EXTRA STORY
THE REAL END
Yona melumat penisku seakan itu adalah makanan favoritnya . Menyedotnya dengan lahap membuatku berkali kali harus menahan nafas .
Tak ada jeda sama sekali dalam tindakannya , aku jadi menaruh curiga .
"Lu cemburu Yon ?"
Yona tak menggubris pertanyaanku , dia asik memaju mundurkan kepalanya membuat penisku serasa berada dalam vaginanya .
Lidahnya menyelimuti batang penisku selagi melakukan gerakan itu , sungguh servis mulut terbaik yang pernah kurasakan .
"Ga... Lu beda dari biasanya , lu pasti cemb...awwhhh"
Kalimat ku terpotong karena tiba tiba Yona menggigit batang penisku . Aku memelototinya dengan tampang kesal .
"Gak usah banyak omong nikmatin ajah!
Aku mau ngehapus bekas Shania di kontol kakak!" ujarnya seraya kembali menelan bulat bulat batang penis ku.
Lihat , dugaanku tepat kan ?
Ini pertama kalinya aku melihat Yona cemburu . Eh apa iya pertama kali ? Oh tidak , tentu saja.. Aku hampir lupa dengan kejadian di kost'annya Yona waktu itu . Bukankah ini mirip dengan kejadian sehabis aku menyetubuhi Natalia ? Ya , Yona menghapus jejak Natalia dengan vaginanya meski saat itu dia sedang tidak sehat .
Penisku sudah dibanjiri air liurnya , bunyi seruput terdengar erotis menggema di seisi ruangan .
"Sedikit lagi Yon... Gue mau ngecrot..mmhh"
Yona semakin liar mengulum penisku , bahkan kini dia menambah rangsangan dengan mengocok batang penisku yang tak muat masuk kedalam mulut mungilnya itu .
Matanya yang bulat indah menatapku nanar sambil terus menservis penisku seakan menyuruhku untuk meresapi kenikmatan ini lebih dalam lagi .
Penis ku semakin terasa gatal , ku rasa aku akan segera menembakkan sperma ku di dalam mulut Yona .
"Yon gue....kel.."
"Yak , cukup." Yona menghentikan kulumannya , dengan tangannya yang tergenggam di batang penisku dia menghentikan laju sperma yang mendesak ingin keluar .
"Hah..? Ehhh...?" tindakan Yona membuat ku bingung , kepalaku pusing , rasa gatal itu tertahan di pangkal batang penisku .
"Mau dikeluarin ?" tanya Yona
Aku mengangguk berkali kali dengan tampang bego .
"Mau mejuin Yona ya ?" Ini bukan lagi pertanyaan , tapi godaan !
"Mau.. Mau banget , please bolehin gue mejuin lu Yon" kataku yang tengah diujung nafsu .
"Boleh.."
Yona berbaring , membuka lebar pahanya . Aku hampir jantungan ketika melihat rok hitam yang dikenakannya tersingkap , dan dibalik roknya itu Yona sama sekali tak memakai apapun ! .
Vaginanya yang gemuk nan berbulu tipis itu membuat mataku melotot .
"Sini ..pejuin di sini kak..." ujar Yona mesum seraya membuka bibir vaginanya dengan dua jari tangan kirinya .
"Yonaaaaaahhhhhh!!"
Aku melompat langsung menindih Yona , dengan satu gerakan cepat penisku sudah menyeruak masuk vagina Yona yang ternyata sudah basah .
Tanpa ba bi bu , ku genjot vagina Yona langsung ke rpm tertinggi . Rasa gatal tak tertahankan pada pucuk penisku membuatku blingsatan , aku menggenjot vagina Yona dengan kasar .
"Siaap yon..... Gue keluarinnn nihh" racauku menggila .
Penisku yang nafsunya tadi sempat tertahan kini kembali mendesak ingin mengeluarkan isinya. Apalagi kini penisku disedot sedot dengan kuat oleh dinding vagina Yona yang jepitannya masih saja terasa sempit . Rasa hangat dari lubang kenikmatan Yona membuat ku lupa diri , genjotan ku semakin tak beraturan .
"Iyah kak... Ayo keluarin di dalem... Pejuin memek Yona...nghhhhahh"
Desahan Yona yang semakin vulgar justru membuatku tak dapat menahan desakan itu lagi.
Ku peluk erat tubuh Yona dan dengan hentakan keras di vaginanya itu kuhujamkan penis ku dalam dalam hingga mencium bibir rahimnya .
"Ahhhh ngecrott Yon....peju gue..." Aku mengejan keras ketika penisku dengan brutalnya menyemprot kan milyaran sel sperma ke dalam rahim Yona .
"Anghhhhh deres bangett... Aku jadi...unhhhh "
Rupanya tindakan ku itu membuat Yona juga mengalami orgasme , dia mempererat pelukanku bahkan saking eratnya kuku kuku nya menancap dalam dipunggungku . Tubuh Yona kelojotan , bergetar hebat hingga vaginanya yang berkedut kedut itu terasa seperti memeras penisku untuk menguras habis sperma yang kutembakkan kedalam liang vaginanya .
Butuh beberapa menit untuk aku kembali menguasai diri .
Sementara Yona masih mengatur nafasnya yang terengah engah .
Kami saling menatap saat aku memberi jarak antara tubuhku dengan Yona .
"Kenapa ?" tanyaku melihat tatapan mata Yona yang nampak mendung.
"Ngga , tiba tiba keinget waktu pertama kita ketemu aja" Yona tersenyum , manis sekali .
Pikiran ku pun melayang ke memori saat itu . Saat bagaimana dengan gugup aku mencuri pandang memperhatikan Yona yang berdiri di sebelahku . Hingga ke saat pertama kalinya aku menyetubuhi di ruang kosong belakang teater .
"Ngga kerasa udah beberapa bulan ajah terlewati ya ?"
Kataku sambil melepas penisku yang masih tertanam , kemudian bergeser untuk berbaring di sisi Yona .
"He'em" jawab Yona singkat , dia memiringkan badannya hingga posisinya tepat ke arah ku .
"Aku jadi nyaman sama kamu kak.." katanya kemudian .
Aku tertawa , karena kalimat yang barusan keluar itu sangat tidak Yona sekali .
"Malah ketawa sih , nyebelin banget" Yona mencubit perutku sebal .
Aku pura pura meringis sakit , padahal hanya terasa geli sedikit.
"Habis lu kan orangnya random , kaget ajah gue dengernya" kataku beralasan .
"Nyaman kenapa coba , gue biasa ajah loh padahal"
Yona masih menggembungkan pipinya , Ya Rabb gemes .
"Emm.. Kak Rehan kan baik... Baik banget malah"
"Selalu ada juga kalo aku butuh kakak"
Tunggu , entah kenapa tiba tiba aku merasa familiar dengan percakapan ini . Walau jomblo tapi setidaknya aku pernah sekali dua kali pacaran .
"Iya emang sih , kalo dipikir pikir tiap elu perlu gue , gue selalu dateng" kataku mensetujui .
Yona menatap mataku dalam dalam , sorot matanya tajam penuh dengan makna .
"A..aku..." Yona bicara terbata bata .
"Hmm , kenapa ?" kataku mulai curiga pada kata kata yang selanjutnya akan keluar .
Yona menggenggam angin dengan tangan yang terkepal di depan dadanya , seperti sedang mengumpulkan keberanian.
"Aku..sebenernya..suk..
"KAK REEEHAAAANNN!!!"
tiba tiba terdengar teriakan dari kamar sebelah disusul suara gedoran pintu .
"Shania! Yon.. Gue harus balik ke kamar sekarang" kataku panik.
Yona terdiam , ada sedikit berkas kecewa di sudut matanya .
"Yon?" aku mencoba menyadarkannya , barulah ia menoleh ke arah ku yang telah bangkit dan melilitkan lagi handuk di pinggang ku .
"Ah..iya , kuncinya di meja itu" ujarnya menunjuk ke arah meja dekat pintu masuk .
"Oke , gue balik ke kamar dulu ya" aku bergegas mengambil kunci dan membuka pintu kamar Yona.
"Soal tadi , sesuatu yang pengen lu omongin itu ..." Aku menahan pintu kamar yang hampir tertutup .
"Lu bisa panggil gue kapan ajah seperti biasanya..."
"KAAAKK REEEHHAAANNN"
Shania terus terusan menggedor pintu kamarnya .
"...dan gue pasti dateng seperti biasanya , saat itu .. Gue bakal dengerin apa yang mau lu bilang tadi sampai lu puas" lanjutku menyelesaikan kalimat yang terpotong teriakan Shania .
Yona terperangah , air mukanya kembali ceria seperti sedia kala.
"Sok keren , hehe" ujar Yona sambil menyunggingkan senyum termanisnya.
Aku membalas senyuman nya kemudian pamit meninggalkan Yona dan segera menuju ke kamar Shania .
"Sabar wey!" Kataku yang berusaha membuka kunci pintu tapi gagal karena Shania terus terusan memutar kenopnya.
"BUKAAAA!! BURUAANN!!" sahut Shania panik
"MAKANYA SABAR , JANGAN DIPUTER PUTER DULU KENOPNYA!!" omelku lantang .
Shania sepertinya menurut , kini aku bisa dengan mudahnya memutar kunci dan pintu pun terbuka.
Shania melompat memelukku . Aku yang panik buru buru mendorongnya masuk dan segera kudorong pintu dengan tumitku hingga menutup dan kami pun sudah berada di dalam kamar . Dari bahuku aku merasakan air mata Shania menetes.
"Njirr nangis , kenapa Shan ?" kataku bingung .
Tak menjawab , Shania malah menjenggut rambut belakangku akibatnya aku pun meringis kesakitan .
"Tega lu kak ninggalin gue di kamar sendirian , dikunci dari luar lagi!" omel Shania , dari nada bicaranya kentara sekali dia tidak nyaman ditinggal sendirian di dalam kamar yang asing baginya.
"Iya maaf maaf... Kan tadi lagi tidur kenapa kebangun ?" tanyaku sambil membuat gestur meminta maaf.
"Hemm... Orang disebelah ... tadi gituan...berisik banget" ujar Shania.
"Oh..haha..ha.. Iya parah gue juga denger tadi" kataku berbohong , padahal aku tau suara berisik yang membangunkan Shania berasal dari persetubuhan ku dengan Yona.
"Makanya... Emm suara tadi bikin... Emmm" Shania berkata terbata bata.
"Pengen ? Ayok , lu udah bugil gitu juga sih " sambutku mengerti apa yang ingin dikatakan Shania.
Shania nyengir aku pun menuntunnya untuk berbaring di kasur . Dengan posisi aku diatas Shania ku gesekkan penisku di antara celah bibir vaginanya .
"Tapi ada satu syarat ,kapten"
Shania yang tengah merem melek karena gesekkan batang penisku di kemaluannya mencoba menguasai diri .
"Cabut larangan antara gue dan Yona" kataku sambil mencelup sedikit kepala penisku di lubang vagina Shania.
Tindakanku itu tentu semakin membuat vagina Shania terasa gatal .
"Eh..kalo itu ..itu kan peraturan" kata Shania ragu , bibirnya tak bisa berbohong kalau tubuhnya sudah gatal minta dijamah , tapi ketegasan itu masih tersisa dalam dirinya.
"Cabut , atau ini yang gue cabut" kataku sambil berpura pura menarik pinggulku menjauh.
"Jangan... Iya.."
"Iya?" Kata ku meminta penjelasan.
"Iya ! Aku cabut larangan kalian ! Please masukin...!" sergah Shania tak sabar , pinggulnya maju maju mencoba menjangkau penisku .
"Mantap , prepare yourself Shan"
Aku menyeringai menatap Shania yang terbaring pasrah dikuasai nafsu birahinya.