Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MIMPI DALAM LAUTAN AMBISI

Part 2



Pov Disti



Dalam gendongan Dika, kembali aku mengingat kejadian beberapa bulan lalu…

Setelah aku dicampakkan dan ditinggalkan oleh Andre pacarku tanpa alasan, aku merasa duniaku seakan runtuh seketika. Ia telah menghilang tanpa kabar, padahal selama dua tahun bersamanya, aku telah memberikan seluruh diri dan kehormatanku sebagai seorang gadis. Ia pergi dan menghilang begitu saja, mencampakkan kehormatan dan harga diriku.

Hatiku semakin hancur ketika aku mendengar kabar bahwa Andre telah menjual sebagian saham perusahaan pada salah satu saingan papih. Ia juga telah menggelapan dana proyek kerja sama dengan pemerintah, yang sekarang imbasnya perusahaan sedang dalam pemeriksaan pihak berwajib atas ketidak layakan proyek tersebut, karena tidak sesuai dengan perjanjian kontrak. Selama ini, ternyata Andre telah memanfaatkanku untuk menguras kekayaan papihku.

Di saat aku sedang terpuruk dan putus asa, Dika hadir dalam hidupku dan menjadi sosok cahaya yang menuntun hidupku. Yah.. Dika sosok pemuda polos nan lugu, seorang supir pribadi mamih. Dan semenjak aku bekerja menjadi direktur keuangan di perusahaan papih, ia sering mengantarku ke kantor. Saat itulah ia selalu memberikan perhatian yang lebih padaku.

Dulu aku sempat berpaling padanya saat berpacaran dengan Andre. Aku merasa kagum akan perjuangan hidupnya yang seorang anak yatim piatu dan besar di panti asuhan semenjak lahir. Dika telah berusaha dan merubah jalan hidupnya. Rasa kagum ini akhirnya berubah menjadi rasa sayang, apalagi di saat aku terpuruk, hanya Dika yang mampu menyakinkanku untuk bisa melewati itu semua. Dika terus berusaha memberi support padaku, ia selalu berkata bahwa dia yakin pada kemampuanku untuk bisa melalui dan menyelesaikan semuanya itu. Aku pun semakin yakin bahwa Dika memang hadir untukku.


6 bulan yang lalu…

Aku sedang duduk di sofa tengah, dikelilingi semua penghuni rumah, dimana aku sedang diinterogasi oleh papih tentang kebodohanku yang mempercayai Andre memegang jabatan vital di perusahaan.

“DISTI.. GARA-GARA KEBODOHAN KAMU, PERUSAHAAN AYAH MENGALAMI KERUGIAN YANG SANGAT BESAR.” kata papih dengan nada tinggi.

“Hiiiks…” aku hanya bisa menangis. Aku mengenal Andre semenjak duduk di bangku kuliah sebagai seniorku. Karena rasa cintaku padanya, 14 bulan yang lalu aku memohon pada papih untuk mempekerjakan dia di kantor, sebagai pengganti diriku untuk sementara waktu, karena aku merasa masih belum siap memegang perusahaan.

“Sudah tuan, kasihan jangan dimarahi terus non Distinya.” kata Marni, pembantu rumah tangga yang telah lama bekerja pada keluargaku. Hanya mamih yang terdiam, tanpa bisa berkata-kata. Mamih sudah mengenal karakter papih sejak lama, yang adalah seorang pengusaha berambisi besar. Demi mencapai ambisinya, papih tak segan-segan menghancurkan saingannya. Apalagi jika ada yang mengusiknya, sudah dipastikan orang itu bakalan menemui ajal.

“AYO DISTI, CEPAT KATAKAN DIMANA SI BAJINGAN ANDRE BERADA? BIAR PAPIH HABISI DIA!!!” dengan nafas tersengal papih terus menginterogasiku.

“Pih, aku mohon jangan lakukan itu, pih. Biar Disti yang menghandle semua. Disti akan mencari Andre. Hiks… Mih.. tolong yakinkan papih.” aku bersujud di hadapan papih lalu memeluk kakinya dan mengharap bantuan dari mamih.

“BISA APA KAMU..?? BARU BEBERAPA BULAN BERGABUNG SAJA KAMU TELAH MEMBUAT PAPIH RUGI MILYARAN RUPIAH.. AKIBAT KEBODOHAN KAMU..” ujar papih sambil membalikan badan.

“Tuan, izinkan saya bicara..” tiba-tiba Dika berbicara, sedangkan papih hanya diam mematung sambil menopang tangan.

“Izinkan saya untuk membantu non Disti, tuan!!??..”

Jeduaaaarr… bagaikan petir di siang bolong, aku sangat kaget mendengarnya.

“APA-APAAN KAMU DIKA…” mamih yang sedari tadi diam sekarang berteriak memarahi Dika.

“Dika, kamu ngapain, gak pantes kamu berbicara begitu!!” bu Marni ikut nimbrung. Hanya aku yang terdiam lalu berdiri sambil mengusap air mataku. Aku tidak menyangka Dika akan berani berbicara seperti itu kepada papih yang sedang murka.

“SUDAH SUDAH… KALIAN DIAM..!!! KAMU… DIKA KAMU CUMA SUPIR. BERANI-BERANINYA KAMU MEMINTA PADA SAYA.. APA KAMU TAK SADAR DIRI KALAU KAMU ITU CUMA SUPIR LULUSAN SMA.. BISA APA KAMU..??” hardik papih.

“Mmaaf, pak, jika saya lancang berbicara. Saya berbicara seperti ini bukan karena saya bisa membereskan semua permasalahan perusahaan tuan, saya sadar diri akan siapa saya… Ssaya hanya ingin membantu non Disti membereskan kekacauan yang telah dia perbuat, dan saya yakin non Disti bisa menyelesaikan semua karena memang dia mampu, apalagi tuan telah mempersiapkan non Disti dari dulu.” jawab Dika, meskipun tergagap tapi ucapan tadi membuat papih nampak berfikir sejenak.

“Tolong tuan percayalah kepada non Disti.” harap Dika meyakinkan papih.

Setelah terdiam beberapa saat.

“Oke.. Disti.. papih memberi satu kesempatan untuk kamu.. tapi kamu mesti terus dikawal Dika. Dan kamu, Dika, kamu tak hanya jadi supir Disti tapi kamu juga saya angkat jadi asisten pribadi, kamu harus terus melaporkan pada saya apa yang dikerjakan Disti.” kata papih melunak, membuatku tak percaya akan perubahan papih menghadapi Dika. Setahuku, tak seorang pun yang bisa merubah pemikiran papih apalagi di saat sedang murka seperti ini.

“PAPIH.. PAPIH TUH GIMANA .. TRUS YANG MENGANTAR MAMIH SIAPA.. MAMIH KEBARATAN PIH..!!” tiba-tiba mamih keberatan jika Dika menjadi asisten pribadiku.

“Keputusan papih sudah bulat, dan untuk supir pribadimu, biar nanti papih cari penggantinya!!” ujar papih.

“Huuuhh..“ mamih berdiri bangkit meninggalkan ruangan dengan marah.

“Pih… Mamih…!!” ujarku yang tahu mamih marah.

“Biarkan mamihmu, tak usah kamu hiraukan. Sekarang untuk kamu, Disti, apa kamu sanggup menerima tantangan papih?” tanya papih, aku hanya mengangguk menjawabnya. “Dan kamu, Dika, siap jadi asisten Disti?” lanjut papih.

“Baik, tuan.. saya siap!” ujar Dika.

Beberapa menit kemudian papih telah pergi meninggalkanku dan Dika yang berada di ruang tengah.

“Dika, terima kasih kamu telah menolong aku.”

“Enggak seharusnya non mengucapkan terima kasih, ini emang kewajiban saya, non, sebagai salah satu pegawai di rumah ini. Lagian saya yakin kalau non Disti pasti bisa.” balas Dika.

“Bantu aku, Dik, untuk melewati semuanya.” ucapku pelan sambil menunduk, dan Dika menjawab permohonanku dengan anggukannya.


*

*

*

Dalam seminggu ini aku selalu mendapat masukan dari Dika, meskipun cara penyampaiannya sederhana tapi bisa kumengerti dan membuatku kagum.

Di samping itu, Dika juga memperlakuanku secara istimewa, seperti selalu mengingatkanku untuk makan, tidak banyak begadang, dan sebagainya. Perhatian-perhatian sederhana yang membuatku perlahan-lahan bisa melupakan Andre. Bahkan aku mulai sering memikirkan Dika setiap malam sebelum tidurku.

Hingga dalam satu bulan, aku mampu menyakinkan papih dengan memenangi sebuah tender pemerintah untuk pengembangan listrik di wilayah timur.

Lambat laun, aku pun merasa suatu getaran dalam hati. Aku yang sebelumnya hanya kagum pada sosok Dika, berganti dengan rasa cinta. Dulu aku cinta mati pada Andre, namun kini hatiku telah berpaling pada sosok Dika yang lugu.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai merasakan bahwa aku memang mencintainya, dan sepertinya cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Tanpa pernah saling mengucapkan kata cinta, hubungan kami sudah layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai. Aku pun menjadi yakin bahwa Dika adalah sosok lelaki yang akan menjadi pendampingku, karena jika Dika tak berada disampingku, kerinduan ini selalu mengganggu pikiranku.

Hingga dua bulan yang lalu, aku nekad mengajak Dika untuk menghadap papih dan mamih. Aku berhasil membujuk Dika untuk melamarku.

Tentu saja papih dan mamih sangat terkejut.

“APA-APAAN KAMU, DIKA?? KAMU MELAMAR PUTRI SAYA..?? SADAR DIRI KAMU!!! KAMU TUH HANYA SEORANG SUPIR, TAPI BERANI-BERANINYA MELAMAR ANAK SAYA.” hardik mamih.

“Maaf nyonya, jika Dika telah lancang, tapi Dika sepenuh hati mencintai Disti.” ujar Dika terbata-bata, melihat mamih yang seperti kecewa. Aku pun hanya bisa diam, tanpa berani berkata-kata.

“Diam kamu, Juwita, biar saya yang memutuskan..!!” tiba-tiba papih memotong, membuat kami semua kaget. Raut kecewa semakin nampak dalam wajah mamih.

“Dika beri saya waktu untuk memikirkan lamaran kamu.. tapi selama kamu menunggu jawaban, saya harap kamu tetap bekerja dan menjalankan tugasmu untuk mengawal Disti.” lanjut papi.

Aku pun tersenyum mendengar perkataan papih. Hatiku teramat senang, dan harapanku untuk bersatu dengan Dika semakin kuat.

Hanya mamih saja yang terlihat kecewa, seperti ada yang mengganjal dalam hatinya. Air mata mamih menetes di pipinya.

Tiga minggu kemudian, papih memanggil aku dan Dika untuk memberikan keputusannya, kami semua berkumpul di ruang tengah.

“Seperti yang saya dulu janjikan kepada Dika, untuk jawaban pinangan kamu, saya akan menerima pinangan kamu, Dik, dan saya telah menentukan tanggal pernikahan kalian, yaitu bulan depan.” ujar papih singkat.

“TAPI PIH, KAN DIKA, KITA BELUM TAhU SIAPA JATI DIRINYA SERTA KELUARGANYA, AKU MENOLAK!!” ujar mamih dengan sedikit emosi, ia masih keberatan atas keputusan papih.

“SUDAH AKU PIKIRKAN ITU, DAN KAMU GAK USAH KHAWATIR ATAU MENOLAK.” tegas papih, dan mamih yang tak terima akan keputusan papih langsung pergi menuju kamarnya.

“Kamu, Dika, sekarang persiapkan diri kamu, jangan memalukan nama baik saya!! Disti, mulai sekarang kamu harus terus berada di samping Dika, agar semua orang tahu bahwa Dika adalah calon suami kamu, dan rubah penampilannya jangan terlihat seperti supir!! Sekarang papih mau pergi dulu.” lalu papih pergi entah kemana.

Aku pun langsung bersorak dalam hati karena Dika telah direstui oleh papih.


Aku tersenyum menatap wajah Dika.

“Dulu aku hanya kagum pada Dika, sekarang aku merasa gak mau ditinggalkan olehnya, berada di dekatya sungguh-sungguh merasa nyaman.” kubergumam sambil mempererat pelukanku, tak ingin terlepas dari dalam gendonganya.

Bluug.. tubuhku dibaringkan di atas ranjang pengantin. Lalu Dika berbalik hendak kembali keluar. Aku menahan tangan Dika dan menarik agar dia berbaring di sebelahku. Dengan gugup Dika pun berbaring terlentang di sampingku,

Aku tertawa kecil melihat sikap Dika yang sangat kaku di sampingku. Kuberanikan diri untuk memeluknya dari samping sambil setengah berbisik pada telinga Dika.

“Sekarang kamu sudah sah menjadi suamiku, sayang. Sekarang aku telah jadi milikmu.” sambil mendesah di telinga Dika dan sedikit menjilat telinga suamiku untuk menggodanya. Dika meronta kegelian dan sedikit beringsrut menjauh, membuat aku tersentak kaget melihat reaksinya.

“Kamu kenapa? Kamu gak mau menjamah istrimu, atau kamu enggan karena aku bekas orang lain yang sudah tak perawan?” mata mulai sembab melihat reaksi Dika yang menjauh seolah tak ingin menjamahku.

“Bbuu.. kan itu, non.. ehh.. mmhiiu hanya aku mmasih gak menyangka bisa menikah dengan mhiiu.. dan ini pertama kalinya aku tidur dengan kamu.” gagap Dika.

“Mhiiu .. aakkuu….” belum selesai ia melanjutkan kata-katanya, aku langsung melumat bibir Dika dan duduk di pangkuan di atas perutnya. Mata Dika terpejam seakan pasrah menerima ciumanku.

“Hmmmpp…” lama-kelamaan Dika pun terhanyut dan mulai membalas ciuman liarku. Sambil memeluk tubuhku, ciuman Dika mulai menjalar ke arah leher, sepertinya ia mulai mencium aroma harum tubuhku yang membuat dia makin bernafsu, dan terus menciumi leherku.

Aku hanya mengerang dan mendesah menikmati cumbuan Dika, meskipun terkesan lambat tapi mampu membangkitkan gairahku. Kupererat pelukanku, aku ingin terus dan terus menikmati cumbuan suamiku, takkan pernah kulepaskan sedikit pun kebahagiaan ini.










B E R S A M B U N G
 
pokok e pasang tenger
woooke ommmm..

Belom baca ngkong Bos!
Masih nunggu beberapa part lagi.

Nanggung kalo bacanya skr.
siap oom... ku

hahaha


Ayoo up date suhu. G sabar ne
hehe siap om pelan pelan asal tamat..

Ikut pasang patok siapa tau lancar
siap om diusahain lancar jikalau jalannnya gak macet

hahaha

patok lagi ah, anjir notifnya masih rada2
rada rada.... naon yak

hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd