Bagian 2
Mbak Miya
Perlahan lahan aku naikkan kepalanya yang tadi menempel di dadaku. Kutatap kedua matanya.
"Miyaa, apapun masalahnya. Menangis bukanlah solusi. Kamu boleh menangis, karena terkadang tangisan membuat kita merasa tenang. Tetapi jangan berlarut-larut". Kucoba menyemangati mbak Miya.
Mendengar kalimat itu tangisan mbak Miya pun berhenti sepenuhnya. Ia memandang wajahku lekat lekat. Tiba tiba ia mencium bibirku. Aku yang tak tau harus bagaimana. Lagi lagi terbengong. Huftt, dua kali aku terlihat seperti orang bodoh di hadapan mbak Miya.
Mbak Miya terus menempelkan bibirnya. Akupun mempelajari bagaimana mbak Miya dalam ciuman ini, dan kupraktekkan secara langsung. Enak juga rasanya, hehehe.
Ciuman kami bertambah panas ketika mbak Miya memasukkan lidahnya kedalam mulutku, seperti mencari cari sesuatu tetapi tidak kunjung ketemu. Kemudian kedua tanganku diarahkan ke buah dada kencangnya. Rasanya kenyal kenyal empuk gitu. Hehehehe.
Kuremas remas susu mbak miya, secara lembut. Lenguhan mbak Miya tertahan oleh bibirku. Ciuman kami berhenti ketika mbak Miya meloloskan jaket yang dikenakannya. Lagi lagi aku terpaku. Baru kali ini aku melihat buah dada wanita secara langsung. "Jangan diliat doang dong, kan susuku ini bisa dipegang, diremas, dijilat, dipilin. Pokoknya apapun yang kamu mau lakukan. Semua bisa". Ucap mbak Miya dengan bibir bawah digigit.
Keinginan untuk melakukan semua ucapan mbak Miya tiba tiba muncul. Dengan bermodal teknik learning by doing (belajar dengan melakukan) aku menerkam dua gunung kembar mbak Miya. Aku mencoba menyedot seperti seorang bayi yang menyusu. Menggigit gigit puting kanan dan puting kiri mbak Miya secara bergantian. "Shhhh, iyaa gitu zaa, terussshhh, ahh" ternyata mbak Miya suka digituin.
Akupun semakin bersemangat melakukannya. "Shh,stop dulu zaahh". "Kita ke pesisir duluhh". Ucap mbak Miya sambil menahan kenikmatan yang aku berikan. Aktivitasku pun terhenti.
-===========================-
Diantara pohon kelapa yang berjajar kami melanjutkan sesuatu yang sempat tertunda tadi. Kali ini celana dan celana dalamku dilepas oleh mbak Miya, tatapan matanya, semakin membuat Dede ku berdiri se tegak tegak nya. Mbak Miya terdiam sejenak.
"Kok ngelamun mbak?" "Eh, gapapa za, gede juga punyamu sesak deh kayaknya didalem nanti".
"Aku emut ya za" tanpa menunggu persetujuan dari ku Mbak Miya memasukkan Dede ku kedalam mulutnya. Kemudian mbak Miya menggerakkan kepalanya maju mundur. terkadang mbak Miya menyapu ujung Dede dengan jilatan lidah Sensasi nikmat menjalar ke seluruh tubuhku. Rasanya seluruh listrik yang ada di bumi sedang digunakan untuk menyetrumku. Hingga tanpa aku sadari, aku mendesah keenakan.
"Suka ya za?". Tanya mbak Miya disela sela emutannya.
Puas bermain main di dede-ku mbak Miya melepas sendiri semua pakainnya termasuk Celana dalam dan bra yang memiliki warna sama sama pink.
Setelah sepenuhnya "tanpa sehelai benang" mbak Miya tidur telentang. Dia memberi isyarat kepadaku untuk mendekat.
Sesudah didekatnya aku hanya diam mematung tidak tahu harus melakukan apa.
Mbak Miya yang paham akan hal itu segera meraih dede, dan mengarahkannya menuju vagina miliknya. Vagina warna pink dengan bulu bulu halus.
Perlahan tapi pasti Dede mulai melakukan penetrasi kedalam vagina Mbak Miya."ahhh, shh". Pekik mbak Miya.
Setiap Senti permukaan Dede terasa luar biasa ketika bergesekan dengan dinding vagina mbak Miya. 'Blesss'. "Mpfhh, biarin dulu ya, biar adaptasi dulu. Penuh banget rasanya".
Sedangkan aku, sedang sibuk menikmati sisi baru dari surga dunia ini.
"Lebih enak lagihh shh,kalo kamu majuhh mundurin loh zahh". Akupun mencoba memaju mundurkan dengan pelan. Bangsattt, ups maaf ngomong kasar. Kenikmatan yang kurasa bertambah berkali kali lipat.
"Ahh, ouhhhhhh, My God. Enakhh zaa! Cepetin lagihhh". Sebenarnya tanpa disuruh aku sudah berinisiatif menambah kecepatan. Buah dada mbak Miya naik turun bergoyang mengikuti irama, tanpa berlama lama aku melahapnya dan memainkan lidahku diatas puting pink agak kecoklatan itu.
Sedangkan kedua tanganku menjaga keseimbanganku agar tidak terlalu membebani mbak Miya. "Iyah, zahhh. Lebih dalem lagihhh. Ouhhh Sampek mentok zaaahhh".
Plok. Plok. Plok.
Ketika aku menusuknya lebih dalam. Bertambahlah kebisingan suara malam ini, yang tadinya hanya suara desahan mbak Miya. Kini pahaku dan paha mbak Miya ikut andil mengeluarkan suara. Seluruh tubuh kami bermandikan keringat, namun itu tak menyurutkan semangat ku untuk memaju mundurkan Dede. "Ahhh, zaaahh aku mau keluarrrrr". "Aku mau pipis mbaaakkh". Aku tidak menghiraukan ucapan mbak Miya. dengan polosnya tanpa menghentikan penetrasiku, aku mencoba menahan pipisku.
Aku memang merasakan sesuatu yang berbeda semenjak beberapa detik yang lalu.
Rasanya dede-ku dijepit lebih kuat dibanding sebelumnya. Puting mbak Miya pun semakin bertambah mengeras. "Ahhhhhhhhhhhhh" lenguhan panjang dari mbak Miya. Dede-ku rasanya diremas remas didalam. Aku yang tak tahan ingin pipis pun mengeluarkan semua isi Dede didalam vagina mbak Miya. Kira kira 5 kali tembakan. Setiap jeda tembakan memberikan kenikmatan lebih dari sebelumnya. Nafas kami berdua terengah-engah.
Ini adalah pengalaman pertamaku. Maka dari itu jangan heran jika sedari tadi aku sangat pasif. Karena aku benar benar gatau apa yang harus dilakukan ketika berhubungan badan.
"Fyuuu, huuu.. aku tadi pipis didalam gimana dong?". Aku panik
"Kamu nggak pipis za, itu namanya tadi kamu orgasme. Mengeluarkan sperma. Nah kalo aku tadi bilang keluar tadi itu aku juga mengalami orgasme". Setelah mendengar penjelasan mbak Miya akupun paham.
'Iya deng. Kan di pelajaran biologi juga ada, tentang bagaimana manusia berkembang biak. Eh, tapi tunggu. Apa nggak jadi anak nanti?' Batinku.
Aku yang penasaran ingin menanyakannya kepada mbak Miya. Tapi keberadaan mbak Miya tidak ada. Aku pun memakai pakaianku setelah semua baju menempel di tubuhku. Aku menengok kearah pantai.
bahkan perahu nya sudah tidak ada.
Kurogoh saku ku untuk mengambil rokok. Kusulut satu batang, sambil berjalan menuju rumah.
Malam malam begini memang lebih enak jalan kaki, lebih hemat daripada naik sepeda motor. Ketika aku sampai di perkampungan, suasana sunyi menyambut. Para penduduk terlelap ditemani mimpi mimpi mereka.
Sesampainya di depan rumah aku memilih memutar ke samping rumah dan menuju jendela kamar. Karena hari sudah larut.
Aku tidak berani masuk melalui pintu. Bukan karena aku takut mendapat sambutan kekerasan. Aku sudah terbiasa dengan itu. Hanya saja aku tak mau mengganggu ibu dan tetanggaku yang sedang tidur dengan suara suara bentakan bapak.
Rumahku terdiri dari 2 kamar tidur yang terletak di samping ruang keluarga dan satunya lagi disamping dapur yang mana itulah kamar milikku, dapur sekaligus ruang makan, ruang tempat menonton TV sekaligus berfungsi sebagai ruang tamu. Sedangkan kamar mandi berada dibelakang rumah terpisah dengan bangunan rumahku. Rumah ini merupakan peninggalan kakek nenek atau orang tua bapak. Sedangkan orang tua ibuku. Tinggal di kampung sebelah.
Aku tidak pernah mengunci jendela setiap akan keluar malam. Sebagai antisipasi jika saja aku pulang melebihi jam wajar " menurut bapak" sesampainya di dalam kamar kulihat jam pukul 23:00 setelah membersihkan diri di kamar mandi, aku merebahkan diriku di atas kasur berbahan kapuk.
Anehnya aku tidak merasa ngantuk sama sekali. Ku coba memejamkan mata namun aku tetap terjaga. Berbagai macam posisi telah aku coba agar aku merasa nyaman dan terlelap. Hasilnya nihil.
Kejadian di pantai tadi membuatku tidak bisa tidur. Padahal pagi pagi besok aku harus berangkat menuju stasiun kereta. Untuk mewujudkan cita cita dan mimpi mimpi ku.
Tik, tok, tik, tok.
Kulirik jam sudah menunjukkan pukul 1:00. Aku frustasi, ku putuskan untuk membuka buku buku pelajaran SMA ku dulu. Barangkali dengan sedikit membaca buku pelajaran aku bisa mengantuk.