Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT TETANGGA PERKASA

Duda Nakal




_Deni_



_Amin_


Tiba tiba langit yang memang sudah mendung dari tadi subuh mulai menjatuhkan rintik rintik hujan. Proses pemanenan pun tertunda karena para bapak bapak yang sedang berkerja memilih untuk berteduh sambil menikmati kopi dan kue kue yang tadi kusiapkan. Setelah mematikan TV, anakku pun memilih untuk tiduran dikamar pak Amin yang memang pintunya tidak terkunci. Setelah memastikan semua kebagian kopi akupun menyusul anakku masuk kekamar karena gak enak juga cuma aku sendiri wanita diantara puluhan bapak bapak yang berdesakan diteras rumah tambak yang lumayan sempit itu. Percikan air hujan pun tak bisa terhalang dan sebagian membasahi teras.
Pak Amin sudah berganti pakaian kering dan ketika lewat didepan kamar tadi beliau sempat kaget karena aku ada dikamarnya.. Mungkin malu karena kamarnya agak sedikit berantakan maklum duda, sendirian pula. Aku tersenyum sedikit melihat pak Amin yang terlihat jelas agak gugup. Sementara mas Deni suamiku terdengar asyik bercanda tertawa dengan bapak bapak yang lain.
Oh ya, aku lupa. Aku melihat hape dan baru teringat bahwa pagi ini jam 9 aku ada tugas mengantarkan pesanan ikan asin nila kerumah adik sepupu yang juga petambak., cuma berbeda blok. Jarak nya lumayan jauh, sekitar 15 menit kalau naik motor, tapi dengan keadaan hujan begini gak mungkin juga bisa naik motor.
Setelah berembuk dengan mas Deni akhirnya dia memutuskan dia saja yang mengantarkan pesanan tersebut. Jalan kaki.
Tadinya aku lega karena masalah terselesaikan. Tapi ketika menyadari satu hal, aku panik bukan kepalang. Bukankan dengan demikian setelah panen selesai hanya ada aku dirumah pak Amin...?
Jalan kaki bisa bisa satu jam lebih baru sampai.. Belum lagi perjalanan baliknya. Sementara panen udang sebentar lagi rampung dan pembeli juga sudah datang siap untuk menimbang ditempat. Aku menghela nafas ketika mas Deni pamitan kepada Pak Amin. Ada sedikit seringai diwajah duda setengah baya itu ketika aku tak sengaja melirik.
"Aku pergi dulu pak Amin".mas Deni berkata sebelum melangkahkan kaki dibawah hujan.
" Ikan asinnya jangan lupa dibungkus plastik yang rapat, biar gak basah".kata pak seno sambil tertawa.

"Titip anak istriku".. Pak Amin tertawa pelan ketika mas Deni berkata demikian.

10 menit kemudian hujan mulai agak reda, panen pun dilanjutkan.
Setelah semua udang terangkat keatas, kemudian langsung ditimbang oleh pembeli yang sudah mulai menggigil kedinginan , tanpa banyak bicara beliau menghitung total berat udang dikalikan jumlah harga per kg. Kemudian sambil sedikit mengotak atik hape androidnya pak sutrisno sang pembeli udang tersebut berkata...
"Sudah saya transfer semua uangnya pak Amin, saya mau cepat pulang nih, dingin... ".
Tak lama kemudian sepeninggal pak sutrisno bapak bapak yang lain pun mulai satu persatu meninggalkan rumah pak Amin setelah selesai menyantap hidangan yg memang sudah dipesan di katering.
Tinggal aku sendiri dan jantungku berdegup ketika pak Amin memintaku masuk kerumah.
"Masuk saja mbak, diluar dingin, jangan takut. Aku gak nggigit kok".katanya bercanda. Aku hanya tersenyum sedikit kemudian berlalu kedalam kamar dan tertegun sejenak ketika melihat anakku malah tertidur pulas.
Alarm tanda bahaya berdering, tapi untuk pulang sendirian gak mungkin karena gerimis masih turun dan anakku pun malah tidur, apa iya harus kuajak hujan hujanan...?
"Sini mbak, ngobrol di teras belakang aja yuk".pak Amin menarik tanganku dan akupun seperti tak kuasa menolak. Tidak, seharusnya aku berteriak saja. Tapi kenapa aku tak bisa..?
Aku hanya menurut ketika pak Amin membimbingku duduk di kursi panjang diteras belakang. Teras ini dikelilingi dinding plastik setinggi 2 meter. Jadi tidak ada yang tau kalau ada orang lewat pun..
"Mbak, sudah lama aku mnghayalkan bisa berdua seperti ini, jujur aku sangat menyukai mu mbak Asty".
" Jangan pak, aku sudah bersuami".aku berusaha menyadarkan pak Amin.
"Tak masalah buatku. Aku bukan ingin memilikimu, aku cuma ingin merasakan kehangatan mu".pak Amin merangkulkan Tangannya dibahuku aku berusaha bangkit tapi tanganku ditarik dan aku derebahkan dikursi. Spontan aku bereaksi, tanganku melayang dan,
" Plakkk"...
" Aku gak suka dibuat seperti ini pak, aku bukan wanita liar yang bisa seenaknya diperlakukan.. ".
Pak Amin terkekeh, sepertinya tamparan tangan mungilku tak berarti apa-apa baginya. Dia semakin kuat memeluk pinggangku dan hidungnya didusel2 kan di bagian tengah selangkanganku. Aku terkejut, dia benar benar nekad.terus terang ini berhasil memancing gairah ku. Tapi inikan salah.. Aku tak mau terjerumus.
" Jangan begini pak".aku masih berusaha mencegah pak Amin berbuat lebih lanjut. Tapi duda ini benar benar telah dikuasai nafsu. Celana kulot berpinggang karet yang kupakai dengan mudah dia turunkan. Bahkan celana dalamku pun tak bertahan lama menutupi sasaran gairah pak Amin. Terbuka semua dan dengan leluasa lelaki kekar berkulit coklat ini menjulurkan lidahnya mencicipi madu syurga milik suami ku. Teringat mas Deni aku jadi menyesal kenapa mengizinkannya pergi mengantarkan pesanan ikan asin itu, kalau tau justru ikan asin yang ini malah akan segera disantap kucing garong berjenis lelaki bernama Amin..
Aku masih posisi berdiri sementara pak Amin jongkok didepanku. Tangannya masih melingkar dipinggang dan lidahnya masih saja mencari cari sesuatu di lorong hangat yang mungkin hampir 10 tahun tak pernah lagi dia temukan semenjak istrinya pergi ke Taiwan jadi TKW dan kepincut lelaki sesama TKI disana.
"Kita gak punya waktu banyak mbak, sebaiknya mbak Asty nikmati saja semua ini, toh nanti juga gak berbekas kok, si Deni itu gak bakal tau klo aku pernah nyicip lobang mu. Hehe.. ".
Kata kata pak Amin mulai vulgar. Aku terdiam . Apa yang bisa kulakukan? Rangsangan demi rangsangan itu membuat gairah ku bangkit. Tapi aku tak mau kalah begitu saja. Sebisa mungkin aku bertahan dan tak mendesah meski sulit. Pak Amin berdiri dan kemudian justru aku yang didudukan, atau tepatnya disandarkan kesandaran kursi kayu ini, kakiku direnggangkan dan pap Amin mulai menjamah selangkangan ku dengan tangan nya.. Bibirku ku pun habis dilahapnya tanpa ampun.. Leher pun tak ketinggalan di jamah lidah panasnya. Aku sudah lupa cara menghindar. Aku terdadah pasrah. Tersandar dikursi kayu, terkangkang di jajah kenikmatan. Pak Amin berhasil mengalahkan ku dengan telak. Dia berhasil melumpuhkan hati dan jiwaku. Habis sudah pertahanan ku, saat ini aku hanya berharap agar semua ini berakhir sebelum mas Deni datang. Itu saja harapanku ditengah amukan badai nafsu pak Amin sang duda ganteng yang sepertinya perkasa. Yah, aku bisa merasakan batangnya yang kokoh dan besar ketika saat ini dia yang duduk di kursi dan aku duduk di pangkuannya membelakangi. Pak Amin gak pakai sempak, batangnya terasa sangat mengganjal di lobang belakangku. Aku menggigit bibir, bagaimanakah bentuknya?
Celanaku kemudian benar benar dilepaskan. Dan pak Amin dengan cepat melepas celananya dan aku membelalak ketika merasakan batang itu begitu panas terasa dikulit pantatku.. Tangan kekar pak Amin memeluk erat perutku dan dia mulai sedikit mengangkat pantatku, sepertinya semua akan segera terjadi..menyadari itu aku hanya bisa memejamkan mata dan memohon ampun atas ketidak mampuan ku menolak keinginan duda ini. Pak Amin menusuk ku dari belakang, kelobang semestinya tapi dari belakang. Sambil duduk, Ini sensasi baru bagiku. Aku merasakan batang itu sudah menemukan liangnya, sedikit demi sedikit dia menyelusup, merasakan jepitan lobangku berlahan lahan. Pak Amin menggeram..aku terpejam.
Tapi kemudian mataku membelalak ketika batang itu masuk seutuhnya, ini gila. Aku belum pernah merasakan yang seperti ini, kemana selama ini rasa gila ini.semua terasa penuh dan sesak, seperti tak menyisakan sedikitpun celah untuk udara bisa masuk. Ini benar benar gila. Aku hanya bisa memejamkan mata kembali ketika pak Amin bangkit dari duduknya dan mulai menggenjot ku perlahan-lahan, aku yang dalam posisi menungging saat ini, seperti tak bisa lagi berpikir waras.. Aku telah merelakan kehormatan ku pada lelaki duda setengah baya ini, nyaris tanpa paksaan dan hampir tanpa perlawanan. Mungkin teras kurang nyaman pak Amin kemudian menyuruhku terlentang mengangkang dilantai. Kemudian dengan penuh wibawa beliau meneduhiku, masuk diantara kedua kakiku, menusukkan kembali batang perkasa itu sambil kemudian menjatuhkan tubuhnya diatas tubuhku. Tangan kirinya memeluk leherku, dan tangan kanannya megelus elus keningku. Sementara genjotan dengan kecepatan sedang dan stabil terus menina bobo kan gairah kewanitaan ku. Melenakan aku, menggilakn aku yang benar benar takluk sekarang ini..
Semakin cepat.. semakin terasa menyelusup jauh ke lobang terdalam, nafasku satu satu, sepertinya sbentar lagi aku sampai.. Aku akan merasakan nikmat persetubuhan dengan lelaki yang bukan suamiku, untuk pertama kalinya.ibarat piston mesin dengan rpm yang semakin tinggi, begitu pula batang perkasa itu semakin lancar dan semakin cepat membangkitkan smua urat syaraf didinding Kewanitaanku ..
Urat leher pak Amin mulai terlihat bertonjolan, sepertinya dia sedang dalam mode kekuatan penuh.. Sementara aku sudah tak bisa apa apa lagi, selain menerima semua apa yang akan dia berikan padaku. Kenikmatan itu akan segera datang..
"Terus pak.. ".aku merintih lirih hampir tanpa suara. Pak Amin sedikit menyeringai dan kembali mengeretakan gigi dan memompaku sedalam mungkin.
Aku sudah lupa siapa aku, yang kurasakan hanya bintang bintang yang mengelilingi ku, menyiram dengan jutaan kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku terkapar.......
Pak Amin menggeletar.....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd