di jurang buatan itu. Pada tempat yang gelap lagi dalam itu tubuhnya tersangkut. Untung kekuatan Armor Naga Agni selalu melindungi tubuhnya. Hanya saja gadis kuliahan itu sudah tak sanggup lagi mempertahankan kesadarannya.
Sesosok tubuh terlihat melompat masuk ke dalam rengkahan bumi itu bermaksud untuk menolong Sheila. Tubuh kekar itu diikuti oleh dua ekor harimau putih yang melompati dinding bumi berbatu-batu ini. Bisa dipastikan kalau itu Iqbal, ayah Eros dan Sheila sendiri.
“UNLIMITED THREE!! FLOATING MAGE! SLOW!!” teriak Eros yang sempat teralih perhatiannya akibat kekalahan telak adiknya barusan. Karena Sheila sedang disusul ayahnya, ia lebih baik meneruskan bertarung.
Boneka PUPPET MASTER-nya muncul mengapung. Ini adalah boneka penyihir dan ia langsung melakukan gerakan tangan itu, mengerahkan sihir untuk memperlambat gerakan cepat kedua raksasa AVANT RIDER MODE itu.
Ajaib! Kedua raksasa itu berlari seperti dalam gerakan slow-motion. Ekspresi kaget raksasa itu mendapati tubuhnya bergerak lambat sekali sekeras apapun ia berusaha bahkan dengan MARVELOCITY yang ampuh mempercepat gerakannya berpuluh kali lipat.
“BLINDING CONFUSE!!” seru Floating Mage setelah menggerak-gerakkan tangannya maju mundur lalu jari-jarinya mengembang lebar pertanda mantra sihirnya sudah selesai dibaca—serangan dilancarkan!
Kabut tipis menutupi bagian mata kedua raksasa AVANT RIDER MODE. Ini sihir Floating Mage yang mengerikan. Bila terkena sihir ini pandangan akan terganggu dan juga bingung sekaligus. Tidak tau siapa di depan, lawan atau kawan?
Dua raksasa AVANT RIDER MODE bergerak lambat dan juga buta sekaligus bingung.
“WATER 10!!” seru Eros menginstruksikan pada Floating Mage untuk meneruskan serangan sihirnya. Serangan sihir elemen air level tertinggi. Tangannya segera melebar dan serangan dilancarkan.
Air yang ada di permukaan tubuh AVANT RIDER MODE dikeringkan dan di dalam tubuh dikeluarkan sampai pada level dehidrasi. Uap air yang terbentuk lalu ditambahkan dengan pengembangan air yang diserapnya dari lingkungan. Tubuh kedua raksasa itu mengkerut luar biasa aneh seperti batang kayu kering.
PUFF!!
Kedua raksasa AVANT RIDER MODE itu tiba-tiba menghilang di tengah proses siksaan jurus sihir Water 10. Dan tiba-tiba lagi tubuh mungil Floating Mage yang mengambang menyiksa kedua lawannya hancur berantakan tanpa bentuk dilanda sesuatu yang menyambar cepat.
“Astaga!!” kaget Eros dan berusaha melindungi kepalanya dengan tiarap. Sesuatu itu adalah satu raksasa AVANT RIDER MODE baru. “Ini gak akan ada habisnya! Tiap kali didesak hampir kalah... Satria tinggal menarik tubuh itu dan membentuk tubuh DOUBLE baru!! Dia jadi tak terkalahkan!!” umpat Eros yang bersembunyi di balik gundukan tanah gersang. Bumi semakin rusak. Langit merah. Awan hitam bergulung-gulung menakutkan tanpa hembusan angin. Kelompok burung-burung terbang menjauh. Suasana semakin kacau.
Eros hanya bisa menyaksikan bagaimana satu skuadron pesawat tempur Royal Australian Air Force menembakkan misil-misil dari perut besi F/A-18 Super Hornet. Satu skuadron yang terdiri dari 6 pesawat tempur itu melintas cepat. Misil meluncur cepat dan menghantam tubuh AVANT RIDER MODE dengan ledakan-ledakan luar biasa.
Ini mungkin apa yang bisa diselamatkan RAAF akibat ledakan gelombang elektromagnetik beberapa saat lalu. Dari 24 unit F/A-18 Super Hornet yang mereka miliki hanya 6 yang bisa mengudara kali ini.
Semua misil mengenai sasaran tetapi tak berakibat apa-apa pada raksasa itu. Balasan dari AVANT RIDER MODE sungguh membuat gentar, sebuah panah raksasa dimunculkannya di tangan kirinya. ARCHER SAGITTARIUS! Sekeras apapun manuver mengelak yang pilot-pilot Angkatan Udara Australia itu lakukan tak bisa menghindari akurasi mumpuni ACCURACY.
Ledakan-ledakan terjadi di udara dari jatuhnya keseluruhan pesawat jet tempur itu. Moga-moga saja kesemua pilot dapat selamat dengan parasut.
 
========
QUEST#13
========​

Abah Hasan yang gagal menyadarkan Satria dari dalam pikirannya sedang meneliti jasad Carrie.
“Semua karena kematian gadis bule ini... Maulana itu sangat mencintainya... Semua perjuangannya jadi sia-sia... Padahal ia sudah berusaha keras... Tapi apa karena gadis ini saja ia rela menghancurkan semuanya?” pikir Hasan Ibrahim sambil memandang pada ledakan-ledakan dahsyat pertarungan yang tak begitu jauh darinya.
Satria meninggalkan begitu saja jasad Carrie di tanah saat dipanggil L’Blenc untuk bergabung dan menjadi AVANT RIDER MODE tadi. “Ia masih mau mementingkan naga itu dan meninggalkan gadis yang sudah mulai dingin ini...” Abah Hasan sepertinya mendapat ide yang bisa membatalkan kiamat ini. Kiamat yang bisa membinasakan kita semua. Bermula dari kehancuran benua terkecil ini yang pastinya akan merembet ke belahan bumi lainnya...
--------​
“Alamakjang!! Dah mangkin ancur aja-ah tempat ini!” kaget Kojek yang baru tiba usai mengekor jurus Bayangan Bunga Bujur milik Iyon. Sebuah jurang menganga membelah dua pertarungan yang masih tersisa. Dua raksasa AVANT RIDER MODE sedang bertarung dengan lawannya.
AVANT RIDER MODE versus QUINT masih berlangsung.
AVANT RIDER MODE versus Eros mendekati akhir.
“Ron ada di sana... Kalian cari Abah Hasan... Serahkan keris Ki Anom Purbo ini padanya... Pasti dia tau cara menggunakannya!!” sergah Buana memindah tangankan keris jelmaan seekor burung perkutut bermata merah itu pada Iyon lalu melesat menyusul saudara kembarnya—pedang Bulan terhunus.
Eros mengeluarkan UNLIMITED ONE-nya, SONIC BEAMER. Selagi mengendalikan boneka berbentuk manusia salju pemancar gelombang sonik itu, Iqbal melindunginya dengan gigih. Ayah dan anak bahu membahu bertarung. Senjata dua tongkat yang digabung menjadi satu itu dipukulkannya tiap kali gempuran pukulan AVANT RIDER MODE menerjang. Berkali-kali ia terbanting keras tapi bangkit lagi berkat kekuatan fisiknya yang memang di atas rata-rata.
Sonic Beamer akhirnya beraksi. Pancaran gelombang itu mengganggu gelombang otak dua raksasa AVANT RIDER MODE yang sedang giat bertarung. Gelombang ini hanya ditujukan bagi gabungan Satria dan L’Blenc hingga memberi keunggulan bagi QUINT yang tadinya mulai kewalahan. QUINT kini di atas angin.
Serangannya menjadi bersemangat kembali melihat lawannya mulai kewalahan mendapat gangguan yang tak terlihat ini. gelombang-gelombang pengacau mental ini terus disebarkan Sonic Beamer.
Bergulingan AVANT RIDER MODE setelah mendapat tendangan bertubi-tubi dari QUINT. Raksasa jelmaan Satria dan teman naganya itu meraung-raung kesakitan sambil memegangi kepalanya yang sakit bukan buatan. “MAS SATRIAAAA!!! SADAR, MASSS!! INI KAMI!! SADAR, MASS!!!” teriak QUINT memanggil-manggil saudara sepupu mereka itu yang masih larut dalam luapan emosi kesedihan mendalam dan bermetamorfosis menjadi amukan penghancur dunia.
Getaran-getaran di seluruh penjuru dunia mulai intensif terasa. Beberapa konstruksi bangunan yang tak bagus planning-nya mulai goyang. Beberapa malah sudah rubuh dengan menggenaskan.
Status darurat mulai diberlakukan secara global menyusul berbagai bencana yang terjadi. Bendungan-bendungan raksasa mulai bocor, gedung-gedung pencakar langit melakukan prosedur evakuasi, masyarakat diminta menjauhi garis pantai untuk menghindari tsunami, pengungsian besar-besaran dilakukan untuk menyelamatkan umat manusia, arus lalu lintas menggila oleh gelombang pengungsian, kepanikan terjadi besar-besaran. Dunia menjadi kacau akibat CALAMITY.
KACAU!!!
--------​
“AAAHHHHHH!!!” teriak AVANT RIDER MODE sudah mirip auman kematian. Rasa frustasi Satria sudah mencapai puncaknya. Gangguan gelombang pengacau mental sudah dalam taraf sangat mengganggu. Membuatnya tak bisa berfikir dengan nalar.
Ia jadi bingung apa yang telah terjadi lalu merasakan sakit itu lagi di kepalanya. Mencari-cari alasan atas apa yang seharusnya dilakukan. Dalam frustasi, AVANT RIDER MODE yang berhadapan dengan Eros, Iqbal dan Sonic Beamer, nekad melompat—menerjang sesakit apapun serangan pada kepalanya. Padahal matanya gelap dan nafas berat. Tapi naluri bertarungnya menuntunnya untuk sapu bersih apapun yang ada dihadapannya.
“HIAAAAAAAAAHHHHH!!!” aumnya bergerak brutal dan berhasil menerpa benda yang menjadi pusat penderitaannya. Ia berhasil menabrak Sonic Beamer yang hanya bisa berdiri mematung. Boneka berbentuk manusia salju besar dengan topi dan hidung wortel itu hancur berantakan menjadi serpihan salju yang segera meleleh.
Kemudian AVANT RIDER MODE itu jatuh ke bumi begitu saja lalu menghilang. Tinggal satu AVANT RIDER MODE yang tersisa yang masih dipaksa QUINT untuk sadar.
“AAKKKHH!!” raksasa itu menusuk sisi kiri kepalanya dengan gabungan jari-jari tangan kirinya yang menghitam. Itu VENOM SCORPIO!
Apa yang dilakukannya? Menyembuhkan diri sendiri?
Mendapat gelagat tak bagus, QUINT melompat mundur dan menjauh dari Satria. Ia menyuntikkan senyawa serum untuk mengenyahkan sakit kepala yang disebabkan gelombang sonik Sonic Beamer yang sudah dihancurkan penggandaannya barusan. Segera ia mengetahui kalau tubuh satunya sudah menarik diri.
Ia lalu memamerkan gigi runcing di mulut naga humanoid penggabungannya dengan L’Blenc, naga Rustra terakhir dari dunia Mythral. Rasa sakit kepalanya berangsur sembuh berkat VENOM itu. Ia seperti mendapat vitalitas baru sebagai tambahan bonus.
Jari tangannya berubah menjadi cakar-cakar panjang dan kurus berkuku tajam. Ini TRANSPORTER! AVANT RIDER MODE menerjang maju dengan senjata baru. Sabetan cepat menghantam tubuh QUINT tak terbendung. Ganas adalah yang pertama kali terpikir lalu kata BRUTAL!
QUINT yang berbaring di tanah tak berdaya tetap mendapat serangan cakar TRANSPORTER itu. Kelima gadis remaja pembentuk QUINT itu hanya bisa menjerit-jerit kesakitan mendapat serangan membabi-buta itu.
“BONNKK!!
Sebuah serangan tiba-tiba menghantam muka AVANT RIDER MODE. Tendangan seorang manusia biasa. Hanya saja alas kaki yang dipakainya yang terlihat ganjil. Sepasang bakiak berwarna merah dengan motif norak berbagai stiker yang ditempelkan tumpang tindih. Ada stiker Nirvana, Pearl Jam, stiker daun singkong, stiker Bob Marley, dan berbagai macam lainnya yang biasanya ditempel di bodi motor atau mobil. Tapi old school.
Pria itu lalu menghilang setelah terlihat melemparkan sesuatu. Sebatang korek api yang menyala. Muncul tiba-tiba entah dari mana seorang pria lainnya yang memakai topeng gas yang selang udaranya tidak terhubung ke cadangan udaranya hingga selang itu melambai-lambai. Disemprotkannya gas dari tabung kecil di punggungnya itu. Tabung gas yang juga ditempeli banyak stiker norak.
Reaksi berantai terjadi menyusul semburan gas itu. Ledakan dahsyat terjadi sampai mampu menjungkalkan tubuh raksasa AVANT RIDER MODE ke belakang.
Pria bertopeng gas itu juga secara mengherankan menghilang seperti raib begitu saja. Menyusul lompatan tinggi seorang pria yang membawa semacam tali di tangan kirinya. Bukan tali, lebih tepatnya cambuk!
Saat AVANT RIDER MODE masih kelabakan akibat ledakan dahsyat yang tak wajar barusan, pria itu menyabetkan cambuknya, melibat tubuh raksasa itu. Melibatnya hingga tak bisa bergerak.
Hei? Bagaimana bisa cambuk sependek itu bisa melibat hingga membelenggu tubuh raksasa sebesar AVANT RIDER MODE ini? Apa alat-alat yang dipakai tiga pria barusan itu bukan benda biasa? Tiga? Apakah mereka Trio Ribak Sude?
AVANT RIDER MODE berusaha keras melepaskan cambuk yang mengikat tubuhnya. Seharusnya ia bisa melepas bahkan memutus belenggu setipis itu dengan kekuatannya, tapi tidak bisa! Ia terus berjuang di atas tanah.
“MAULANA! LEPASKAN NAGA ITU!!” teriak Abah Hasan yang entah dari mana sudah berada di atas dada raksasa AVANT RIDER MODE. Di tangan kanannya ia memegang keris Ki Anom Purbo. Keris kecil berlekuk tiga itu berwarna kelabu dengan corak logam hitam berbercak seperti bulu burung perkutut.
“WRAAAHHHH!!!” aumnya tak perduli, tak mau menurut.
Mendapat jawaban itu, Abah Hasan menyabetkan keris itu ke dada raksasa itu. Ada desir angin kencang dan suara seperti denting logam yang terputus dari tambatannya. Berikutnya pria bertubuh tambun itu melakukan gerakan seperti menendang.
“BUUGGHH!!” sesuatu terpental dari tubuh AVANT RIDER MODE dan mendarat jauh ke sebelah kiri raksasa yang tak lagi berupa gabungan Satria dan L’Blenc.

L'Blenc Fighter Mode
Naga humanoid itu terbaring tak sadarkan diri. Tubuhnya lalu ditarik untuk dievakuasi oleh tiga orang anggota Ribak Sude.
Yang ada kini hanyalah Satria berbentuk raksasa berkat penggunaan GIGA FORM TAURUS-nya. Ia masih meradang mengamuk tetapi tak bisa memutus cambuk aneh yang membelenggunya.
“MAULANA!! SADARLAH!! KAU TAK BISA TERUS BEGINI!! KAU HARUS MEMIKIRKAN ORANG LAIN!! JANGAN TERPAKU PADA KESEDIHANMU SAJA!! JANGAN EGOIS!! KAU LAKI-LAKI!! SEORANG LAKI-LAKI!!!” teriak Abah Hasan kuat-kuat sambil terus mengacungkan keris Ki Anom Purbo ke arah Satria.
Agresi Satria memang berkurang. Rontaannya berkurang. Perlahan tubuhnya mengecil ke ukuran normal. Masih terbelenggu cambuk yang mengikuti ukuran tubuh yang ditahannya.
“Jangan pergi Carrie...” kalimat itu yang pertama kali keluar dari mulutnya. Ia berbaring. Berbaring dalam dukanya. Ia masih berbentuk CONQUER-nya yang persis sama dengan bentuk CHARM dan CRAVE-nya. Tokoh Max yang pernah dipakainya untuk menyamar di petualangannya di Fireday Productions dulu.
“Kesedihan tak akan membawamu kemana-mana, maulana... Itu tidak akan menyelesaikan apa-apa... Kau harus terus berjuang... “ ujar Abah Hasan masih berdiri mengangkangi tubuh Satria. Pemuda itu memejamkan matanya menolak menerima apa yang sudah terjadi.
“Hidup ini tidak bisa selalu menuruti apa yang kita mau... Tidak! Hidup tidak semudah itu... Tak segampang itu... Kau masih muda... Masih banyak yang harus kau alami untuk menjadikanmu manusia yang sesungguhnya... Jati dirimu...” terus orang tua itu menasehatinya.
“Kalau kau meneruskan ini... Banyak yang akan kau korbankan... Keluargamu... Orang-orang yang kau sayangi... Teman-temanmu... Tempat mereka tinggal...” kata Abah Hasan melakukan beberapa kali gerakan kecil dengan keris di tangannya. Berbagai kristal berwarna keluar tanpa bisa dicegah dari tubuh Satria. Kemudian beberapa sosok tubuh berdiri mengitari mereka. Lelaki itu mundur dan memberi ruang pada banyak sosok itu untuk merapat.
“Satria...? Satria...” panggil salah satu sosok itu.
“Nining?” cepat-cepat ia membuka matanya mengenali suara itu. Bangkit. Tapi tak ada Nining di sana. Melainkan SUB-HUMAN FORM ZODIAC CORE SCORPIO. Beserta yang lainnya. SUB-HUMAN FORM 12 ZODIAC CORE berdiri mengelilingi CONQUER Satria. Plus ROSE DROP, UNDINE DROP, JYNX DROP, BEOWULF, dan BLACK SWAN.
“Apa yang terjadi padamu, Satria? Kami sangat takut terjadi sesuatu padamu...” suara Nining keluar mulut SUB-HUMAN FORM Scorpio. Sepertinya suaranya disalurkan melalui saluran khusus ke bekas Core miliknya ini.
“Nining?”
“Saat ini kami sedang mengungsi, Satria... Untung kami bisa berkumpul... Dengan mobil pemberianmu aku bisa berkumpul dengan yang lain...” lanjutnya. Suara Nining secara telepatis bisa disalurkan lewat SUB-HUMAN FORM Scorpio.
“Apakah ada yang salah, Satria? Kami takut sekali... Ini seperti mau kiamat...” giliran A Fang berbicara lewat SUB-HUMAN FORM Cancer.
“A Fang... Aku-aku...”
“Apa yang terjadi, Satria? Ini semua sangat mengerikan... Kau ada dimana sekarang ini?” sergah Fantina alias Ana lewat SUB-HUMAN FORM Sagittarius.
“Aku sudah memanggil GOD MAESTER CORE... Aku sudah memintanya menyembuhkan Carrie... Aku ke Australia... Aku menemukan Carrie... Sudah tidak ada...” susah payah Satria mengatakan itu semua.
“...” hening karena mereka mencoba mencerna apa maksud Satria dengan ‘sudah tidak ada’.
“Carrie sudah tiada...” cetus satu suara lewat SUB-HUMAN FORM Rose Drop. Itu suara Susan alias Arc-Rosa.
Bumi bergetar lagi menambah parah kerusakan yang sudah ada di planet ini ketika air mata Satria menetes lagi. Ia duduk berlutut meratapi nasibnya.
“Apa??” terdengar suara-suara kaget dari yang mengenal Carrie atau tepatnya mengetahui permasalahannya.
SUB-HUMAN FORM Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Scorpio, Sagittarius, Capricorn, Aquarius dan Pisces refleks maju merapatkan diri dan memeluk tubuh Satria. Mereka bertangisan bersama Satria. Mereka tau persis apa yang dirasakan Satria. Sisanya tetap berdiri berkeliling.
Suara-suara parau tangisan para wanita itu terdengar bersedih bersama Satria. April, Jessie, Silva-Silvi, A Fang, Nining, Fantina, Safriani, Maria dan Desi.
“Kesedihan Satria bisa menyebabkan kehancuran dunia ini... Kalian harus tau ini...” terdengar suara Andin lewat SUB-HUMAN FORM Undine Drop-nya.
“Kiamat, dong?” sergah Desi mengangkat kepala SUB-HUMAN FORM Pisces. “Jojo... Jojo dalam bahaya!” ingat perempuan itu tiba-tiba panik.
“Jojo? Siapa Jojo?” heran yang lain tak familiar dengan nama itu. Mereka semua mendongakkan kepala ingin tau. April, Jessie, Silva-Silvi, A Fang, Nining dan Fantina mungkin sudah saling mengenal lewat arisan tetapi info baru ini tak mereka ketahui. Apalagi mereka belum mengenal Safriani, Maria dan Desi.
“Jojo?” Satria tersadar. Wajahnya tak lagi sedih melainkan khawatir sekarang. “Jojo dalam bahaya!” bangkit pemuda itu.
“Bukan cuma Jojo, Satria... Kami semua juga dalam bahaya, tau?” kata Desi dari SUB-HUMAN FORM Pisces-nya.
“Nining... Sari, Titik... Jessie... Aya! April... A Fang... Mbak Desi... Mbak Emi... Fantina dan... Della sebentar lagi menikah... Silva-Silvi... Velinda... Maria... Mama... Papa... Puti-Dewi... Semua... Semua dalam bahaya...” sadar Satria mulai terbuka kepala bebalnya dikabuti kesedihan setelah mengingat siapa-siapa saja yang bakal terkena imbas kejadian ini. Bukan cuma orang-orang tersayangnya, seluruh dunia terkena imbasnya.
Ia memandangi semua ZODIAC CORE yang mengerubunginya, mengingat semua asal Core istimewa itu berasal. Pemilik aslinya...
“Maulana... Sudah sadar, kah? Ini yang ana peringatkan waktu itu...” muncul Abah Hasan kembali mendekat. Beberapa SUB-HUMAN FORM Core memberinya jalan.
“Abah Zia?” kaget Satria mengenali lelaki paruh baya itu.
“Bertanggung jawablah... atas apa yang sudah kau sebabkan... Bumi ini sudah diambang kehancuran...” terang Abah Zia. Muka Satria menjadi sangat gusar.
“Hancur? Aku penyebabnya? A-aa...” tak bisa lagi ia mengeluarkan suara. Yang tertinggal darinya hanya rasa bersalah. Ia terduduk di atas tanah gersang.
“Tapi kau bisa memperbaikinya, maulana...” kata Abah Zia memberi solusi.
“Maulana bisa memerintahkan bumi ini untuk kembali ke kondisi semula... Batu-batu... Tanah... Air... Berbagai gas... Api... Semua yang sudah maulana suruh untuk ikut bersedih denganmu bisa disuruh kembali ke asalnya...” jelasnya.
“Bisa?” kaget Satria memperhatikan sekelilingnya. Sekeliling lingkungannya hancur berantakan. Jurang-jurang menganga dalam mengeluarkan asap beracun dari perut bumi. Lava pijar mencari jalan untuk mencapai permukaan. Langit terang benderang kehilangan filter pelindung ozon. Awan tercerai berai terbakar matahari. Panas terasa menggelegak.
Ia lalu teringat akan Carrie. Ia lupa dimana ia meninggalkan jasad Carrie. Meninggalkan alasan ia menyebabkan kegilaan ini. Kehancuran ini. CALAMITY ini.
“Ini CONQUER itu, abah Zia?” sergah Satria baru ingat. Otak lemotnya gak kira-kira lambat di situasi seperti ini. Skala prioritasnya mulai bekerja. Bahkan akan bertambah kematian-kematian lain seperti Carrie kalau ini terus berlangsung.
Lelaki itu hanya perlu mengangguk.
Tak terkira rasa bersalah yang kembali menyergapnya. Hanya karena satu kematian... Yang pastinya sudah ditakdirkan... Ia membuat masalah yang luar biasa besar. Sampai-sampai mengancam keberlangsungan eksistensi planet bumi dimana semua orang yang disayanginya tinggal. Seberapa besar dosa dan rasa bersalah yang harus diembannya.
“Maafkan aku sudah mengakibatkan semua ini... Hanya karena keegoisan kepala otak bego-ku ini... semua jadi susah...” ia menunduk meminta maaf pada semuanya. Mewakili permintaan maafnya pada dunia.
Mereka menggangguk memaafkannya.
Satria lalu bangkit—berbalik dan merentangkan tangannya ke atas, berkonsentrasi dan menatap tajam pada langit yang benderang. Seolah menatap sebuah cermin besar yang memantulkan apapun yang akan disampaikannya pada seluruh bumi.
“SEMUA KERUSAKAN YANG TERJADI... SEMUA YANG HILANG... SEMUA YANG TERLEPAS... SEMUA YANG MENGUAP... SEMUA YANG MELEBUR... SEMUA YANG TERBUKA... KEMBALI PADA KONDISI AWAL... KUPERINTAHKAN!!! KEMBALI PADA KONDISI AWAL!!!”
Bumi terasa bergetar lagi. Sepertinya roda-roda gigi yang lepas dari tautan kembali ke tempatnya semula. Sistem-sistem yang membentuk bumi ini kembali ke kodratnya. Bentuk-bentuk alami yang sempat melebur kembali ke sejatinya. Awan kembali menutupi atmosfir beserta ozon pelindung yang sempat menghilang.
Yang paling dekat terlihat adalah jurang-jurang menganga lebar lagi dalam yang ada di sekitarnya. Bekas pukulan-pukulan berbahaya yang langsung dilakukannya pada bumi Australia ini. Jurang-jurang itu menutup, menyatu—rapat seperti sedia kala. Begitu juga dengan terbelah empatnya Urulu alias Ayers Rock. Batu prasejarah itu menyatu kembali menjadi sebuah Remarkable Peeble di tengah daratan luas itu.
Seperti ada ribuan tangan-tangan mikroskopis yang bersalaman, menyatukan semua kerusakan. Pecahan kecil menjadi pecahan sedang, pecahan sedang menjadi pecahan besar, pecahan besar menjadi bentuk raksasa. Sebuah tombol Replay luar biasa besar telah ditekan. Mengulang kembali semua apa yang terjadi balik kembali pada kodratnya.
--------​
Satria menatap kosong pada gelapnya malam langit Australia. Ia belum pernah pergi jauh sampai kemari. Lingkungan yang awalnya hancur di sekitarnya sudah kembali normal. Jurang-jurang dalam yang membelah bumi sudah tak ada lagi. Semua kerusakan sudah kembali normal.
Kalau ia seorang penjahat dan ada sistem bounty seperti di OP, kepalanya pasti sudah tentu akan dihargai tinggi melebihi seorang Yonkou. Mengingat tingkat ancaman yang bisa disebabkannya pada seluruh dunia.
Ia dibiarkan saja duduk begitu saja untuk merenungi apa yang sudah diperbuatnya. Air mata di pipinya sudah kering. Matanya masih merah. Nafasnya masih tenang walau enggan. Untung saja itu adalah kebutuhan dasar manusia untuk bernafas. Apalagi jantung tetap berdegup tanpa bisa dikendalikan.
Kalau mengikuti maunya, mungkin sudah disuruh berhenti itu jantung untuk berdetak menyebarkan darah ke sekujur sirkulasinya. Membawa energi dan oksigen demi keberlangsungan hidup satu individu yang... pastinya sedang galau abis ini.
Angin dingin bertiup berdesau-desau menyapa apapun yang ada di pelataran lahan luas Australia. Terik di siang hari dan dingin di malamnya. Suasana masih sunyi. Bahkan ekosistem malam seperti puasa untuk berkeliaran di kegelapan kali ini. ‘Satu malam gak makan gak akan mati ini...’
Jauh dari Satria yang duduk sendiri, rombongan para petarung yang sudah mati-matian mencegah Satria melakukan amuk mengerikan tadi sedang duduk-duduk bercengkrama di depan api unggun besar untuk mengusir dingin. Ada yang mengobati luka dan cidera atau hanya sekedar berkenalan dan bercerita.
Ada dua kelompok di sekitar api unggun. Kelompok anak-anak muda berkeliling mengerumuni kehangatan api unggun. Sedang pada orang tua agak menjauh. Duduk bersila dan berunding.
“... Carrie sudah diserahkan pada keluarganya... Yang ada di sana hanya ibu dan adik perempuannya... Mereka sangat menangis sedih... Nicole gak berhenti menangis...” kata Sheila yang telah mengantar jenazah Carrie bersama abangnya, Eros menggunakan salah satu bonekanya.
“Mbak Putri pasti juga sedang nangis di rumah... Carrie, kan teman baiknya...” ingat Diva.
“Jadi mas Satria gimana?” tanya Aphrodite yang mengacak-acak bara api agar tetap membara, mengalahkan dingin.
“Papa dan yang lainnya masih berunding... Sementara ini mas Satria masih dibiarkan sendiri dulu...” jelas Hellen. “Yang pasti semua Core di dalam tubuhnya dikeluarkan... Untuk jaga-jaga kata kakek-kakek gemuk—yang namanya Abah Hasan itu...”
“Dikeluarin semua? Semua ZODIAC CORE-nya?” ulang Athena.
“Ya... Semua koleksi Core Satria... Ya ZODIAC CORE... ya Core istimewa lainnya... Kasarnya disita... Kecuali dua Core pribadinya... Nantinya Satria bakalan disuruh milih XOXAM atau VOXA... Dua-duanya sama-sama berbahaya sih sebenernya... Tapi gak tau apa bisa hanya dipakai satu aja...” jelas Sheila.
“Mas Satria make satu Core pribadinya hanya waktu menggunakan MULTIPLICITY itu... Pasti gak bisa, mbak Sheila... Mereka keliru...” kata Hellen hendak bangkit dan menjelaskan pada para orang tua yang masih dalam perundingan bagaimana menghadapi Satria ke depannya. Tepatnya adalah percobaan berhasil Satria untuk memakaikan satu Core pribadinya pada tubuh penggandaannya saat menggunakan MULTIPLICITY sewaktu masa petualangannya. Yang selalu dipakainya untuk menjalani kehidupan normalnya sehari-hari. (Kebanyakan tercakup dalam Side Quest)
“Gak usah dijelasin, Len... Mereka lebih paham masalah itu...” cegah Eros agar Hellen tidak mengganggu perundingan.
“Maksudnya supaya mas Satria gak ngamuk lagi nantinya, ya?” tanya Aphrodite masih belum paham.
“Susah, ya? Abisan... yang bikin mas Satria bisa kayak gitu kan karena dua Core pribadinya itu... XOXAM sadis abis bisa buat mas Satria jadi MIGHTY LORD... Lah VOXA lebih gila bisa ngejadiin mas Satria jadi CONQUER begitu... Untung aja bisa disadarin...” kata Venus menghitung-hitung kekuatan sepupu cowoknya itu.
“Serba salah sih...” desah Diva termangu tak habis pikir. Ia melirik pada posisi Satria duduk membelakangi semua. Jauh dari mereka dan sendiri dengan pikirannya.
--------​
“Sebenarnya percuma saja kalau semua Core ini kita tahan sementara Core pribadinya yang paling berbahaya... Dua malahan... BLACK CORE dan WHITE CORE itu...” kata Ron. Di depan mereka tersebar 12 kristal ZODIAC CORE dan beberapa Core istimewa lainnya (ROSE DROP, UNDINE DROP, JYNX DROP, BEOWULF dan BLACK SWAN)
“Kita juga gak bisa mengambil salah satu Core pribadinya itu begitu saja, kan?” kata Iqbal. “Kita tidak tau apa akibatnya kalau kita melakukan itu...” lanjutnya.
“Apa gak ada cara kita bisa mengawasi Satria dari menggunakan dua Core-nya itu? Entah dikunci... disegel atau dihilangkan sama sekali kekuatannya...” tanya Buana sangat putus asa. Ia merasa sangat bersalah karena kealpaannya. Ia sangat terbebani dengan rentetan kejadian ini.
“Itu sangat tidak bijaksana, Buana... Dulu kalian juga pastinya seperti maulana Satria... Walau mungkin kalian belum pernah sampai mengakibatkan malapetaka seperti ini...” kata Abah Hasan sambil terus menghitung zikirnya. Perlu kejernihan jiwa untuk menjawab tantangan ini.
“Keris Ki Anom Purbo tidak sama efeknya pada Core Satria... Kalau pada Menggala... ini bisa memutus hubungan sumpah... Pada Core Satria hanya melepasnya secara paksa dan bisa balik lagi seperti sedia kala...” kata Abah Hasan.
“Ente betiga ada ide gak, Ribak Sude?” beralih ia pada ketiga pria yang sepertinya mulai mengantuk menyamarkannya dengan terpekur.
“A-aa...” Aseng gelagapan karena disenggol Kojek yang tersadar duluan.
“Kami cuman tau ngeribak (hajar) aja, bah... Kalo disuruh mikir banyak-banyak... palaku bisa tambah tipis, bah...” melas Aseng mengelus rambut depannya yang memang sudah tipis.
“Seng-Seng... Lae, kan pemikirnya Ribak Sude... Kasih ide dikit aja-la...” kata Kojek menepuk-nepuk bahunya supaya temannya gak bikin malu kelompok trio mereka.
“Buntu otakku...” jawabnya malah malu-maluin dan memeluk kakinya di udara malam yang dingin.
“Tapi kalo kupikir-pikir, bah Hasan... Si Satria ini sebenarnya bisa menahan dirinya kalau gak terlalu berat masalahnya... Macam waktu diculik OSSR itu... Itu sebenarnya udah cukup parah, kan?... Tapi dia membuktikan diri sanggup gak meledak kek sekarang ini... Kalok seperti ini... siapapun pasti gak kuat-la...” kata Iyon ikut urun suara.
“Berarti kita harus memperbaiki mental, maulana dulu...” putus Abah Hasan. “Setelah tarung dengannya sebentar tadi... Satria sama sekali gak punya dasar ilmu bela diri apapun... Gerakan bertarungnya hanya insting berkelahi yang asal-asalan... Seperti tawuran di jalan yang gak ada aturannya... Hanya saja karena kekuatannya yang sangat besar sehingga kita kerepotan...”
Mereka semua mengangguk membenarkan.
“Ente belum pernah mengajarinya ilmu bela diri ente kan, Buana?” tanya Abah Hasan. Buana menggeleng.
Abah Hasan tersenyum lebar mendapat jalan yang cukup bagus.
--------​
“Bagaimana perasaanmu saat ini?” tanya Buana pada anak lak-laki satunya yang lagi galau berat ini. Ini sebenarnya pertanyaan retoris banget karena pastinya Satria sangat sedih.
“Sedih, pa...” jawabnya sekenanya saja. Hanya agar tidak dibilang gak sopan karena gak ngejawab pertanyaan orang tua sendiri.
“Yaah... Wajar, deh kalo kamu sedih...” kesah Buana lalu duduk di samping Satria dan mencoba menempatkan dirinya sedekat mungkin. Memandang langit gelap yang sama dengan yang dilihat Satria sedari tadi. Mencoba memahami apa yang dirasakannya.
Satria hanya diam. Gengsi kalau tiba-tiba menangis lagi di depan papanya.
“Kalau papa dalam posisimu saat ini... papa pasti bakalan mengamuk juga... Sangat tidak adil memang... Tapi memang hidup ini tidak adil...” kata Buana mencoba memberi nasehat dengan suara lirih lalu terdiam sebentar mengumpulkan kata-kata.
“Papa paham kalau Satria sudah sangat berusaha keras... Setahun itu tidak mudah... Tapi begitulah hidup, Satria... Apa papa pernah cerita tentang asal-usul papa dan oom Ron?” kata Buana mencoba menyampaikan satu contoh kasus yang kira-kira berkorelasi.
Satria hanya menggeleng. “Papa dan oom Ron anak kakek Suryawan, kan...”
“Tidak begitu persisnya... Satria pernah ketemu dengan yang namanya oom Indra, kan?” tanya Buana.
“Yang ada di Shanghai?” ingat Satria.
“Ya... Oom Indra yang itu... Oom Indra itu adalah abang kandung papa yang sebenarnya... Bukan oom Iqbal atau oom Ron sekalipun...” jelas Buana membingungkan.
“Heh?” heran Satria. Ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan papanya ini.
“Oom Ron juga punya adik kandung—cewek... Namanya Tante Hanny... Kenal juga, kan? Yang tinggal di Bandung... Bingung, kan?” tambah lagi Buana tentang cerita aneh ini.
“Bukannya itu sepupu-sepupu papa?” tak habis pikir Satria mendengar penjelasan papanya ini. Sedikit melupakan kesedihan yang masih menggumpal di dadanya.
“Masa muda papa juga menyedihkan loh, Sat... Seperti juga oom Ron... Oom Iqbal dan tante Elisa... Kami bukan kehilangan kekasih sepertimu... Kami bukan kehilangan teman... Tapi keluarga... Orang tua dan saudara...”
Buana memandang jauh ke langit yang gelap dengan taburan bintang membentuk ratusan konstelasi. Terbayang ia akan masa lalunya yang pahit. “Itu jauh-jauh lebih menyedihkan dari pada kehilangan pacar, kan?” kata Buana hampir tergelak selesai ia membandingkan penderitaannya dengan anaknya saat ini.
“Kenapa Satria baru dengar cerita ini, pa? Apa yang terjadi sebenarnya?” kaget Satria mendengar seiris kecil fragmen kehidupan orang tuanya yang ternyata jauh memilukan dari pada apa yang kini dialaminya.
“Jadi kepo gitu... Penasaran, ya?” goda Buana untuk melihat sedikit senyum di wajah anaknya yang sedang bersedih itu.
“Yah... Cerita pake ngentang sih, pa? Yang tuntas napa?” rengut Satria pura-pura tak antusias lagi mendengar ceritanya.
“Ha-ha-ha... Becanda-becanda, Satria... Gini... maksud pembicaraan kita ini adalah agar kamu tau kalau ini semua adalah cobaan... Ujian... Pengalaman... Tragedi jangan diambil sisi negatifnya aja... Selalu ada sisi lain di balik ini semua... Contohnya papa dan oom Ron... Kehilangan keluarga dengan tragis... kami malah mendapat keluarga baru... Wah... Kami berdua hari itu juga bertarung abis-abisan... Saling menyalahkan... Wush-wushh... Ancur-ancuran deh pokoknya...” jelas Buana yang sebenarnya masih kentang banget informasinya. Masih diberi secuil aja.
“Ya... Itu ceritain yang itu, pa... Ceritanya gimana...” Satria malah tambah gemes karena papanya malah ngulur suasana agar Satria tambah penasaran.
“Apalagi itu... Waktu kehilangan Kara dan Tari... Wuuihh... Persis kayak orang gila kami berdua... Yah kurang lebih sama kayak Satria sekarang ini, nih...” tambah lagi Buana memberi bensin pada ceritanya yang kentang abis. Membuat Satria tambah kheki penasaran.
“Nah-loh! Siapa lagi tuh Kara dan Tari? Satria bilangin sama mama nanti, loh...” ancam Satria mendengar dua nama cewek asing di kehidupan masa lalu papanya.
“Ha-ha-ha... Bilangin sono... Mamamu juga udah tau persis ceritanya... Ha-ha-ha...” gelak Buana berhasil memancing anaknya agar kembali ceria.
--------​
“Jadi setelaaaah mengalami berbagai pengalaman dan cobaan sebanyak itu... jadilah papa yang begini ini.… Jauh dari kata sempurna sih memang... Tapi jauh lebih dewasa... Papa juga pernah muda seperti kamu sekarang ini... Penuh semangat... Membara-bara... Penuh cita-cita... Sekali kena masalah lalu mengkeret kayak krupuk kenak aer... Pernah... Papa pernah alami itu... Itu semua bagian dari hidup kita... Hidup ini penuh dengan masalah... Mau yang datang sendiri... Mau yang sengaja dicari-cari... Yang gak disangka-sangka... Tapi itu yang membuat kita terus berjuang, kan?” jelas Buana setelah menceritakan kisah masa lalunya. Petualangan-petualangannya.
“Trus... pelatihannya dimulai kapan, pa?” tanya Satria mengenai hasil keputusan perundingan beberapa orang tentang dirinya. Ia pasrah saja mengikuti pelatihan atas lebih pada rasa bersalahnya akan semua yang telah dilakukannya.
“Sebelumnya papa mau tanya dulu... Satria gak pa-pa kalau semua Core yang sudah dikumpulin sebanyak itu kami sita... ralat— simpan sementara sampai Satria siap?” tanya Buana agak formil sebagai perwakilan perundingan tadi.
“Gak pa-pa, pa...” jawabnya berat. Padahal dari itu semua ia bisa menggunakan bermacam-macam kekuatan yang sangat berguna bagi kesehariannya.
“Bener, ya... Gak apa-apa... Trus... Kami mau tanya juga... Apa bisa Satria hidup... hanya dengan satu Core pribadimu saja... Jadi hanya satu antara XOXAM atau VOXA?” tanya Buana jauh ke masalah yang lebih fundamental.
“Bisa, pa... Jadi Satria harus milih pakai XOXAM atau VOXA?” jawabnya lalu menunduk. Ia semakin yakin kalau ini adalah hukuman untuknya.
“Jadi... Satria mau pake yang mana? XOXAM atau VOXA?” tanya Buana lagi memandangi anaknya yang menunduk memandangi butiran keras tanah berumput jarang.
“XOXAM aja, pa...” jawabnya cukup cepat. Pilihan ini dibuatnya karena kasus teranyarnya ini karena hasil dari VIOLENCE INTRA VOXA. Lebih baik VOXA yang disita sementara.
“Bukan Satria... Ini bukan hukuman... Sama sekali bukan... Satria sadar sendiri, kan betapa besar kekuatan yang Satria punya? Tanggung jawab itu sangat besar untuk Satria tanggung...” potong Buana membaca air muka Satria yang menganggap ini semua sebagai hukuman.
“Latihan ini bertujuan untuk melatih fisik dan sekaligus mentalmu... Agar kau bisa lebih tangguh menghadapi berbagai cobaan... Dan bisa mengendalikan semua kekuatanmu...” tuntas Buana.
“Mengendalikan?” ulang Satria.
Jadi Satria akan mendapatkan semacam pelatihan ilmu bela diri yang disiplinnya diharapkan bisa menggembleng dan menempa fisik juga mentalnya sampai pada taraf bisa mengendalikan semua emosi yang berpeluang membuatnya meledak. Beberapa orang akan menjadi pelatihnya. Mulai dari trio Ribak Sude, papanya sendiri; Buana dan Ron, Iqbal hingga Abah Hasan juga lainnya.
“Ya... Mengendalikan... Satria sendiri yang harus mengendalikannya... Satu Core akan dikembalikan ke Satria setiap ada perkembangan yang signifikan... Gampangnya tiap kenaikan tingkat... Itu biasa di bela diri manapun... Biasanya sih pake sabuk berwarna... tapi untuk Satria kami pakai program khusus yang intensif... Paham, ya?” jelas Buana lagi.
“Paham pa...” jawab Satria masih berat.
 
Epilog

Satria menghadiri pemakaman Carrie di sebuah kompleks makam di Bloomingfield. Beberapa tetangga, kerabat dan sahabat keluarga itu hadir disana. Ayahnya pulang dari tugasnya di Johanesburg, Afrika Selatan begitu mendapat kabar tragedi ini.
Pendeta itu menyampaikan kata sambutannya kemudian mendoakan jenazah yang ada di dalam peti mati itu. Lalu diberi kesempatan bagi siapa saja untuk menyampaikan beberapa kata pengingat.
Nicole dan Mr. Steven Smith menyampaikan pidato singkat. Satria tidak bergeming dari tempatnya di barisan belakang. Ia memakai kaca mata hitam agar tak terlihat air matanya.
Masih terngiang-ngiang di telinganya semua kata-kata yang diucapkan Carrie dari rekaman terakhirnya yang belum sempat diunggahnya ke Youtube. Nicole menyerahkan iPhone Carrie padanya sebagai kenang-kenangan. Ia diarahkan khusus untuk menyaksikan rekaman terakhir itu.
”Hai, honey... Ini aku Carrie... Aku sudah ingat semuanya yang artinya kau sudah berhasil dengan GOD MAESTER CORE itu... Yeeea...”
“Sebelumnya aku mau minta maaf dulu... Terakhir kita berbicara aku malah menyalahkanmu karena kasus dengan Vivi Anne dulu... Aku salah... Itu semua salahku karena salah paham... Maaf ya, honey? Aku sudah cemburu buta... Aku tau bagaimana perasaanmu padaku... Perasaanku juga sama...”
“Selama disekap di ruang bawah tanah itu membuatku banyak berpikir... Seberapa besar rasa sayangku padamu... Kau banyak berkorban... Melindungiku mati-matian... Menyayangiku sepenuh hati... Tapi apa yang kuberikan padamu... Hanya sakit... Benci... Tak percaya...”
“Aku selalu tak percaya kalau kau bisa menjaga kepercayaanku... Cewek-cewek lain... Perempuan-perempuan itu bisa mengambilmu dariku dengan mudah... Kau selalu dengan mudah menyambut mereka dengan tangan terbuka... Tersenyum pada mereka... Dan... dan... Tubuhmu... Kau berikan semuanya pada mereka... Aku juga curiga kau menyerahkan cintamu pada mereka...”
“Tapi tidak... Aku salah... Kau lebih dari itu... Rasa cintamu yang terbesar kau berikan padaku... Hanya padaku... Aku merasakannya dengan terlambat... Aku hanya bisa menangis dan menangis di ruang bawah tanah itu... Tak ada yang pernah kusesali selain ini... Bahwa aku tak bisa membalas cintamu sebesar kau mencintaiku...”
“Dan sekarang... Kau sudah bertambah menderita sekarang... Kembali untukku... Sekali lagi hanya untukku... GOD MAESTER CORE itu pasti sangat menguras semua waktu dan energimu... Aku tak bisa cemburu lagi pada semua perempuan-perempuan hebat itu... Aku yakin kalau mereka juga mencintaimu... sayang padamu... Karena kau memang begitu, honey... Kau begitu mudah untuk dicintai...”
“Aku tau persis apa yang mereka rasakan... Honey-ku terlalu manis untuk diabaikan... Terlalu manis untuk tidak dicintai... Hanya mengenalmu saja sudah cukup membahagiakan... Walau seberapa menderitanya tak bisa memilikimu... Aku sendiri sangat asing dengan rasa ini... Semakin dipikir semakin aku tenggelam... Pasti itu juga yang mereka rasakan...”
“Satria, honey... Kalau ini semua sudah berakhir... Aku ingin mengenalmu lebih banyak lagi... Aku ingin bercerita padamu tentang diriku... Tentang masa laluku... Apa yang kurasakan... Apa rencanaku... Keluargaku... Saudaraku... Banyak... Banyak yang ingin kuutarakan...”

Carrie mengecup kamera iPhone-nya.
“Aku akan mengecupmu seperti itu... saat kita bertemu lagi... Aku merasa bersukur kalau kau mencintaiku sebesar aku mencintaimu...” lalu ia memandangi kamera dengan tersenyum semanis mungkin. Senyuman yang tak akan pernah dilihat Satria lagi selamanya.
“Itu yang paling penting saat ini... Tak ada yang lain... Sampai jumpa lagi, honey... Da-dah...” dan rekaman berhenti. Video player freeze pada frame terakhir dimana Carrie tetap tersenyum ke arah kamera. Beberapa lama Satria memandangi layar gadget itu tak percaya kalau itu adalah rekaman terakhirnya.
Carrie terakhir kali terlihat masih hidup dibopongan bahu pria bernama Phan yang sudah ditemukan tewas di dekat bangkai truk es krim yang dicurinya jauh-jauh dari pinggiran kota Perth. Itu terakhir kali ia terlihat masih bergerak. Satria menemukan jasadnya yang masih hangat di dalam ringsekan truk es krim itu.
Sempat ia merasakan luapan perasaan itu lagi. Sebuah pohon Oak di dekatnya menjadi sasaran bogem dan berlubang. Tangannya berdarah. Tapi hatinya lebih sakit.
Dipanggilnya nama Carrie pelan-pelan berulang. Ia tak akan pernah bertemu Carrie lagi.
“... Maaf... Kami baru tiba...” pungkas seorang wanita Kaukasian yang maju ke podium untuk menyampaikan pidato singkatnya. Satria terbelalak sampai harus merenggut kaca mata hitam yang menghalangi pandangannya.
“Sori Steven... Hai, Mike... Catherine... Bagi yang belum kenal... saya ibu kandung Carrie... Kami berpisah saat Carrie masih berumur 6 tahun...” jelas wanita itu yang masih terlihat kikuk dengan pakaian serba hitamnya. Mungkin terkena jetlag. Kacamata hitam lebarnya tak bisa menutupi kesedihan dari wajahnya. Rambutnya pirang dengan dasar gelap. Dari sana Carrie mendapat gen rambut itu pirang ternyata. Kulitnya juga putih yang kemerahan kalau terpapar sinar matahari langsung.
“Kami terbang langsung dari LA begitu semua kekacauan ini pulih... Saya memang ibu yang kurang becus mengurus keluarga—”
“Mom?” potong seorang gadis remaja mengingatkan ibunya untuk tidak membuat malu suasana berkabung ini. Ia berdiri mendampingi ibu kandung almarhumah Carrie dengan kikuk juga.
“My bad... Sori, honey... Terbawa suasana... Oh...” sadarnya lalu mengipasi wajahnya dengan jari. “Carrie selalu menjadi anak yang manis... Aku akan selalu mengingatnya seperti itu... Anak yang manis... Ia bisa menjaga adiknya... Yang hanya terpaut satu tahun darinya... Padahal ia masih begitu muda... Hah...” keluhnya. “Mengingatkan kita betapa rapuhnya hidup ini... Bla bla bla...”
Bukan. Bukan pidato ibu kandung Carrie ini yang membuat Satria terbelalak kaget. Bukan pada bentuk wajah ibunya yang bisa mengingatkan kalau ia sangat mirip dengan anaknya yang sudah tiada itu. Tetapi pada gadis di belakangnya itu. Berdiri dengan cuek walau memakai gaun hitam yang terasa kurang begitu pas di tubuhnya. Ia juga tidak merasa nyaman memakainya.
Cuek ia menyampirkan kaca mata hitam kegedean di atas kepalanya. Ia agak silau terpapar matahari yang tak begitu masalah baginya. Rambut pirangnya dipotong pendek sebatas leher. Ada sebuah plester di lehernya bekas luka atau malah cupang. Kukunya dicat hitam dan tas ransel kumuh yang dibawanya penuh dengan label pakaian yang dijahitnya sekenanya.
Juga bukan itu semua yang dilihat Satria. Bukan itu.
Tapi bagaimana mungkin wajahnya begitu mirip dengan Carrie...

TAMAT
 
wuihhhh sudah tamat...mantap suhu...lanjut terus karyanya suhuuuu....
 
akhirnya bisa tamat ..

selamat bang ryu atas selesainya cerbung Quest ..

di tunggu cerbung lainnya :D
 
aaahh gila suhu dahsyat banget ceritanya ane jadi kaya ngalamin sendiri semua kejadiannya
tetep berkarya suhu
"Next Quest" ditunggu
 
Selamat suhu ryu, udah namatin ceritanya.... di tunggu karya2 selanjutnya...
 
Mantap suhu. makasih banget cerita y. luar biasa. semoga suhu bikin terusan ceita sartia ni.
 
Mantab bngt ceritanya gan.ampe jadi baper nih.hahahaha

Dilihat Dr epilognya bakal ada lanjutannya nih suhu..*** sabar nunggunya.. tetep semangat suhu.2 thumb up dah buat karya" suhu...
 
Bimabet
Akhirnya tamat.sangat mendebarkan sekali ceritanya suhu dan dinanti sequel ketiganya.
Kayaknya yg dilihat itu kembarannya carrie....asyik..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd