----------------------------------------------------------
Cerita 95 – Tetangga Kostku
Santi
Kisah nyata ini terjadi di tahun 1993.. ketika aku baru lulus dari SMA dan diterima di salahsatu perguruan tinggi negeri di kota Bandung.
Saat itu aku masih sangat polos dan belum berpengalaman di dunia esek-esek.
Perlu pembaca ketaui.. aku orangnya alim.. pendiam.. dan rada kutu buku. Tinggi tubuhku sekitar 175 cm dengan berat tubuh sekira 60 kg.
Sedikit kurus memang.. tapi mengenai tampang dijamin oke punya. Pokoknya aku tidak pernah kesulitan mendekati cewek sewaktu SMA.
Kost pertamaku berlokasi di Jln. Cihampelas yang merupakan bangunan tua –dekat BUN, sekarang sudah menjadi kompleks Perumka..–
Walaupun bangunan tua.. namun aku sangat menyukai kost tersebut karena bentuk bangunannya yang terbuka..
dan tidak berbentuk rumah tinggal.
Kost-nya terdiri dari kamar-kamar yang berderet. Tiap kamar mempunyai kamar mandi sendiri-sendiri.
Yang istimewa di kost ini adalah kebebasannya.
Pemilik kost tersebut jarang datang dan anak kost bisa melakukan apa saja di kost tersebut.
Tapi berhubung Bandung adalah kota pelajar.. hampir semua anak kost di sana adalah mahasiswa.
Kamarku berada di pojok.. dan tetanggaku adalah seorang cewek manis yang berasal dari Jakarta.
Dia adalah mahasiswi tingkat akhir di jurusan Sastra Inggris.. yang dulu kampusnya berada di Jalan Cihampelas.
Namanya Santi. Aku ingat waktu pertamakali bertemu dengannya, dia selesai mandi dan kelihatan segar sekali..
aku sudah langsung tertarik dan ngaceng.. –maklum.. waktu itu masih perjaka ting-ting dan nafsuku memang besar sekali..–
Tapi aku yakin.. tiap cowok normal pasti akan ngaceng jika melihat bentuk tubuh Santi yang sangat indah.
Payudaranya ngga terlalu besar.. –mungkin ukurannya cuma 32..– tapi mancungnya minta ampun.
Dan tambahan lagi pinggulnya yang menjulang.. seakan menantang tiap cowok untuk menyentuh dan meremasnya.
Tapi aku paling suka pada matanya, sangat bulat, polos dan begitu jernih. Dan hidungnya, bagus sekali.
Santi sebenarnya sudah mempunyai seorang pacar yang saat itu sedang kerja di Jakarta.
Rencananya sih mereka mau married tahun depan. Nah.. saking sibuknya sang cowok cuma bisa datang tiga bulan sekali.
Aku kasihan juga pada Santi.. habis orangnya agak cerewet dan manja serta tidak bisa ditinggal sendirian.
Maunya sih ada orang yang terus menemaninya buat ‘main’ dan curhat.
Waktu itu aku masih miskin.. –sekarang masih miskin juga sebenarnya..– jadi di kamarku ngga ada komputer maupun TV..
sedangkan di kamarnya.. Santi punya TV.. video.. komputer.. kulkas.. tape.., dll. Kelihatannya cukup berduit juga tuh anak.
Karena sering tidak ada kesibukan.. aku sering nongol dan numpang nonton TV di kamarnya.
Jadinya klop kan..? Dia ingin Curhat.. dan aku ingin nonton TV. Hehe..
Suatu hari aku baru sadar kalau kamar mandiku dan kamar mandinya letaknya bersebelahan..
dan di kamar mandi kita ada lubang angin di atapnya.
Hehe.. karena kebetulan aku kuliah di jurusan Arsitektur.. otakku mesumku langsung jalan.
Aku mikir.. kalau aku manjat ke atap lewat lubang angin di kamar mandiku.. tentunya aku bisa jalan ke atap kamar Santi dan ngintip dia.
Langsung deh ‘adikku’ berontak.. haha..
Keesokan harinya, jam 9 pagi aku mendengar ada gemericik air di kamar mandi Santi.
Semangatku langsung bangkit dan pelan-pelan, aku menaruh kursi di kamar mandiku untuk memanjat ke atap.
Dadaku berdebar kencang, sedikit takut tapi kepingin.
Tanpa suara aku berhasil memanjat ke atas. Atapnya sangat berdebu dan banyak kabel listriknya.
Aku harus hati-hati, pikirku kalau mati kesetrum karena ngintip cewek mandi kan nggak lucu.
Dengan berjingkat-jingkat sampai juga aku ke atas kamar mandinya. Tetapi aku ngga berani melihat langsung lewat lubang angin..
Takut ada bayanganku di bawah dan mungkin saja dia melihat ke atas.. kan..?
Dasar lagi 'beruntung'.. aku melihat lubang kecil di atap kamar mandinya.
Ukurannya cuma sekitar 1 cm.. tapi buat yang sering ngintip tentu ngerti kalau ukuran ini sudah jauh dari cukup.
Dengan posisi berlutut aku mulai ngintip ke bawah melalui lubang tersebut. Jrengg..!
Di kamar mandi.. kulihat Santi sedang menyabuni tubuhnya. Dari atas aku bisa melihat hampir seluruh tubuhnya.
Yang pertama menangkap perhatianku adalah payudaranya dan puting susunya yang mungil dan berwarna coklat muda.
Bentuknya sangat bagus, sedikit kecil namun sesuai dengan imajinasiku sebelumnya..
Ahh.. bentuknya bagus banget.. dan kelihatannya amat kenyal dan kencang. Amboi.. aku sampai gemetar dan nafasku memburu.
Sambil bernyanyi kecil, Santi menyabuni pundaknya, payudaranya, lalu turun ke bawah, pahanya.. dan.. yaa ampun..!!
Dia mengangkangkan kakinya sedikit.. lalu menyabuni daerah kewanitaannya.
Plass..! Dengan jelas aku bisa melihat bulu kemaluannya.
Ngga terlalu lebat.. dan menurutku termasuk tipis.. tapi siapa yang peduli.. ya ngga..!? Hehe..
Aku terus mengintip.. sampai dia sirami tubuhnya dengan air.. lalu mengelap tubuh..
terus mengenakan CD warna putih.. celana pendek dan kaos.. tanpa BH.
Saat itu aku sudah ngga tahan lagi. Buru-buru aku turun ke kamar mandiku lalu melakukan onani.
Cepat sekali aku keluarnya.. habisnya udah terangsang banget sih.. hihihi..
Setelah itu dengan alasan mau meminjam koran, aku langsung ke kamar Santi. Bayangannya waktu mandi terus berada di benakku.
Jadi waktu ngobrol dengannya, aku ngaceng terus –walaupun sudah ejakulasi..–
Waktu Santi menunduk untuk ngambilin koran.. dari kaosnya yang agak longgar itu aku bisa melihat payudaranya.
Ampun deh.. kali ini cuma berjarak sekitar 1 meter dariku.. tapi karena masih polos aku ngga berani berbuat sesuatu.
Aku cuma mengucapkan terimakasih, lalu balik ke kamarku dan melakukan onani lagi.
Hubunganku dengan Santi semakin bertambah intim. Kita selalu makan bareng dan nonton TV bareng.
Kalau malam minggu dan cowoknya tidak datang, kita pasti jalan ke BIP atau nonton. Kadang ke diskotik di jalan Cihampelas.
Tapi kita ke diskotik cuma untuk disco dan mendengarkan musik, tidak pernah tripping.
Aku sampai sekarang masih bersih dari yang namanya drugs.
Sering aku nonton TV sampai larut malam dan kalau dia ngantuk, dia tidur duluan.
Tempat tidurnya menghadap TV.. dan aku duduk di atas karpet di sebelah tempat tidurnya.
Suatu ketika, saat aku nonton bola sampai larut dan dia sudah tidur, aku jalan ke tempat TV untuk mengganti channel.
Ketika aku balik aku berjalan ke arahnya.
Waktu itu pahanya agak terbuka dan lewat celah-celah celana pendeknya aku bisa melihat celana dalamnya.
Wuihh.. warnanya putih bersih.. dan lewat celana dalamnya aku bisa melihat bentuk segunduk daging kemaluannya.
Ampunn dahh..! Waktu itu aku ingin sekali meraba pahanya dan celana dalamnya, sayang keberanianku belum cukup.
Aku cuma bisa membayangkan dan mengkhayal saja.
Sampai suatu hari.. aku ingat itu hari Minggu.. Santi baru balik dari Jakarta.
Sekitar jam 10 malam aku sudah nongol di kamarnya.. "San, gimana perjalanan ke Jakarta..? Capek nggak..?" Tanyaku.
"Iya, capek banget, abis tadi nggak dapat tempat duduk di kereta dan cuman berdiri atau duduk di lantai..” jawab Santi sambil tiduran..
"Pinggangku serasa mau patah..” sambungnya.
Sambil bercanda aku bilang.. "Kalau lagi pegel paling enak di pijat, gitu-gitu aku pintar pijat lho.."
Ternyata tidak disangka-sangka Santi menjawab..
"Beneran nich, tolong dong pijatin aku.. capek banget nich. Besok aku traktir makan dech.."
Dengan semangat 45 langsung kubilang.. "Oke deal.."
Hehehe.. Aku ketawa iblis dalam hati.. tanpa ditraktir pun aku bersedia.. dan pasti mau banget..!
Aku lantas memintanya telungkup dan mulai memijatnya.
Sebenarnya aku ngga tau caranya memijat orang.. cuma aku punya pengalaman beberapakali ke panti pijat.
Jadi pura-puranya aku berpengalaman saja. Haha..
Aku mulai memijat telapak kakinya dengan jempolku. Pelan dan sedikit bertenaga.
"Sakit nggak San..? Kalau sakit bilang-bilang ya..?" Kataku menyarankan.
"Nggak.. Enak kok..” sahut Santi.
Sekitar sepuluh menit kemudian, pijatanku naik ke paha bawahnya.
Nafasku mulai cepat dan aku bisa merasakan suhu tubuhku mulai naik. Pahanya mulus sekali, mulus dan putih.
Aku merasa tanganku agak dingin.. tapi tidak tau deh Santinya merasakan hal yang sama denganku atau tidak.
Tapi aku tidak berani memijat pahanya terlalu ke atas. Sampai batas celana pendeknya saja, tapi sudah cukup oke.
Aku bergantian memijat paha kiri dan kanannya. Waktu itu aku melihat Santi menikmati pijatanku dan hampir tertidur. Matanya tertutup.
Sekitar 15 menit kemudian, aku mulai memijat pinggangnya melewati pinggulnya.. tapi dengan perasaan takut.
Dari pinggang, aku naik ke atas untuk memijat pundaknya.
Sebelum naik ke pundaknya, kupindah tangannya dari posisi di samping tubuh ke atas –posisinya seperti Superman ketika terbang..–
Sewaktu aku memijat daerah atas pinggang, aku sengaja memijat ke arah samping tubuhnya..
sehingga bisa merasakan gumpalan samping payudaranya.
Dia tidak memakai BH.. jadi tanganku dengan leluasa merasakan gumpalan tersebut –walaupun sedikit, namun berarti sekali..–
Saat itu tubuhku sudah panas sekali dan aku bisa merasakan wajahku yang panas dan merah.
Aku melihat ke wajah Santi dan aku sangat senang ketika melihat wajahnya juga memerah. Wah.. kupikir, dianya juga mulai horny nih.
Pijatanku lalu kuteruskan ke pundak, leher dan kepalanya. Waktu memijat kepalanya.. aku mengelus belakang telinganya..
–dari buku aku tau ini merupakan daerah sensitif cewek..–
"Gimana, enak nggak San..?" Tanyaku dengan suara yang sedikit gemetar.
"Wah, enak banget, kerja sampingan loe jadi tukang pijat kali..” jawab Santi.
"Kalau ada baby oil dan mijat ke kulit langsung, jauh lebih enak San.." Pancingku.
Ternyata umpanku langsung disambar. Dia naikkan kaosnya sampai hampir ke pundaknya lalu dia bilang..
"Sayang aku kagak ada baby oil, tapi coba sekarang.."
Saat itu aku sudah terangsang sekali melihat kulitnya yang putih bersih. Dari samping aku bisa melihat gumpalan payudaranya.
Seperti yang kulihat sebelumnya, tidak terlalu besar, tapi putih sekali.
Perlahan-lahan aku mulai memijat pinggangnya.. yang kali ini tanpa kaos.
Pijatanku kali ini kuarahkan ke bawah sedikit dan menyentuh batas celana pendeknya.
Keberanianku mulai timbul, dengan perlahan aku menurunkan celana pendeknya.. sehingga aku bisa melihat belahan atas pantatnya.
Wuahh.. Putih.. dan Santi cuma diam.
Aku memijatnya terus dan sedikit turun ke bawah.. kali ini aku memijat pantatnya yang masih tertutup celana pendek.
Amboi.. kencang sekali.
Setelah itu tanganku mulai naik ke atas.. dan memijat bagian samping lagi.
Kali ini aku bisa menyentuh pinggiran payudaranya secara langsung.
Nafasku mulai memburu dan aku semakin berani saja.. karena Santi cuma diam dan memejamkan matanya yang bagus.
Entah setan mana yang masuk ke dalam kepalaku.. pijatanku turun lagi ke daerah pinggulnya..
Dan kali.. pelan-pelan ini kuturunkan celana pendek berikut celana dalamnya sampai aku bisa melihat seluruh pantatnya.
Dari atas aku sudah bisa sedikit melihat bagian kemaluannya yang berwarna merah. "Ahh.. loe bandel amat sich..?" Kata Santi perlahan.
"Tenang aja San.. loe tiduran aja, pasti enak kok.." padahal aku sendiri sudah gemetar tidak karuan, masih memintanya tenang.
Aku menatap pantatnya yang putih bersih.. di pantat kanannya ada tahi lalat yang cukup besar.
Aku masih ingat karena tahi lalat tersebut sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih.
Aku meremas pantatnya, secara perlahan.. lalu naik ke atas memijat pinggangnya.
"San, celana loe mengganggu banget, aku buka ya..?" Aku memberanikan diri untuk maju selangkah lagi.
"Ah.. ehm.. apa perlu Gus..?” Kata Santi ragu.
"Oh.. oke.. oke.." Kataku, sedikit kecewa..
"Aku cuma pingin loe rileks dan menikmati.." Santi cuma diam..
Kutafsirkan sikapnya sebagai undangan untuk melanjutkan pijatanku.
Sekarang aku ganti strategi.. aku mulai memijat payudaranya dari samping. Pertama aku cuma bisa menyentuh sedikit buah dadanya..
Tapi.. lama-lama tanganku menyusup perlahan ke bawah.. dan mulai mencari puting susunya.
Rbbb.. Kuremas payudaranya perlahan.. dan ketika jariku menyentuh puting susunya aku merasakan puting susunya sudah keras sekali.
Saat itu posisi tubuhnya tidak telungkup lagi. Tubuhnya sedikit miring untuk memberikan tempat bagi tanganku meremas susu kirinya.
Jariku bermain di putingnya, memutar-mutar putingnya seperti sedang mencari frekwensi radio.
Saat itu aku mulai mendengar desahan Santi.. "Ahh.. ahh.."
Dengan sedikit memaksa, aku membalikkan posisi tubuhnya.
Sekarang dia berbaring menghadap ke atas.. dan untuk pertamakalinya aku melihat payudaranya langsung dari depan.
Mancung dan putih. Puting susunya berwarna coklat muda.
Kudekatkan mulutku dan mulai menjilat puting susunya sambil terus meremas payudaranya.
Santi sendiri sepertinya sudah terangsang berat.. tangannya mengusap dan kadang menarik rambutku.
Aku yang sudah terangsang hebat langsung menggerakkan tanganku ke daerah kemaluannya..
yang masih tertutup sebagian oleh celana dalamnya.
Mungkin terlalu cepat aku menyentuh daerah jembutnya.. tiba-tiba dia menangkap tanganku.
"Jangan Gus.. aku mau married bulan depan.." kata Santi dengan wajah memelas.
Ahh.. Mulanya kasian juga aku melihat raut mukanya yang memelas tapi horny itu.
Perlahan dia berusaha untuk duduk sembari menurunkan kaosnya menutupi ketelanjangan payudaranya.
Aku sedikit tertegun.. “Eh, udahan nih..?” Tanyaku masygul.
Santi tak menjawab, dengan pelan ia beringsut dan menjulurkan tangan ke arah celana pendeknya yang tadi hampir berhasil kugusur.
Tetapi ketika dia tengah berusaha menaikkan celananya tesebut.. dengan tiba-tiba kuserbu..
Kuterkam tubuhnya hingga Santi kembali terlentang di atas ranjang.
Tanpa buang waktu langsung kulumat bibirnya. Santi gelagapan dan berusaha menolakkan tubuhku yang jadi menindihnya.
Kupeluk tubuh indah itu dan kuresapi kehangatan dan kemulusannya.
Santi pasti dapat merasakan benda keras di balik celana dalamku bersentuhan dengan daerah kemaluannya.
Ia masih berusaha memalingkan wajahnya ketika bibirnya kuserbu..
tapi ruang geraknya yang terbatas membuatku berhasil juga melumat bibirnya.
Tapi apa daya seorang gadis.. melawan pemuda sepertiku yang juga sering berolahraga..
hal itu terlihat dari otot-ototku yang kejal karena rajin melatihnya.
“Mmhh.. uummm..!”
Gumamku tanpa sadar.. saat menciumi Santi dan berusaha memasukkan lidahku ke mulut gadis itu yang masih menutup.
Santi sendiri pasti dapat merasakan embusan nafasku itu pada wajahnya, hangat.
Dia merasa gamang.. antara gairah dan penolakan.. tapi toh aku tau jika akhirnya pertahanannya bobol juga..
karena sulit bernafas dan aku terus merangsangnya dengan menggerayangi tubuhnya.
Lidahku pun mulai bermain-main di rongga mulutnya.. Santi tidak sanggup lagi mengelak dari serangan lidahku itu..
karena setiapkali lidahnya bergerak yang terjadi adalah saling beradu dengan lidahku..
sehingga diapun akhirnya membiarkan lidahku menari-nari di mulutnya.
Sekilas kutatap wajahnya, matanya terpejam dengan airmata membasahi kelopak matanya.
Percumbuan itu membuat nafasnya makin memburu..
Kurasakan tubuhnya bertambah panas.. perasaan aneh yang mungkin baru pernah dialaminya.. yang lazim disebut birahi.
Perlahan ciumanku lalu merambat ke dagu..leher.. juga telinganya.. hal ini membuat birahi Santi makin tak terbendung saja..
terlihat dari tubuhnya yang sudah mulai rileks menikmati setiap rangsangan yang kuberikan.
“Enak kan Nti rasanya..?” Tanyaku itu waktu menjilat telinga Santi.
“Eengghh.. sudah Gusss.. jangan.. diterusin..” Santi mendesah antara menolak dan tidak.
Tanganku semakin liar menggerayangi tubuh gadis itu..
Kini sudah mulai 'lebih nekad'.. memasuki celana dalamnya dan menyentuh permukaannya yang berbulu.
Kurasakan tubuh Santi tersentak saat jari-jariku merambah masuk dari balik celana dalamnya..
meraba bibir kemaluannya, seperti ada sengatan listrik yang membuatnya berkelejotan.
“Jangan Guss.. jangan di sana..” Santi mengiba sekali lagi.
“Eh. Hmm.. tenang Nti, enjoy aja, cuma pegang-pegang aja kok..!”
Clrupp. Kembali kulumat bibir Santi untuk membungkamnya.
Kurasakan tubuh Santi pun bergetar.. dari mulutnya yang sedang kucumbui terdengar desahan tertahan.
Dia harus mengakui bahwa dirinya terangsang berat sekalipun nuraninya menolak..
memang suatu dilema yang membuatnya bingung.. sehingga perasaan itu cuma bisa dicurahkannya lewat airmata.
Kurasakan daerah bibir kemaluannya semakin basah.. seiring dengan gesekan jari-jariku yang semakin intens.
Tanpa dia sadari lidahnya membalas lidahku yang sejak tadi mengorek-ngorek mulutnya, saling jilat dan saling beradu.
Hal itu berlangsung sekira lima menitan lamanya.
Sekarang sama sekali tak memberontak.. saat kulumat bibirnya yang merah hangat dan lembut.. kusedot sedikit demi sedikit.
Mmm nikmat.. Kulepaskan kecupan bibirku dari bibir Santi.
Aku ingin melihat reaksinya.. ternyata saat kucium tadi ia memejamkan kedua belah matanya..
Dengan mata redup ia memandangku sedikit aneh.. namun wajah manisnya begitu mempesonaku..
bibir mungilnya yang kukecup tadi masih setengah terbuka dan basah merekah.
Aha.. lama-kelamaan pertahanannya melemah.. karena ia mulai kehabisan nafas dan pelukanku yang kencang pada tubuhnya...
mungkin terasa menyesakkan..
Lagipula aku tau jika Santi juga penasaran apa yang akan kulakukan padanya.. mungkin rasa keingintauannya mulai timbul.
Sambil menciumi bibirnya tanganku mulai meremas-remas payudaranya dari luar bajunya..
suatu sensasi baru yang dia rasakan pada tubuhnya.
Setelah puas menciumi bibir.. aku lalu mulai menjelajahi lehernya yang putih mulus sambil tangan kananku turun mengelusi pahanya.
Ketika tanganku sampai ke liang kemaluannya dan mulai menggosok-gosok celana dalamnya..
aku dapat mendengar lamat-lamat nafas Santi terengah-engah kegelian..
Dia seperti gerah.. seluruh wajah dan tubuhnya mulai dihiasi butir-butir keringat..
yang seolah berlomba-lomba keluar dari pori-pori tubuh indahnya.
Tangan kiriku bergerak semakin berani.. yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini mulai meraba ke atas..
menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke bahu lalu turun ke arah gundukan payudaranya dan kuremas lembut.
Kupandangi gundukan bulat menantang bak buah apel dari balik baju kaosnya yang ketat.
Ahh.. Puting payudara putihnya yang kecil menerawang kelihatan penuh terisi oleh daging lunak yang sangat merangsang.
Kini jemari tangan kananku mulai semakin nekat menggerayangi pinggulnya yang tengah mekar itu..
Ketika jemariku merayap ke belakang kuusap belahan pantatnya yang bundar lalu kuremas gemas.
Aaah.. begitu lunak, hangat dan padat. “Aaaaahhh.. Jangaann Guuss..” kembali Santi merintih pelan.
Namun tak kuindahkan rintihannya. Jemari tangan kananku bergerak semakin menggila..
Kini aku bergerak menelusup ke pangkal pahanya yang padat berisi.. dan mulai mengelus gundukan bukit kecil .. bukit kemaluannya.
Kuusap perlahan dari balik celananya yang amat ketat.. kemudian kupaksa masuk jemari tanganku di selangkangannya itu.
Plep.. kini bukit kecil kemaluannya itu telah berada dalam genggaman tanganku.
"Nghhh..hhh.." Santi menggelinjang kecil.. saat jemari tanganku mulai meremas perlahan.. terasa empuk hangat dan lembut.
Kudekatkan mulutku kembali ke bibir mungilnya yang tetap basah merekah.
Secepat kilat bibir mungilnya yang hangat merekah.. kembali kukecup dan kukulum penuh nikmat.
Kuhayati dan kurasakan sepenuh perasaan kehangatan dan kelembutan bibirnya itu.. kugigiti lembut.. kusedot mesra.
Hidung kami bersentuhan lembut dan mesra.
Dengus nafasnya terdengar memburu saat kukecup dan kukulum bibirnya cukup lama..
Uhh.. aroma harum nafasnya begitu sejuk di dadaku.. memicu gairahku makin bergelora.
Kupermainkan lagi lidahku di dalam mulutnya.. persis seperti yang dilakukan para bintang film porno yang sering kutonton..
Pelan.. dengan mesra tetapi ragu-ragu.. Santi mulai berani membalas cumbuanku..
Mungkin naluri saja.. ia dengan menggigit lembut dan mengulum lidahku dengan bibirnya.
Aaah .. terasa nikmat dan manis saat kedua lidah kami bersentuhan, hangat dan basah.
Lalu kukecup dan kukulum bibir atas dan bawahnya secara bergantian.
Terdengar bunyi kecapan-kecapan kecil saat bibirku dan bibirnya saling beradu mengecup mesra.
Tak sangka Santi dapat membalas semua kecupanku dengan bergairah pula.
Jemari tangan kananku yang masih berada di selangkangannya mulai bergerak menekan ke gundukan bukit kemaluannya..
lalu kuusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas.
Santi memekik kecil dan mengeluh lirih..
kedua pelupuk matanya dipejamkan rapat-rapat.. sementara mulutnya yang mungil meringis lucu.
Wajahnya yang manis nampak sedikit berkeringat.
Hmm.. Kucium rambutnya yang harum dan semakin mempergencar seranganku di bukit kemaluannya.
Kedua pahanya yang tadi menjepit pergelangan tangan kananku direnggangkan.
Kuangkat wajah dan dagu Santi ke arahku.. matanya masih terpejam rapat.. namun mulutnya sedikit terbuka..
sehingga giginya yang putih kentara jelas.
Aku merengkuh tubuhnya agar lebih merapat ke tubuhku.. lalu kembali kukecup dan kucumbu bibirnya dengan bernafsu.
Kini tangan kirinya meraih pinggangku dan memegangi bajuku kuat-kuat.
Puas mengusap-usap bukit kemaluannya.. kini jemari tangan kananku bergerak merayap ke atas..
mulai dari pangkal pahanya terus ke atas menelusuri pinggangnya yang kecil ramping tapi padat..
sambil terus mengusap kurasakan ujung jemariku mulai berada di kaki pegunungan apelnya yang sebelah kiri.
Ughh.. Dari balik baju kaosnya aku dapat merasakan betapa padat gunung apelnya itu.
Aku mengelus perlahan di situ.. lalu mulai mendaki perlahan..
dan jemari tanganku seketika meremas kuat buah dadanya yang seperti apel itu saking gemasnya.
Empuk dan kenyal tapi terasa padat. “Aaaduh.. Guuss.. jang-jangaan keras-kerass..” rintihnya.
Bibirnya tampak sangat basah sedikit berliur. Maklum.. waktu kucumbu tadi air liurku sengaja kubasahkan ke bibirnya.
Kini secara bergantian jemari tanganku meremas kedua buah dadanya dengan lebih lembut.
Santi seolah membiarkan tanganku menjamah dan meremas-remas kedua buah dadanya sampai puas.
Hanya sesekali ia merintih dan mendesah lembut bila aku meremas susunya sedikit keras.
Beberapa saat kemudian aku tak tahan lagi.. dan mulai melucuti pakaian terakhir yang dikenakannya.
Dengan tidak sabaran kubuka pula seluruh pakaianku dan kemudian kulemparkan sekenanya ke samping.
Splass.. Kini aku dan Santi sudah benar-benar polos dan telanjang bulat.
Kulihat tubuh nan mulus milik Santi.. menggoda siapapun untuk menerkamnya.
Payudaranya nan indahnya berbentuk bulat dihiasi puting susu berwarna coklat muda. Perutnya rata dengan pinggang yang ramping.
Sebuah gundukan bukit kecil tampak mulai dari bawah pusarnya sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahanya yang seksi..
Sementara di bagian tengah gundukan bukit kemaluannya terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah..
Erghh.. rekahan daging nikmat itu terlihat masih tertutup rapat.. menutupi celah liang vaginanya.
Di sekitar situ aku tak melihat sehelai rambut kemaluan pun. Begitu bersih dan putih daerah terlarang milik Santi itu.
Aku hanya bisa melongo.. menyaksikan keindahan bukit kemaluannya..
tanpa terasa kedua tanganku sampai gemetar menyaksikan pemandangan itu.
Aroma yang ruap-keluar dari alat kelamin miliknya membuat hidungku jadi kembang-kempis..
menikmati aroma aneh namun terasa menyenangkan buatku.
Perlahan aku merayap ke atas tubuhnya yang bugil dan menindihnya.
Tak ada lagi penolakan. Akal sehatnya telah lenyap entah ke mana.. aku nggak peduli.
Tak ada lagi bayangan wajah pacarnya di Jakarta..
Mungkin.. dalam pikirannya sekarang adalah bagaimana menuntaskan gejolak birahi yang tengah menggelora.
Aku sudah tak sabar ingin segera memasuki tubuhnya. Ia kini hanya melenguh pasrah.. saat aku setengah menindih tubuhnya..
dan batang penisku yang tegang besar itu mulai menempel dan menusuk-nusuk celah bukit kemaluannya.. mencari liang vaginanya.
Saat itu.. pada batang tegang kemaluanku dapat kurasakan bukit kemaluannya terasa lunak dan hangat.. dan membasah lengket..
Aaahh.. tanganku tergetar saat kubimbing alat vitalku mengelus bukit kemaluannya yang empuk.. lembut itu..
lalu menelusup di antara lepitan kedua bibir kemaluannya.
"Ughhhh.. ohhh.." Santi mulai merintih dan memekik-mekik kecil..
ketika kepala penisku yang besar mulai berhasil menerobos bibir liang kemaluannya yang terasa sangat sempit sekali.
“Tahan ya.. Nti.. aku masukkan dulu.. hhhgggggghhh.. ahhhh sempit sekali sayang.. aahhhh..” erangku mulai merasakan kenikmatan.
Sssrrrtt..! Kurasakan kepala penisku berhasil menyeruak masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang vaginanya.
“Aaaww..!! Guss.. sakiit..!” Rintih Santi memelas.. tubuhnya menggeliat, pinggulnya mengejang kesakitan.
Aku berusaha menentramkannya sambil kukecup mesra bibir mungil yang basah merekah dan kulumat dengan perlahan.
Tak lama.. Slebb..! Aku mulai menekan.. dan Santi pun meringis.. aku tekan lagi.. Slebb.. slebb..
Akhirnya.. perlahan-lahan.. mili demi mili liang vaginanya itu memuai dan mulai menerima kehadiran kepala batang kemaluanku.
“Argghhh..” suara Santi terhalang lumatan bibirku.. aku tak peduli..
Mili demi mili batang penisku secara pasti terus melesak ke dalam liang vaginanya..
Dan tiba-tiba setelah masuk.. terasa seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala penisku untuk terus menyeruak masuk.
Krrgghh..!! Kukejankan otot di bawah testis.. slebb.. aku terus menekan.. merobek selaput itu dan menghentak keras ke bawah..
Blessepp.! Hingga seluruh batang kemaluanku kini terbenam dengan sempurna di liang vagina Santi.
“Oohh...!!”
“Aakkhh..!”
Hampir bersamaan kami melenguh..
aku mengerang saking nikmatnya.. mataku mendelik menahan jepitan ketat vagina Santi yang luar biasa..
Sementara Santi meringis menahan perih dan nikmat bersamaan.. entahlah.
Oughh..! Tubuh kami telah menyatu.. dalam suatu persetubuhan indah.
Kurasakan dinding vagina Santi menjepit dan meremas kuat batang meriamku yang sudah amblas di liang nikmatnya.
Semuanya.
Beberapa saat berselang.. slepp.. mulai kutarik batang kemaluanku perlahan..
Lalu.. jlebb.. mendorongnya kembali dengan lembut setelah beberapa saat kudiamkan..
Kulakukan untuk membiasakan liang kemaluan Santi menerima benda asing yang menerobos di dalamnya.
Respon secara naluriah.. Santi memeluk punggungku dengan kuat.. ujung jemari tangannya menekan punggungku dengan keras.
Erghhh.. Kukunya terasa menembus kulitku. Tapi aku tak peduli.. aku sedang menyetubuhi dan menikmati tubuhnya.
Batang penisku seakan dibetot dan disedot oleh liang vaginanya yang benar-benar sangat sempit itu.
"Nghhhh.." Santi merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuanku.
Beberapakali malah ia sempat menggigit bibirku.. namun itupun aku tak peduli.
Aku hanya merasakan betapa liang vaginanya yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat senjataku..
Ketika kutarik keluar terasa daging vaginanya seolah mencengkeram kuat batang kejal penisku yang kian mantab..
menjelajah lorong liang vaginanya.. sehingga betapa aku memaksa untuk keluar daging vaginanya terasa ikut keluar.
Ajaran bercinta dengan lembut dari berbagai referensi yang pernah kubaca.. kini kupraktikkan dengan sempurna.
Aku mulai menggerakkan pinggul turun-naik dengan lebih lambat dan teratur.
Kutarik pelan penisku keluar dari jepitan liang vaginanya yang sempit..
Nghh.. kuresapi kenikmatan dari setiap mili gesekan yang terjadi antara batang penisku dengan daging vaginanya yang hangat dan ketat.
Hanya beberapa menit kemudian tubuh Santi sudah terasa mengejang.. “Aaaahhh.. Guuss.. akuu.. ingin.. pipiiss.. ahh..” racaunya.
Srrr.. seerr..!! Kurasakan cairan dari liang vagina Santi.. hangat.. membasahi batang kemaluanku yang masih tertancap di sana.
Tapi tiada kusangka..! Aku juga merasa hampir sampai..!
Arghhh..! Rapatnya liang vagina perawan Santi Ini membuatku tidak bisa mengontrol lebih lama orgasmeku.
Sayup-sayup di antara kenikmatanku kudengar Santi merintih pelan entah kesakitan atau nikmat.. aku ngga tau..
karena aku sedang berada dalam kenikmatan sorga dunia.. ujung pendakian nikmatku..
Beberapa detik kemudian sambil mempercepat sodokanku.. crrrtt.. crrrtt.. crrrtt.. crrrtt.. crrrtt..!
Kulepaskan rasa nikmat itu dengan menyemprotkan spermaku beberapakali ke liang rahim Santi..
lalu kucabut.. sambil memperhatikan batang kemaluanku yang belepotan oleh lendir yang lengket.
Tampak pula diselimuti bercak-bercak darah segar keperawanan Santi di batang kemaluanku itu.
Sprei berwarna putih keabuan itu di bawah pantat Santi juga terdapat bercak-bercak darah segar.
Shit..! Aku gak bisa kontrol.. keluarnya di dalam..!! Sempat panik juga aku saat itu.
Tapi ngga apalah.. masih banyak jalan kalo nanti kenapa-kenapa.. demikian pikiran kotorku kembali bekerja.
Pelan aku lalu membaringkan tubuh ke samping tubuhnya.
Jiwaku serasa melayang terbang bersama kenikmatan yang tiada tara yang barusan kurasakan.
Sementara Santi terbaring lunglai kelelahan. Entah tertidur atau masih sadar.. aku ngga tau.
Mungkin karena gadis ini baru pertamakali merasakan nikmatnya ‘bercinta..’ jadi ia belum bisa mengontrol tubuhnya untuk segera pulih.
Entahlah.. aku nggak tau.. dan nggak mau tau..
Beberapa menit berselang tak terasa juniorku mulai kembali memuai.. menegang..
akibat menatap tubuh putih mulus tergeletak tanpa daya di sampingku ini.
Nafsu birahiku timbul kembali.
Segera kudekati tubuh mulus itu.. mengambil posisi di antara kedua pahanya yang kuangkat di atas pundakku.
Santi terbangun sadar dan merintih. “A..apa yang kamu lakukan Guss.. hhh..?”
“Membawamu ke sorga sayang..” sahutku lembut.
“Akk..aku.. lelaah Guss..” rintihnya lagi.. memelas.. lemas.
“Sebentar saja sayang..” sahutku ngga peduli dengan kondisi tubuh lemasnya.. Clebb..!
Sambil mulai membenamkan kembali batang penisku ke dalam liang kewanitaan miliknya..
Yang ternyat kembali menyambut mesra dengan kehangatan dan jepitan ketatnya yang luar biasa nikmat.
Santi yang sudah tak berdaya hanya bisa pasrah menerima seranganku.
Ohh.. Begitu licin dan lembut saat kepala penisku perlahan menelusup masuk..
Dan oghh.. kembali kurasakan betapa celah hangatnya itu kembali mengelus lembut kulit batang penisku yang keras..
Jepitan liang vaginanya kembali mengempot-empot.. seperti menahan laju gerakan keluar-masuk batang penisku..
“Aaggghhh..” mau ga mau kembali aku mengerang.. menahan rasa nikmat yang tiada tara..
saat secara hampir sempurna seluruh batang penisku telah kembali terbenam di dalam liang vaginanya.
“Iikhhh..!” Santi memekik kecil lalu merintih pelan di antara rasa sakit dan nikmat yang menderanya.
Kukecup lembut bibirnya lagi sambil.. jlebb.. kutekankan pantatku lebih ke bawah..
hingga seluruh batang penisku tidak ada lagi yang tersisa di luar celah vaginanya..
Slebb.. slebb..! Kutekan dan kutekan..
Sampai kurasakan di antara jepitan ketat bibir dan liang vaginanya kepala penisku menyentuh bagian depan mulut rahimnya.
Ahh.. betapa.. aku merasa begitu perkasa di atas tubuh Santi.. tubuh sintal yang kini sedang berada dalam kekuasaan nafsu kelelakianku..
Tak pelak.. membuat Ia berulangkali memekik dan merintih kecil.. saat secara bergantian..
dengan ritme yang lembut dan perlahan..
pinggulku bergerak terus naik-turun mengeluar-masukkan seluruh kekejalan batang penisku ke dalam liang vaginanya.
Clebb.. crebb.. cropp.. clobb.. clobb.. clebb.. clebb..! Entah sudah berapapuluhkali batang penisku menembus keluar-masuk di situ..
Dan entah sudah berapakali pula liang vaginanya yang licin hangat dan sempit itu mengenyot..
memilin dan meremas-remas hebat batang kelelakianku tanpa kenal kompromi.
Sekarang cukup lama.. entah berapapuluh menit aku bisa menggoyang pinggul dan pantatku menyetubuhinya.
Rupanya.. setelah liang keperawanannya kurobek.. jalan keluar-masuk batang kemaluanku tidak terlalu sulit..
walaupun masih terasa seret sekali.. dan tentu saja wueenakkk..!!
Staminaku terasah oleh pengalaman yang tak banyak dan berbagai informasi yang kudapatkan dari teman atau bacaan..
bahkan tontonan kaset porno.
“Aaahhh.. Guusss.. eee.. akk.. akku .. okhhh..!!” Ngga terasa.. sudah duakali Santi mencapai orgasmenya..
sedangkan akupun merasakan air maniku telah mulai mengalir menuju ke pangkal penisku.. mendesak-desak hendak tumpah keluar..
Hufft..! Dengan segenap daya upaya pula kucoba memecah konsentrasiku ke hal-hal indah yang lain..
agar ejakulasiku tidak terlalu cepat terjadi.. tapi tetap saja ngga banyak membantu.
Kucoba menahan sekuat tenaga agar jangan sampai muncrat.. namun hanya beberapa detik kemudian akhirnya aku menyerah kalah.
Di saat Santi sedang terbang menikmati orgasmenya yang panjang.. akupun akhirnya ikut melepaskan rasa nikmat tertahan..
dan kembali mencapai puncak nikmatku lagi.. tanpa peduli di mana kulampiaskan.
Crrtt.. crrrt.. crrrt..!! Air maniku menyembur-nyembur kembali.. muncrat keluar.. menyemprot keras di dalam lubuk rahimnya.
“Oorrgghh..!!” Aku menggeram keras kelojotan tak mampu menggenjot pantatku naik-turun lagi..
sebab batang penisku sudah tak bisa digerakkan lagi saking kuatnya kontraksi liang vaginanya.
Aku memeluk erat tubuh Santi dengan penuh kemesraan. Kukulum bibirnya dengan lembut beberapa saat..
lalu aku bergulir ke samping.. batang penisku melungsur.. menggesek keluar dari dalam liang vagina sempitnya yang sudah sangat licin.
Ia merintih pelan. Aku terjerembab di samping tubuh bugilnya yang putih mulus penuh keringat.
Beberapa saat keadaan sunyi senyap.. hanya terdengar nafas kami yang masih sedikit ngos-ngosan..
Setelah itu kulihat Santi beranjak duduk.. bersandar di kasur sambil menutup tubuhnya dengan kedua tangannya.
Ia tersedu pelan. Sontak rasa bersalah menghantuiku.. langsung berusaha kupeluk dia.
“Kamu jahat Gus..” katanya.
“Maafin aku Nti.. aku gak bisa nahan nafsuku. Abis kamu begitu menggoda sih..” kataku dengan rasa sesal yang baru menyapa.
“Apa yang harus kukatakan pada pacarku..!? Terus.. kalo ntar aku hamil gimana..?” Ucapnya tersedu.
Splass..! Aku langsung terkesiap. Benar juga apa yang diucapnya.
Tadi gara-gara saking nikmatnya aku lepas kontrol.. hingga menganggap remeh semua hal itu.
Kalau sampai kejadian itu.. aku ngga tau lagi mesti berbuat bagaimana.. Arrgghh..!! (. ) ( .)
----------------------------------------------------------