Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Apa yang kita cari? (Perjalanan mencari jati diriku)

Here comes revenge
(Inilah pembalasanku)





Keisha Lavina zaida

"lu mau kan za? Bantuin gue". Tanya Keisha kepadaku.
Aku yang duduk didepannya pun bertanya balik. "Bantu apa?".
"Jawab dulu lah, mau apa enggak. Nanti juga lu tau sendiri kok". Ucap keisha agak memaksa.
Akupun memikirkan sejenak ajakan keisha. Kemudian aku mengiyakan permintaan Keisha tersebut.
Mendengar kesanggupanku untuk membantu kedua sudut bibir Keisha ditarik kebelakang. Menciptakan simpulan senyum yang sangat manis. baru kusadari pula, ternyata Keisha memiliki lesung pipi yang menambah keindahan dan kesempurnaan ciptaan Tuhan. Hehehe.


Tebak hari ini hari apa? Yap, hari ini hari Sabtu malam minggu. Angkringan bos buncit, itulah nama cafe yang kini aku dan Keisha berada.
Seperti perjanjian ku dengan Keisha kemarin.
Akan tetapi aku memutuskan untuk mengajaknya ke cafe setelah tadi dia menolak untuk kuajak jalan jalan kemanapun. Agak sedikit kecewa memang. Namun tidak apalah.
Duduk berdua di cafe bukan awalan yang begitu buruk untuk prosesku mendapatkan Keisha.
Cafe ini tidak berada tepat di pusat kota. Maupun dipinggiran kota.
Aku menemukan letak cafe ini saat aku dan Dea berkunjung ke pantai menikmati senja kemarin.

Desain cafe ini sangat menarik, bagaimana tidak, dengan lampu lampu yang bergelantungan di langit langit cafe yang berwarna kuning kecoklatan dengan meja, kursi dan dinding warna senada.
Menciptakan sensasi tersendiri bagi pengunjung, Rasa nyaman dan betah berlama lama disini.
Tak heran tempat ini di datangi banyak orang.
Hampir saja aku dan Keisha tidak mendapat meja. Untung saat kami sampai. Bertepatan dengan perginya dua orang yang sedang pacaran.
Apakah kalian tidak bertanya kemana perginya mereka? Kalian Bertanya tanya ataupun tidak, Aku tidak peduli. Itu urusan mereka kan? Hahahahaha

"Nah kan aku udah bilang iya. Sekarang kasih tau aku dong kamu minta bantuan apa". Tanya ku kembali.
"Udah diem. Banyak nanya". Ucap Keisha menyuruh aku diam.
Tak berselang lama Keisha bertanya kepadaku "za, lu tuh paling suka apa?". Tetap saja aku diam. Salah sendiri dia menyuruhku untuk diam.
Keisha yang paham dengan keisenganku ini segera mengambil lakban di tas miliknya. Kemudian ia merentangkan lakban tersebut dan menempelkannya ke mulutku. "Biar diem sekalian selamanya". Ucap keisha bersungut sungut.
"Emmmm,amummamumm" ucapku sambil menunjuk nunjuk lakban dimulutku. Tak lain tujuanku berbicara adalah meminta Keisha melepaskan lakbannya.
"Lepas sendiri lah. Manja bener". Kata Keisha dengan senyum geli.
"Umammmummmammooooommm". Kataku dengan tidak jelasnya.
Keisha yang penasaran atas apa yang ku ucapkan pun melepas lakbannya secara kasar. Alhasil, disekitar bibirku memerah. Untung bibir ku tidak sobek ah, sialan Keisha.

"Pelan pelan dong ngelepasnya" protesku.
"Gemes gue, disuruh lepas sendiri gamau". Ucap Keisha membela dirinya sendiri.
"Tanggung jawab lah kamu, enak aja kamu yang masang aku yang ngelepas". Protesku lagi lagi.
"Ya berarti serah gue dong mau pelan mau kasar ngelepasnya" jawab Keisha.
Akupun hanya diam tidak bisa membalas kalimatnya itu. Panas masih sangat terasa disekitaran mulutku.
Kulihat sekeliling apakah ada yang bisa kugunakan untuk meredam rasa sakit ini.
Akhirnya pandanganku berakhir di gelas minuman Keisha yang berisi es. Tanpa pikir panjang aku segera meraih gelas Keisha. Keisha yang tak tau apa yang akan aku lakukan hanya diam melihatnya.
Langsung saja aku memasukkan tanganku kedalam gelas Keisha dan mengambil es batu miliknya. Setelah aku mendapat 1 gumpalan es itu. Ku tempelkan es batunya ke sekitar area bibir. Brrrr, dingin sih. Tapi lumayanlah panasnya jadi agak berkurang.
"Ihhh, jorok amat sihh. Lihat nih minumku. Kotor. Mana aku masih haus lagi". Omel keisha sambil merebut gelas ditanganku.
"Ya mau gimana kei. Yang aku lihat cuma itu doang". Ucapku seadanya. Memang benar, karena aku memesan kopi.
Sedangkan Keisha memesan minuman "ocean blue" minuman bersoda warna biru yang dicampur dengan sedikit susu dan diberi krim kocok diatasnya.

"Udah ah, sekarang kita pergi. Lu anterin gue ke minimarket". Ajak Keisha kepadaku.
"Lah, ngapain ke minimarket?" Tanyaku.
"Mau beli lakban yang banyak buat ngelakban badan lu. Biar kayak mumi sekalian". Ucap Keisha.
Kejam juga Keisha ternyata. "Gamau lah, mana ada orang mau nganter orang yang mau mencelakakan dirinya". Tolakku
"Katanya lu mau bantuin gue? Udah yuk jalan keburu malem". Ajak Keisha.
Tanpa banyak bicara akupun segera membayar tagihan dan keluar dari cafe menuju minimarket.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.15 jalanan sudah agak lengang dengan kepadatan kendaraan yang lumayan.
Aku memacu siblack dengan agak kencang.
Sebenarnya aku tidak mau terlalu mengebut. Tetapi Keisha terus menerus memprotes diriku untuk mempercepat laju motor.
Akhirnya kuturuti saja dia. Daripada nanti denger omelannya lagi. Bisa bisa telingaku terus terusan mendengung dan akhirnya kemudian tuli akibat mendengar ocehan Keisha.
Akhirnya sampai juga di salah satu minimarket yang agak gede. Sebenarnya banyak minimarket yang lebih dekat dari cafe tadi. Tapi entah kenapa Keisha memintaku untuk mengantarnya kesini.
Keisha langsung menggandeng tanganku dan menyeret diriku untuk masuk kedalam.
Seperti anak kecil yang digandeng ibunya, aku hanya mengikuti kemanapun Keisha berjalan. Lagian siapa juga yang menolak kalau digandeng perempuan secantik ini. Walaupun nanti seretan Keisha berakhir di kuburan pun. Itu tidak akan membuat aku takut. Toh, jika ada hantu, aku dihantui bersama Keisha. Tidak masalah bagiku. Hahahahaha


Namun Keisha berhenti tepat di samping kasir dan mengambil keranjang belanjaan. Bukan berakhir di kuburan. Nampaknya Keisha akan membeli banyak sekali barang. Pikirku
Dia kemudian melanjutkan langkahnya menuju deretan Pylox dan mengambil satu kaleng yang berwarna merah darah.
Kemudian ia melanjutkan jalannya menuju tumpukan kaleng sarden. Kali ini ia mengambil 10 buah kaleng sarden.
Terus menerus ia mengambil satu persatu barang yang ia butuhkan.
Sesekali aku bertanya "buat apa?" Tetapi jawabannya tetap saja sama "nanti juga lu tau sendiri".
Akhirnya keranjang belanjaan dipenuhi dengan Pylox warna merah, 10 kaleng sarden, 3 kotak telur yang berisi 18 buah, 1 spidol permanen warna merah, dan 1 buah pencukur kumis lengkap beserta krim untuk mempermudah cukur kumis.
Kami menuju kasir dan membayarnya. Setelah itu Keisha memintaku untuk mengantarnya ke sebuah komplek perumahan.
Saat memasuki gerbang komplek. Satpam yang sedang berjaga tersenyum kepada Keisha. Kemudian mempersilahkan Keisha untuk masuk.
'Hmm, sepertinya Keisha sudah sering kesini. Buktinya satpam tadi tidak menaruh curiga sama sekali terhadap Keisha. Karena seingatku pasti setiap satpam penjaga komplek perumahan akan menanyai orang asing yang masuk. Sedangkan Keisha tidak' pikirku.

Keisha meminta ku menghentikan laju motor setelah sampai di salah satu rumah.
Kemudian ia menyuruhku untuk turun. Setelah kami sama sama turun Keisha mengajakku berjalan sedikit agak jauh terpaut 2 rumah dari tempat sepeda motorku berada.
Sebelumnya Keisha meminta ku untuk memutar balikkan arah motorku dan memintaku untuk tetap menyalakan mesin motor.
Didepan rumah yang dituju itu terdapat mobil sedan bermerek BMW X5 aku yang melihatnya hanya geleng geleng kepala. Bagaimana tidak itu mobil berharga 1.5 milyar.
Tapi tunggu, tampaknya aku tidak asing dengan mobil ini. Ku baca nomor platnya Z 817*EUS. Aku mengingat ingat nomor plat ini. Lama aku berpikir, oh iya, bukannya ini mobil pernah terparkir dikampusku.
Akan tetapi lamunanku tersadarkan oleh panggilan Keisha yang sudah siap dengan tangga besi yang ia angkat.
Entah, darimana ia mendapatkannya. Setelah itu Keisha mengajakku untuk naik ke salah satu kamar. Agak kesusahan aku naik, karena tangan kananku menenteng plastik kresek belanjaan tadi. Aku memandangi sekeliling kamar ini.
Warna pink mendominasi dengan hiasan boneka di segala penjuru. Hmm, nampaknya ini kamar wanita.
Kemudian Keisha menyuruhku untuk mengambil kaleng sarden dari bungkusan plastik yang ku bawa kemudian ia mengeluarkan dua buah pisau dari tas miliknya.
Satu ia pegang sendiri satu lagi ia berikan padaku. 10 kaleng sarden tersebut kami buka. Setelah itu Keisha membuka lemari baju dipojok Kamar ini.
"Mana kalengnya. Taruh samping gue semuanya". Pinta Keisha kepadaku. Setelah semua kaleng sudah disamping Keisha.
Keisha menuang ke sepuluh isi kaleng sarden tersebut ke lemari pakaian. Tak lupa ia melumuri baju baju yang tergantung di dalam lemari.
"Tunggu, kenapa kamu melakukan ini semua?". Tanyaku terheran heran. Aku yang dari tadi hanya diam dan mengikuti semua instruksi Keisha pun tak tahan untuk tidak bertanya.

"Lu percaya sama gue kan?". Tanya Keisha.
"Iya gue percaya. Tapi jelasin dulu ada apa, dan kenapa kamu melakukan ini semua". Ucapku meminta penjelasan.
Keisha pun menjelaskan permasalahannya kepadaku.
Tentang ia yang telah diselingkuhi oleh pacarnya, yaitu pemilik mobil didepan rumah ini. Hebatnya lagi, eh bukan hebat sih. Tapi gapapa deh pake kalimat hebat aja.
Hebatnya lagi, pacar Keisha berselingkuh dengan sahabat nya sendiri. Nama dari sahabat nya adalah Lisa.
Akupun terkejut. Karena pacar dari Keisha adalah Anto, pacar dari kak Nara. Aku mengetahui nya dengan persis setelah Keisha menunjukkan fotonya bersama Anto.
Dan terlebih yang membuat aku sangat sangat terkejut adalah, kedua sahabat Keisha yang lain mengetahui perihal perselingkuhan ini. Tetapi mereka semua diam tak mau buka mulut.
Hebat sekali bukan teman teman Keisha ini? Aku yang mendengarnya pun geram. Akupun marah.
Mungkin kemarahan ini didorong oleh rasa cinta ku kepada Keisha. Akupun menuang semua kaleng sarden yang tersisa.
Sedangkan Keisha mengeluarkan kertas berukuran A4 dan menulisnya menggunakan spidol merah yang tadi kami beli.
Kertas itu bertuliskan "SEHINA HINANYA PELACUR. IA TAKKAN MENIDURI PACAR SAHABAT SENDIRI!!!". Keisha menulis dengan huruf kapital semua dan ditempelkan menggunakan lakban di belakang pintu kamar Lisa. Setelah selesai kami kemudian turun kebawah.

Akupun bertanya apa langkah selanjutnya. Ia meminta kantong kresek yang kupegang dan mengeluarkan Pylox warna merah.
Ia menyemprotkan Pylox ke samping kiri mobil BMW X5 milik Anto.
Setelah puas ia mencoret coret tak jelas Keisha membentuk tulisan yang berbunyi "it's your girl, here comes revenge".

Keisha kemudian meminjam ponsel milikku. Ia mengetik nomor rumah yang baru ku ketahui itu nomor rumah milik Lisa. Ia loud speaker smartphone ku dan menekan tombol dial. Tuuut tuuutt tuuuttt, bunyi dialing dari smartphone ku. Tepat di Bunyi ketiga suara dialing berakhir. Telepon diangkat.
"Halo, dengan kediaman bapak Wito". Terdengar ramah sekali ayah dari Lisa menyapa.
"Bapak, saya mau bertanya, apakah anak bapak dirumah?". Tanya Keisha.
"Iya. Apakah anda ada keperluan dengan anak saya? Kalau ada tunggu sebentar. Saya panggilkan". Tawar ayah Lisa.
"Oh, tidak pak. Saya hanya ingin memberitahukan kepada bapak. Bahwa anak bapak sedang bersetubuh di halaman belakang rumah bapak". Ucap Keisha.
"Jangan bercanda kamu!". Teriak ayah Lisa.
"Ah, saya hanya ingin memberi tahu pak. Kalau bapak tidak percaya silahkan bapak periksa sendiri". Tepat setelah Keisha mengucapkan kalimat terakhir. Keisha menutup panggilan telepon.
"Kita hitung bareng za, sampe lima" ajak Keisha.
Aku hanya bingung tidak merespon kalimat Keisha. Belum sempat aku bertanya Keisha sudah berhitung sendiri.
"Satu..." Lampu kamar ayah Lisa menyala.
"Dua..." Lampu tengah lantai dua menyala.
" Tiga..." Lampu ruangan bawah menyala.
"Empaat..." Lampu disekitar rumah Lisa menyala.
"Limaaa..." Tepat hitungan ke lima Keisha membuka kamera di smartphone ku. Bertepatan pula berlari laki laki dari samping kanan rumah Lisa berlarian menuju mobil nya.
Iya, dia adalah Anto. Dia berlari dengan telanjang! Gila! Keisha pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini dengan mengabadikan momen tersebut. Foto demi foto sudah Keisha dapatkan.
Setelah Anto masuk ke mobil ia langsung menyalakan mobilnya dan memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Kami berdua tertawa melihat kejadian ini.

"Yuk, kita menuju ke target selanjutnya". Ajak Keisha kepadaku. Kamipun segera menuju rumah sahabat Keisha yang lain.
"Siapa saja nama sahabatmu?". Tanyaku ditengah perjalanan.
"Nama sahabatku? Gak penting juga. Lagian setelah ini mereka bukan sahabat ku lagi". Sinis Keisha.
"Yah, setidaknya aku tau siapa yang aku kerjain nanti". Ucapku.
"Yaudah, nama sahabatku itu Lisa, Maya, dan Genta". Jawab Keisha.
"Sekarang kita mau ke tempat Genta atau Maya dulu?".

"Kita ke kontrakan maya dulu". Ajak Keisha.
"Siap boss". Ucapku bersemangat. Kamipun segera meluncur kearah kontrakan Maya. Sesampainya di kontrakan Maya, Keisha mengeluarkan 3 kotak telur.
Kemudian ia mengambil nya 1 buah dan melemparnya ke halaman rumah Maya.
Akupun mengikuti apa yang dilakukan Keisha. Tidak terasa 54 buah telur telah habis kami lemparkan ke depan kontrakan Maya.
Bau amis telur menyeruak masuk hidung kami.
Namun, sempat sempatnya ia menyemprotkan Pylox ke pagar tembok kontrakan Maya.
Ia hanya menulis tulisan sederhana "pengkhianat!". Namun sedang asyik asyiknya menulis tetangga Maya yang nampaknya akan memasukkan motor kedalam rumah memergoki kami.
Ia berteriak menuduh kami maling. Dituduh seperti itu, kami berdua pun segera menaiki siblack dan pergi meninggalkan kontrakan milik Maya.


Tinggal satu tempat lagi. Kali ini tujuan kami adalah kos tempat Genta.
Entah dengan keberanian seperti apa. Kami memanjat pagar kos Genta.
Kemudian kami menuju kamar milik Genta. Dan voila! Kamar Genta tidak terkunci! Kamipun membuka pintu kamar Genta secara pelan.
Setelah didalam, Keisha mengeluarkan pencukur bulu kumis dan krimnya.
"Mau melakukannya?". Tawar Keisha dengan suara yang ia buat selembut mungkin.
"Apakah aman kei?". Tanya ku memastikan keadaan.
"Aku jamin semua aman, genta kalau tidur sudah seperti mayat, sulit sekali dia bangun". Ucap Keisha meyakinkan Ku.
"Dengan senang hati tuan putri" ucapku berlagak. Sebenarnya aku takut melakukannya. Takut bila bila Genta bangun dari tidurnya. Tapi tetap saja kulakukan.
Aku kemudian mengolesi kedua alis mata Genta dengan krim pencukur.
Setelah aku rasa merata. Aku menoleh kearah Keisha, ia sedang sibuk mencoret pintu kamar Genta.
Dengan hati hati akupun memutuskan mencukur alis mata milik Genta.
Hufft, akhirnya selesai juga sebelah alis milik Genta. Tinggal satunya lagi pikirku.
Tetapi alangkah malang nasibku. Genta terbangun dari tidurnya.
Aku yang sedikit panik, reflek memukul wajah Genta dengan keras. Agak keras sih. Aku hanya memukul wajahnya untuk memastikan dia pingsan, bukan untuk membunuhnya. Hahahahahaha.

Mendengar pukulan ku Keisha menoleh ke arahku. "Lu apain tuh anak?". Tanya Keisha " aku suruh tidur lagi. Heheheh". Ucapku.
Dengan tergesa gesa Keisha mengajakku keluar kamar Genta dan menuju siblack. Sama seperti tadi kami datang, kami pergi juga dengan memanjat pagar.
Tawa kepuasan menghinggapi kami. Rasa puas karena dendam terbalaskan pun tak terhindari.

"Kemana lagi kita tuan putri?". Tanyaku kepada Keisha.
"Kita ke jalan melati nomor 25 Gedung lunatix namanya". Jawab Keisha.
Gila! Ngapain lagi? Itu kan komplek perkantoran. Apalagi gedung lunatix. Siapa orang di daerah sini yang tidak tau gedung itu? Gedung yang terkenal dengan ketinggiannya yang mencapai 225,9 meter dengan 43 lantai.
Tapi hal hal gila sebelumnya aja diliakukan dengan mulus. Bukan tidak mungkin hal ini terjadi. Tapi pertanyaan ku, apalagi yang akan dilakukan Keisha.

"Parkir aja didepan. Gausah ke basement". Suruh Keisha.
Aku hanya mengikutinya. Kami masuk kedalam gedung.
Dimeja resepsionis duduk seorang lelaki berseragam satpam.
"Hai kei". Sapa satpam tersebut kepada Keisha.
Sebentar sebentar. Kenapa yang dikenal Keisha satpam semua ya? Tadi satpam komplek, sekarang satpam kantor ini. Apakah Keisha tergabung dalam aliansi satpam Indonesia? Hahaha "Hai juga, gue boleh pinjem lantai atas ga?". Tanya Keisha meminta izin.
"Milikku juga milikmu kei" ucap satpam tersebut sambil memberikan ID card miliknya untuk akses menuju lantai teratas.
Bukan keanehan sih, bisa saja satpam diberi akses ke semua ruang dan lantai dikantor ini. Sebagai jaga jaga bila terjadi sesuatu yang darurat yang memaksa tanggapan cepat dari satpam penjaga keamanan.
Tak lama kami kemudian naik menuju lantai 43. Selama didalam elevator kami saling diam. Tidak ada pembicaraan.
Sesampainya di atas keisha segera menuju ruangan yang berada di pojok samping panggung.
Sepertinya, ruangan teratas ini adalah semacam auditorium pertemuan. Hal itu ditandai dengan tidak ada sekat sama sekali di lantai ini.
Hanya ruang kecil yang berada di pojok ruangan yang sekarang dihampiri Keisha.
Berselang beberapa menit, terdengar lagu jazz memenuhi seluruh ruangan. Suara ini berasal dari pengeras suara yang menempel di tembok.
Bersanding dengan Air conditioner yang menggantung. Disisi yang lain atau sisi depan gedung, tidak ada tembok. Hanya kaca yang menjadi pelindung ruangan ini dari terpaan angin yang ada diluar.
Mungkin ruangan pojok itu tempat operator.
Keisha keluar dari ruangan itu dengan menari nari kecil. Ia kemudian menghampiriku dan mengulurkan tangannya.
"Wanna dance?". Tawar Keisha mengajakku berdansa
"with pleasure, tapi ajari aku ya?". Jawabku sambil menyambut tangannya.
Kamipun berdansa dengan leluasa ditempat ini mengikuti alunan musik jazz yang menggema.
Dengan telaten Keisha menuntunku untuk berdansa.
"Tadi kau hebat sekali kei, dimana kau mendapat keberanian seperti itu?". Tanyaku sambil tetap berdansa dengannya.
"Sejak kecil aku memang menyukai tantangan". Jawab Keisha dengan senyum.
"Betulkah? Apakah sepanjang hidupmu selalu dihiasi dengan adrenalin yang memacu seperti tadi?". Tanyaku kembali.
"Itulah yang aku rasakan sepanjang hidupku, sayang". Jawab Keisha.
Wait what? Keisha memanggilku sayang? Tak salah dengar kah aku? Apakah ini pertanda dia mencintai ku juga? Atau mungkin ini hanya ke geeran ku? Ah, entahlah. Aku tak mau berharap.

Tak terasa langkah kami berakhir di tepi ruangan. Jam di dinding menunjukkan pukul 1.15 malam. Kami berdiri didepan kaca, Keisha didepan tubuhku. Sedangkan aku memeluknya dari belakang.
Akupun menghela nafas dalam dalam. Wangi rambutnya masuk ke hidungku bersamaan dengan oksigen yang ku hirup.
Pemandangan penuh bintang dan kerlap kerlip lampu kota menyambut kami didepan sana "Kota ini seperti mati". Ucap Keisha kepada ku.
"Apa maksudnya kota mati kei?" Tanya ku.
"Kota mati adalah kita yang tidak memiliki penduduk sama sekali. Kota mati adalah kota yang hanya ada dalam peta. Sebenarnya keberadaan kota mati tidak ada. Ia hanya sengaja digambar agar mereka yang sengaja meniru peta karya orang lain dapat diketahui dengan melihat nama kota matinya. Setiap versi peta yang digambar orang yang berbeda. Memiliki nama kota mati yang berbeda beda". Jelas Keisha.
Aku yang mendengarnya seketika itu juga paham. Memang betul kota ini memiliki penduduk. Akan tetapi kota ini tidak memiliki sisi kemanusiaan. Itu pandangan Keisha setelah di perlakukan seperti itu oleh sahabanya.
Bukan pemikiran ku. Jadi jangan salahkan aku ya. Hehehe.
Kemudian kami saling berpandangan. Entah siapa yang memulai.
Kami saling melumat bibir masing masing. Disaksikan oleh bintang gemintang dilangit.
Apakah ini pertanda cintaku tak bertepuk sebelah tangan?

BERSAMBUNG
 
Selamat malam menjelang pergantian hari agan agan penghuni forum tercinta. Seperti yang saya katakan. Saya baru memiliki waktu untuk mengapdet cerita ini. Maaf beribu ribu maaf apabila fakta ini tidak berkenan di hati agan agan semua. Maaf beribu ribu maaf pula jika cerita ini kurang greget. Namun, bukan berarti saya tidak menerima kritikan agan agan semua. Jika ada kritik dan saran yang membangun saya pastikan akan saya tampung. Sekian dari saya.salam semprot!
 
Thanks lanjutan updatenya @Gladiator66

Makasih update lanjutannya hu :beer:


Nitip jejak huu

Ijin gelar tiker disini om @Gladiator66

Thanks Suhu.. baru tahu nih dah apdet.

absen lagi .........
Silahkan agan agan sekalian. Jangan sungkan sungkan untuk mampir. Terima kasih kembali kepada agan agan semua karena sudah berkenan membaca coretan saya yang tidak jelas ini
 
Makasih lanjutannya Oom @Gladiator66 ....

Kira kira Mbak Miya nongol lagi ga ya? Kali aja nongol sambil gandeng anak, si anak ketemu Reza trus manggil papah gitu.... Pinisirin ajah....
Alamak nglantur maning aku....huft...
Menarik sepertinya untuk ditunggu. Tetapi setelah membaca tulisan suhu ini. Reza menitip salam kepada saya isi salam nya kira kira gini "tidak ada yang tahu tentang masa depan. Saya juga berharap bisa bertemu mbak Miya. Lumayan dapat enak enak lagi. Hahahaha
Tapi saya nggak berharap mbak Miya punya anak dari saya loh yaa"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd