-------------------------------------------------------------------------
Cerita 30 – Diary About Me and Niki
II. Babak Kedua: Indahnya Petualangan..
Oh ya.. perlu dijelaskan.. Niki tinggal sendiri di Jagakarsa terpisah dari orangtuanya.
Seminggu sekali kadang orangtuanya datang menginap.. tapi sehari-hari ia hanya ditemani pembantu.
Dalam masa-masa itulah aku sering menginap di rumahnya.
Sesekali ia menginap juga di rumahku, tapi tentu tidak terlalu leluasa karena aku masih tinggal bersama orangtua di Jakarta Timur.
Di rumah.. Niki terbiasa pakai kaos buntung dan celana pendek longgar tanpa BRA dan CD.
Untukku juga tersedia kostum yang sejenis.. sehingga kami dapat saling remas saat para pembantu tidak memperhatikan.
Niki juga menjalankan latihan KEGEL secara intensif untuk mengendalikan otot pubokoksigisnya.
Berkat latihan ini vaginanya kemudian mampu meremas-remas penisku..
Bahkan belakangan ia dapat mengurut penis dengan liang kenikmatannya.
Kalau penisku sudah menancap dalam.. aku diam saja dan vagina Niki akan mengurutnya pelan..
mulai dari pangkal sampai ke kepala bolak balik.
Dengan 'ilmu sakti'-nya itu.. –demikian aku menyebutnya..– aku sering 'kalah'.
Untungnya aku dibolehkan meneliti habis vaginanya.. sampai aku hapal sekali vagina dan seluruh isinya.
Niki dengan telaten menuntunku dengan ekspresinya yang merespon setiap eksperimen lidahku..
sehingga aku hapal; yang 'geli'.. yang 'enak'.. yang 'enak banget'.. sampai yang 'gilaa..!'
Aku tau benar setiap titik di sekitar kemaluan dan pengaruhnya bila kusentuh dengan lidah atau jari.
Biasanya Niki orgasme duluan oleh lidahku.. baru aku menyusul oleh remasan saktinya.
oOo
Variasi Perjalanan: Februari 1995 ..
Niki kuajak untuk suatu urusan di Solo.. semula ia ragu-ragu tapi akhirnya setuju.
Namun karena persetujuannya mendadak.. kami kehabisan tiket kereta.. sementara ia tidak mau naik pesawat..
"Terlalu cepat..” katanya.
Akibatnya perjalanan terpaksa ditempuh dengan travel, apa boleh buat.
L300 Diesel dengan musik berdentam dan AC yang dingin sekali akan menemani kami semalaman.
Jok sebelah supir di isi TKW usia 20 tahunan yang baru pulang mudik..
penumpang lain adalah dua pasangan tua dari SUMBAR yang mau menghadiri wisuda anaknya di Yogya.
Tiga orang menempati baris tengah dan yang keempat bersama aku dan Niki di deret belakang.
Bapak itu di kiri.. lalu aku.. terakhir Niki dekat jendela.
Selewat makan malam di Cianjur.. bapak di sebelahku sudah tidur pulas membelakangi..
kepalanya bertumpu bantal menempel ke jendela.
Ibu-ibu di depanku yang heboh cerita dalam bahasa daerah juga sudah mulai hilang suaranya..
tinggal suara si TKW di depan yang asyik bercanda dengan si supir.
Niki yang sejak berangkat sudah menyandar pulas di bahuku malah terbangun.
Setelah mengudap snack dan minum, Niki kembali meringkuk kedinginan di sebelahku.
Agar nyaman Niki kusarankan pindah ke tengah, lalu menyandarkan punggung di dadaku.
Ia kuselimuti dari leher sampai ke lutut dengan jas panjang yang sengaja kubawa..
Itu sekalian menyembunyikan tanganku yang memeluk dadanya, sementara pipinya yang dingin menempel di pipiku.
Lumayan, ia tidak kedinginan lagi.. dan kami pun mulai siap-siap memejamkan mata.
Aku hampir terlelap saat iseng kulihat ke depan, si TKW sedang menggelinjang dengan tubuh makin merapat ke tengah.
Dari gerakannya aku yakin bahwa ia sedang digarap oleh si supir.
Ternyata benar.. posisi spion atas memberiku pandangan tepat ke dada si TKW.
Dari sinar lampu jalan yang menyorot selewatan kulihat buah dadanya sudah terbuka..
dan sebuah tangan nampak memilin putingnya.
Ngantukku hilang.. tapi aku terus pura-pura tidur.. tinggal mataku mengintip menantikan jatuhnya sinar lampu jalanan.
Tontonan itu membuat tanganku yang memeluk dada Niki tidak dapat diam.
Pelan-pelan aku mulai mengusap.. mencari bagian-bagian yang tidak tertutup BRA..
sehingga dapat kurasakan kehalusan kulit Niki lewat kaos tipisnya.
Belum cukup.. akhirnya tanganku menyusup ke dalam.. menemukan kulit perutnya yang halus.
Setiap Niki mengeluh aku berhenti mengusap.. aku tidak ingin membangunkannya..
Tapi kehalusan kulit Niki ditambah tontonan si supir kurang ajar itu.. membuatku sangat terangsang.
Tiba-tiba kepala Niki yang menyandar di bahuku bergerak.. bibirnya mencium telingaku.. membuat tanganku langsung berhenti.
Celakanya.. jariku dalam posisi terjepit di selipan BRA.
Niki ketawa pelan.. “Udah.. buka aja kaitannya.." ia berbisik di telingaku.
Aku malu.. tapi kepalang nafsu.. kubuka juga kaitan BRA-nya.. membuat isinya menggantung.
Di balik jas yang menyelimuti tubuh Niki.. tanganku menjelajah kedua bukit kembar yang kenyal..
seiring tangan lain yang meremasi dada si TKW.
Saat puting Niki makin mengeras.. tangannya menuntunku menyusup ke celana trainingnya.
Berakhir dengan menyelinap ke mulut vaginanya yang sudah basah.
Ia menggeliat pelan.. tapi tidak berani mengerang. Desahannya ditahan tinggal jadi desis..
Sambil pinggulnya mencari posisi supaya sentuhan jariku ke kelentitnya dapat maksimal.
Saat istirahat di Banjar Patoman Niki sudah orgasme. Sambil menunggu makan kami ke kamar mandi..
Niki membersihkan vagina sedangkan aku mencuci senjataku yang tegang agar sedikit lemas.
Di kamar mandi kami ketemu si TKW.. ia mengganti celana jins-nya dengan training pack.
Tontonan nanti pasti lebih seru.. tapi aku terlanjur ngantuk sekali.
Sampai di Solo masih pagi.. tapi orang serumah sudah bangun semua.
Aku dan Niki langsung tidur pulas di kamar ibuku.
Sekitar jam 8 kami bangun, langsung sarapan. Rangsangan semalam yang belum tersalurkan membuat penisku tegang terus..
tapi aku tidak berani macam-macam di kamar itu.. Niki juga menolak keras.
Akhirnya aku ke kamar mandi.. sekalian buang air mencoba 'ngeluarin sendiri'. Aku menyabuni batangku yang sangat tegang..
Denyut-denyut kenikmatan baru mulai menjalar saat kudengar senandung suara merdu Niki di sebelah.
Seperti umumnya rumah kuno di Solo.. kamar mandiku berukuran besar dan tinggi.
Begitu zaman berubah.. kamar mandi itu disekat dua dengan tembok setinggi 2 meter.
Tapi masih tersisa ruang terbuka sekitar satu meter di atasnya.
Sekarang Niki berada di kamar mandi sebelah terpisahkan dinding..
sambil bersenandung kecil membasahi tubuhnya dengan siraman air.
"Kamu mandi Ki..?" Aku memanggil pelan.
"Ehh.. Kamu ngapain Mas..?" Jawabnya, berhenti menyiram.
"Sstt.. jangan berisik yaa.. aku mau ke situ..!"
Dengan susah payah aku memanjat pemisah untuk menyeberang ke sebelah.
Niki membantuku turun dari tembok. Niki dengan tubuh indahnya kini berdiri di hadapanku.
Rambutnya yang baru disiram jatuh di belakang telinganya..
dengan sisa-sisa air menetes lewat leher yang jenjang terus mengalir ke bahu dan dadanya yang bulat merangsang.
Ia memandangku dengan sorot tidak percaya. "Dasar nekat..” ia bergumam.
Tanpa basa basi aku langsung memeluknya.. menciumi bibirnya yang merekah segar.
Sambil aku merasakan kesegaran tubuhnya yang basah.. aku merengkuh dan meremas pantatnya yang kenyal.
Membuat tubuh bagian bawahku menggesek bawah perutnya.
Niki mengelinjang dalam pelukanku.. menikmati gesekan di sekitar daerah sensitifnya.
"Ssstt.. bersihin dulu..!" Ia melepaskan diri dari pelukan.. lalu menyirami tubuhku dengan air segar..
kemudian menyabuninya dengan lembut seperti memandikan anak kecil.
Tangannya yang dipenuhi busa sabun dengan telaten menggosoki seluruh bagian tubuhku..
memberikan sensasi kenikmatan yang luar biasa.
Saat tangannya menyabuni penisku yang tegang.. nafsuku sudah memuncak.
Tidak tahan lagi.. Niki langsung kududukkan di pinggir bak mandi.. lalu kuciumi vaginanya dengan bernafsu.
Dengan sebelah kaki bertumpu di pundakku..
Niki menggelepar oleh sentuhan lidah di klitorisnya yang mengembang sebesar kacang tanah.
Aku tidak berlama-lama.. setelah cairan birahi memenuhi kemaluannya kusuruh ia menungging..
berpegangan bibir bak mandi.. lalu aku menyodok masuk dari belakang.
Nafsu yang tertahan semalaman ditambah kehebatan gerakan Niki luar dalam..
–di luar: goyangan pantatnya.. di dalam: remasan vaginanya..–
membuat denyut-denyut kenikmatanku meningkat dengan cepat.
Dalam waktu singkat kenikmatan yang meggumpal di kepala kemaluanku menyembur..
diselesaikan dengan pijatan vagina Niki yang merata di seluruh batangnya.
Aku lemas.. tapi harus memanjat kembali. –Sorry Ki, ML kilat, aku keluar duluan.. dan kamu belum–
oOo
Variasi Ruang belajar:
Di rumah.. kami biasa bercinta di mana saja. Tapi tempat yang jadi favorit adalah ruang belajarnya..
yang berfungsi rangkap sebagai tempat bertengkar.. diskusi.. sampai tempat untuk eksperimen berbagai variasi persetubuhan.
Satu saat aku sedang di ruang belajar.. asyik di depan komputer.
Ia duduk di sudut dan tumben pakai daster.
Aku mengalihkan pandangan ke tempat Niki yang duduk menyilangkan kaki.
"Tumben pake daster Ki..?" Aku menyapa.
Ia tidak menjawab.. hanya melempar pandangan nakal sambil mengangkat kaki kirinya perlahan..
lalu disangkutkan di lengan kursi..
Tepi dasternya ikut terangkat.. dan astaga.. ia tidak pakai CD..
hingga terpampanglah pemandangan indah di depanku.
Bibir kemaluannya yang tebal ditumbuhi rambut halus menggunduk di hadapanku.
Dengan mengangkat kaki.. kemaluan itu merekah menantang..
membuat klitorisnya yang merah coklat mengintip dari belahan vaginanya.
Aku langsung terangsang.. kuhampiri pangkal paha Niki yang mengangkang.
Mula-mula kucium lutut kirinya yang tersangkut di lengan kursi..
Lalu perlahan merambat menyusuri bagian dalam paha menuju pangkalnya.
Sementara itu jari-jariku menyentuh bibir kemaluannya yang tebal.. menggosoknya dan meremas lembut.
Saat bibirku mencapai pangkal pahanya.. tanganku beralih menyusup ke atas..
meremasi buah dada dan memilin putingnya.
Sementara lidah menjilati klitorisnya.. jariku yang lain menyelusup dan mengocok liang kemaluannya.
Sambil menjerit-jerit kecil, Niki menjambak habis rambutku.
"Udah Yaang.. masukin yang ituu..!" Ia mulai merintih-rintih keenakan.
Dengan berjongkok aku mengarahkan batangku ke liang nikmatnya.
Dalam posisi sulit karena kursinya kependekan.. kemaluanku berhasil juga menyumpal mulut liangnya.
Niki meremas lenganku saat kemaluanku perlahan mendesak memenuhi lorong nikmat yang dindingnya berdenyut-denyut.
Dengan berlutut aku menggoyang pinggul maju-mundur.. mengocok liangnya yang menjepit erat penisku.
Saat kakinya memeluk pinggangku dengan ketat.. cratt.. cratt.. cratt..
Aku muncrat dengan penis menancap penuh di vaginanya yang sudah orgasme duluan.
oOo
Variasi Jemuran:
Tempat lain adalah ruang atas. Ini dimulai saat pembantu Niki pulang kampung.
Di rumah ada beberapa sepupu Niki yang membantu dan aku pun ikut menemani.
Keleluasaan kami tentu saja berkurang, aku harus berpakaian lebih 'sopan'.
Salahsatu kegiatan kami hari itu adalah mencuci pakaian berdua.. aku pakai celana pendek..
dan Niki memakai kain yang dililitkan di pinggul.. –aku tau pasti tanpa CD..–
Selesai mencuci pakaian.. aku dan Niki menjemur di lantai atas.. sementara para sepupu sibuk di bawah.
Kamar pembantu terletak di depan jemuran.
Selesai aku menjemur Niki sudah menunggu di pintu kamar itu..
Ia senyum-senyum sambil memegang minyak lulur di piring kecil.
Aku tau tujuannya, langsung aku menyusul masuk.
Saat aku mengunci pintu.. Niki sudah melepas kain dan kaos.. dan kini telentang telanjang di pembaringan.
Sebelah tangannya mengusap dadanya yang besar membusung..
Sementara di pangkal pahanya yang mengangkang.. vaginanya merekah dengan bibir yang tebal menggunung..
menyembulkan kelentitnya yang mulai menonjol.
Aku langsung buka celana, membasahi jariku dengan minyak, lalu kulumurkan di mulut vaginanya..
–Berdasarkan eksperimen.. minyak ternyata paling efektif untuk 'Cinta Kilat'..–
Niki memejamkan mata menikmati olesan jariku yang penuh minyak itu..
sambil bibirku spontan melumat dadanya yang membusung, menonjolkan putingnya yang mencuat.
Sementara itu tanganku yang lain meminyaki dan mengurut kemaluanku sendiri yang sedikit demi sedikit mengeras.
Jariku kugetarkan dengan sedikit tekanan di klitorisnya.
Niki mendesah memejamkan mata..
tangannya membantu tanganku yang mengocok kelentitnya untuk mendapat irama yang tepat.
Jariku merasakan benda itu makin membesar dan keras..
sementara dadanya yang kulumat sudah penuh bintik-bintik birahi.
"Yaang, masukin sekarang..!" Niki berbisik.
Tanpa melepaskan jari dari klitorisnya.. kemaluanku kutempelkan ke liang vaginanya..
Slebb.. lalu perlahan kutusukkan.
Sepasang kemaluan berlumur minyak.. yang disesaki birahi memuncak..
akhirnya saling mendesak dan mencengkeram ketat.
Clebb-crebb-crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb-clebb-clebb.. Aku menggenjot dengan cepat..
Dengan jari tetap menggosok klitoris dalam irama dan tekanan yang tepat.
Niki menggoyang pinggulnya dalam putaran-putaran kecil yang dahsyat.
Seiring dengusan napas cepat.. kami melepaskan gelombang birahi di puncak pendakian.
Sesudahnya.. setiap dua hari kegiatan mencuci dan menjemur pakaian jadi favorit kami.
oOo
Sejujurnya.. hubungan kami semakin aneh.
Ia masih berhubungan dengan Aji dan Fendi.. dan logikanya pasti juga cukup 'dalam'.
Tapi aku seperti tidak peduli.. aku tetap ngotot ingin memperisterinya.
Ia sendiri tetap ingin dekat aku.. tapi enggan menjadi isteriku.
Alasannya beberapa orang yang ingin menikahinya.. Aku.. Aji dan Fendi saling kenal baik..
dan pasti yang lain tidak mau terima kalau ia memilih salahsatu.
Pilihan terakhir yang netral.. katanya.. adalah menikah dengan orang yang sama sekali baru.
Aku tentu saja tidak dapat mengerti logika itu hingga beberapakali kami bertengkar sampai memutuskan untuk tidak ketemu.
Tapi hanya bertahan beberapa hari.. kami sudah saling mencari.. entah aku atau dia yang duluan menghubungi.
Dan ujung-ujungnya berakhir dengan kemaluanku yang tegang amblas ke vaginanya yang basah.
Lalu sambil berpelukan kami saling berjanji untuk tidak berpisah lagi.. tidak saling menyakiti.
oOo
Variasi Penyimpangan:
Satu saat aku sakit.. sehingga harus istirahat di rumah dan harus tinggal di tempat tidur..
jenuh tapi apa boleh buat badanku lemas sekali.
Untungnya selama itu Niki tidak pernah absen menelpon, suaranya mengobati kejenuhanku..
tapi kerinduan pada remasan saktinya justru semakin menggebu.
Hari ketiga tenagaku sudah pulih.. maka saat Niki mengabari akan menengok.
Aku senang bukan main.. batangku langsung bangun.
Kebetulan aku baru dapat hadiah handycam yang pakai remote contro..,
Tterpikir olehku untuk merekam kedatangan Niki dengan handycam-ku.
Lalu terpikir lagi, kenapa tidak direkam lagi striptease..?
Tapi apa dia mau..? Lalu.. kenapa tidak sekalian bikin triple-X..?
Aku langsung membersihkan kamar.. menyiapkan peralatan handicam.. meletakkannya di tempat strategis..
sehingga dapat menangkap seluruh isi tempat tidur dan dapat dikontrol dari sana.
Kucoba beberapakali.. setelah lancar lalu aku mandi.
Handycam dalam posisi 'REC' tapi ku-'PAUSE'.
Niki datang jam 4 sore dan kusambut di bawah.. –kamarku di lantai atas..–
Setelah berbincang-bincang sebentar dengan ibuku.. ia lalu kuajak ke atas.
"Iya.. sana di kamar aja.. Masnya masih lemes tuh..!" Kata ibuku.
Di kamar aku langsung disuruh tiduran oleh Niki..
“Kamu masih lemes, nanti aku dimarahin Ibu..” katanya.
"Mana lemes..? Ini malah kaku..”
Kataku sambil mengangkat sarung.. menunjukkan batangku yang sudah berdiri tegak.
Niki hanya tersenyum sambil membelai benda kesayangannya itu.
"Kalo mijit aku belum kuat.. tapi kalo ngusapin aja sih mampu.." kataku melanjutkan.
Sambil batangku dibelai.. kucium bibirnya dengan lembut. Niki terpejam menikmatinya.
Ia membiarkan tanganku membuka pakaiannya.
Sementara itu.. dengan remote kulepas Pause handycam-ku.. rekaman mulai jalan..!
Kerinduan yang menyesak membuat kami bergumul liar.
Aku yang belum pulih benar lebih banyak telentang di bawah.
Niki yang tidak terbiasa blowjob kali ini begitu agresif..
Ia menciumi dan mengisap batangku dengan jilatan-jilatan yang.. –ternyata– luar biasa..
membuat batangku sekeras tongkat komando.
Setelah puas ia berjongkok membelakangiku yang telentang..
mengangkang di atas wajahku sedemikian rupa.. sehingga vaginanya tepat di atas mulutku.
Sambil tangannya membelai batang kemaluanku.. vaginanya menganga menempel di bibirku.
Aku tinggal menjulurkan lidah.. Niki yang mengatur kecepatan dan tekanan klitoris pada lidahku..
dengan gerakan pinggulnya maju-mundur..
Sekali-kali ia menekan klitorisnya keras-keras.. dan bibirku menangkap dan mengisapnya.
Sesaat kemudian Niki mulai terengah-engah.. belaian pada batangku sudah berubah jadi remasan kuat.
Ia menekankan bibir kemaluannya yang sudah tebal ke bibirku dan menggoyang-goyangkannya..
hingga mulutku megap-megap dibanjiri cairan vaginanya.
Lalu ia bergerak maju ke arah kakiku.. mengangkang di atas kemaluanku..
Tak lama kemudian.. slebb.. ia menancapkan batangku ke dalam liang vaginanya.
Ughhh.. Jepitan yang nikmat mencengkeram batang kemaluanku..
Lalu ia menggoyangkan pinggul dengan ayunan cepat dan pendek-pendek.. aku terlonjak-lonjak dibuatnya.
Tidak berapa lama ia mengejan.. dilanjutkan dinding vaginanya meremas batangku..
dari pangkal sampai ke ujung dengan remasan saktinya.
Perlahan Niki rebah ke samping tanpa mencabut batangku yang masih keras..
lalu dalam posisi menyamping itu aku menggenjot teratur.. Crekk... clebb.. clebb.. crebb.. crebb..
Ahhh.. itu membuat batangku yang keluar masuk di liangnya membengkak dijejali rasa nikmat yang mendesak.
Hingga akhirnya.. cratt.. cratt.. cratt.. cairanku menyembur dengan melambungkan kenikmatan ke ubun-ubun.
Mestinya aku diam-diam saja menyimpan rekaman itu.
Tapi karena aku tidak biasa berahasia dengannya.. maka saat mau pulang kutunjukkan hasil rekaman itu padanya.
Lewat monitor kecil di handycam kami menonton adegan demi adegan percintaan kami sampai selesai.
Film itu diminta Niki.. aku setuju saja.. lalu di depanku kaset itu dirusak.. pitanya dipotong-potong.
-----------oOo-----------
Variasi Bimbang: Juni 1995 ..
Keputusan Niki mencari orang baru untuk kandidat suami rupanya serius.
Hari itu aku menginap di rumahnya, Niki cerita bahwa ia segera menikah dengan seseorang.
Sambil kupijat dan kuminyaki tubuh telanjangnya, dengan semangat ia menceritakan Nirwan.. calonnya itu.
Saat jariku mengocok liang vaginanya yang basah.. ia meminta izinku.
Tepatnya memberi tau.. untuk menikah dengan laki-laki itu.
Sambil batangku membenam perlahan di lubangnya..
Kujawab bahwa aku tidak keberatan ia menikah dengan pilihannya.. asalkan ia yakin akan bahagia..
Kalau tidak.. lebih baik menikah denganku.
Dan sambil bergoyang liar.. merintih tersengal-sengal.. Niki meyakinkanku bahwa ini pilihan terbaik.
Akhirnya.. sambil saling menumpahkan puncak kenikmatan.. kami berpelukan saling membisikkan kata cinta.
Sejak itu hariku bersamanya mulai berkurang. Ia mulai sibuk dengan cowok barunya.
Jatahku ketemu semakin minim.. benar-benar hanya seminggu sekali.
Tapi waktu yang pendek itu benar-benar termanfaatkan sepenuhnya untuk bermesraan.
Kadang kami tigakali bersetubuh dalam satu pertemuan.
Malah dalam perasaanku.. setelah punya pacar resmi.. Niki semakin ganas dan liar dalam berhubungan.
Pernah juga kami jalan Sabtu siang.. Nirwan sedang punya acara kantor sampai malam.. jadi Niki agak bebas.
Kami berenang di HI.. yang saat itu tidak terlalu ramai.. hanya ada beberapa bule dan pasangan lokal.
Niki sebenarnya tidak dapat berenang.. jadi kami hanya berendam.
Niki menggelayut di lenganku sambil bergerak ke sana ke mari di dalam kolam.
Sentuhan buah dadanya di lenganku lama-lama membuatku terangsang..
apalagi di bawah air sekali-sekali tubuh bawah kami bersentuhan.
Aku membawa Niki ke tepi.. lalu sambil bergelayutan di tepi kolam..
pangkal pahanya kuarahkan ke semburan air hangat di dinding kolam.
"Iiih.. enaak.. anget..!" Niki membisiki.
"Memang..!" Sahutku..
Tanganku meraih gundukan bibir vagina di celana renangnya..
lalu jari-jariku kugesekkan di celahnya untuk mencari kelentitnya.
"Aahh..” Niki hanya mendesah sambil melebarkan kakinya..
Menikmati gesekanku di belahan vaginanya.. terutama pada kelentitnya yang mengeras.
Kolam mulai ramai.. maka kami naik berteduh di gazebo yang paling pojok.
Niki rebah telentang di kursi panjang.. aku di sebelahnya sambil mengurut pahanya.
Aku berusaha mengambil posisi agar tanganku terhalang dari pandangan orang lain.
Niki menekuk sebelah kakinya.. walau tidak telalu mencolok tapi pangkal pahanya sedikit mengangkang..
Itu memudahkan pijatanku nyelonong ke gundukan kemaluannya.
Beberapa waktu kemudian akhirnya kami memutuskan untuk check-in, sekalian makan siang di kamar.
Masuk ke kamar kami langsung melepas pakaian dan melemparkannya jauh-jauh.. lalu dalam telanjang kami bergulat liar.
Hasil foreplay berjam-jam di kolam renang membuat batangku tegang terus menerus..
Sedang vaginanya yang menggunduk keras dibanjiri cairan birahi..
Sementara kelentitnya sejak tadi sudah menonjol kencang. Kami sudah tidak memerlukan pemanasan lagi.
Niki tergeletak miring dengan kaki kiri menggantung di pundakku.
Aku mengarahkan batang kemaluanku ke liangnya yang menganga dengan posisi menyamping.
Dengan posisi ini jari kiriku dapat leluasa menyentuh klitorisnya.. sementara batangku dapat membenam maksimal di liangnya.
Niki mengerang dan terlonjak-lonjak saat kemaluanku bergerak keluar masuk di liangnya diiring gosokan jariku di kelentitnya.
Goyangan Niki yang liar memilin kemaluanku dengan ketat, membangkitkan rasa nikmat yang semakin memuncak.
Remasan-remasan dinding vaginanya semakin efektif dengan posisi ini..
Hal itu membuat gelombang kenikmatan yang menggebu menjebol benteng pertahananku.
"Erghhh.." Crrtt crrtt crrtt crrtt.. Kubenamkan batangku dalam-dalam di liang vagina Niki..
saat spermaku menyembur bersama meledaknya rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh.
Untunglah Niki juga segera mencapai orgasme, diiring jeritan dan rintihan silih berganti.
Kukunya mencengkeram lenganku.. sementara vaginanya menjepit ketat dan memeras penisku hingga tuntas.
Setelah makan kami beristirahat sebentar.. lalu bercumbu lagi sepuasnya sampai kami benar-benar puas.
Menjelang jam sembilan malam Niki kuantar pulang dengan mata setengah terpejam akibat kelelahan dan kenikmatan.
Sampai di rumah, pas cowoknya mau pulang dari kantor.
Akhirnya mereka keluar juga entah ke mana, yang kutau Niki sudah lemas sekali dan pastinya 'males ngapa-ngapain'.
Aku sangat menghargai keputusan Niki.. tapi sebagai lelaki..
–yang sudah sangat dimanjakan dengan berbagai kesenangan..– aku tetap cemburu dan penasaran.
Diam-diam aku mencari berbagai informasi tentang Nirwan melalui jaringan koneksiku.
Hasilnya sungguh mengecewakan.. karena ternyata si Nirwan itu tidak seperti yang kubayangkan..
–sorry tidak dapat cerita banyak.. pokoknya brengseklah..!–
Aku sungguh tidak rela kalau Niki akhirnya jatuh ke tangannya.. tapi tentu tidak etis kalau aku mengadu kepadanya soal investigasiku.
Ini yang membuatku bingung dan tetap belum rela melepaskan.. –alasan klasik yaa..!–
oOo
Variasi Nekat: September 1995 ..
Karena acara mengikuti misi kesenian ke Bandung.. aku dan Niki sibuk beli ini itu untuk persiapan..
Dilanjutkan packing pakaian dan perlengkapan sampai malam.
Aku tidur di rumahnya, tapi karena kecapean kami tidak sempat menyalurkan hasrat, maka paginya batangku keras sekali.
Sambil kencing barangku kucuci bersih tapi tetap keras mencuat di balik celana pendek, yah.. apa boleh buat!
Aku mendaratkan pantatku di sebelah Niki yang duduk di sofa sambil nonton berita pagi.
Bantal kuletakkan di pangkuan supaya keteganganku tidak tampak oleh pembantu yang mondar mandi di sekitar kami.
Saat si Sri.. –pembantu itu..– pindah menyapu teras.. kutunjukkan pada Niki ketegangan barangku dengan mengangkat bantal.
"Iih.. keras banget..!" Katanya saat meremasnya.. ia juga menunjukkan putingnya yang bangkit membayang di balik kaos tipisnya.
Lewat lengan kaosnya yang longgar tanganku menyusup mencari puting yang mencuat.. sementara ia terus mengurut penisku.
Niki mulai menggeliat.. tanganku pindah mengusap pahanya, terus menyusup ke dalam celana pendeknya yang longgar.
Aku berhasil mencapai klitorisnya.
Niki merintih sambil membaringkan tubuhnya di sofa untuk memudahkan pencapaian tanganku ke kemaluannya.
"Yang.. jangan nekat.. ada si Sri tuh..!"
Niki mencoba bertahan dengan mulut kemaluan yang berangsur semakin basah oleh sentuhanku.
Ia mengangkat kepala mengamati posisi Sri yang kini menyapu halaman.
"Bentar lagi dia selesai lho..” Niki berbisik mencegahku..
tapi pahanya makin mengangkang dan celana longgarnya makin tersingkap.
Posisi itu makin memudahkan jariku menjelajahi kemaluannya.
Dengan ibu jari kugesek klitorisnya seraya jari tengahku amblas ke dalam liangnya yang sudah licin berdenyut.
Niki merintih saat jariku keluar masuk di liangnya.. sementara jempolku menggetarkan kelentitnya.
"Udah gitu aja, enak Yaang..!" Aku yang sudah keras daritadi mana dapat ditahan..
Kukeluarkan senjataku lalu lewat sela-sela celananya kepala penisku menyumpal di mulut vaginanya.
"Aahh.. Yangg.. nekaatt kamuu.. udaah cepetan..!"
Niki mengubah posisi jadi agak menungging.. tangannya bertumpu di lengan sofa seperti orang push-up.
Dengan tangan bertumpu di sandaran sofa.. jlebb.. kutekan batangku hingga amblas di liangnya yang sempit.
Niki merintih sambil menggoyang dan meremas dengan vaginanya.. matanya tetap memantau ke pekarangan.
Sementara sambil batangku keluar masuk di liangnya dengan cepat, jariku terus merangsang kelentitnya.
Dalam waktu beberapa menit ia orgasme dan aku menyusul tidak lama kemudian.
Inilah orgasme tercepat dalam riwayat persenggamaanku.
Saat Sri selesai menyapu.. kami juga sudah selesai merapikan bekasnya.
Dalam perjalanan ke Bandung Niki kelelahan.. tidur terus di bis.
Di sana kami sibuk.. sehingga tidak ada yang penting diceritakan.. lagipula Niki jatuh sakit.
Sepulang dari Bandung aku dapat laporan dari sumberku tentang Nirwan yang dapat JOB besar dari 'bisnis pentungannya'..
–sorry lagi Ki.. aku tidak cerita ke kamu..–
Tapi akhirnya sial buat dia.. karena Niki memergokinya kencan dengan sahabatnya.. orang yang justru mengenalkan mereka.
Niki marah besar dan bubar..!
–Aku bersyukur.. Niki tidak jatuh ke tangan gigolo tanggung.
Pernah kucoba mengorek dari Niki soal 'kehebatan' permainan Nirwan yang profesional.. maksudnya untuk kutiru.
Tapi Niki tidak pernah mengaku. Ia malah bilang akulah yang terhebat.
Bener nggak sih..!?– BE CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------oOO-------------------------------------------