Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------

Cerita 188 – Dari Gaple Turun ke Ranjang

Titin

Suamiku sangat hobi bermain DOMINO.. alias GAPLE.. tapi tidak menggunakan uang.
Hanya saja yang kalah kulihat berdiri dan telinganya digantungi batu baterai.
Atau kadang juga berdiri sambil menggunakan HELM. Hmm.. aneh-aneh saja.

Terkadang suamiku main GAPLE di teras rumah sampai jam 1 dinihari..
sehingga pengeluaran rutinitas kami bertambah dengan menyediakan kopi dan makanan ringan..
untuk teman-teman suamiku yang menemaninya bermain gaple.

Suamiku seorang wiraswastawan. Memang ia hanya makelar mobil.. tapi penghasilannya lumayan.
Jadi hidup kami yah mencukupi.. bahkan masih ada yang bisa kami tabung.

Kami belum memiliki anak.. sedang perkawinan kami sudah berjalan 3 tahun.
Umur suamiku 32 tahun.. sedangkan aku 26 tahun. Suamiku lahir di Malang dan aku asli Surabaya..

Hampir setiap malam akan ramai tawa dan canda mereka yang saling mengejek..
apabila ada yang berdiri tidak putus-putusnya sepanjang malam.
Dan hal ini sudah berlangsung hampir setahun.

Rumah kami memang dijadikan tempat ngumpul teman-teman suamiku..
Juga tetangga sebelah menyebelah kami.

Ada salah seorang teman suamiku yang kemudian kuketahui bernama bang Asmar.
Dia tinggal tidak begitu jauh dari rumah kami.. pekerjaannya kalau tidak salah adalah SATPAM..

Orangnya lebih tinggi sedikit dari suamiku..
Badannya atletis.. ditambah kelihatan rahangnya begitu kokoh dan kuat.

Dari sekian banyaknya.. Bang Asmar inilah yang paling sering memperhatikan aku.
Kalau aku mengantarkan minuman atau makanan ke meja mereka, misalnya.. ia paling sering menatapku.

Aneh .. dan tidak henti-hentinya menatap ke payudaraku. Kadang aku jadi malu dibuatnya.
Caranya berbicara kadang aneh terdengar di kuping.. tutur katanya lain dari kebanyakan.

Rupanya dia memang bukan dari Jawa.. tapi dari Makassar. Kalau tidak salah bang Asmar suku Bugis.
Orangnya selalu ceria dan kadang membuat banyolan-banyolan..
yang membuat suamiku dan teman-temannya yang lain tertawa terpingkal-pingkal.

Suatu hari suamiku berangkat ke Ngawi.
Kalau gak salah di Mantingan.. untuk mengambil mobil yang katanya mau dijual murah.

Sebelum suamiku berangkat sore.. ia berkata padaku..
“Ma.. mungkin saya balik besok pagi.. soalnya agak jauh juga nih.. gak kuat nyupir malam..”
“Iyaa.. hati-hati pa..” kataku mengiringi kepergiannya..

Dan malamnya.. bergantian temannya datang ke rumahku menanyakan keberadaan suamiku.
Kujawab.. “Mungkin malam ini gak ada gaple-gaple-an.. soalnya suamiku kembalinya besok..”
“Oooooo.. ya sudah kalau gitu..” lalu mereka pun pulang.

Namun sekitar jam 22.00 WIB datanglah Bang Asmar.
Sama dengan teman-teman suamiku yang lainnya dia juga menanyakan suamiku.

Ya.. kujawab yang sama.. tapi dia malah gak pulang seperti teman-teman suamiku yang lainnya.
Ia malah duduk di teras. “Wahh.. sayang yah..” gumamnya. Aku hanya tersenyum.

Ia menatapku. Yah.. itu tatapan matanya itu membuat selalu jantungku berdebar-debar aneh.
Aku hanya tersenyum dan matanya kembali melihat ke payudaraku. Aku kembali salah tingkah.

“Sudah tau yah..? Sekarang ada siaran TiVi baru.. siaran khusus Jawa Timuran. Namanya JTV..”
“Eh.. apa iya..?” Kataku menimpali.. “Di tiviku kok belum ada yah..? Gak tau cara nyari siarannya..”

“Ayo.. abang yang nyarikan..” katanya menawarkan jasa.
Ia langsung berdiri lalu masuk ke rumahku.. dan aku malah yang mengekorinya dari belakang.

Ia menuju ke TV dan dicarinya siarannya. Sementara aku hanya duduk di kursi tamu melihat aktifitasnya.
Tak lama kemudian ketemu salurannya. Setelah ketemu ia pun ikutan duduk di kursi tamu pas di depanku.

“Tuh.. sudah bagus khan siarannya..?” Katanya dengan bangga.
Aku mengangguk.. tapi kok aku gelisah yah berduaan dengannya..?

Lantas ia pun berkata.. “Ongkosnya mana..?”
Aku tertawa.. “Ooo.. pake ongkos toh..?

“Ya iyyalah..! Mau tau ongkosnya..?” Tanyanya lagi.
“Berapa sih..?” Tanyaku.

Bang Asmar mendekatiku.. tau-tau ia langsung memelukku dan mencium pipiku.. mengecup bibirku..!!
Sontak aku terpana. Mulutku diam.
Aku bingung.. tak tau harus berbuat apa dengan kejadian yang begitu cepat dan tak kuduga-duga itu.

Seketika aku melepaskan diri. “Bang.. nanti diliat orang..!” Kataku waswas.
Ia segera melepaskan pelukannya.. lalu bergerak menuju ke pintu.

Wah.. kukira ia mau pulang sudah.. tau-taunya ia malah menutup pintu..
Tidak lupa ia juga mengambil sandalnya.. lantas memasukkannya ke dalam rumah.

Kemudian selanjutnya mengunci pintu. Setelah itu ia pun menuju ke arahku.
“Nah.. sekarang gak diliat orang khan..?” Katanya santai.

Ia pun kembali memelukku.. dan menciumiku habis-habisan.
Anehnya aku tak mampu menolak perlakuannya itu..

Aku baru menyadari.. saat itu aku memang secara tidak dengan sengaja sudah merangsangnya..
Ya.. dengan gaun tidur tipis yang kukenakan ini.

Soalnya aku memang sudah pengen istirahat.. maklum suami sedang pergi.
Mungkin saja bang Asmar terangsang dengan kondisiku ini.. sehingga ia begitu berani melakukan hal ini.

Aku sama sekali tidak sadar ketika ia menggiringku ke kamar kemudian merebahkanku ke tempat tidur.
Tangannya melingkar di bawah leherku.. menjadi bantalan bagi kepalaku.

Kemudian dengan tangan yang satunya dia sibakkan gaun tidurku..
sehingga payudaraku yang tidak memakai bra terbuka tanpa terhalang apa pun.

Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yang memang menantang ini.
Dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus.
Memang bentuk dan ukuran payudaraku bisa membuat laki-laki menitikkan air liurnya bila menatapnya.

Begitulah.. sehingga bang Asmar tidak henti-hentinya mempermainkan payudaraku.. sehingga..
"Nnngghh.. Bang.." desahku dengan mendongak ke belakang..
merasakan mulutnya memagut payudaraku yang membuatnya telah terpesona.

Mulutnya menjilat.. mengisap.. dan menggigit pelan putingnya.
Sesekali aku bergidik keenakan kalau kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif.

Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah.. dengan melakukan pijatan..
atau memainkan putingnya.. sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras.

Auhhh..!! Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.

Puas menyusu dariku.. mulutnya perlahan-lahan turun mencium dan menjilati perutku yang rata..
Kemudian terus berlanjut makin ke bawah sambil tangannya menurunkan celana dalamku.

Sambil memeloroti dia mengelusi paha mulusku.
celana dalamku pun akhirnya lepas melalui kaki kananku yang dia angkat.

Setelah itu dia mengulum sejenak jempol kakiku dan juga menjilati kakiku..
Ahhhh..!! Seletika darahku semakin bergolak oleh permainannya yang erotis itu.

Selanjutnya dia mengangkat kedua kakiku ke bahunya..
badanku setengah terangkat dengan selangkangan menghadap ke atas.

Sekali lagi.. anehnya aku pasrah saja mengikuti posisi yang dia inginkan.
Yang kurasa saat itu: pokoknya aku ingin menuntaskan birahiku ini..!!

Tanpa membuang waktu lagi dia melumat kemaluanku dengan rakusnya.
Lidahnya menyapu seluruh pelosok vaginaku dari bibirnya.. hingga ke dinding di dalamnya.
Bahkan anusku pun tidak luput dari jilatannya.

Lidahnya disentil-sentilkan pada lubang kemaluanku.. memberikan sensasi yang luar biasa pada daerah itu.
Ohhh..!! Aku benar-benar tak terkontrol dibuatnya.. mataku merem-melek dan berkunang-kunang..

Syaraf-syaraf memekku mengirimkan rangsangan ini ke seluruh tubuh..
Yang pada akhirnya membuatku serasa menggigil dan ngilu di bagian selangkangan..

"Ah.. Aahh.. Bang.. Nngghh.. Terus..!!!" Erangku lebih panjang di puncak kenikmatan.
Aku meremasi payudaraku sendiri sebagai ekspresi rasa nikmat.

Slrupp.. clrupp.. Bang Asmar terus menyedot cairan yang keluar dari sana dengan lahapnya.
Tubuhku jadi bergetar serasa seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya.

Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cintaku.. barulah dia turunkan kakiku.
Aku sempat beristirahat dengan menunggunya membuka baju.. tapi itu tidak lama.

Setelah dia membuka baju, dia buka juga dasterku yang sudah tersingkap. Kami berdua kini telanjang bulat.
Tak lama dia membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya.

Bibir kemaluanku jadi ikut terbuka.. memancarkan warna merah merekah di antara bulu-bulu hitamnya.
Siap untuk menyambut yang akan memasukinya. Namun bang Asmar tidak langsung mencoblosnya.

Slepp.. slepp.. sleppp.. Terlebih dulu dia gesek-gesekkan penisnya yang besar itu pada bibir kemaluanku..
untuk memancing birahiku agar naik lagi.

Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos.. aku meraih batang itu.. Ctapp..!!
Ohhh.. keras sekali benda itu waktu kugenggam.. panjang dan berurat lagi.

"Aaakkhh..!!" Erangku lirih sambil mengepalkan tangan erat-erat saat penisnya melesak masuk ke dalamku.
Jlebb..! "Aauuhh..!!" Aku menjerit lebih keras.. dengan tubuh berkelojotan karena hentakan kerasnya..

Hingga penis tegang itu tertancap dan terbenam seluruhnya pada lubang memekku..
Untung saja rumah kami agak terpisah jauh dengan rumah tetangga..

Karena rumahku memiliki halaman samping yang lumayan luas..
Kalau tidak.. tentu suara-suara aneh di kamarku pasti terdengar oleh mereka.

Bagaimana pun juga Bang Asmar ini termasuk nekad berani melakukannya.. meggelutiku..
Menggeluti isteri temannya sendiri.. di sinilah sensasinya ngeseks..!!!

Katanya.. kalo nyuri-nyuri.. sensasinya sangat luarrrbiasa..!!
Dan daya semprot klimaks dan daya pompa orgasme jauh lebih kerassss..!!

Dengan gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi..
Seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu.

Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot memekku.. mengimbangi sodokannya.
Responku membuatnya semakin menggila.. penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja.
Kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.

Kuperhatikan selama menggenjotku otot-otot tubuhnya mengeras, tubuhnya yang kekar bercucuran keringat..
Uhh.. sungguh sangat perkasa.. nampaknya pria sejati yang memberiku kenikmatan sejati.

Suara desahanku bercampur baur dengan erangan jantannya dan derit ranjang.
Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuhku seperti embun..
Walau pun ruangan ini ber-AC tapi aku merasa panas sekali.

"Uugghh.. Ti.. tin.. Sayang.. Kamu emang uenak.. Oohh.. punya isteriku.. tidak seperti ini.. pu-n-yamuhh LEGITHHHH..
Eerghhhhh.. bisa menggigit-gigit.. kontolkuuuuuhhhhhhhhh..!!”
Katanya sambil gemetarrrrr.. ucapnya tak karuan di tengah aktivitasnya.

Dia lantas menurunkan tubuhnya hingga menindihku..
Segera kusambut dengan pelukan erat.. kedua tungkaiku kulingkarkan di pinggangnya.

Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya.
Sementara di bawah sana.. penisnya makin gencar mengaduk-aduk memekku..
Diselingi gerakan berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk.

Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur, aku pun semakin erat memeluknya.
Aku merintih makin tak karuan.. menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan ombak besar..
yang akan menghantam pesisir pantai.

Oghhhh..!! Teman suamiku ini betul-betul hebat dan perkasa..
Aku dibuatnya melayang layang.. sekan akan terbang keatas awan..

Ketika Bang Asmar.. sudah di ambang klimaks.. dia menurunkan frekuensi genjotannya.
Tanpa melepaskan penisnya, dia bangkit mendudukkan dirinya. Maka otomatis aku sekarang di atas pangkuannya.

Dengan posisi ini.. penisnya menancap lebih dalam pada liang vaginaku..
Semakin terasa pula otot dan uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluanku.

Kembali aku menggoyangkan badanku. Kini dengan gerakan naik-turun.
Dia merem-melek keenakan dengan aksi yang kulakukan..

Sementara itu mulutnya sibuk melumat payudaraku kiri dan kanan secara bergantian..
membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur.

Tangannya terus menjelajahi lekuk-lekuk tubuhku, sambil mengelus ngelus..
Tak lama kemudian aku kembali merasa akan mendekati orgasme..

Maka kupercepat goyanganku dan mempererat pelukanku.
Hingga akhirnya mencapai SAAT.. titik di mana tubuhku mengejang..

“Ssshhhhhhhhhh..!!” Detak jantung mengencang.. lalu pandangan agak kabur dan nanar..
Kemudian disusul erangan panjang.. serta terada ada cairan hangat dari dalam lubang kemaluanku.

Saat itu dia gigit putingku dengan cukup keras..
sehingga gelinjangku makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat.

Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu.. goyanganku pun makin mereda..
Tubuhku seperti mati rasa dan kurobohkan ke belakang.

Kuhentakkan badanku ke atas ranjang sambil menengadah ke atas dengan tanganku terbuka lebar.
“Ahhhhhh..!!" Aku betul-betul PUASSSS..!!

Aku menyambar botol air mineral di samping tempat tidur. Aku meminumnya habis.
Aku betul-betul dikurass..!! Bang Asmar membiarkanku istirahat sejenak.

Setelah minum.. membuatku lebih enakan dan tenagaku mulai pulih kembali..
"Sudah segar lagi kan Tin..? Kita terusin lagi yuk..!" Ajak Bang Asmar.

Ia tersenyum sambil mulai menggerayangi tubuhku kembali.
Gila betul nih orang..!! Pikirku.. Tenaganya tidak ada habisnya.. seperti KUDA..!!

Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging.. kemudian dia mulai menciumi pantatku.
Lidahnya menelusuri punggungku.. ke bawah.. tangannya menjangkau buah dadaku..

Ke bawah.. dipilin-pilinnya kembali putingku.. dan.. “Aaacccchhhhhh..!!” Aku pun menggelinjang lagi.
Nafsuku bangkit lagi. Betul-betul hebat teman suamiku ini.

Ia juga pandai membangkitkan gairah pasangannya.. walau pun aku sudah berapakali orgasme.
Aku masih mau.. dan mau.. lagi..!!

Dan kini.. telunjuknya meraba-raba anusku.. membuatku geli dan menggelinjang.
Kemudian aku merasakan ujung kontolnya sudah menempel di pantatku. Uhhh.. terasa hangat.

Kontolnya pun ditusukkannya pelan.. dan.. sleeebbbb.. blessekk..!!
Masuklah lagi kontolnya yang besar itu ke liang memekku dari arah belakang.

Crebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb.. crekk.. crekk.. ia mulai menggenjotnya.
Tiada habis-habisnya.. sambil kedua tangannya memegangi pinggangku..

Oooohhhhh.. aku tak tahan.. aku tak kuat.. menahan nikmat ini..!! Mati aku..!!
Aduh.. ampun..!! Aku tak kuasa menahan.. dera birahi ini teramat sangat enakkkkkkk..!!
Aku pun kelojotan bagai orang kesetanan.

Dan setelah 20 menit menggenjotku dari belakang.. akhirnya aku sampai lagi.
“Aku kluarrrrrrrr bannnnnngggggg..!!” Jeritku..

Aku betul betul mengalami orgasme yang sangat dahsyattttt..!!
Aku merintih.. mataku merem melek.. sambil menggigit guling menahan rasa nikmat ini.

Air mataku saja sampai meleleh keluar.. bersamaan melelehnya lagi air memekku..!!
"Aduuhh.. Sudah dong Bang.. Titin.. nggak tahan.." rintihku yang tidak dihiraukannya.

"Uuhh.. uuuhh sssshhhh aaacchhhhhh..!!” jlebb-clebb-crebb-crebb-cleb-jlebb..
Dia memperlancar sodokannya.. dan beberapa detik kemudian.. dia pun klimaks..

Bang Asmar mengerang.. “Aaaaacchhhhhhhhh..!!” Crttt.. crttt.. crttt.. crttt..!!
Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuhku..

Yang kuekspresikan dengan mengikuti erangan panjang bang Asmar..
Kami sama-sama mengerannnngggggg..!! Orgasme yang sangat panjang.. sampaiii ke ubun-ubun..!!

Tak ada lagi nikmat di atas kenikmatan yang kami peroleh saat itu..
Rupanya sensasi selingkuh.. sangat ruarrrrrbiasa..!!

Aku tak mampu mau ngomong apa lagi.. untuk nuliss enaknya..
Kami pun menghempaskan kembali badan kami ke atas ranjang.

Sesaat kami diam dan sama sama mengatur nafas.
Badanku lemas seperti tak bertulang. Tubuh kami tergolek lemas bersebelahan.

Aku memejamkan mata dan mengatur nafas..
Sambil merenungkan dalam-dalam kegilaan yang baru saja kami lakukan

Sebuah hubungan terlarang. Aku berpacu dalam birahi.. dengan sahabat suamiku sendiri..
-----ooO-----

"Ti..tin.. maafkan saya..” kata Bang Asmar lirih. Aku mengangguk lemah.
"Sssshh..” aku mendesah dan menggigit bibir..
ketika kepala kontol dari Bang Asmar mulai membelah bibir liang memekku.

"Sakit Tin..?” Tanya Bang Asmar kuatir. Aku menggeleng dan tersenyum padanya.
Slebbb..!! Kontol itu terus merangsek masuk ke dalam liang memekku.. dan aku menggeliat.

Sakit..? Tidak sama sekali.
Memang kontol itu terasa kasar.. tapi Bang Asmar benar benar melakukan dengan lembut.

Lagipula rasanya enak sekali.. bibir memekku tak terkuak begitu besar..
Tapi terasa seperti ada bola besi besar yang mengaduk liang memekku di bagian dalam sana.

Aku memandang Bang Asmar sayu.. ia pun memandangku dengan cara yang sama.
Ia terus memompa liang memekku..
Dan aku merasakan kemesraan dari tiap genjotan yang kuterima darinya.

Saat itu aku sudah tak peduli pada apa pun.. aku tak peduli lagi kalau semua ini
Malah aku sengaja memamerkan sikapku kalau aku suka aja disetubuhi Bang Asmar.

Tak ada yang perlu aku pikirkan atau pun aku sesalkan lagi.. toh aku memang sudah kepalang basah.
Aku kini bukan lagi seorang istri yang suci.

"Bang Asmar..” desahku di antara geliat tubuhku yang mulai keenakan.
"Iya Tin..?” Bang Asmar menanggapi, suaranya bergetar sekali.. tanda bahwa dia sangat terangsang.

Aku memejamkan mata.. membentuk bibirku seperti akan menyambut ciuman lelaki.
Sesaat kemudian.. kurasakan nafas Bang Asmar yang hangat berembus menerpa wajahku.

Kecupan Bang Asmar pada bibirku begitu lembut, dan penuh perasaan.
Aku melingkarkan betisku ke pinggang Bang Asmar.. dan memeluk lehernya dengan kedua tanganku.

Kini aku dan Bang Asmar benar benar menyatu.. hujaman kontol Bang Asmar terasa makin dalam saja.
Dan aku .. aku melayaninya dengan segenap perasaanku.. segenap ragaku.

Aku cium Bang Asmar dengan sepenuh hati..
sampai akhirnya kami melepas ciuman kami dan saling berpandangan.. tersenyum mesra.

"Ohh.. Bang Asmar.. eengghhh.. ohhhhh..” desahku melepas segala rasa saat itu.
Aku kembali harus menikmati saat saat kepala kontol Bang Asmar mengorek seluruh dinding liang memekku.

Tubuhku sampai bergetar hebat dan pinggangku melengkung ke atas.
Aku tak bisa menggambarkan nikmat yang sedang kurasakan ini.

Apalagi aku menyerahkan diriku sepenuhnya pada Bang Asmar.. maka rasa nikmat ini makin menjadi jadi.
Dan aku makin tak kuasa menahan nikmat ketika Bang Asmar mulai menjarah payudaraku.

Ia meremas begitu lembut.. ia memainkan buah dadaku dengan kelembutan yang tak pernah kubayangkan.
Belaian yang begitu halus dan mesra.. tak sedikit pun Bang Asmar melecehkanku.

Aku hanya bisa menggeliat penuh kenikmatan.
Sesekali aku mendesah, saat jari jari Bang Asmar dengan nakal memencet puting susuku, memilin dengan lembut.

Sementara itu aku merasakan liang memekku makin becek oleh cairan cintaku.
"Aaah.. eeengghh.. Bang..” aku melenguh keenakan ketika kepala kontol Bang Asmar menyentuh dinding rahimku.
Kepalaku terpental ke kanan dan ke kiri, aku menggeliat hebat.

Ketika kemudian kepala kontol itu bergerak kembali menuju ke arah luar..
aku merasa seperti ada bola besi besar di dalam liang memekku.. yang tertarik keluar dengan perlahan.

Hal itu benar benar membuat aku tergetar hebat dan menggigil dalam kenikmatan.
Aku tau sebentar lagi aku akan orgasme. Aku menatap Bang Asmar dengan nafas tersengal-sengal.

Kutarik lehernya dan kulumat bibirnya sejadi-jadinya.
Kugerakkan pinggulku.. hingga memekku menyambut tiap tusukan kontol Bang Asmar.

Bang Asmar sendiri keadaannya juga sudah tidak karuan.. nafasnya sudah seperti orang yang lari marathon.
Tapi ia cukup perkasa untuk mengantarku orgasme duluan.

"Abaaangg.. eenggghhh..!!” Aku melenguh panjang. Aku orgasme, orgasme yang luar biasa.
Tubuhku menggelepar, rasanya seluruh otot di tubuhku mengejang.

Aku sempat sampai setengah tak sadar.. Rasanya begitu nikmat.. seakan rohku sempat terlepas dari tubuhku.
Memekku berdenyut tak karuan, serasa akan meledak. Tapi aku sudah lemas.

Rasanya seluruh tenagaku sudah tersedot keluar bersama orgasme ini.
Untuk melenguh pun aku sudah tak punya tenaga.

Hingga tiba tiba Bang Asmar juga melolong panjang. "Titinn..hhhhh..!!”
Ahh.. dalam keadaan seperti ini Bang Asmar meneriakkan namaku. Dan aku suka itu.

Crrttt.. crrrrttt.. crottt.. croott..!! Unghhhh.. Kurasakan lahar panas dari kontol Bang Asmar yang perkasa.
Menyembur dengan banyak.. berkali-kali.. hingga terasa begitu menghangatkan liang memekku.
Maka sempurnalah persetubuhan kami.

Aku memandang Bang Asmar dengan mesra dalam kepuasan yang amat sangat.
Bang Asmar sendiri ambruk di atas tubuhku.. dengan batang kontol yang masih bersarang dalam liang memekku.

Kurasakan degup jantung Bang Asmar yang amat keras..
ketika kedua payudaraku menempel seluruhnya pada dada Bang Asmar yang bidang.

Aku memeluk Bang Asmar, kukecup bibirnya dengan mesra.
Kubelai punggungnya dengan lembut. Bang Asmar sendiri mencumbuiku.

Aku memejamkan mataku senang ketika ia mengecup kedua mataku dengan lembut.
Bang Asmar benar benar memperlakukan aku dengan penuh perasaan.

Ia membelai kedua pipiku.. telingaku.. rambutku.
Aku bisa merasakan kalau semuanya ia lakukan untuk memuji kecantikanku.

Aku malu bercampur senang.. mungkin aku sedang tersenyum malu sekarang. (. ) ( .)
-------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------
 

-------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------

Cerita 189 – Karena Utang

[Part 1] Salah Sendiri..!!

Perkenalkan.. namaku Agus.. usiaku kini 41 tahun.
Kisah ini terjadi beberapa tahun lalu.. ketika usiaku masih 28 tahun.
Di saat itu aku memulai karir baru sebagai auditor di PTPN IV di kawasan perkebunan Teh di Jawa Barat.

Nah.. ketika itu aku tinggal seorang diri di rumah dinas mungil dan asri semi permanen di sekitar kebun.
Untuk keperluan bersih-bersih rumah dan mencuci pakaian..
aku mempekerjakan seorang pembantu harian.. mbak Juminten namanya.

Wanita ini –ketika itu.. – berumur 39 tahun.. hitam manis, tinggi sekitar 160 dan tubuhnya sedikit gempal.
Mbak Juminten asli Solo.. dia menikah dan ikut suami yang bekerja di perkebunan ini.
Jadi bisa dikatakan ‘bertetangga’ dengan rumah dinas yang kutinggali saat itu.

5 tahun yang lalu suaminya wafat dan meninggalkan seorang Balita perempuan berumur 5 tahun.
Mbak Juminten mengontrak rumah kecil di desa sekitar perkebunan bersama ibu mertuanya yang sudah tua.

5 bulan mbak Juminten melayani keperluanku dengan baik..
meski agak pendiam dan memang kami jarang bertemu kecuali di akhir pekan.

Gaji yang aku berikan sebenarnya di atas pasaran..
tetapi mungkin karena besarnya kebutuhan beliau sesekali meminjam uang dariku.

Belakangan mbak Juminten meminjam uang lebih besar dari biasanya.
Setelah aku tanya dengan detail akhirnya dia mengakui telah terjebak rentenir..
akibat kebiasaannya membeli Togel dan arisan.

Tidak mengherankan.. hanya beberapa bulan berlalu mbak Juminten telah meminjam uangku lebih dari 2 juta.
Dan pada usahanya meminjam terakhir aku menolaknya dengan halus.

Pagi itu dia sangat bingung dan panik.. dengan meneteskan air mata beliau mencoba terus memohon..
memberinya pinjaman sekitar 1,5 juta untuk menutupi tuntutan utang dari bandar judi Togel di desa.

Aku kembali menolak dengan tegas, dan mbak juminten terus terisak.
Kuperhatikan wanita paruh baya ini dengan seksama.. wajahnya seperti kebanyakan wanita jawa pada umumnya.

Tidak cantik.. tapi manis.. dan kuaku masih terlihat lebih muda dari usia sesungguhnya.
Dan sebenarnya selama ini juga aku sesekali melirik tubuh bawahnya yang masih kencang dan bahenol..
walau pikiran kotorku tidak melangkah lebih jauh.

Semalam aku dan beberapa temanku sempat iseng nonton film blue..
sambil makan sate kambing dari warung makan Pak Kirun di ujung desa.. dan minum beberapa botol anker bir.

Pagi itu terasa akumulasinya. Kesadaranku belum begitu pulih.
Aku mencoba menepis pikiran itu.. bagaimana pun itu bukan diriku yang sebenarnya.

Mbak Juminten juga jauh dari tipe wanita yang aku inginkan. Terlebih aku takut dengan akibat yang bisa saja terjadi.
Bagaimana kalau di kemudian hari kenekatanku akan berbalik menjadi bencana untuk diriku dan karir.
Pikiranku masih silih berganti antara pertimbangan kotor dan waras.

Mbak Juminten masih duduk bersimpuh di depanku sambil melelehkan air mata. Ruangan menjadi sunyi.
Well.. aku tidak mungkin tega menolak permohonanya.. tapi setidaknya dia harus belajar untuk berfikir panjang.

“Jangan duduk di lantai mbak, dikursi aja, saya jadi gak enak..” aku memulai bicara.
“Nggih Den..”

Dia bangkit untuk berdiri.. bagian bawah pada daster lusuh itu sedikit tersingkap ketika dia berdiri..
ada bagian yang tidak sengaja menyangkut pada tonjolan kepala peniti pada kancing terbawahnya.

Sebagian pahanya yang besar dan lututnya terkuak di hadapanku beberapa detik.
Buru-buru dia menariknya ke bawah begitu tersadar. Pikiranku kembali kacau.

“Hmm.. bingung saya mbak..” jawabku.. kepalaku masih terasa pusing hasil minum-minum semalam.
Aku menekan sisi kiri kepalaku. “Kenapa den, pusing..?” Tanya mbak Juminten.

“Iyah, semalem begadang sama temen-temen..” Jawabku.
“Mbak ambilin aer putih sebentar..” Serunya sambil segera berlalu ke dapur.

Sekelebat aku masih sempat melihatnya melangkah pelan, setan makin kuat mempermainkan pikiranku.
Bongkahan pantat itu bergoyang-goyang dibalik daster, mungkin pakaian dalamnya sdh sempit..
dan bayangan tentang pahanya yang td sempat terlihat itu makin menggangguku.

“Makasih mbak” ujarku ketika menerima segelas air putih dan meminumnya perlahan.
Mbak Juminten masih berdiri di depanku.. menungguku selesai minum.

Aku menyumpahinya dalam hati, melihat tubuhnya lebih dekat seperti itu pikiranku makin terpuruk.
“Duduk aja mbak, santai aja, kita bicarain dengan tenang..” ujarku.
“Iya den..” Jawabnya pelan.

“Gak kebanyakan mbak mo minjem segitu..?
Terus terang saya keberatan.. kayaknya yang kemaren-kemaren sudah cukup..” ujarku memulai kembali pembicaraan.

“Sebenernya utangnya sejuta tuju ratus den.. tapi mbak nambahin pake simpenan di rumah.. tolong banget den..
mbak sebenernya malu banget tapi kepaksa..” Jawabnya dengan suara lirih.

“Waduh..” Jawabku terputus. Aku kembali terdiam.. kepalaku masih terasa pusing.
Aku menatap pemandangan luar dari jendela. Sebenarnya tidak jadi soal untuk soal jumlah uangnya..
cuma sisi gelapku masih mencoba meyakinkanku untuk mengambil kesempatan.

Mbak Juminten menatap ke lantai, pikiranya masih kalut. Dia menanti jawabanku dengan putus asa.
Aku akhirnya menyerah, biarlah, ini untuk terakhir aku membantunya, dan berharap dia segera pulang..
agar sesuatu yang terburuk tidak terjadi pagi ini.

“Okay mbak, sebenarnya ini berat buat saya..” Ujarku.
“Mbak rela ngelakuin apa aja den supaya den percaya mbak mau balikin uangnya..” sergahnya.

“Apa aja..” Waduh.. kata-kata itu sangat menggelitik benakku. Perempuan bodoh..!! Seruku dalam hati.
“Ngelakuin apa aja maksudnya apa nih mbak..?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Apa aja yang den agus minta mbak kerjain..” jawabnya lugu.

“Selain urusan rumah memang apa lagi yang bisa mbak kasih ke saya..?” Kalimatku mulai menjebak.
“He-he.. apa aja den..” jawabnya sambil tersipu.

“Mbak.. mbak.. hati-hati kalo ngomong..” Aku menghela nafas menahan gejolak batin.
“Maksudnya apa den..” Tanyanya heran.

“Saya ini laki-laki mbak, nanti kalo saya minta macem-macem gimana..?” Lanjutku mulai berani.
“Mbak gak paham den..” wajahnya masih bingung.

“Yaa gak usah bingung.. katanya mau ngelakuin apa aja..?” Godaku.
“Yaa sebut aja den.. nanti mbak usahain kalo memang agak berat dikerjain..” jawabnya.

“Walah.. mbak.. mbak.. Yaa sudah.. saya ambil uangnya sebentar. Tapi janji yah dikembaliin secepatnya..”
aku berusaha menyudahi percakapan ini.
“Makasih den.. makasih banget..” Jawabnya lega.

“Tapi emangnya den Agus tadi mau ngomong apa.. ? Mungkin mbak bisa bantu..?” Lanjutnya.
Aku yang tengah berjalan menuju kamar terhenti.. kali ini pikiranku sudah tidak terkontrol lagi.
Kalimat itu seperti akan meledak keluar dari mulutku.

Aku membalikkan badan, menatapnya dengan seringai aneh.
“Mbak yakin mau nurutin apa aja kemauan saya..?” Sergahku.
“Iya den, ngomong aja..” jawabnya. Dasar perempuan bodoh.. ujarku dalam hati.

”Saya kepengen mbak masuk ke kamar saya ..” Kalimat selanjutnya seperti tercekat di tenggorokan.
“Terus Den..?” Tanyanya penasaran.
”Mbak temenin saya tidur..” ucapanku serasa melayang di udara. Jantungku berdegup kencang.

Wajahnya sontak kaget dan bingung. Aku tau dia pasti akan bereaksi seperti itu, tapi salahnya sendiri.
Aku sudah berusaha keras untuk menahan diriku untuk tidak berniat aneh pada dirinya..
Tapi kesadaranku belum penuh untuk melawan kegilaan ini.

“Maksudnya.. maksudnya apa den.. ? Mbak kok jadi takut..” wajahnya mulai memucat.
“Iya temenin saya di ranjang.. saya lagi kepengen gituan dengan perempuan sekarang..”
jawabku.. aku tau mukaku memerah.

“Mmm.. tapi.. tapi itu kan gak mungkin den..” ujarnya dengan suara pelan.
“Mungkin aja kalo itu syaratnya mbak mau pinjem uang..” jawabku.

Ruangan kembali sunyi. Mbak Juminten tertunduk.. menggenggam kedua tanganya dengan gelisah.
Ada rasa sesal telah mengucapkan kalimat tadi, tapi sudah terlanjur.

Aku sudah tidak mungkin menariknya, sekarang biar sisi gelapku yang bertindak.
“Gimana mbak..?” Tanyaku sambil kembali duduk di kursiku.

“Tapi itu gak mungkin Den.. gak mungkin.. mbak bukan perempuan kaya gitu..” jawabnya.. suaranya kembali lirih.
“Hhhh..” aku menghela nafas berat.

Mbak Juminten wajahnya kembali muram, matanya menatap ke luar pintu, kosong, seperti berpikir keras.
“Mbak gak nyangka kok aden bisa-bisanya minta yang kaya gitu.. mbak ini sdh tua.. gak pantes ..”

Aku diam beberapa saat. Ada rasa amarah tanpa alasan bermain di pikiranku.
“Itulah laki-laki mbak..” Hanya itu kalimat yang bisa meluncur dari mulutku.

Dia mungkin menyesal telah mengucap kata-kata yang tadi memancing kenekatanku.
Tapi situasinya sudah terjepit.. wanita lain mungkin akan menghardikku dan segera pergi menjauh.
Sementara mbak Juminten tidak punya pilihan lain.

“Sekarang terserah mbak.. saya tetep kasih uang yang mbak minta, kalo mbak mau menuhin kemauan saya okay..
nggak juga silakan..” jawabku pelan sambil melangkah ke kamar.

Aku kembali ke ruang tamu dengan sejumlah uang di tangan. Lalu kuletakkan pelan di atas meja kecil di depannya.
Wajahnya masih terlihat tegang, dia hanya melirik sebentar ke arah meja kemudian kembali tenggelam dalam pikirannya.

Kami kembali sama-sama membisu. Sesekali aku menatapnya, dia menyadari tengah diperhatikan olehku.
“Den.. apa aden yakin..?” Tiba-tiba dia berucap.

“Sebetulnya saya gak tega mbak. Tapi entahlah.. itu yang ada dalam otak saya sekarang.
Terserah mbak deh..” jawabku dengan tenang.

Matanya berkaca-kaca menatap langit-langit ruangan, perasaanya pasti tertekan. Dia kembali terdiam.
“Hmmmm.. baiklah Den.. mbak gak tau lagi mo ngomong apa, atau harus kaya' mana sekarang..
kalo itu maunya aden.. terserahlah.. jujur aja mbak teh takut banget.. mbak bukan prempuan gitu den..
mbak memang janda.. tapi bukan ..”

“Sudahlah mbak, kalo memang bersedia.. sekarang saya tunggu di kamar..
kalo keberatan.. silakan ambil uangnya dan segera pulang..” ujarku tegas..
Kemudian aku bangkit berdiri dan melangkah ke kamar.

Aku membaringkan tubuhku di kasur, trus terang aku pun dilanda ketakutan.
Aku tengah dilanda gairah, tapi was-was dengan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.

Butuh beberapa menit menunggu, pintu kamarku yang memang tidak terkunci perlahan-lahan bergerak terbuka.
Mbak Juminten melangkah masuk sambil tertunduk, terlihat sangat kikuk.

Dia berdiri menatapku di samping ranjang.. tatapanya penuh arti.
Well.. kalo saja aku tidak terlanjur berpikiran mesum mungkin aku segera berlari keluar kamar.

Aku merasakan takut yang sama seperti yang dirasa mbak Juminten.
Tapi aku berusaha tenang, aku bangkit dan duduk di pinggir kasur.

“Mbak yakin mau ngelakuin ini..?” Tanyaku mencari penegasan.
“Hhh.. sekarang semuanya terserah aden aja..” jawabnya pasrah.

Aku menatapnya lekat-lekat.. pandanganku menelusuri seluruh tubuhnya.. seperti ingin menelannya hidup-hidup.
Tangan kananku meraih jemari kiri tanganya. Aku memegangnya pelan, jemari itu terasa dingin dan gemetar.

Memang sudah harus kejadiannya seperti ini. Apa lagi yang aku tunggu..? Ujarku dalam hati.
Makin cepat makin baik.. setan itu membisiki bertubi-tubi.

Aku menarik tangan itu agar tubuhnya mendekat.
Niatku sebelumnya ingin memeluknya terlebih dahulu.. tapi nafsuku sudah tidak tertahankan.

Aku segera meneruskan dorongan tubuhnya yang limbung terhempas ke atas kasur.
Begitu dia terhenyak di sampingku.. aku langsung menerkamnya..
Menghimpitnya di bawah tubuhku dan ciumanku langsung mendarat dibibirnya.

Aku tidak memberikannya waktu untuk berpikir.. aku melumat-lumat bibirnya..
Menciumi dengan kasar lehernya dan trus bergerak menjelajahi bagian dadanya.

Nafasnya tersengal.. wajah itu masih terkaget-kaget dengan apa yang sedang aku lakukan.
Jemariku segera beraksi, aku menjamah bongkahan pahanya di bawahku, daster itu telah tersingkap ke atas.

Aku seperti kesetanan menciumi pahanya yang besar.. mengecup berkali-kali selangkanganya..
dan jemari tanganku yang lain langsung meremas buah dadanya.
Gerakanku cepat terburu nafsu. Sebentar saja seluruh tubuhnya telah kujamah.

Aku masih menciuminya membabi buta. Tak lama kemudian aku bergerak cepat membuka lepas pakaianya.
“Den.. jangan den.. sudaah..!!” Serunya ketika aku kembali menciuminya.

Hanya hanya bra dan celana dalamnya yang tersisa menutupi tubuhnya.
Seraya kedua tanganya berusaha mendorong tubuhku. Aku tidak mempedulikan perlawanannya.

Tanpa sadar kududuki perutnya sambil kedua tanganku bergerak melepas bajuku.
Nafasku memburu.. yang keluar dari mulutku hanyalah desahan penuh nafsu angkara murka.
Wanita ini makin ketakutan melihatku.

Kemudian aku bangkit berdiri di atasnya.
Kedua tanganku bergerak cepat melepas celana pendek dan celana dalamku.
Mbak Juminten menangis. Aku tidak peduli lagi.. kejantananku telah berdiri mengacung di atasnya..

Mbak Juminten makin panik melihatku. Jemariku bergerak-gerak mengocok-ngocok cepat batang penisku..
sehingga semakin keras berdiri.. matanya terpejam basah.

“Den.. sudahlah den.. jangan.. sudahlah.. Mbak gak jadi pinjem uang.. sudaaah..!!”
Jeritnya ketika aku kembali menduduki perutnya.

Dia berusaha meronta tapi kedua tanganku dengan kuat menahan tangannya pada kedua sisi bantal.
“Sudah telat mbak..!!” Suaraku bergetar menghardiknya.

Aku memaksa kedua paha sekel itu terbuka, dia masih berusaha menutupnya rapat.
Kami bergumul beberapa saat..
begitu ada celah aku segera menekan kuat selangkanganku di dalam jepitan pinggul mbak Juminten.

Dengan gerakan kasar aku menarik ke samping paha kirinya.
Tanganku langsung bergerak menuntun penisku ke arah vaginanya.

Aku sempat salah memposisikannya.. dorongan penisku menggesek keluar di atas permukaan kemaluanya.
Pada percobaan kedua kepala penis itu langsung menusuk masuk.

Mbak Juminten menjerit terperikan oleh rasa sakit..
Wajahnya meringis.. matanya menyipit menahan perih di selangkanganya.
Dia sangat terkejut ketika benda itu menerobos masuk.

“Ahhh.. shhh.. oohhh..!!” Desahku.. Terasa nikmat menjalar melalui kejantananku hingga naik ke otak.
Aku seperti terbakar. Melihat kemaluan mbak Juminten yang berbulu lebat membuatku makin bernafsu.
Tubuh kami masih terdiam kaku beberapa saat.

Aku sedikit menarik penisku dan menusuknya kembali di dalam.. “Nghhh..”
Mbak Juminten kembali tersedak. Urat lehernya menegang..
Matanya menatap ke arah selangkangan.. lelehan air mata itu masih mengalir dipipinya.

Aku kembali mengulanginya.. kali ini aku mendorongnya lebih keras. Jlebb.. jlebb..!!
Mbak Juminten makin menjadi tangisnya. “Ouhh.. huuhuu.. huhuu.. deen.. sudah denn.. sudaaah..”
Rintihnya sambil memegang bahuku keras.

Selanjutnya aku lupa diri.. aku meliuk-liuk menyodok selangkanganya.
Penuh tenaga.. makin lama makin cepat gerakanku. Clebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb..
Bunyi derit ranjang kayu itu menambah seru suasana.

Wanita ini memiliki tubuh yang cukup menawan.
Meski sudah berumur tapi kulitnya masih kencang, bokongnya tebal dan bahenol.
Pahanya yang besar itu mulus meski tidak putih, melingkari pinggulku.

Aku beringas menghempas-hempas tubuhnya di bawahku. Mbak Juminten telah berhenti menangis..
matanya terpejam.. hanya terdengar suara nafasnya yang terputus-putus..
Buah dadanya bergoyang-goyang mengikuti gerakanku. Wanita ini sudah pasrah dengan apa yang tengah terjadi.

Bahkan ketika aku mengubah posisi.. mengangkat kedua pahanya ke atas..
Lalu menahanya tergantung di udara dengan kedua lenganku..

Slebb.. blesss.. kembali penisku terbenam. Mbak Juminten hanya diam.
Clebb-crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb..
Hujamanku makin bebas dan dalam menjajah vaginanya yang terkuak lebar.

Plok.. plok.. plok.. Bunyi gesekan selangkangan itu terdengar jelas di telingaku.
Kemaluan mbak Juminten yang basah makin menghangatkan batang penisku di dalamnya sana.

Sesaat lagi aku sudah tidak kuat menahan desakan.. aku seperti kesetanan menggenjotnya.
Mbak Juminten seperti mengerti apa yang akan segera terjadi.

“Den.. tolong.. jangan keluarin di dalem den.. tolongg..” Serunya memohon dengan suara gemetar.
Aku tidak menjawab, aku tengah fokus ingin menuntaskan aksiku. Sedikit lagi akan sampai.

Mbak Juminten memekik menyebut namaku saat tusukanku tiba-tiba berhenti.. tubuhku tengah meregang.
“Deenn.. cabut deen..!!” Serunya panik sambil menekan perutku ke belakang.

Aliran sperma itu bergerak naik mendekati pangkal penisku.. jemariku telah kuat mencengkram sprei.
Beruntung aku masih sempat menarik batang penisku keluar..

Cratt.. crrtt.. crrtt.. crrtt..!! Tepat sedetik kemudian semprotan pertamanya melompat keluar.
“Ahhhhh.. sshhhhhh.. mbaaak.. aduuhhhh..!!” Jeritku panik.

Rasanya belasankali cairan hangat itu menghantam sebagian perut mbak Juminten.
Aku terpapar kenikmatan luar biasa, mataku terpejam beberapa saat hingga akhirnya semuanya usai.

Mbak Juminten melihat proses akhir tadi dengan seksama. Dia memperhatikan wajahku yang meregang..
Matanya waswas melihat penisku memuntahkan cairan kental itu membaluri perutnya.

“Sudah den.. sudah puas..?” Ujarnya beberapa saat ketika aku masih tersengal diam di atasnya.
Airmata itu kembali mengalir dari pinggir pipinya. Kalimat itu serasa menamparku.

Rasa penyesalan perlahan-lahan merayap. My gosh.. aku baru saja menodai perempuan ini.
Bagaimana mungkin hingga aku bisa sebejat itu.

“Maafin saya mbak.. saya bener-bener khilaf..” Jawabku bingung. Aku beringsut mundur..
memungut seluruh pakaianku, melangkah ke kamar dan meninggalkanya terbaring di ranjang.

Aku melepas kekalutan pikiranku dengan mengisap sebatang rokok di ruang tamu.
Mudah-mudahan mbak Juminten tidak memperkarakanku.. menganggapnya selesai hanya di sini.
Aku menepuk-nepuk keningku menyesali kebodohanku.

Mbak Juminten keluar kamar beberapa menit kemudian.
Matanya sembab, dia duduk di kursi di sampingku, tanpa bicara.

Suasana hening, aku tidak berani menatapnya atau memulai pembicaraan.
“Ini uangnya saya ambil den, nanti diusahain dikembaliin kok..” ujarnya pelan.. suaranya berat..
hidungnya seperti tersumbat cairan.

“Iya mbak.. gak usah dipikirin soal kembaliannya.. dan.. maaf soal yang tadi..” jawabku tanpa menoleh kepadanya.
“Gak papa den.. gak papa..” jawabnya.. tangisnya kembali pecah sedetik kemudian..
Bahunya terguncang-guncang, aku hanya bisa terdiam.

“Sekali lagi maaf mbak..” Dia mengangguk pelan sambil menunduk..
tetes-tetes air mata itu masih berjatuhan di pangkuannya.

Aku meraih uang itu, melipatnya.. kemudian memasukkanya ke dalam kantung dasternya.
Jemariku menyentuh pangkal tangannya, menepuknya pelan..

Kemudian tanpa bicara aku melangkah masuk ke kamar sambil menutup pintu.
Aku tidak sanggup lagi melihat wanita itu menangis.

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd