Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[DUEL KRIBO] December Rain

Bagaimana Pendapat Pembaca terkait thread Duel ?


  • Total voters
    17
  • Poll closed .

aryosh

Semprot Lover
Daftar
29 Jan 2013
Post
272
Like diterima
20
Lokasi
Jarene sih Kota Pahlawan
Bimabet
Peserta : Siapapun yang posting sebelum deadline.

Cerita Harus Karya Asli Penulis (tidak boleh copas cerita orang)

Rules :

1. Minimal 1000 kata.
2. Setting tema yang diambil adalah Hujan dan Bulan Desember, dengan Genre Utamanya Romance.
3. Nama panggilan tokoh utama adalah "Kribo".
4. Tidak melanggar Rules yang berlaku di SF Cerpan.
5. Batas posting adalah Senin, 12 Desember 2016 00:01 WIB.
6. Tanpa hadiah, tanpa hukuman, murni Just For FUN.
 
bikin villa dulu deh nunggu ada peserta yg rilis
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 

Lady Rain (XXX-Men SideStory)
Original story by: Rico Logan


Desember tahun ini curah hujan diperkirakan akan sangat tinggi, yang berarti adalah masa “panen” bagi Ki Kribo sebagai salah satu pawang hujan yang punya reputasi mumpuni kelas elite ‘tokcer’ terutama untuk kawasan Jabodetabek.


Beberapa permintaan ‘kelas kakap’ jasanya untuk event penting seperti lomba marathon, kejuaraan golf dan panggung hiburan sudah masuk. Tentu saja berikut daftar panjang permohonan ‘bantuan’ untuk acara hajatan pesta pernikahan.

Nama aslinya di E-KTP Nasional adalah Slamet Laksono, rambutnya juga tidak terlalu ‘Afro style’ atau kribo seperti Michael Jackson muda, Ahmad Albar ataupun Edi Brokoli. Hanya karena jidat kepalanya lebar, botak didepan dan kriting dibagian belakang maka dia mendapat julukan si Kriting Botak yang kemudian disingkat jadi si ‘Kri-Bo’.

Kribo juga adalah singkatan dari nama ‘pamor’ karangannya yaitu 'Raden Krisna Bondowoso', tapi entah bagaimana kemudian dia lebih terkenal dengan nama ‘Ki Kribo’ dan sepertinya nama itu malah lebih membawa ‘hoki’ kerena lebih ‘catchy’

Himpitan ekonomi dan pendidikannya yang hanya sampai tamat SLTP membuat Slamet alias si Kribo giat berguru dan mencari belajar ilmu-ilmu lain, terutama yang bersifat mistis.

Kribo tidak cukup cerdas untuk belajar jadi dukun pengobatan, tidak cukup licik untuk jadi dukun pesugihan, jauh dari ganteng untuk jadi dukun pelet, terlalu letoy untuk jadi dukun urut dan terlalu gak pantes untuk jadi dukun beranak.

Tapi ternyata sebuah garis misteri alam raya menentukan bahwa Kribo punya potensi bakat alami yang besar saat berguru belajar menjadi ‘pawang hujan’.

Kribo sudah menamatkan ilmu pawang hujannya di usia 19 tahun. Bermula dari praktek kampung ke kampung yang menyebar cepat dari mulut ke mulut, kini Ki Kribo sudah terkenal jadi pawang hujan no.1 wilayah Jabodetabek di usianya yang baru 25 tahun.

Sekarang Kribo sudah memiliki rumah tingkat 2 dengan tanah 320 M2 di Tangerang, 2 sepeda motor bebek dan 1 mobil kijang.

Namun ada 1 hal yang membuat Kribo gelisah, yaitu sampai sekarang dia masih belum memiliki istri. Gurunya memberi pantangan berat untuk ilmu ‘pawang hujan’nya yaitu dilarang berhubungan seks lebih dari 1x dengan wanita yang sama dan tidak boleh memerawani gadis yang masih ‘suci’

Dengan pantangan itu tentu saja Kribo jadi tidak bisa menikah dan mencintai seorang gadis. Bahkan untuk sekedar ‘jajan’ Kribo hanya boleh bercinta 1x dan harus memastikan bahwa wanita itu belum pernah dia ‘pakai’ sebelumnya, plus wanita itu juga harus sudah tidak perawan.
Benar-benar pantangan yang merepotkan.


Kribo bisa menghapus pantangan menyebalkan itu, tapi Sang Guru memberikan syarat: dia harus ‘mensucikan diri’ dulu dengan bersemedi di 6 goa yang berada di 6 gunung selama 6 bulan.

Kribo sebenarnya sudah lama ingin melaksanakan ritual itu karena sebenarnya dia sudah ngebet pengen ‘kawin’ ….eh ‘nikah’ maksudnya. Tapi akhirnya selalu dia undur sendiri dan tunda dulu karena sedang banyak ‘orderan’ yang masuk memohon bantuan jasa keahlian ilmu ‘pawang hujan’nya.

****

Di tempat lain….

Siang itu hujan tercurah dengan sangat lebat dan deras.

Gadis kecil cantik berusia 4 tahun tampak cemberut menatap jendela kamarnya. Gadis kecil itu adalah Luve mutant XXX-Men level elite 1d yang punya kemampuan khusus “Power Replication”. Luve bisa langsung meniru kemampuan khusus mutan XXX-Men lain hanya dengan melihatnya.

Luve sebenarnya tidak membenci hujan, tapi mood gadis kecil berkemampuan khusus dasyat itu memang sangat mudah berubah-ubah. Dan hari ini Luve sedang benci pada ‘hujan’.

Luve menghampiri Papanya, Ciro yang sedang santai merokok sambil minum beer di teras rumah.

Ciro juga adalah mutan XXX-Men berklasifikasi level tertinggi dengan kemampuan khusus “Power Absorption’, yaitu menarik atau mengambil kemampuan mutan XXX-Men lain.


“Apa ada mutan yang bisa mengendalikan hujan?” tanya Luve langsung tanpa basa-basi.

Ciro melirik putri kecilnya itu dan tersenyum.

“Aku tidak pernah bertemu dan berhadapan langsung, tapi dari file data WSR yang sempat kubaca sepertinya kemampuan khusus seperti itu dimiliki oleh Tomomi Haneda dengan codename “Elementris”…” sahut Ciro sambil menghembuskan asap rokoknya.

“Ok! …Dimana dia?” Luve tersenyum senang dan sepertinya antusias atas informasi itu.

“Di Jepang, ……tapi aku tak mengizinkanmu untuk menghadapi ataupun mendekati dia…..” jawab Ciro dengan santai.

“Kenapa ??!!” Luve, si gadis kecil tampak jelas sangat kecewa dan kesal.

“Karena Tomomi Haneda “Elementris” adalah salah satu pemimpin di Alpha Division WSR” Ciro menjelaskan.

Luve adalah gadis kecil istimewa yang sangat cerdas, dia cukup paham atas alasan larangan dari Papanya itu.

“Siapa lagi selain dia?” Luve bertanya lagi.

“Di negri primitif ini ada banyak ‘pawang hujan’, kau cari saja salah satu dari mereka. Mungkin bisa kamu copy ilmunya ….hahahaha” jawab Ciro tertawa geli sendiri.


****

Malam itu….

Kribo sedang menatap serius peta besar DKI Jakarta yang tergantung di dinding kamarnya. Dia sedang mempertimbangkan perkiraan pergerakan kumpulan awan, arah angin inti dan daerah mana ia akan berpotensi ‘menggeser hujan’ pada jadwal dan jam acara orderan jasa yang sudah dia terima besok. Kribo juga mempertimbangkan kemungkinan ‘ilmu’nya akan bentrok dengan ‘pawang hujan’ lain di area itu.

Tiba-tiba Kribo meloncat sangat terkejut dan hampir saja tergelincir jatuh, ketika dia menyadari ada sosok lain didalam kamarnya itu.

Seorang gadis muda cantik, …..bukan!!! ….sangat-sangat cantik!!!…, cukup dewasa… mungkin sekitar usia antara 18 sampai 22 tahun. Tubuhnya Langsing tapi berisi dengan tinggi sekitar 165cm yang terlihat ideal dan sangat proporsional untuk wanita asia. Kulit tubuh gadis cantik itu putih mulus tapi tidak pucat melainkan bersemu merona agak pink sangat fresh. Gadis itu mengenakan gaun putih sederhana bermotif kupu-kupu kecil warna warni yang cerah, tidak terlalu ketat, pas untuk cukup memperlihatkan pesona siluet lekuk dada, pinggul dan bokongnya yang meliuk sempurna.

“Ssss… ssss…..sssii ….appp ….ahhh ..kam …mu…?” Kribo bertanya gemetar antara kaget dan terpesona.

Gadis itu tersenyum lebar sangat manis, memperlihatkan deretan gigi putih ratanya yang bagaikan untaian mutiara.

“Maksudnya, siapa kamu? Atau…. Siap ah kamu!” si gadis cantik malah balik bertanya dengan nada nakal mengoda.

Suaranya terdengar begitu merdu, empuk, lembut dan nyaman untuk didengar.

Sebagai orang yang sudah cukup lama “berguru”, Kribo cukup yakin bahwa gadis dihadapannya ini bukanlah mahluk halus sejenis dedemit atau jin. Tapi Kribo bisa merasakan semacam aura kekuatan aneh yang belum pernah ia temui sebelumnya dari gadis cantik misterius di hadapannya ini.

Kribo mengatur pernafasannya mencoba untuk memenangkan dirinya sendiri.

“Siapa kamu, nona cantik?” tanya Kribo lagi dengan lebih tenang malaupun masih terasa getaran di nada suaranya.

“Aku Lusi, …Lusi Verrona” sahut si gadis cantik sambil terus tersenyum-senyum geli. Entah apa yang dia pikirkan saat itu.

“Apakah gerangan kiranya maksud Gusti Kanjeng Putri hingga sudi berkenan mengunjungi hamba yang hina ini?” tanya Kribo lagi dengan rangkaian kalimat ala sinetron kanuragan di tv.

“Hahahaha …kamu Ki Kribo si pawang hujan kan?”

“Betul Gusti Kanjeng Putri hamba adalah Krisna Bondowoso” Kribo menghanturkan sembah hormatnya sambil berlutut.

“Hahahaha …santai aja jangan kelewat Seeerrrriiiiusss kayak gitu Bo, aku bukan Kanjeng Putri atau ‘whatever’ lah itu” Lusi, si gadis cantik tertawa geli.

“Eee …bbaiklah Put …eh ….Nona Lusi, …tolong jelasin apa maksud kedatangan kamu nemuin aku?” Kribo kali ini mengganti gaya bicaranya dengan mencoba meniru style ala sinetron ABG.

Lusi tertawa lagi ditengah keheningan malam itu, namun suara tawanya tidaklah menyeramkan. Malah terdengar ceria menyenangkan dan membuat Kribo seperti terhipnotis ikut tersenyum.

“Aku mau, kamu menunjukkan kemampuan ‘pawang hujan’ kamu, sekarang!” kata Lusi kemudian.

“Maksudnya kamu mau belajar ilmu pawang hujan sama aku, gituh??” Kribo balik bertanya.

Lusi mengetuk-ngetukkan jari telunjuk di dagunya, seperti sedang berpikir atau menimbang-nimbang.

“Hmmmm …ya semacam gitu deh!” guman Lusi, seperti masih ragu apakah memang itulah keinginannya saat ini.

(2nd part edited)

“Belajar ilmu pawang hujan itu gak gampang Nona Lusi, perlu bertahun-tahun, harus tekun, kuat tekadnya, dan banyak persyaratannya” Kribo menerangkan dengan berusaha tampak lebih berwibawa.


“Memang siapa yang ngajarin kamu?”

Lusi tampak tak acuh dan memandang acak ke sekeliling kamar yang cukup luas dilantai 2 rumah itu, karena selain kamar tidur sekaligus juga dijadikan ruang kerja pribadi oleh Kribo.

“Guru saya Ki Agung Joyo Cokro Semesto” Kribo menjawab dengan terus menatap kagum pada pesona keindahan sosok dihadapannya.

“Ok! ….dimana dia?” Lusi sekarang rebah duduk malas di sofa. Dia terlihat mulai bosan.

“Padepokan Ki Agung Joyo Cokro Semesto tersembunyi di hutan Gunung Merapi, tapi beliau sendiri selalu berpindah-pindah tempat dengan cepat keseluruh nusantara dengan cara ghaib” Kribo menjelaskan.


Jelas terdengar rasa bangga dari Kribo saat menceritakan ‘kesaktian’ sang guru-nya itu.

“Hmmm…. Jadi dia bisa ‘teleportasi’ …cukup menarik, telpon dia sekarang!” Lusi memerintah sambil tersenyum ceria lagi.


“Tidak bisa Nona Lusi, guru Ki Agung hanya muncul jika beliau berkenan…”

“Aghh!!... tolol sih banget guru kamu itu!! Dia bisa teleport tapi tidak bisa di telephone dan ber-telekomunikasi. …..Memangnya tidak ada telephone ghaib atau televisi ghaib untuk teleconference gitu??” Lusi jadi kesal lagi

“Ttt…tidak ada Nona Lusi….” Kribo jadi bingung dan gugup.

“Masak ada ilmu atau kemampuan canggih tapi gak ada ilmu untuk kemampuan yang jauh lebih sederhana??” Lusi jadi ikut bingung pada logika development di dunia ilmu ghaib.

Mereka pun terdiam cukup lama.

“Ya udah deh, kamu aja tunjukin aku ilmu pawang hujan kamu, sekarang!” seru Lusi memecah keheningan diantara mereka.

“Eehhh… gak bisa buru-buru Non Lusi, ha….har .***s ada tta..tahap…an ritual dul…lu” kata Kribo yang tib-tiba jadi gagap karena gugup.

“Ya udah apa aja ritualnya? Ayo cepetan!” desak Lusi.

Kribo mengatur pernafasannya lagi mencoba untuk lebih tenang.

“Eee… pertama, …apa Non Lusi pernah tidur sama lelaki?” tanya Kribo masih bergetar karena menahan suatu gejolak dalam dirinya.

“Pernah” jawab Lusi cepat dan singkat.


“Eee… maksud saya sampai ..bbe …bberhubungan badan”

“ML gitu? …iya aku pernah.”

“Ss… sssering….??”

Kribo menelan ludahnya sendiri beberapa untuk melancarkan kerongkongannya yang seakan tercekat karena desakan birahi yang membuat sakit selangkangannya.

“Mmmm …gak sering juga sih, kalo pas kebetulan ada kesempatan dan pas aku lagi pengen aja.” jawab Lusi dengan cuek.

“Eeeee… bboleh …ssaya lihat da.. da…da…dada …nnon Lus sihhhh …??”


“Buat apa?” Lusi balik bertanya sambil sedikit tersenyum sinis dan menyipitkan matanya, tapi tetap makin mempesona Kribo.

Gadis cantik didalam kamarnya itu terlihat begitu polos dan innocence, membuat hasrat birahi Kribo makin mengelegak mendidih.

“Eemm ..eeh… emm mm …mmemang ..bbegitu ..ssyarat ..nya…”


Semua rasa takut, bingung dan curiga akan kehadiran sosok bidadari cantik misterius dalam kamarnya malam iu sudah sirna, saat ini Kribo hanya dikuasai penuh oleh insting hasrat birahi hewani yang begitu mengelora pada setiap sel urat syaraf dan seluruh aliran darah ditubuhnya.

Justru Kribo yang jadi kaget dan benar-benar tak menyangka ketika Lusi berdiri dari sofa lalu dengan santai melepaskan gaunnya. Hanya sekitar 3 detik gaun putih bermotif kupu-kupu warna-warni cerah yang dikenakan Lusi sudah jatuh melorot tergolek di kaki gadis cantik itu.

Lusi sekarang berdiri cuek dengan hanya ditutupi bra dan celana dalam ungu violet gelap yang sangat kontras di kulit putih mulus cerah meronanya.

Jantung Kribo langsung berdegup-degup sangat kencang, nafasnya tiba-tiba terasa sangat berat dan sesak, sekujur tubuhnya mendadak deman menggigil gemetaran, keringat dingin sebesar butiran jagung memenuhi jidat botaknya dan begitu kerasnya ereksi diselangkangannya hingga batangnya seakan mau pecah.


Kondisi Kribo benar-benar terlihat lucu seperti epilepsi atau kesurupan hingga Lusi jadi tertawa geli terbahak-bahak melihatnya.

“Kamu lucu juga Kribo, aku suka…” kata Lusi diantara tawa gelinya.

Pujian dari Lusi justru membuat Kribo makin kejang-kejang kaget.

‘Seorang bidadari secantik ini yang sedang hanya berpakaian dalam menyatakan suka pada ku??!! …Inikah rasanya cinta??? …oh inikah cinta??? …eh malah nyanyi! Fokus Kribo!!! …Fokus!’


****

Gantung dulu lagi, biar kentang :konak:. Deadlinenya masih hari senin tanggal 12 kan? :Peace:

Sorry ane paling susah kalo udah masuk bagian panas SS, soalnya paling monoton itu-itu aja dan udah pernah ditulis semua, cuma nama dan tempatnya aja yang beda. Jadi musti cari ide dulu yang agak "original" :p
Nanti edit sambung lagi :semangat:

*******

NEXT......


DUARRR!!! ….WUAAAHH!! ….

Gelegar suara petir yang tiba-tiba menyambar membuat Kribo terpental kaget hingga jatuh terduduk dilantai.

“Hahahaha …hihihihi ….huhuhuu .hehehehe…”

Lusi makin geli tertawa terbahak-bahak seiring hujan lebat yang mendadak turun seolah tumpah begitu saja dari langit.

Kribo memejamkan matanya dan kembali konsentrasi semi-semedi mengatur pernafasannya hingga akhirnya dirinya perlahan mulai jauh lebih tenang.

“Aaaa…aaku yang memanggil hujan” ujar Kribo kemudian dengan jumawa, padahal hujan malam itu turun sendiri sesukanya sesuai kehendak alam.

“Hihihi …Oh ya? masak sih?” sahut Lusi yang mengetahui bahwa sama sekali tidak ada bentuk usaha ataupun peran dari Kribo pada hujan yang turun tiba-tiba itu.

Lusi menghampiri Kribo yang masih terduduk di lantai kamarnya dan langsung menarik tangan Kribo hingga dia berdiri.

“Ya udah gak usah bertele-tele deh! aku tahu kamu udah nafsu banget dari tadi” kata Lusi sambil langsung menggandeng …atau mungkin lebih tepatnya ‘menyeret’ Kribo ke arah ranjang kamar tidurnya.

Tubuh Kribo terhempas terlentang diatas kasur ranjangnya sendiri, hanya beberapa detik jemari Lusi langsung melucuti melepaskan kain sarung, celana pendek berikut kancut kolor merk ‘rider’ Kribo.

Batang otot kejantanan Kribo yang sudah ereksi full maksimal bahkan mungkin over capacity langsung mengacung terangguk-anguk seiring kejang-kejang otot di selangkangan sang pawang hujan itu.

Lusi kembali terkikik merasa lucu melihat batang hitam berukuran standard sekitar 13cm yang berayun-ayun itu, cairan pre-cum bening licin sudah membuat ujung gundul penis Kribo itu berkilat diterpa cahaya lampu LED kamarnya.

“Aaghhrrrhhh!!!!.....”

Kribo mengeram dan mengeliat-liat ketika jemari tangan Lusi menggenggam dan mengurut-urut lembut batang penisnya. Hanya sebentar saja batang penis Kribo itu sudah berkontraksi berkedut-kedut dan…..

AAAGGGHHHH!!!! .....Croot …crot…crot ….crot …

Ujung penis Kribo sudah menyemburkan puncak ejakulasinya dengan deras, berulang-ulang bubur sperma kentalnya menyemprot-nyemprot liar.

….Hingga menempel dilangit-langit kamar ….Hahahaha yang bagian ini berlebihan. Just kidding =))


Memang Kribo sudah agak lama tidak ‘jajan’ menyalurkan birahinya hingga produksi spermanya tertimbun menanti pelepasan. Apalagi Kribo adalah lelaki yang tidak hobby onani.

Kribo terengah-engah dengan berjuta perasaan berkecamuk antara nikmat, lega, puas, kesal dan malu, karena kali ini ternyata tak sanggup bertahan lebih dari beberapa detik saja dihadapan seorang gadis cantik. Padahal biasanya sekurang-kurangnya dia butuh waktu sekitar 10 menit jika main dengan pelacur, itupun dihitung saat penisnya sudah mulai melakukan penetrasi intercourse ke dalam vagina.

Belum habis dari shock-nya tiba-tiba Kribo merasakan sesuatu yang lembab, hangat dan begitu lembut mengurung ujung penisnya. Kribo melirik kebawah dan mendapati Lusi dengan cuek sudah mungulum batang penisnya dalam mulut gadis cantik itu.

Seperti anak-anak yang sedang asik menikmati permen atau ice cream lidah Lusi bergeliat menjilat-jilat ujung helm penis Kribo dalam kuluman rongga mulutnya, lalu penisnya dikenyot-kenyot kuat, …dijilati, …dikenyot-kenyot lagi …dikocok-kocok maju-mundur …dan terus berulang-ulang.

Kribo hanya pasrah, meggeram, merintih dan mengeliat-liat gelisah kejang diantara perpaduan rasa geli, ngilu dan kenikmatan dasyat yang begitu menyesakkan hingga air mata menetes di sudut matanya.

Kedua tangan Kribo meremas-remas kain sprei ranjangnya mirip seperti adegan seorang gadis yang pasrah tak berdaya di cerita-cerita panas pada umumya, namun kali ini keadaan-nya terbalik justru si lelaki yang dibuat tak berdaya oleh sang gadis cantik yang jauh lebih superior.

**
Author note:

Sebenarnya situasi dimana pihak wanita lebih expert dan lebih superior diranjang tidaklah terlalu aneh dan cukup umum terjadi di dunia nyata, hanya saja tidak mainstream untuk ditulis sebagai fantasy yang lebih mengutamakan keunggulan, kehebatan dan keberkuasaan lelaki sebagai pangsa pasar peminat utama cerita panas. Sedangkan untuk taget pasar pembaca wanita, umumya adegan SS tidak terlalu detail dan lebih mengutamakan konflik perasaan.

***

Kribo sudah hampir tak tahan lagi untuk melepaskan puncak ejakulasi ke 2 nya, untungnya Lusi menghentikan permainan foreplay oral dasyatnya di batang penis Kribo.

Lusi berlutut mengangkangi pinggang Kribo yang masih terbaring telentang terengah-engah.

Tanpa melepaskan, Lusi hanya mengeser kesamping ujung celana dalamnya lalu tangan gadis cantik itu kembali merogoh meraih batang penis Kribo dan mengarahkannya ke gundukan belahan memeknya.

Kribo kembali merintih lirih ketika ujung penis/titit/pelir/kontolnya terasa di gesek-gesek pada belahan memek mulus Lusi yang lembut, hangat dan lembab. Lusi mulai menekan menyesakkan batang kontol Kribo menyusup masuk kedalam liang vagina memeknya yang sempit.


“Aaggghhh!!” Kribo mengerang kejang ketika dirasakannya perlahan batang kontolnya tertelan makin dalam di liang sempit vagina Lusi.

Kribo merasa ujung kontolnya tertahan menyundul sesuatu, tapi Lusi terus mendorong menekan pinggulnya, hingga batang kontol Kribo akhirnya habis terbenam diduduki Lusi yang hanya tersenyum-senyum melihat reaksi dan ekspresi Kribo.

Kribo merasa ngilu dalam jepitan otot-otot liang vagina memek Lusi yang seakan mencengkarm erat dan meremas-remas seluruh batang kontolnya.

Lusi mulai bergoyang mengayunkan pingulnya naik turun, membuat Kribo merasa seluruh batang kontolnya terus tergesek-gesek dalam rongga tabung yang menjepit ketat tapi sekaligus juga begitu lembut, terasa cukup licin tapi kesat dan sangat elastis.
Kribo merasakan perpaduan antara rasa ngilu, pegal, geli, kram dan kenikmatan fenomenal yang sungguh fantanstis dasyatnya.


Bagaikan air bah desakan sensasi kenikmatan itu meluap sangat cepat dan membobol bendungan pertahanan yang ia coba bangun. Kribo mengerang keras dan mengelepar kejang tak berdaya ketika puncak ejakulasi ke 2 nya muncrat berkali kali tak kalah deras dari sebelumnya di dalam himpitan liang vagina memek Lusi.

Tak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan bagaimana jiwa Kribo seakan melayang terbang ke pucak surga kenikmatan tertingginya.

Tapi seolah tak perduli Lusi masih terus mengenjot-enjot mengayunkan pinggulnya, memompakan batang kontol Kribo dalam liang vagina sempit memeknya yang kini lebih licin karena bubur sperma kental Kribo tersumbat didalam sana.

Ereksi batang kontol Kribo sudah agak mengendur kerasnya, tapi masih sekitar 85% dan masih berdiri tegak hanya agak lebih kenyal dari sebelumnya.

Kribo teringat pantangannya tidak boleh bercinta lebih dari 1x bersama wanita yang sama, tapi sensasi kenikmatan yang diberikan Lusi saat ini begitu dasyat hingga saat ini dia sudah tak perduli apapun lagi selain terus mereguk kenikmatan yang diberikan oleh Lusi sebanyak mungkin.

‘Sekali lagi aja, mungkin kalo gue nanti lepas nembak diluar memeknya jadi gak dihitung 2x bercinta’, Kribo berguman dalam hatinya.

Kali ini Kribo malah lebih aktif dan lebih santai. Kedua tangannya mengelus-elus paha mulus Lusi yang begitu halus dan lembut namun sekaligus juga kencang, lalu tangan Kribo beralih meremas bongkahan pantat kencang Lusi yang masih tertutup celana dalamnya dan terayun ayun naik- turun. Beralih ke lekuk pinggulnya, pinggang rampingnya, lalu membelai perutnya yang rata, lembut dan halus dipermukaan lapisan kulit tapi kencang didalam.

Kedua tangan Kribo kini meraih punggung Lusi dan menarik gadis cantik itu membungkuk dalam pelukannya. Kribo ingin melumat bibir Lusi tapi gadis itu mengelak, hingga ciuman bibir Kribo menelusuri leher jenjang Lusi.

Kribo bisa merasakan begitu padat dan kenyalnya gundukan sepasang payudara Lusi yang kini terhimpit ketat didadanya, meskipun masih terhalang oleh bra ungunya yang belum dilepas.

Seluruh tubuh Lusi begitu halus dan lembut dan aroma tubuhnya juga begitu harum dan lembut hingga membuat Kribo makin penasaran ingin menghirup kuat-kuat lebih dalam. Bahkan ketiak Lusi pun sangat halus, mulus dan harum membuat Kribo gemas menghirup, menciumi dan menjilati ketiak mulus Lusi.
Lusi agak mengeliat-liat kegelian karena ulahnya itu, tapi gadis cantik itu membiarkan Kribo terus menyalurkan hasrat di ketiak mulusnya.


Tangan Kribo meraih pengait bra di punggung Lusi dan melepaskannya, lalu Kribo mengulingkan tubuhnya hingga kini posisi mereka terbalik dengan Kribo diatas menindih tubuh Lusi dibawah.

Kribo langsung merenggut lepas bra ungu Lusi dan membenamkan wajahnya di gundukan kenyal kencang sepasang payudara padat Lusi. Dengan liar dan acak Kribo mengeleng-geleng kepalanya sambil terus menciumi dan menjilati kedua buah dada gadis cantik itu

Kribo lalu mengulum dan mengenyot-enyot gemas puting susu mungil coklat kemerahan Lusi yang sudah tegak mengeras karena terangsang berganti ganti kiri dan kanan. Sementara tangannya meremas-remas gemas sambil sesekali memilin-milin dan mencolek-colek puting susu Lusi bergantian juga kiri dan kanan.

Kribo mulai mengenjot-ejot memompakan lagi batang kontolnya dalam liang vagina memek Lusi, setelah tadi hanya diam dalam jepitan vagina Lusi karena terlau asik sibuk menikmati sepasang payudara gadis itu yang tidak besar tapi sangat kencang dan padat sempurna.

Kribo menghentikan ayunan enjotannya karena merasakan desakan puncak kenikmatan itu mulai semakin dekat dan makin sesak dalam tubuhnya.

Kribo berusaha berkonsentrasi penuh dan mengatur pernafasannya untuk meredakan gemuruh erupsi yang hampir datang lagi itu.

Namun walaupun tak bergerak bergesek otot-otot liang vagina memek Lusi seakan terus meremas-remas batang kontolnya dengan mesra, hingga batang kontol Kribo pun kembali berkontraksi berkedut-kedut.
Kribo pun menyerah pasrah, Kribo bahkan melupakan niat awalnya untuk mencabut kontolnya dan melepas ejakulasinya diluar.


Sperma Kribo pun kembali menyembur-nyembur kuat untuk yang ke 3 kalinya malam itu, walaupun tidak lagi sebanyak sebelumnya.

Kribo terkapar telungkup terengah-engah tanpa kata, menindih diantas tubuh Lusi. Dia sedang kembali terlela dan terbuai sensasi puncak kenikmatan fantastis fenomenalnya.

Kribo bahkan masih belum sadar ketika Lusi mendorong tindihan tubuhnya hingga Kribo kini telentang diranjangnya dengan mata terpejam dan masih terengah-engah.
Entah berapa lama sampai akhrnya sensasi kenikmatan yang dia raih dari tubuh Lusi itu mulai mereda.

Ketika Kribo membuka matanya ternyata Lusi sudah kembali memakai gaun berikut bra ungunya yang tadi sempat dia lepas.


Kribo mulai sadar bahwa dia sudah melanggar pantangan gurunya. Tapi yang membuatnya lebih terkejut adalah dia meliahat bercak darah di batang penisnya yang masih 50% tegang dan ketika menengok Kribo juga melihat bercak darah di sprei ranjangnya.

“Astaga!!! ..kka …kka ..kamu masih per…perawan??” Kribo terpekik bingung.

Bukankah tadi sebelumnya Lusi sendiri mengaku sudah pernah bahkan cukup sering ML???

“Hahahahaha…” Lusi malah tertawa geli lagi melihat muka culun kebingungan Kribo.

“Aku punya kemampuan mutasi “Rapid Cellulars Regenerations”, tubuhku akan otomatis memperbaiki sendiri dengan cepat semua luka dan cedera yang aku alami. Jadi selaput daraku yang sobek akan sangat mudah terbentuk lagi. …..Aku akan terus perawan berapa kali pun aku berhubungan seks …hahahaha” Lusi menjelaskan dengan santai.

Lusi lalu berjalan dan membuka jendela kamar tidur Kribo lalu ia memanjat jendela itu.

“Tunggu!! Bagaimana dengan pelajaran ilmu pawang hujan-nya??!!” seru Kribo.

“Aku sudah kehilangan minat, mungkin nanti aku cari guru kamu saja. Lagi pula permainan seks kamu payah Kribo …hihihi” sahut Lusi sambil tersenyum.

“Siapa kamu yang sebenarnya Lusi??” Kribo berteriak ketika Lusi sudah hendak meloncat dari jendela kamarnya.

Lusi mengetuk-ngetuk lagi jari telunjuk di dagunya.

“Eeemmm ….aku adalah …Lady Rain! …Bye Kribo!!” jawab Lusi asal-asalan, lalu dia meloncat dari jendela kamar Kribo yang berada di lantai 2 itu.

Kribo meloncat dari ranjang dan berlari ke arah jendela. Dia masih sempat melihat Lusi dengan lincah menari-nari di tengah hujan yang lebat malam itu, lalu makin menjauh dan menghilang dari pandangannya di antara guyuran hujan lebat dan kegelapan malam itu.

*****

Karena melanggar pantangan Kribo pun kehilangan ilmu ‘pawang hujan’nya, tapi Kribo tak pernah sedikitpun menyesalinya.

Kenangan bersama Lusi adalah kenangan terindah yang akan selalu tersimpan abadi dalam lubuk hatinya yang paling dalam.

2 tahun Kribo masih terus menanti kehadiran Lusi kembali, sampai akhirnya Kribo menjual sedikit aset miliknya yang masih tersisa dari hasil jasa ‘pawang hujan’nya dulu.

Kribo pulang ke kampung halamannya di Sleman dan menjadi peternak bebek. Kribo menikahi seorang janda sederhana beranak 1 yang baik. Keluarga mereka dikaruniai lagi 2 orang putri yang kemudian Kribo beri nama Lusi dan Lady.

Setiap kali hujan turun Kribo masih selalu menatap jendela dan berharap sekali lagi bisa melihat sang Lady Rain menari lincah ceria di tengah hujan.

Cinta sejati Kribo akan selalu hanya untuk Lusi Verrona (Luve) sang Lady Rain.

----- The End -----
Lady Rain -Indecent Obsession

Started: Thursday ,08 December 2016 -Lunch Breack 11.48 AM
Finished: Friday. 09 December 2016 -After Dinner 22.00 PM
* Ket Tambahan: Buat yang belum pernah baca Cerbung XXX-Men dan Undoomers ane.
Luve punya banyak kemampuan mutant XXX-men yang dia copy dengan kemampuan khusus utama "Power Replication"nya. Luve punya kemampuan 'Age Alterration' yang dia tiru dari Prof.Wirman untuk bebas mengubah penampilan usia fisiknya. Sebagai keturunan langsung dari Ciro yang bukan manusia Luve juga sangat cerdas dan dewasa jauh lebih cepat dibandingkan manusia biasa.
 
Terakhir diubah:
Reserved ah
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
1q4ynm.jpg


De4-CS0m.jpg


Ari Lesmana (Kribo)


BRN_32371.jpg

Willy Santoso


Bl0sU6UCAAAdXU5.jpg

Pelangi

aridaelm.jpg

Mentari


Rintik hujan mulai turun perlahan dari langit, membasahi setiap jengkal tanah. Aku berlari mencari tempat untuk sekedar berteduh, menghindari tetesan hujan agar tidak membasahi gitar yang kubawa.
Gemuruh petir cukup memekakkan telingaku beberapa saat, hingga kemudian kulihat sesosok wanita berlari menuju arahku. Aku menatap kedatanganmu bagaikan sebuah pertanda.

Ini waktu yang tepat untuk kita bertemu saat air langit turun, saat hujan hadir, saat awan berubah kelabu, saat perlahan jatuhkan butiran air.

Gerimis hujan berganti dengan derasnya hujan, dingin mulai kurasa menjalar setiap pori kulitku. Kucoba melihat perempuan itu, rambutya masih basah oleh hujan, kondisi bajunya kurang lebih sama dengan rambutnya. Kucari handuk kecil yang belum sempat kugunakan di dalam tas, kuangsurkan kepadanya, hingga cairlah suasana diantara kami. Aku berhasil mengetahui nama perempuan itu "Pelangi," namanya sungguh indah, mengingatkanku akan salah satu keindahan ciptaan illahi.

Aku baru tahu jika Pelangi adalah teman satu kampus, namun berbeda jurusan, aku kuliah di jurusan Seni Musik, dan dia mengambil Sastra. Dari sanalah ceritaku dengannya bermula.
-----Hujan-----​

"Bo ! " seorang sahabatku menepuk pundakku dari belakang, dia adalah Willy, cowok setengah gila, kenapa pula aku menyebutnya demikian, karena kegilaan Willy dalam menaklukkan perempuan. "Kibo" itu panggilan teman-teman kepadaku karena penampilanku yang berambut "Kribo" dan tampang yang sedikit "Bodoh" . Aku tertawa mengingat bagaimana aku mendapat panggilan itu (Kibo = Kirain Bodo), lucu, karena teman-teman yang biasanya melihatku banyak diam melamun di kampus terpenjat terpesona saat aku naik ke atas panggung. Saat acara malam inagurasi mahasiswa baru pandangan mereka kepadaku berubah seratus delapan puluh derajat, karena penampilanku saat menjiwai lagu membuat mereka geleng-geleng kepala, hal ini karena suara vokal yang khas, permainan gitar saat memainkan melody lagu, dan aksi energik ku di panggung.

"Napa Wil ?" tanyaku sembari sedikit memperhatikan raut wajahnya, raut wajah senang, karena aku melihat senyuman banyak tersungging di bibirnya.

Wili ini jika lagi senang suka cengengesan gak jelas gitu, jadi anak kampus menjuluki kami "Si Kembar Siam" karena kami saling melengkapi.

"Gini Bo, kamu mau gak temenin aku nanti habis kuliah ke Jurusan Sastra ?" Willy mulai merajuk kepadaku, dia selalu demikian saat meminta bantuan kepadaku, sebagai sahabat baiknya tentu saja aku tidak kuasa menolak permintaannya.

"Oke deh bro, tapi habis itu anterin aku ke studio musik ya ? Aku gak bawa motor hari ini, gimana ?" jawabku kepadanya sembari mengajukan syarat untuk memenuhi permintaannya.

"Gampang mah itu !" Willy dengan mudah menyanggupi syarat yang kuberikan.

Akhirnya sore itu habis perkuliahan kami berangkat menuju ke Jurusan Sastra, tepatnya ke kantin Sastra.

"Bo, kamu pesen apa ?" tanyanya kepadaku yang masih sedikit bengong.

"Kopi hitam tanpa gula" jawabku, sambil berjalan gontai mencari tempat duduk yang masih kosong.

Sore itu jurusan sastra masih sepi karena perkuliahan memang belum selesai, jika kulihat ada satu dua orang yang sedang duduk-duduk dikantin, kelihatannya mereka bolos kuliah.

Kuambil sebatang rokok dan kunyalakan sambil kunikmati setiap jengkal asap rokok yang kuhirup.

Wili datang dia mulai ngomel gak jelas, kebiasaan memang playboy satu ini, selain hobby gonta-ganti cewek, dia ini paling demen ngomel gak jelas. Dia ngomel karena di kantin gak ada "Freezetea" kesukaannya, adanya "Teh Botol Kosro". Pada akhirnya Willy tetap memesan "Teh Botol Kosro" dan menghabiskannya sembari banyak bercerita kepadaku.

Tujuan Willy ke jurusan sastra sudah jelas "urusan cewek" tanpa dia ceritakan pun aku sudah tau, dia sedang dalam tahap "PDKT" sama cewek bernama "Mentari". Dari ceritanya Mentari ini cantik, hobbynya nulis, dan Willy gak sengaja ketemu saat sedang membeli buku di salah satu toko buku.

Rokok sudah habis dan kembali aku melamun, melamun memikirkan perempuan yang kapan hari tak sengaja kutemui, "Pelangi", dia juga kuliah disini.

"Willy" panggil seseorang, aku masih asyik dalam dunia ku sendiri, hingga baru kusadari ada dua orang perempuan sedang berjalan ke arah kami. "Pelangi" aku terpenjat tidak percaya dengan apa yang kulihat.

Sore itu menjadi saat yang berbahagia buat kami, Willy dengan Mentari dan aku dengan Pelangi, kami habiskan waktu indah itu bersama di kantin Sastra hingga aku hampir lupa latihan dengan bandku.

Akhirnya kami harus pamit kepada Mentari dan Pelangi sesaat setelah aku menerima telepon dari salah satu teman bandku. Di sepanjang perjalanan ke studio Willy terus mengomel tidak jelas, tak kuhiraukan, karena hatiku sedang berbunga-bunga, biarkan Willy ngomel, bagiku omelannya seperti nyanyian para peri yang menambah indahnya suasana hatiku.
-----Hujan-----​

Tak terasa waktu telah berjalan hampir dua bulan, aku berhasil jadian dengan Pelangi, dan Willy kelihatannya berhasil sembuh dari penyakit playboynya, kulihat dia cukup bahagia dengan Mentari.

Malam Minggu, waktu yang cukup indah bagi para pasangan kekasih, karena bisa ngapel, :v.

Malam itu aku berniat mengajak Pelangi untuk menemaniku tampil di sebuah konser yang ada di kampus, bandku malam ini menjadi band pembuka. Namun saat aku mendapat kabar darinya aku harus bisa menerima keadaannya, karena Pelangi tidak bisa hadir, dia beralasan ada acara dengan keluarganya.

Suasana hatiku sedikit memburuk dengan tidak hadirnya Pelangi di konser bandku, hingga saat akan naik ke atas panggung setelah istirahat sejenak aku melihat sosoknya hadir di belakang panggung bersama Mentari dan Willy, Pelangi membawakanku sebuah kue tart dengan lilin yang menyala. Sebuah kejutan yang indah di hari ulang tahunku, aku tidak menyangka, aku sendiri saja lupa dengan ulang tahunku di bulan Desember ini, namun dia "Pelangi" begitu perhatian kepadaku dia mengingat detail kecil seperti ini. Terima Kasih Pelangi, Terima Kasih Teman-teman, aku terharu, hampir saja kuteteskan air mataku, namun dapat kutahan.

"Lagu terakhir dari band kami," teriakku kepada para penonton, "Lagu ini adalah lagu baru band kami, lagu ciptaanku karena Tuhan telah menciptakan "Pelangi" untukku" yang secara spontan aku nyanyikan, hanya diiringi oleh lantunan gitarku.


Dengan Mu, tenang.
Tak terfikir dunia ini.

Karena Mu, tenang.
Semua khayal seakan kenyataan.
Berlari-lari, di taman mimpiku.
Imajinasi telah menghanyutkan.
Mimpiku sempurna, tak seperti orang biasa.

Karena Mu, tenang.
Semua khayal seakan kenyataan.
Berlari-lari di taman mimpiku.
Imajinasi tak menghanyutkan.
Mimpiku sempurna, tak seperti orang biasa.

Aku berbeda.
Aku berbeda.

Berlari-lari di taman mimpiku.
Imajinasi tak menghanyutkanku.
Mimpiku sempurna, tak seperti orang biasa.
Pikirkan indah tentang surga.
Seakan-akan di sana.
Berkhayal di sana tentang jiwa.
Ku tenang.

Saat bait terakhir kulantunkan, ku lihat dari atas panggung Pelangi menutup mukanya, aku rasa dia terharu, dia bahagia.

-----Hujan-----​

Tak terasa konser malam itu berjalan lancar, band kami mendapatkan applause lebih dari band yang manggung setelah kami. Hingga sebuah kabar baik untuk band kami akhirnya datang, dengan adanya tawaran untuk rekaman dari salah satu label.

Kabar bahagia itu aku sampaikan kepada Willy dan Willy berinisiatif untuk mengadakan liburan bersama ke pantai akhir pekan nanti.

Akhir pekan yang ditunggu tiba, aku, Willy, Pelangi dan Mentari pergi berlibur ke sebuah pantai. Dengan mengendarai mobil milik Willy kami berangkat, disepanjang perjalanan kami bercanda, tertawa bersama, tak kusadari jika Pelangi ternyata menyembunyikan sesuatu, yang akhirnya kuketahui beberapa hari setelah liburan itu.

Kami menyewa sebuah kabin kecil, tepat dipinggir pantai, sungguh indah pemandangan disekelilingnya. Hanya ada dua kamar tidur di dalam kabin tersebut, jauh sebelum berangkat Willy sudah memberitahuku bahwa dia sengaja mencari kabin yang sedikit jauh dari keramaian agar kami bisa menikmati liburan kami. Tentunya Willy merencanakan hal tersebut, dia akan bersenang-senang dengan "Mentari". Dasar Willy, aku tersenyum saat dia bercerita.

Satu kamar untuk Mentari dan Pelangi, satu kamar untukku dan Willy, malam itu kami habiskan dengan bercerita, bermain kartu dan sedikit alkohol. Aku tidak ingat dengan apa yang terjadi yang kuingat saat aku bangun aku mendapati diriku berada di dalam ruang tengah, di sofa ada Pelangi, Willy ? Mentari ? Aku baru menyadarinya saat kudengar lengguhan perempuan dari dalam kamar.

Aku mencoba mengintipnya , Willy sedang menindih tubuh telanjang Mentari, astaga, gila ini anak, bisa-bisanya mereka gituan saat ada Pelangi dan aku. Dasar gila emang si Willy, kulihat payudara Mentari bergerak turun naik, mengikuti irama sodokan penis Willy hingga terdengar lengguhan suara yang cukup keras dari Mentari. Aku panik segera beringsut dari tempatku mengintip khawatir ketahuan oleh mereka. Kulihat Pelangi masih tertidur lelap tanpa terganggu oleh suara-suara berisik mereka.

Kudekati Pelangi, kupandangi wajah Pelangi, sungguh cantik saat dia tidur, aku tertawa, saat mengingat kejadian sore tadi, saat kami menikmati matahari tenggelam di pantai.

Tiba-tiba Pelangi terbangun, masih dalam keadaan setengah sadar, aku ajak dia keluar kabin, khawatir Pelangi mengetahui aksi bejat Willy kepada Mentari. Kuajak dia berjalan-jalan menikmati suasana malam di pinggir pantai, kami berjalan cukup jauh dari kabin, lalu hujan pun turun. Kembali kami harus mencari tempat berteduh namun tak kami temukan, kami sama-sama tertawa mengingat kembali saat pertemuan kami dan malam itu berakhir dengan kami tertawa bersama di bawah guyuran hujan deras.

Menari nari kita trus menari meski hujan rintik turun,
Mengalun ngalun bersama alunan angin malam berpelukan,
Denganmu berbagi senyuman,

Berjalan jalan memecah genangan jejak air rintik hujan,
Bergandeng tangan berdua nyanyikan lagu cinta nostalgia,
Denganmu menggapai khayalan.

-----Hujan-----​

Sore itu aku menerima kabar kepindahan Pelangi dari mulutnya, aku terdiam, aku mencoba mencerna setiap perkataanya, namun aku masih tak percaya, hingga keluar sebuah kata perpisahan darinya, dia ingin mengakhiri hubungan kami, aku masih tetap diam, tak percaya.

Aku membiarkan Pelangi pergi meninggalkanku, dan aku hanya duduk terdiam di kantin Sastra, tak ada air mata namun langit menjawab perasaan kami. Aku berjalan gontai dibawah guyuran hujan, cukup deras dan menyakitkan, perasaanku hancur.

Karena sepi di musim hujan, alam lena air berjatuhan, pada puncak resah kita putuskan.
Hidup tak pasti terencana, tanya kita kembali pada musim rindu, ketika tubuhmu basah,dingin kota mendekapmu.

Perih, hatiku tersayat, tak kuasa menerima sakitnya putus cinta. Kau bilang kau mencintai hujan? Namun bila dia datang kau berteduh. Kau berlindung dalam zona amanmu, terbelenggu batasan duniawi, resahmu akan berakhir jika hujan membasahi jiwa yang kering oleh kepalsuan dan dihantui ketakutan.

-----Hujan-----​


Hubungan percintaan Willy cukup awet, tak terasa semester akhir sudah hadir, Willy, Mentari, sedang sibuk dan fokus mengerjakan tugas akhirnya, sedangkan aku ? Aku sibuk dengan bandku, Bandku mulai mendapatkan banyak tawaran manggung di beberapa tempat hingga aku sedikit terlambat dalam perkuliahan.

Pelangi ? Bagaimana kabarnya ? Aku masih merindukannya, masih haus akan kasih sayangnya, masih banyak waktu yang ingin kuhabiskan bersamanya, namun keadaan memaksa kami berpisah, karena orang tuanya pindah tugas maka Pelangi harus mengikutinya.

Kondisiku setelah berpisah dengan Pelangi ? Cukup lama aku terpuruk, namun aku berhasil bangkit, aku berhasil kembali berdiri, banyak lagu aku ciptakan, hingga berhasil membawa bandku mendapatkan tempat di para penikmat musik.

Lagu Hujan said:
Bila ku menunggu, sampai waktu itu harus bagaimana?
Aku pun termenung,
Menatap langit
Kuingin bertemu..

Hujan turun membasahi
Diriku akan tersenyum
Menari bersama riak air hujanmu

Ku kan slalu menunggumu
Jatuh dan temani aku
Aku payung dan kau air hujan..

-----End-----​

semoga ada yang menerangi sisi gelap ini, menanti seperti pelangi, setia menunggu hujan reda.


Rekomendasi Playlist - Desember Rain

1. After The Rain - Adhitia Sofyan
2. And Rain Will Fall Mocca
3.Banda Neira - Hujan Di Mimpi
4. FOURTWNTY - Desember (Cover)
5.December (Efek Rumah Kaca)
6.FADE2BLACK - SAAT HUJAN
7.fourtwnty - Aku Tenang
8.Hankestra - Hujan dan Kota
9.KarnaTra - Gadis Hujan
10.Lagu Hujan - Dimasta & Friends
11.MALIQ & D'ESSENTIALS - MENARI
12.Marcell - Firasat
13.Mocca - I Remember
14.Pandai Besi - Desember
15.Perempuan Hujan - The Rain
16***ang Damai - Hujan (feat. Annjasmine)
17.Senar Senja - Dialog Hujan
18.Sheila On7 - Hujan Turun
19.Utopia - Hujan

Terima Kasih Telah Membaca, ditulis oleh aryosh, Jum'at 9 Desember 2016 jam 6.30 - 08.45 WIB.
 


Saat ini hujan deras, dari luar jendela orang-orang proletar berjumpelan di emperan toko ataupun berteduh di halte, tak mampu melanjutkan kegiatannya, sambil menyumpahi langit yang telah seharian ini mengganggu mereka mencari telur emas, bahkan jika hujan telah berhentipun, bukan kedamaian berupa pelangi yang datang menyambut mereka layaknya yang sering dilukiskan para penyair, melainkan sebuah keegoisan air yang menggenangi ruas-ruas jalan.

Dan seketika itu pula terbayang sebuah tangis dahsyat yang mewakili kaum kelas bawah.

“Negri ini sakit!” ucap Roman, pemuda tipis berambut tak beraturan, ruwet, tapi aku lebih memanggilnya Kribo.

Ntah dari gen mana dia mendapatkan rambut kribonya itu, seluruh keluarga besarnya berambut lurus ataupun sedikit bergelombang. Jika disinggung dia selalu berasalan karna lahir disaat negri ini sedang ruwet-ruwetnya, kaum proletar ataupun marjinal melepas krangkengnya, berbuat sesuka hati merampas apa saja yang dimiliki kaum borjuis termasuk kegadisannya. Dan juga para pemuda berideologi tinggi sedang teriak-teriak di gedung dewan, menuntut yang penguasa turun dari kursi yang telah puluhan tahun melekat erat dipinggulnya.

Kembali Kribo memandang keluar jendela, sebuah harmonika dia keluarkan dari sakunya, dikecupi alat musik mungil itu untuk seterusnya ditiupi dan menghasilkan sebuah alunan nada. Als de Orchideen Bloeien terlalu menyayat bila tersentuh oleh bibirnya.

“Mau sampai kapan kamu meruntuki negri ini,” aku mendekat lalu mendekapnya, memainkan rambut semrawut yang melebihi pita kaset rusak.

Dia tak menyahut, terus memainkan harmonikanya beriringan dengan lambaian sekuntum anggrek bulan yang bergantung di tiang rumah, diterpa angin kencang serta hujan yang tak pernah berhenti seharian ini.

Matanya mengawang jauh, melewati awan pekat, seakan sedang mecari-cari sekuntum anggrek yang telah lama hilang. Sosok yang tak pernah dilihatnya secara langsung, tapi selalu dirindui lewat cerita-cerita orang tuanya, teruma sang Mama.

“Mama tiap malem selalu manggil-manggil Kak Anggreini,” dia akhirnya berucap setelah menyelesaikan tiupan bibirnya pada harmonika, kadang aku sangat iri dengan alat musik kecil itu, terlalu sering ia dikecupi dibanding aku.

Menurut kisah dari Papanya, Kribo terlahir prematur karna Mamanya dipenuhi pikiran dimana Anggreini berada. Setelah meminta izin untuk ikut aksi Long March dari kampus ke gedung MPR, Anggreini tak pernah kembali. Berbagai upaya baik melalui LSM ataupun sendirian tak pernah mampu walau hanya untuk mencium jejaknya saja.

“Udah delapan belas tahun Kribo, bukannya menyumpahi, seandainya masih hidup pasti dia udah lama pulang.”

“Kau tau apa yang berubah di negri ini? Kakakku sampai menghilang bahkan mungkin dia udah mati, tapi negri ini gak pernah berubah.”

Kudekap makin erat, bisa kurasakan tangannya yang bergetar memegang harmonika. Sebelum bibirnya dikudeta oleh benda mungil itu, ku kecup dia dengan ciuman yang panjang hingga basah. Kuremasi pundak sampai telapak tangannya, dan ku berhasil memisahkan alat musik sialan itu dari tangannya.

“Kudeta terhadap penindasan hanya akan menghasilkan penindasan baru. Sejak jaman dulu manusia udah mengotak-ngotakan manusia berdasarkan golongan dan fungsinya. Secara gak sadar kita ini yang muda-muda, yang darahnya masih dipenuhi ideologi telah dimanfaatkan para pemodal untuk teriak-teriak ke penguasa, dan juga para kaum terpinggirkan digerakan untuk membuat suasana makin panas.”

Kubisikan itu diantara bibir kami yang saling berpagut. Dia berbalik, berhadapan denganku. Dengan sekali hentak, kedua tangannya mendorong tubuhku hingga terpental ke ranjang. Dia mulai bringas, cocok dengan uwel-uwelan rambutnya itu. Dibukai kancingnya satu persatu dan dilempar kemeja flanel belel yang seharian membungkus tubuh krempengnya siap menindih tubuhku yang masih berbalut kaos, hanya kaos putih polos.

“Kadang aku hanya ingin berdebat denganmu tanpa kata,” kini dia tepat berada diatasku, aroma lelakinya terpancar merasuk ke sela-sela penciumanku. Aku selalu bergairah dengan bau khas Kribo. Ku kecupi dadanya yang tak seberapa lebar itu, seraya tanganku mulai sibuk bergerilya melepas ikat pinggangnya dan menyelusup di antara selangkangannya. Keras dan dipenuhi urat-urat yang kenyal, uh ku gerakan perlahan dan lembut dengan lidahku yang menggelitik kedua puting ratanya bergantian.

Sepertinya dia tak tahan, langsung melepas celana jeans yang lebih belel dari kemejanya tadi. Terpampang jelas senjatanya yang mengacung lengkap dengan rambut-rambut tak kalah semrawut dari yang ada di kepalanya. Disorongkan selangkangan, semakin lekat aroma kelelakiannya menyengat hidungku.

Lidahku menjulur, menggelitik lubang pipisnya yang bikin dia bergidik membelai-belai rambutku. Aku tersenyum menatap rona penuh nafsu yang memerahi wajah buasnya yang siap menerkam tubuhku hingga menggelinjang-gelinjang. Ku kecup-kecup halus kepala kemaluan yang membulat merah turun menjalan menelusuri batangnya. Geli, dan hampir saja tersedak karna rambut kemaluan yang begitu lebatnya.

Tak tahan dia mendorong kepalaku hingga seluruh batangnya terbenam, hingga merogok tepat di kerongkonganku. Kribo mulai brutal dan memaksa aku untuk menghisap kemaluannya dalam-dalam. Kedua bijinya kembang kempis mengaduk-aduk sperma yang siap memenuhi dua lubang tubuhku.

Kuremas-remas pantatnya yang hampir tak ada daging disana, mungkin karna keseringan duduk di kursi metromini membaur dan berorasi. Ku gerakan pinggulnya yang tak seberapa itu agar kejantanannya keluar masuk dari muluku yang semakin ku rapatkan dan berlumuran liur bercampur cairan precumnya.

Sayup-sayup terdengar suara erangannya yang berat, batang kerasnya berdenyut-denyut diantara himpitan bibirku dan dekapan kerongkonganku. Tanganku naik ke atas mengusapi punggung tipisnya karna sudah tak perlu lagi ku gerakan pinggulnya, dia sudah bergerak lebih lihay, lebih bergairah hingga membuatku tersedak-sedak, mataku memerah.

Aku cakari agar dia semakin merintih dan juga semakin liar menggempur habis mulutku. Kami sama-sama saling bersaing, siapa yang akan kalah terlebih dahulu, kejantanannya atau nafasku.

Aku selalu suka caranya yang buas setiap menggagahiku, aku suka dengan kekerasan batangnya yang hampir menyamai baja. Uumm tak sabar rasanya kejantanan itu merogohi lubang bawahku, mengaduk-ngaduk liar sampai ke ujung terdalam.

Kribo seperti mengerti keinginanku, dia lepaskan kejantanannya dari mulutku. Liurku menetes-netes melumuri batang kelelakiannya itu. Sementara mulutku termegap-megap dan hidungku kembang kembing mengambil udara dalam-dalam diantara angin bulan Desember.

Ku balik tubuhku menungging lalu menaikan kaosku untuk membuka akses penuh ke lubangku yang satu lagi. Terasa jelas olehku ujung kejantanannya menggeseki lubangku, mengambil ancang-ancang dan langsung menancapkan seluruhnya sekaligus, memasuki liang yang telah memanggil-manggil batang itu untuk menggagahi.

Kribo tak suka dengan permainan lembut, dia langsung menghujami lubangku dengan gerakan yang semerawut, ah dia memang serba ruwet dari segi fisik, pikiran ataupun nafsu. Digenggam daguku sedikit kuat, dengan bibirnya yang sering berselingkuh dengan harmonika, dia lumat habis bibirku yang baru saja terbebas dari tikaman kejantanannya. Dia memang tak pernah memberi kesempatan pada setiap bagian tubuhku untuk berdiam sejenak.

Lidahnya mengaduk-ngaduk rongga mulutku, ku balas dengan belitan lidahku tak mau kalah disertai dengan hisapan saling menyatukan liur. Meski tubuhnya tipis menyerupai triplek, tapi batangnya sangat gesit tak pernah berkurang sedikitpun ritmenya dalam menggoyang habis-habisan lubangku.

Aku begitu menyukai erakan dan gerakan liarnya ketika kedutan batang kejantanannya semakin kuat kurasa. Semakin tak karuan ketika lubangku menjepit batangnya lebih rapat lagi hingga dia perlu mengeluarkan tenaga ekstra sampai tak bersisa untuk menghujam keluar masuk. Tak lama erangannya berubah menjadi jeritan bersamaan dengan jeritanku yang menyambut semprotan spermanya berkali-kali.

Dia langsung mencabut batangnya dan mengarahkannya masuk ke mulutku. Spermanya masih deras, asin dan hangat kurasakan cairan kenikmatan itu menyumpali kedua lubangku. Dia mengejang-ngejang berusaha menyemburkan sebanyak-banyaknya sperma ke dalam mulutku.

Sperma itu meleler membasahi daguku saat dia lepaskan batang itu keluar dari mulut, dan tubuhnya langsung ambruk ke atas ranjang dengan nafas yang tersengal-sengal memandang langit-langit kamar yang remang.

Terdiam, hanya itu yang kami lakukan setelah melakukan permainan yang sangat panas. Saling bergulat dengan pikiran masing-masing. Hujan masihlah deras, semakin lebat mendekati larut malam. Nampaknya malam ini tidak akan ada bulan ataupun bintang yang menghiasi langit, hanya air yang bercucuran seakan menangisi negri ini.

Kribo berdiri, tanpa memakai kembali pakaiannya, dia mengambil harmonika kesayangannya. Di buka pintu kamarnya menyambut hujan yang tak kelar-kelar. Bibirnya kembali mengecupi benda kecil itu, menghembuskan udara ke sela-sela slotnya, nada kepedihan mulai terngiang, memainkan musik untuk para kaum terpinggirkan yang masih berada di pinggir jalan berharap hujan yang sesungguhnya berhenti dan berganti dengan matahari cerah untuk negri ini.

Hujan deras dengan air mata
Butir butir tangisan di pipiku
Guntur menyambar dengan kilaunya
Berkilat kilat kilau di pipi


Kurasa keputusasaan manu……
Sia, sia, sia, sia sia
Butir-butir airmata
Bilas dengan bahak tawamu hahaha
Karna keputusasaan manu
Sia sia sia sia sia sia


Hujan deras dengan air mata
Butir-butir tangisan dipipi
Kucur air mata ke samudera
Berbuih berombak tertawaku


Bersorak-sorai
Berderai air di mata
Tersendu sendu
Bersenda gurau guraunya
Gusar dan tenteram
Samar-samar berbeda
Samar-samar samanya
Samar samanya
Telah kau saksikan, kekasih, tangis tawaku
Ibarat tuntas tiada berbeda

Play list
Als De Orchideen Bloeien ~ Ismail Marzuki
Hujan Deras~ Sujiwo Tedjo


Jangan lupa vote willdick untuk jakarta yang lebih baik :semangat:
 
Terakhir diubah:
Ane juga udah edit nambahin cerita ane tapi masih belom tamat juga ;)
 
Bimabet
Up
Up
Sudul biar gak tenggelam
Lanjut gan!, ditunggu share cerita dari para master yang lain sebelum deadline :semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd