Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

-------------------------------------------------------------------------

Cerita 30 – Diary About Me and Niki

IV. Babak Keempat: Dan Semua Harus Berakhir..!?


Demikianlah.. aku tidak menyangka hubungan kami jadi begini.
Aku kecewa kepada diri sendiri, yang membuat kebersamaan yang kami bangun berakhir buruk.

Otakku buntu.. tidak tau harus berbuat apa kepada Niki. Sesudahnya kami ketemu seperti biasa di kantor.
Niki nyaris tidak berubah..
ia masih ber-'Hai..' dengan suaranya yang khas.. terima telpon di ruanganku.. dan kadang mendatangi mejaku seperti dulu.

Tapi aku tidak berani lagi macam-macam.. serba salah menghadapi Niki dalam situasi seperti ini.
oOo

Kekuatan Cinta: November 1996 .. Aku surprise karena Niki meninggalkan pesan di laciku.
Ia ingin ketemu besok sore. Rasanya aku ingin bersorak dan meloncat-loncat mendapat kabar itu.

Besoknya.. di tempat yang dijanjikan aku dijemput Niki.
Ia manis sekali dengan kemeja kembang dan celana pendek, tapi agak kurus dan nampak lelah.

Seperti yang dipesan, aku sudah menyiapkan massage gel dan minyak lulur.
Selama perjalanan Niki sangat ceria, kami ketawa-ketawa seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. -

Aku meremas tangan kirinya yang memegang versneling.. seperti yang biasa kami lakukan dulu.
"Di sini dong megangnya, emangnya nggak kangen..?" Niki memindahkan tanganku ke lututnya.

Aku ketawa.. “Kangen bangeet..!"
Kataku sambil mengusap pahanya perlahan.. terus naik sampai ke pangkalnya.

"Pindah belakang dong..!" Lanjutnya.
Aku tergelak.. lalu merebahkan jok kursiku.. lantas melompat ke belakang untuk 'memijat'-nya.

Kami langsung check-in di Hotel 'S' di Bandara yang menurut Niki 'aman'.
Selesai aku memindahkan bawaan ke kamar..

Niki sudah mencopot pakaian luarnya dan berbaring di tempat tidur berselimut handuk.
"Mas.. aku dipijit dulu yaa.." kata Niki manja.

Aku naik ke tempat tidur membawa massage gel..
“Habis pijit terus ngapain..?” Tanyaku sambil menggosoki telapaknya.

"Aku tidurr..” jawabnya.
Kugelitik pinggangnya.. ia menjerit-jerit minta ampun.

"Udah.. telungkup. Celananya buka sekalian.. nanti kotor kena minyak.." kataku.
Ia berbalik menelungkup. CD-nya kutarik lepas.. lalu kulipat rapi.

Aku mengurut kakinya mulai dari telapak terus ke betis dan pahanya.
Sambil kupijat dengan perlahan.. Niki cerita tentang persiapan perkawinannya yang kurang dua minggu lagi.

Ia nampak lelah oleh berbagai urusannya.
Kurasakan lewat jari-jariku ototnya keras dan kaku.. maka kupijat hati-hati dengan tekanan yang tepat agar ia rileks.

"Kamu kecapean Ki..?" Kataku sambil menggosok punggung.
"Memang..” katanya.. “Makanya.. bikin aku segar dong..! Habis ini nggak mungkin lagi kita ketemu..”

Tiba-tiba ia terdiam agak lama.. baru melanjutkan.. “Aku sedih kehilangan kamu Mas.."
"Kamu akan bahagia..” aku menenangkan.

"Mudah-mudahan..” ia berkata lirih.
"Udahlah.. kamu pasti bahagia. Sekarang rileks aja.. tuuh.. ototmu di sini kaku banget..” aku mengalihkan pembicaraan.

Kugosok dengan lembut lengannya.. terus turun ke telapak tangan dan jarinya.
Tidak lama kemudian ia tertidur.. kuselimuti tubuh telanjangnya dengan handuk.. lalu kutinggal mandi.
Selesai mandi aku berbaring sambil menunggu ia bangun.

Sekitar satu jam kemudian ia terjaga.. langsung memelukku.. “Dingin..” katanya.
Aku balas memeluknya.. punggungnya kugosok supaya hangat.

Dadanya yang lembut kenyal menempel rapat di dadaku.. hingga detak jantungnya dapat kurasakan.
Kami berciuman mesra sambil tetap berbaring berpelukan.

"Mas.. sayang Niki nggak..?" Ia bertanya seperti remaja pacaran. Aku mengiyakan.. mencium keningnya..
“Ini terakhir kita begini. Dua minggu lagi aku married..” katanya.. lalu..
“Senengin Niki yaa Mas..! Puasin..! Abis ini bantu Niki jadi isteri setia yaa..!"

Aku mengangguk.. sementara bibirku mulai menciumi lehernya.
"Kamu tau nggak ini tanggal berapa..?" Niki kutanya.. ia menggeleng.

"Dua tahun lalu.. tanggal ini pertamakali burungku masuk ke lubangmu..” kataku.
Ia surprise.. “Masa’.. ulang tahun penusukan dong..!"

Katanya sambil memegang batangku yang setengah tegang.
Kubiarkan ia mengelus senjataku.. sementara aku menciumi dadanya.. menjilati putingnya..

Lalu turun ke perutnya.
Niki mendesah lirih sambil meremas pelan batangku yang digenggamnya.

Dari perut.. jilatanku beralih ke lipatan pahanya.
Niki medesah sambil sebelah tangannya menjambak rambutku.

Aku mecoba bertahan tidak ‘menyantap’ bibir vagina yang terpampang menantang di depanku.
Kujelajahi paha Niki perlahan dengan lidahku.. meluncur ke betis terus ke ujung kaki.

Aku bertekad mengulang seingatku.. apa yang kulakukan dua tahun lalu.
Niki mulai mengejang saat lidahku pindah ke kaki sebelahnya menyusuri paha..
terus menuju pangkalnya yang mengangkang lebar.

Ia merintih lirih.. tidak sabar menunggu penjelajahan lidahku..
maka sampai di pangkal paha bibir luarnya.. langsung kujilati.

Semakin turun jilatanku ke dalam celah.. Niki makin menggeliat.
Akhirnya saat lidahku menyapu klitorisnya Niki melonjak.. mulut vaginanya bergetar menyambut lidahku.

Erangannya semakin menjadi-jadi.
Aku berlutut di antara kedua pahanya yang mengangkang.. mengarahkan batangku.

Slepp.. slepp.. kugosok-gosokkan kepala kemaluanku di mulut vaginanya.
Niki menghentakkan pinggul.. mencoba meraih batang kemaluanku dengan liangnya yang basah.

Tapi kubiarkan dulu supaya ia makin penasaran.
Perlahan aku mulai mengarahkan batangku ke liang vaginanya.

Slebb.. Kutekan pelan.. Niki menggigit bibirnya dan mendesah.. “Ahh.. Mass..!"
Begitu masuk setengah.. batang kemaluanku kutahan..

Rrrbb.. rrbb.. kuputar kiri kanan sambil kutarik sedikit.. baru kudorong lagi. Slebb..
Sensasi ini membuat Niki menggelinjang dan meracau.

Putar kiri kanan, tarik sedikit, lalu dorong lagi.. dan akhirnya..
Blesskk.. batang kemaluanku terbenam penuh di lubang kemaluannya.

Niki mendesah dan mengangkat pinggul.. membiarkan kemaluanku menyesaki liangnya.
Pinggulnya bergerak liar.. dengan jemarinya menancap di pundakku.

Goyangannya membuatku terengah-engah menahan nafsu. Niki hari ini luar biasa sekali.. pikirku.
Sejurus kemudian.. Niki membalikkan tubuhku dan menekan pundakku hingga telentang di atas tempat tidur.

Dengan posisiku sedemikian rupa.. ia mengangkangi batang kemaluanku dan mendudukinya.
Erangan keluar dari mulutku saat Niki bergerak maju dan mundur.

Ia lalu mengatupkan kedua pahanya.. menempelkan telapak tangannya di dadaku..
membuat kemaluanku serasa dijepit.

Niki mulai berkeringat kelelahan.. kubalikkan lagi tubuhnya.
Ia mengangkat kedua betisnya ke pundakku.

Rintihan keluar dari tubuhnya yang menegang.. Jlebb.. jlebb.. jlebb.. clebb.. clebb..
Kutekan batang kemaluanku melesak dan menggerakkannya lebih cepat.

Tubuh Niki menggelinjang lalu vaginanya mulai meremas.. menandakan hampir orgasme.
Aku diam sesaat.. merasakan remasan Niki yang dahsyat.

Kami berdiam sambil bibir bertautan..
hanya geliat-geliat pinggul Niki melengkapi remasan vaginanya di sekujur batangku.

Lalu aku mulai bergerak naik-turun perlahan.
Kutancapkan batangku setengah lalu kutarik lagi.. satu.. dua.. tiga.. sampai tujuhkali.

Pada tusukan kedelapan.. kutekan penuh sambil kugoyangkan.
Niki menjambak rambutku dan membuka lebar pahanya.

Kugenjot terus dengan kombinasi lambat dan cepat.. kuobok-obok isi kemaluannya..
dalam irama goyang-goyang tekan.. goyang-goyang tekan.. membuat ia mengerang dan menjerit kecil.

"Ohh.. Mass.. kamu nakal..!" Bisiknya seraya meremas-remaskan vagina.
Aku bertumpu pada lutut menggenjot penisku keluar-masuk vagina Niki yang semakin berdenyut.

"Yangg.. aduuh.. keras banget.. oohh..!"
Niki bergetar.. pinggulnya naik turun.. berputar kiri kanan dengan teratur.

Goyangan pinggul dan pantatnya tambah menggila..
dan liangnya seakan mau melumat habis dan mematahkan penisku.

Gelinjang pantat dan pinggul Niki makin menjadi-jadi.. menggelepar dengan mata merem-melek.
Niki mencakar punggungku tanda mau orgasme.

Tiba-tiba.. “Yaang.. aduuh.. gilaa.. uuhh..!" Dia sekali lagi mencakariku.
Itu memang kebiasaannya kalau meregang menahan klimaks luar biasa.

Aku terus menggenjotkan penis dengan teratur..
sambil konsentrasi merasakan nikmat yang semakin mendesak di ujung penisku.

Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..! Gelombang dahsyat yang menyedot seluruh perasaanku..
Menyembur dari ujung kemaluan.. memancar dalam di liang vaginanya.
Aku mengejang beberapa detik.. lalu terkulai dalam pelukannya.

Kami menghabiskan waktu dengan berpelukan.. mengenang cerita masa lalu..
Juga membakar surat-surat.. lalu sebelum pulang aku minta lagi. Niki tidak keberatan.

Akhirnya.. dua minggu kemudian Niki menikah. Aku tidak tau apakah aku dapat melupakannya.
Mungkin Niki akan sepenuhnya mengurusi rumah tangga.. suami pilihannya.. dan aku tinggallah jadi masa lalunya.
oOo

Penutup: Saat membantunya menyiapkan resepsi.. aku tetap tidak dapat konsentrasi.
Pikiranku masih tentang hari-hariku setelah ini.

Apakah aku sanggup untuk tetap 'berteman' tanpa meremas tangan.. mengusap pangkal paha.
Atau meremas dadanya..? Apakah aku sanggup untuk membantunya jadi 'isteri setia'..?

Ketika memeriksa gedung.. Yogi bersama beberapa teman panitia sibuk memeriksa kelengkapan di tempat terima tamu..
sedangkan Niki bersamaku dan Ranti.. –seorang temannya..– memeriksa pelaminan.

Saat Ranti menjauh.. Niki meraih selangkanganku yang terhalang kursi dari pandangan orang-orang sekitarku.
Nyutt.. diam-diam ia meremas batangku yang langsung mengeras.

"'Ki.. nekat kamu..!" Ujarku lirih.
"Biarin.. gemess..!" Ia menjawab dengan cuek.

Malah menarikku ke balik sekat dan melumat bibirku..
sambil bawah perutnya menggesek-gesek batang kemaluanku.

Ahh.. Nyonya Yogi.. perlukah aku berubah..!? CONTIECROTT..!?
--------------------------------oOo---------------------------------
 
-----------------------------------------------------------------------

Cerita 30 – Diary About Me and Niki

V. Babak Kelima: Niki yang Tak Terlupakan

Niki adalah 'mantan kekasihku'
beberapa tahun lampau.

Ia menikah dengan pria lain.. –Yogi..– tahun 1996. Aku menyusul dua tahun kemudian.

Saat itu Niki sudah mempunyai anak satu. Kami berpisah baik-baik.
Dan sesudahnya kami masih berhubungan. Aku juga kenal baik dengan suaminya.

Aku dan Niki sama-sama kerja di perusahaan konsultan. Sesudah menikah ia bertugas di salahsatu proyek..
sedangkan aku di head office.. sehingga kami lama tidak ketemu.

Cerita ini terjadi pada pertengahan tahun 2000.
Saat ia kembali bertugas di Head office menjadi sekretaris salah seorang expert kami dari Hongkong.

Aku harus sering berhubungan kerja dengannya. Semula kami bersama dalam tugas.
Lama-lama berlanjut untuk hal-hal di luar kerjaan, hingga tidak terasa kebiasaan dulu kembali muncul.

Misalnya makan siang. Seperti dulu waktu masih pacaran.. sering ia 'mencomot' lauk dari piringku..
atau sesuatu yang ia makan diberikan separuh ke piringku.

Kebiasaanku menyiapkan sendok dan minuman untuknya.. atau menghabiskan makanannya..
juga menjadi kegiatan rutin.. seolah hal yang wajar saja dalam hubungan kami.
Untungnya teman-teman sekantor juga menganggapnya wajar.

Sering juga kami ngobrol soal rumah tangga.. suami..–nya..– istri–ku..–.. dan anak-anak.. –kami..–
Tidak ada cerita jelek.. semua baik-baik saja.
Tapi di balik yang 'baik-baik' tersirat kerinduan.. – atau kecewaan..?– tersembunyi.

Dalam suasana seperti itulah hubungan kami berlanjut..
Lalu menghasilkan kisah-kisah yang sebagian kucuplik di sini.. khusus yang punya kesan mendalam untukku.
----------oOo----------

Pertama: Saung Ikan Mas

Hari itu
bossnya Niki sedang ke tempat client.
Si boss bawa mobil sendiri..
Maka seperti biasa Niki memanfaatkan mobil kantor yang menganggur buat jalan-jalan.
Driver-nya cs kami.. jadi ia mengajakku bergabung cari makan siang di luar. –"Kamu yang traktir yaa..” katanya..–

Pukul 11.30 kami bertiga berangkat ke Cwie Mie Fatmawati. Baru sampai di Prapatan Pejaten..
–kantor kami di Buncit..– si boss menelpon minta supaya driver-nya menyusul karena tidak enak badan.

Maksudnya minta disupiri pulang. Driver kami turun sambil mengomel..
minta uang taksi ke Niki terus menyusul bossnya di sekitar blok M.

Niki menggantikan pegang kemudi.. –dulu.. Niki yang mengajariku bawa mobil..– dan melanjutkan perjalanan.
"Kalo dulu, sambil nyetir gini biasanya aku dipijitin..” Niki mulai membuka kenangan.

"Sekarang juga boleh..” kataku.. sambil mengusap lututnya.. biasanya aku pindah ke belakang..
memijat leher dan pundaknya dari belakang.. dan tentu saja berakhir di payudaranya.

"Jangaan ahh.. kacanya terang..” kata Niki. Usapan di lutut memang lebih aman dari pandangan mobil lain.
Dari desahan 'ahh'-nya kurasakan bahwa Niki menikmatinya.

"Kita ke saung aja yuk..!?" Lanjut Niki.
Saung adalah istilah kami berdua untuk sebuah restoran pemancingan di sekitar Ragunan.

Aku tidak menjawab.. hanya semakin meningkatkan sentuhan di lutut dan ke atas 'sedikit'..
sambil mata tetap waspada memantau kiri kanan takut dilongok pengendara motor.

Niki dengan trampil meluncurkan mobil di sepanjang jalan dengan meminimalkan penggunaan kopling..
supaya paha kirinya lebih mudah terjangkau jari-jariku.

"Berapa tahun aku tidak nyentuh ini..” kataku saat jariku mulai nyelusuri pinggiran CD-nya.
Niki agak tergetar oleh sentuhanku itu.. sambil mendesis ia mengoyangkan kakinya.

"Kamu bangun enggak Mas..?" Katanya.. –ia memanggilku 'Mas'..–
"Liat aja..” jawabku.

Ia melirik dan terkikik melihat tonjolan yang mengeras di celanaku.
"Hihihi.. masih mempan juga.."
"Masih dong.. remasanmu belum ada duanya.."

Restoran itu terletak di pinggir kolam.. dihubungkan ke beberapa saung..
–gubuk dari bambu..– di tengah kolam dengan jembatan kayu.
Saung beratap rumbia ukuran 2,5 m x 2,5 m itu diberi pagar bambu rapat setinggi 60 cm.

Bagian atasnya terbuka.. sehingga dapat dipantau dari jauh..
tapi dilengkapi krey bambu yang jarang-jarang.. dan dapat diturunkan 'kalau perlu'.. juga disediakan bantal duduk.

Saat itu tidak ada pengunjung lain. Kami meniti jembatan kayu.. memilih saung yang paling jauh dari kasir..
Lalu memesan makanan yang paling cepat saji. Tidak lupa kami minta krey diturunkan.

Begitu pelayan pergi.. aku segera menjatuhkan pantatku di sebelahnya.
Ia menyandar ke tiang bambu di pojok.. bersila di bantal dengan cuek.

Aku meneruskan elusanku yang terhenti.. menyusuri pahanya yang terbuka.
"Mana dong yang keras-keras tadi aku pegang..?”

Katanya tanpa mempedulikan jariku yang sudah terbenam di dalam roknya.
Aku merapatkan duduk agar terjangkau tangannya.

Ia menekan-nekan celana di bagian penisku dengan keempat jarinya.
Dengan hati-hati sabukku dibuka.. lalu srttt.. zipku diturunkan.

Dari sela-sela baju dan singlet dirogohnya penisku yang sudah mengeras lalu diusapnya lembut.
"Segini aja dulu.. biar gampang ditutup..” katanya saat aku mau menurunkan celana panjang.

Ughh.. Rasa nikmat yang halus merambat seperti aliran setrum dari selangkanganku..
Kemudian perlahan namun pasti menjalar ke kaki.. ke badan.. terus ke otak.

Kami duduk berdampingan.. aku selonjor dengan penis mencuat keluar dari celana..
sementara paha kiri Niki menopang di atas paha kananku.

Tangan kirinya mengusap lembut batangku sementara sambil menikmati elusannya..
tangan kananku melakukan eksplorasi ke permukaan vaginanya yang terbungkus CD.

Percumbuan ringan itu terhenti ketika pelayan datang membawa pesanan.
Aku menaikkan zipku kembali seraya merapatkan jaket.

"Sana kamu ke kamar mandi Mas.. CD sama singletnya dikantongin aja. Sabuknya masukin tas..”
ia berbisik memerintahku.. –Dari dulu aku suka 'perintah-perintahnya'..–

Ia membereskan makanan sementara aku ke kamar mandi..
membukai semua sesuai instruksi dan mencuci batangku supaya dingin dan segar kembali.

Keluar kamar mandi.. aku berpapasan dengan Niki menuju ke tempat yang sama sambil mengedipi aku.
Sambil menunggu.. membayangkan ulah Niki batangku yang baru didinginkan mengeras lagi.
Aku tidak menyentuh makanan.. hanya minum Aqua untuk mengurangi bau mulut.

Niki datang langsung duduk di bantal lagi.
"Udah lega.. ganjelnya udah masuk sini semua.. Beha, CD..” Niki melemparkan tasnya.

Aku kembali merapat.. "Jangan deket-deket, kelihatan dari kasir..” ia mencegah.
Tangan kiriku beralih ke perutnya, pelan-pelan menggeser ke atas.

Semua 'daleman' Niki rupanya sudah tersimpan dengan aman di dalam tas.

Niki mengeluh saat tanganku menyentuh bulatan kenyal itu.. menggeser posisi..
sehingga dapat mengawasi kasir di seberang, sekaligus memudahkan aku 'bekerja'.

Ia kembali mendesah lirih saat kusentuh putingnya.
Serrr..! Darahku bergejolak merasakan lembutnya buah dada Niki.

Beda dengan dulu.. sekarang lebih berisi karena menyusui.
Aku tidak berani mencium bibir atau mendekapnya karena kepala kami kelihatan sayup dari restoran.

Perlahan kubuka kancing blus dengan menyisakan satu kancing paling atas..
–Niki biasa begitu supaya cepat 'memberesinya'..– hingga aku dapat leluasa menciumi perutnya.

Buah dada Niki mengembang segar..
Putingnya yang menonjol sudah mulai mengeras.. coklat dilingkari semburat merah jambu.

Dengan lembut jariku mengelus puting itu. Kuremas tubuh Niki dengan penuh perasaan.
Lidahku menjelajahi perutnya, membuat Niki mendesah-desah dengan mata setengah terpejam.

Bersembunyi di balik blus longgarnya, ciumanku beralih ke buah dada.
Lidahku berputar-putar menyapu lingkaran merah di seputar puting.. lalu diteruskan dengan mengulum ujungnya.

Sementara itu tanganku menjelajahi gunung yang sebelahnya.
Niki semakin merintih-rintih menikmati sentuhanku. Birahinya semakin menggelora.

Sambil tetap menciumi puting susu, tangan kiriku pindah menelusuri paha Niki..
sambil tangan lainnya menyusup ke belakang, membuka kaitan roknya.

Sentuhan dan rabaanku akhirnya sampai ke pangkal pahanya yang tidak terbungkus apa apa.
Usapanku pada bukit lembut yang ditumbuhi bulu halus membuat birahi Niki menggelegak..
meluap ke seluruh nadi dan pori-pori.

Ketika tanganku menyelusup ke celah kewanitaannya yang basah.. Niki makin menggeliat tidak terkendali.
"Ahh.. Mass, ahh..” Niki merintih tidak karuan..
Sementara sekujur tubuhnya mulai dirangsang nikmat yang tidak tertahankan.

Dengan hati-hati rok Niki kusingkapkan.. pahanya yang mulus sudah menganga menantikan sentuhan lebih jauh.
Celah di pangkal paha Niki yang ditutupi rambut halus merekah indah.

Kepalaku menyusup ke dalam roknya yang tersingkap.. Niki mengangkangkan pahanya lebar-lebar..
seraya menyodorkan pangkal pahanya.. memudahkanku mencapai lembahnya.

Jariku mengusap-usap celah itu yang mulai basah dan menebal..
Sementara lidahku menciumi pinggiran bulu-bulu kemaluannya.

Niki mengerang keenakan saat jari-jariku menggetar dan memilin kelentitnya.
"Akh.. Mas, gila..! Udah dong Mass..!"
Jari-jariku membasahi kelentit Niki dengan cairan yang merembes keluar dari celahnya.

Setiap jariku mengorek lubang kemaluan untuk membasahi kelentit.. Niki menggeliat kelojotan.
Apalagi sambil membenamkan jariku.. aku memutar-mutarkannya sedikit.

Sambil meremas rambutku yang masih menciumi pubisnya.. Niki mencari-cari zipku.. ketemu.. terus dibukanya.
Dan kemaluanku yang sudah menegang kencang terbebas dari 'kungkungan'.

Batangku tidak terlalu panjang.. tapi cukup besar dan padat.
Sementara ujungnya yang ditutupi topi baja licin mengkilat.. bergerak kembang kempis.
Di ujung topi itu lubang kecilku sudah licin berair.

Sementara tubuh Niki makin melengkung hanya tinggal punggungnya yang bersandar..
karena pahanya mengangkang semakin lebar.. aku pun berusaha mencari posisi yang enak.

Sambil menindih paha kirinya.. wajahku membenam di selangkangan...
menjilati lipatan pangkal pahanya dengan bernafsu.. dan tangan kiri tetap bebas menjelajahi liang kemaluannya.

Pinggulku mendekat ke tubuhnya untuk memudahkan ia meraih batangku.
Soal 'keamanan lingkungan' sepenuhnya kupercayakan kepada Niki yang dapat memandang sekeliling.

Dengan gemas tangan Niki meraih tonggakku yang semakin tegak mengeras.
Jari-jarinya yang halus dan dingin segera menjadi hangat ketika berhasil menggenggam batang itu.

Ketika pangkal paha Niki mencuat semakin terbuka.. ciumanku mendarat di pinggiran bibir vaginanya.
Ciuman pada vaginanya membuat Niki bergetar.

Ketika lidahku yang menjelajahi bibir kemaluan menggelitik kelentitnya.. Niki semakin mengasongkan pinggulnya.
Lalu.. tiba-tiba ia mengerang.. kaki kanannya terlipat memiting kepalaku..

Tangannya mencengkeram pangkal leherku.. mendesakkan mulut vaginanya ke bibirku.. dan mengejang di situ.
Niki orgasme..! Niki menyandar lemas di tiang pagar.

Tapi itu tidak berlangsung lama.. segera didorongnya tubuhku telentang dan dimintanya merapat ke dinding bambu.
Aku mengerti yang dimauinya.. aku tau orgasmenya belum tuntas.. tapi aku masih ragu.

Semula aku hanya ingin menawarkan kenikmatan lewat lidah dan jariku.. tapi kini telanjur Niki ingin lebih.
"Kamu oke, Ki..?” Tanyaku. Ia mengangguk.

"Aman..?" Lanjutku sambil memutar biji mataku berkeliling. Ia kembali mengangguk.
"Ayo.. sini..!" Kataku memberi kode tapak tangan menyilang.. Niki langsung mengerti bahasa kami masa pacaran.

Ia mengangkang di atas badanku.. jongkok membelakangiku dan kembali menghadap ke restoran.
Ia mengangkat rok dan memundurkan pinggulnya hingga vaginanya tepat di mulutku.

Tanganku yang menganggur merogoh saku.. mengambil 'sarung' yang sudah kusiapkan.. kuselipkan di tangan Niki.
"Ihh.. udah siap-siap yaa..?" Katanya, sambil mencubit batangku.

Dengan sebelah tangan bertumpu pada dinding bambu.. Niki berjongkok di wajahku yang berkerudung roknya.
Dengan mendesah ia menggerakkan pinggulnya.. slepp.. slepp Ia menyapukan vaginanya ke lidahku yang menjulur..

Kadang mendesak hidungku dengan tekanan beraturan.
Tangannya sebelah lagi mengurut pelan penisku yang semakin tegang..

Kemudian.. dengan susah payah berusaha memasang 'sarung' dengan sebelah tangan..
Gagal.. malah dilempar ke lantai.

Saat sapuan vaginanya di bibirku semakin kuat sementara lidahku yang menjulur sudah kebanjiran cairannya..
pinggulnya ditarik dari mulutku.. bergerak menuruni tubuhku ke arah selangkangan.

Aku tidak tinggal diam.. vaginanya yang lepas dari lidahku kurogoh.. kujelajahi dengan jari-jariku.
Niki semakin menggelinjang.. pahanya mengangkang mengharapkan datangnya tusukanku..
Sementara tangannya yang menggenggam mengarahkan kemaluan itu ke liang vaginanya yang sudah berdenyut keras.

"Mas.. masukin yaa..!?" Niki merintih sambil menarik batang kemaluanku..
Sementara aku masih memainkan jari di kelentit dan liangnya.

"Hhh, kamu lepaass dulu.. Ini udah keras banget..!" Aku mengambil alih menggenggam tongkat.
Kusentuh dan kugosok-gosokkan otot perkasa yang ujungnya mulai basah itu ke kelentit Niki.

Niki melenguh. Sentuhan dengan ujung kemaluan yang lembut dan basah membuat kelentitnya serasa dijilati lidah.
Napas Niki semakin terengah-engah.

Setelah puas membasahi kelentit.. aku pindah ke mulut vagina. Kuputar-putarkan tongkat kenikmatanku di mulut lorong Niki.
Membuatnya semakin kelojotan dan medesah dengan sendu.

Ia berusaha menekan tapi terganjal tangan yang menggenggam batangku.
"Masukin dong Mas..!" Niki menjerit lirih.

Dengan gemetar aku melepas tongkatku.. topi bajaku menyentuh mulut vagina Niki.
Kemudian dengan hati-hati ia mendorong pelan-pelan.. Slebb.. sampai kepala penisku membenam di liang itu.

"Ergghh.." Aku mengerang..
Kepala kemaluanku seakan diremas oleh cincin yang melingkari liang sempit milik Niki.

"Uhh.. enak Yang..!" Niki tebeliak-beliak..
sambil melenguh ketika kemaluanku menyeruak masuk lebih dalam ke liang nikmatnya.

Dinding vaginanya yang lembut tergetar oleh nikmat yang menggelitik karena gesekan ototku.
Niki kemudian pelan-pelan mengangkat pinggul, menarik keluar batang kemaluanku.

"Shhhh.." Ia mendesis panjang. Menggumam sambil menggigit bibir.
Demikian pula ketika mendorong, menelan tongkatku yang kembali membenam di liang vaginanya.

Niki merasakan nikmat yang tidak habis-habisnya.
"Auughh.. Yang..! Teruus..!"

"E.. emhh.. kamu goyyaang teruss..!"
Kemudian Niki memiringkan badannya, memberi kode padaku. Ia ingin di bawah.

Aku menjawab dengan mengangkat alis.. sambil mata berkeliling.
Ia mengangguk.. artinya aman.

Lalu.. tanpa mencabut batangku.. Niki berbaring pelan-pelan..
Aku lalu bangkit.. bertumpu pada palang dinding bambu.

Dari sela-sela krey.. di restoran tampak dua orang sedang asyik nonton TV membelakangi saung kami.
Niki berbaring miring menghadap dinding pagar.

Sebelah kakinya melonjor di lantai.. sebelah lainnya mengait di palang bambu.
Tanganku pindah memainkan klitoris.. sementara batang kemaluanku keluar masuk di liang vagina Niki.
Membuat birahi kami semakin menggelegak.

Birahi yang makin memuncak membuat Niki dan aku terhanyut.. tidak mempedulikan apa-apa lagi.
Niki kini telentang.. ia meraih bantal untuk mengganjal pantat.. memudahkan kocokan batang penis di liang vaginanya.

Pinggul Niki dengan lincah berputar-putar.. sementara aku semakin cepat mengayunkan pantat..
Ini menyebabkan gesekan penis dan vagina semakin terasa mengasyikkan. Clebb.. crebb.. crebb.. crebb..

Tiba tiba Niki menegang. Pinggulnya menggelinjang dengan hebat.
Matanya terbeliak dan tangannya mencakari pahaku dengan liar.

Gerakannya semakin tidak beraturan, sementara kakinya membelit di pantatku.
"Akh.. cepetaan.. Yang..!" Niki mendesah-desah. "Gila.. enaak banget..!"

Ketika suatu desiran kenikmatan menyiram menjalari sekujur tubuhnya.. ia menggelepar.
Srrr.. srrr.. srrr.. srrr.. "Akuu.. keluaar.. laagii.. Yang.. kkamu..!"

Cakaran itu sama sekali tidak menghentikan gerakanku menghujami liang nikmatnya..
Apalagi aku tengah menikmati remasan-remasan terakhir vagina Niki di kepala dan batang kemaluanku.

Aku pun hampir mencapai orgasme. Lalu.. “Uhh.. aku keluaar Nik..!"
Aku mengocok dengan cepat dan menggelepar-gelepar tidak beraturan.

Gerakan yang membuat Niki semakin melambung-lambung.
Kemudian, kami berdua mengejang dengan saling mendesakkan pinggul masing-masing.

"Nghhhh.." Srrrr.. srrr.. srrr.. srrr..
"Errghhh.." Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..

Puncak birahi Niki menggelegak saat aku menumpahkan puncak kenikmatanku dalam-dalam..
Membenam di liang vagina Niki yang meremas-remas dengan ketat.. bersama semburan cairan kentalku.

Beberapa saat kemudian.. kami saling memandang dengan diam.
Diam-diam pula kami gantian ke kamar mandi membersihkan sisa-sisa tisu..

Menghabiskan makan dengan cepat.. –dan ternyata tidak habis..–
Sambil makan aku hanya bilang.. “Nik, kalau ada apa-apa semua tanggungjawabku.."

Niki tidak menjawab.. hanya tersenyum.. menggenggam tanganku erat sambil tersenyum penuh kasih.
Dalam perjalanan kembali ke kantor kami tidak banyak bicara.

Hanya saat berpisah ia berbisik.. “Terimakasih.. aku bahagia. Tapi tolong lupakan..!" Be Kontiecrott..!!
------------------------------------oOo-----------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd