Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Yona di hadapan ku. (1st Majestic)

Masih tak pantau, kalo nggak ngaceng tak sleding.. Sejauh ini ngaceng terus.. Monggo di tuntaskeun..
 
Biasanya side story itu buat pancingan buat penasaran pembaca kl ane sih ikut suara terbanyak tp kl blh usul side story dulu blh jg, imi sekedar usul aja selebihnya terserah
 
Bimabet
Last Part : Di balik awan Crescentia






Canggung .
Itulah yang kurasakan sekarang .
Duduk semeja dengan orang yang ku antisipasi merusak mood ku hari itu .

Apa apaan Yona , katanya mau membicarakan ide tentang cara mengatasi kedisiplinan Shania yang melarang kami bertemu satu sama lain.
Kenapa malah orang yang mau dibicarakan ini ada di hadapanku sekarang .

"Terus.. Ini kenapa situ yang nongol?" kata Shania sok galak.
Dia duduk diseberang ku terpisah oleh meja yang berbentuk bundar .
Alisnya merengut , cahaya matanya berpendar rasa kecewa.

"Loh , gue janji ketemunya sama Yona , kenapa elu yang nongol?" aku mengecek nama cafe yang tertera , tak salah , memang cafe ini yang dimaksud Yona , nomor reservasi mejanya pun sesuai .

"Aku juga kesini disuruh kak Yona..
Ah sial , dikerjain nenek"
runtuk Shania wajahnya semakin kusut . Sekusut kaos abu abu nya yang nampaknya sembarangan dia ambil dari lemari pakaiannya.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah ini semua skenario yang sudah disiapkan Yona. Ia sengaja mengundang masing masing dari kami agar kami berdua bertemu di tempat ini. Tujuannya apa ? Aku masih belum tau .

"Gue gada minat ketemu sama lu Shan , gue balik aja" kataku segera melihat suasana yang tidak kondusif .

"Tunggu dulu.." kata Shania sambil ikut beranjak dari kursinya.
"Aku ikut!"

"Hah?"

"Ikut , nebeng"

"Hah?"

"Ini tas keras ya kalo kena kepala!" ancam Shania kesal karena tingkahku .

"Ngga , maksudnya gimana ? Lu kan kesini dateng sendiri, pulang juga sendiri lah" ujarku tak kalah kesal.

Shania memicingkan matanya tajam .
"Kok gak peka banget jadi cowo ? Aku kesini ga prepare , cuma bawa uang sekali jalan"

"Mana gue tau" kilah ku

"Sekarang kan tau!"balas Shania kesal .

Yang harusnya kesal itu aku tau , kenapa juga jadi harus direpotkan orang yang sikapnya sama sekali tak bersahabat dengan ku .

"Gue kesini pake motor" kataku berharap Shania tak jadi menebeng.

"Terus?"

"Motor loh , panas kepanasan , ujan kehujanan"

"Iya tau , terus?"

Ah sudahlah , berdebat dengannya tak akan pernah selesai . Lebih baik kuturuti saja , lebih cepat berpisah dengannya lebih baik .
Shania mengikuti ku jalan menuju parkiran , kepalanya terus celingak celinguk waspada terhadap orang orang disekitarnya .

"Kenapa sih ?" tanya ku heran

"Takut ada yang ambil foto , nanti tubir" jawabnya setengah berbisik.

"Owalah , bilang ajah tukang ojek langganan" kataku spontan .

Shania nyengir .
"Iya ya , karakternya sih pas haha"

"Lu pulang jalan kaki ya , bye"

"Bercanda , ga usah baper" katanya sambil menahan tawa .

Sialan , ini cewek ga ada respek respeknya apa ? Orang yang diledeknya ini orang yang berbaik hati mau mengantarnya pulang loh.
Aku terus mendengus kesal hingga akhirnya sampai juga ke tempat motor ku terparkir .

"Nih , pake" aku menyodorkan helm untuk dipakai Shania .

"Gak usah sok perhatian deh" Shania menangkis tanganku .

"Buset , ini mah demi gue .
Males banget gue ditilang gara gara boncengin lu . Buru pake!" aku sedikit memaksanya .

Shania menggumam kesal
"Ini kutuan gak nih ? Steril gak ? Jorok kayanya ih" kata Shania sambil membulak balikkan helm yang kuserahkan tadi .

"Bodo , lu gue tinggal" aku pura pura siap siap menstarter motor matic kesayangan ku .

"Iya iya iya , aku pake nih" Shania buru buru memasang helm yang kuberi dan bergegas menaiki motorku . Dari kaca spion dapat kulihat wajahnya nampak kurang nyaman .

Kami pun akhirnya beranjak dari cafe tersebut , membelah jalan ibukota sore hari.
Kupacu motorku saat melihat mendung menggelayut menghitamkan langit Jakarta.

"Kak wey , pelan pelan!" Shania memukul mukul punggung ku cemas , suaranya samar tertiup angin .

"Pegangan ajah!" sahutku singkat

Shania nampak menggerutu .
"Mau banget apa ?"

"Ya terserah , kalo lu terbang bukan salah gue"

ragu ragu Shania melingkarkan tangannya di pinggangku . Dia menggumam tidak jelas , suaranya hilang terbawa angin yang ku lawan dengan laju motorku .


Belum seberapa jauh aku memacu motorku , tiba tiba hujan turun dengan derasnya .
"Kak hujan! Neduh neduh!"
Shania berteriak setengah panik.

Sebetulnya tanpa disuruh pun aku sedang celingak celinguk mencari tempat yang pas untuk berteduh .

"Buruan .. Aku basah nih ahh"

Shania terus terusan menggerutu.
Terpaksa aku membelokkan motorku ke gedung terdekat .
Buru buru aku memakirkan motorku dan langsung berteduh di teras gedung tersebut . Gedung itu cukup besar , tingginya sekilas tadi ku lihat sekitar 3-4 lantai dengan cat dominan warna putih .
Dari desainnya aku tahu bangunan itu bukan gedung kantor melainkan hotel .
Shania menggigil kedinginan , kaos abu abunya basah semua bahkan celana 3/4 nya pun tak luput dari siraman air hujan mendadak tadi .
Tanpa sengaja aku jadi memperhatikan Shania .

DRZwAvFUIAAhgz5

Shania adalah gadis keturunan tionghoa , maka tak heran kulit tubuhnya pun putih mulus . Dibanding teman teman sebayanya Shania termasuk bongsor , apalagi jika dibanding kan dengan teman satu grupnya di JKT48 , dulu waktu Veranda masih ada mereka dijuluki menara kembarnya tim J .
Selain tinggi nya yang lumayan , Shania memiliki proporsi badan yang pas . Tidak kurus juga tidak gemuk , kalo aku lebih suka bilangnya padat berisi .
Sementara daya tarik Shania terdapat pada tahi lalat yang terletak di kanan atas dagunya , saat tersenyum menambah kesan manis yang berlebihan .
Walau belakangan aku tahu senyumnya mengandung banyak kepalsuan , atau mungkin itu perasaanku saja.

Shania adalah pribadi yang terkenal disiplin , tegas , dan punya jiwa kepemimpinan yang tinggi . Diusianya yang tergolong muda dia bersikap lebih dewasa dibandingkan umurnya. Makanya beberapa member bahkan fans sering memanggilnya dengan sebutan tante .

Shania mengusap ngusap bahunya mencoba mengusir rasa dingin , tanpa sengaja mataku tertuju pada siluet di dadanya yang mencetak bulatan menggemaskan karena bajunya yang basah .
Shania menyadari tatapanku dia melotot , aku buru buru memalingkan muka ku menghindari tatapan mautnya.

"Dingin nih , mana udah mau gelap pula , ga ada tanda tanda hujan bakalan cepet reda juga" sewot Shania.

Memang , langit mulai gelap bukan saja karena mendung tapi karena hari mulai menjelang malam .
Tak tega melihat Shania yang menggigil kedinginan aku mengambil tangan Shania dan langsung menuntun Shania masuk ke hotel tersebut .

"M..mau ngapaain?" tanya Shania ragu .

"Mandi , ngeringin baju lu , yang penting ngga disini . Dingin" balas ku cuek.

Aku langsung mengurus segala keperluan di meja resepsionis , kebetulan katanya lantai satu penuh dan kamar kamar di lantai dua sudah direservasi . Maka mau tak mau aku mendapat kamar di lantai tiga , daripada harus kedinginan di teras pikirku.
Suasana hotel cukup nyaman , tapi aku sebenarnya menaruh curiga . Hotel ini desain interiornya mencontek penginapan jepang , hanya desainnya saja karena dari luar hotel ini nampak seperti hotel bintang tiga pada umumnya . Dinding dinding lobi sengaja dihias dengan vertikal garden membuat kesan segar kontras dengan lampu magenta yang memberi nuansa smooth .

Lorong lobi berjejer pintu pintu kamar yang dipisahkan oleh dinding dinding tadi , aku dan Shania menyusuri lorong itu . Shania berjalan mengikuti dibelakangku langkahnya pelan karena badannya masih merasa kedinginan .

"Denger ga? Banyak suara suara aneh.." kata Shania tiba tiba , tubuhnya bergidik .

Mendengar itu aku memfokuskan indra pendengaranku serta berkonsentrasi mencari maksud suara yang dikatakan Shania barusan .

"Ahhn..kimochi.."

Bagai disambar petir aku tersentak kaget mendengar suara yang dimaksud Shania yang ternyata berasal dari kamar kamar yang kami susuri .

"Shan ..." aku melirik ke arah Shania yang wajahnya kini sudah semerah kepiting rebus .

"Ini hotel apaan kak ? Kok banyak suara begitu sih.." tanyanya polos

"Kayanya sih hotel "itu" " kataku sambil menggerakan jariku membuat gestur tanda kutip pada kata "itu" .

Shania yang paham matanya melotot kaget , mulutnya yang menganga dia tutup segera dengan satu tangannya .

"Gimana , mau pulang ajah ?"
tanyaku melihat ekspresinya .

Shania melirik ke balik jendela lobi, di luar hujan masih turun dengan derasnya ditambah berkali kali terlihat petir bersahutan di langit yang gelap .
Shania menggeleng lalu menyuruhku untuk segera berjalan menuju kamar kami .
Semenjak itu Shania jadi lebih banyak diam , sampai akhirnya kami tiba juga di dalam kamar , Shania belum bicara sepatah kata pun . Wajahnya terus menunduk menatap lantai .

"Lu mandi duluan ajah Shan , gue mah buka baju dulu ajah biar ga masuk angin" kataku begitu kami masuk ke dalam kamar .

Shania hanya mengangguk dan langsung menuju ke kamar mandi yang terletak di sudut kamar persis menempel ke tembok disamping jendela yang menghadap ke luar kamar .
Interior jepang semakin terasa di dalam kamar , seperti pintu yang didesain mirip seperti pintu geser khas negeri sakura bedanya ini tidak terbuat dari kertas juga wallpaper yang menyerupai tirai bambu . Tepat di tengah kamar tergeletak kasur tanpa ranjang , cukup untuk tidur berdua dan didesain mirip futon .
Antara tempat tidur dan ruangan di depan kamar mandi di beri sekat, ruangan di depan kamar mandi itu berfungsi sebagai tempat menaruh cucian kotor dan berdandan, jika kita tiduran sekat itu membuat kita tak bisa melihat orang yang berdiri di depan kamar mandi .

Aku melangkah menuju ke ruangan tersebut . Bajuku yang basah harus segera dikeringkan .
Betapa kagetnya aku ketika tiba di ruangan tersebut , karena melihat kamar mandinya yang bertutupkan kaca semi transparan . Melalui pintu kaca tersebut aku dapat melihat tubuh telanjang Shania tengah asik meliuk liuk dibawah siraman air dari shower , terlihat jelas lekukan tubuhnya yang membayang .

Mendadak bagian tubuh bawahku mengeras.
"Heh , turun ! Jangan ngarep yang ngga ngga!" omelku pada penisku yang seenaknya tiba tiba berdiri.

Aku buru buru menuntaskan maksudku , melepas semua pakaian , memakai handuk membelitkannya di pinggang hingga menutup bawah pusar hingga ke lutut kemudian buru buru kembali dan duduk di pinggir kasur .
Kucuran air di kamar mandi terdengar jelas dari tempatku duduk membuat ku terus terusan membayangkan tubuh molek Shania , akibatnya adik ku sama sekali tak berniat untuk turun .

"Ah sial , andai ada Yona disini" batinku menggerutu.

Sepuluh menit berlalu sepertinya Shania telah selesai mandi . Sudah tidak terdengar lagi suara kucuran air , tapi Shania tak kunjung keluar dari kamar mandi sampai akhirnya Shania memanggilku .

"Kak.. Ka rehan , sini deh"

Aku hendak bergegas ke sumber suara , tapi terhenti saat melihat tonjolan dari balik handukku .

"Eh kampret!" aku segera memposisikan penisku sedemikian rupa sehingga tidak lagi terlihat menonjol barulah aku menuju ke tempat Shania berada.

"Kenapa Shan?" tanyaku sambil menghadap arah berlawanan dari pintu kamar mandi.

"Aku lupa bawa handuk , boleh tolong ambilin ngga ?" ujar Shania menjelaskan kenapa dia tak segera keluar dari tempatnya mandi.

"Oh , oke bentar ya"
Aku menuju ke tempat ku tadi mengambil handuk yakni di pinggir meja rias di tempat jemuran kecil , tapi tak kutemukan selain pakaian basah ku dan juga pakaian basah Shania yang berusaha mati matian tak ku lihat .

"Shan... Gue ada kabar buruk" kataku takut takut.

"Apa?"

"Handuknya cuma satu.." kataku

"Iyaudah siniin aku pake" kata Shania tampaknya tak menangkap maksudku.

"Masalahnya , handuknya lagi gue pake"

"What?? Terus aku gimana!" Shania histeris , sudah kuduga .
"Bodo , lepas itu handuk . Biar aku yang pake !" lanjut Shania kemudian.

"What ?? Terus gue gimana!"
kataku tak kalah histeris .

"Gamau tau!" sahut Shania kesal.

Ah sial , memang tak mungkin menang debat melawan Shania.
Akhirnya aku pasrah dan melepas handuk yang ku kenakan .
Penis ku mengangguk ngangguk terbebas dari kekangan , aku sudah tidak peduli lagi toh ini resiko yang harus diambil Shania karena meminta satu satunya penutup di tubuhku .
Aku mengetuk pintu kamar mandi mengisyaratkan Shania untuk mengambil handuk dari tanganku , Shania membuka sedikit pintunya seraya mengulurkan tangannya menjangkau tanganku .
Aku balik ke tempat tidur meninggalkan Shania yang tengah mengeringkan badannya .
Dengan acuh tak acuh aku duduk di tepian kasur .

Terdengar langkah kaki Shania keluar dari kamar mandi berjalan mendekat menuju ke tempat ku berada .
Melihat ku yang duduk dengan cueknya memamerkan penisku yang berdiri tegak mengacung , Shania jengah dengan cepat menutup mata dengan sebelah tangannya .

"Bego ! Tutupin napa itu!" omel Shania menunjuk ke arah penis ku.

"Yaa..orang yang buat nutupnya dipake elu sih" jawabku santai .

Shania menggerutu tidak jelas , sambil tetap menutup matanya dia berjalan berhati hati menuju ke sebelahku untuk ikut duduk.

"Lagian kenapa berdiri gitu coba?" tanyanya saat berhasil sampai ke kasur dan duduk sedikit berjarak dariku. Shania tetap menutup matanya meski posisi duduknya sudah membelakangiku.
Memamerkan punggung dan tengkuknya yang berbulu tipis tampak mengkilat dibawah cahaya lampu kamar.

"Kerjaan body lu ini Shan" jawabku santai

"Maksudnya?" Shania bertanya dengan intonasi rendah

"Tadi ngga sengaja liat body lu waktu mandi , auto bangun dah"
Shania terdiam sejenak , aku melihatnya tak lagi menutup matanya kemudian berbalik ke arahku .

"Emang... Badan aku.. Bagus?"

Aku merasakan perbedaan dari cara Shania berbicara , bukankah Shania yang biasanya akan ketus kalau aku berbicara sembarangan? Tapi kenapa kali ini berbeda?
Aku mencoba tetap berpikir jernih dan menjawab pertanyaan Shania.

"Lah ya bagus , emang kenapa?"
tanyaku memancing .
Shania menunduk sejenak seperti sedang mengumpulkan keberanian , melihat Shania yang malu malu begini adalah hal baru buatku , kau tau lah Shania yang biasanya , maksudku Shania dibalik seragam , Shania yang asli.

"Badanku kan bongsor... Kamu taulah member member kalau berdiri disebelah ku jadi terlihat imut imut.." ujar Shania

Memang benar sih apa yang dikatakan Shania , Yona misalnya , meski inner beauty Yona terkesan wanita dewasa tapi jika sedang bersama atau berdiri disebelah Shania bisa membuatnya terlihat lebih imut.

"Makanya.. Aku pikir ga bakal ada yang bilang badan ku.. Bagus..?.."
lanjut Shania ada keraguan dari kata katanya .

"Shan... Lu ga pede cuman karena lu lebih besar dari member lain?"
Shania mengangguk pelan .

"Gini ya , mungkin lu emang tumbuh lebih pesat dari cewe cewe lain di JKT48 , tapi buat gue tinggi .. atau bongsor lu itu mah masih tahap wajar .. "
Shania menyimak apa yang kuucapkan dengan mimik wajah serius .

"Karena ya buat gue ..ngga.. Semua cowok di luar sana pasti setuju, porsi badan lu itu pas !
Ngga ada sesuatu yang kurang atau bahkan berlebihan di tubuh lu"
Shania sedikit tersipu sipu mendengar penjelasan ku . Pipinya sedikit bersemu merah. Sementara kedua tangannya memijat ujung handuk nya yang menutupi sebagian paha atas nya.

"Ini alasan kenapa kita cowok cowok menggila saat lu goyang hey hey hey di lagu KFC ,gila banget goyang pinggul lu!" ucapku disetujui anggukan penisku yang membayangkan saat Shania bergoyang hey hey hey.

DRZwAvEVoAE1dIP

Shania tambah malu malu , tapi kemudian tertawa melihat adik kecilku manggut manggut .

"Nah ini , adik gue ini makhluk paling jujur sedunia hahaha" aku tertawa diikuti Shania yang juga geli mendengar banyolan ku .

Tanpa Shania sadari akibat tubuhnya bergetar karena tertawa ikatan handuk yang melilit dibawah ketiaknya mengendur , akibatnya sedetik kemudian handuknya merosot bebas dan menampilkan tubuh polosnya tepat di depan mataku .
Payudara shania tak begitu besar , tapi cukuplah . Bentuknya membulat sempurna dengan puting pink nya yang mungil tepat bertengger di tengah . Lekukan pinggangnya bak gitar elektrik yang sering dia mainkan bersama rekan rekannya.

Belum puas aku memandang tubuh Shania keburu dia menyadari dan segera menarik handuknya menutupi tubuh telanjangnya.

"Lah kok ditutup Shan..." ujarku kecewa

Shania tampak ragu , dia menatap mataku dalam dalam.
Aku sedikit segan dibuatnya , tapi kemudian.

"Emang..mau lihat?" tanyanya dengan suara pelan.

Hatiku bersorak kegirangan mendengarnya . Pikiran ngeres ku mulai berpikir yang tidak tidak.

"Mau lah.. Mau . Siapa yang ngga mau lihat body mulus lu Shan" kataku menanti nanti tindakan Shania selanjutnya.

"Tapi , lihat doang ya" katanya ragu ragu.

Aku mengangguk saja , yang penting kebuka dulu , masalah bisa menjurus kesana atau tidak itu gampang lah.
Perlahan Shania menyingkirkan handuknya yang menghalangi hingga akhirnya handuk itu jatuh ke lantai .
Kali ini aku bisa lebih bebas memperhatikan tubuh telanjang Shania. Aku memangkas jarak ku dengannya , kini wajahku dekat sekali dengan dada Shania .
Malu , Shania memalingkan mukanya ke kanan , tapi sudut matanya tetap memperhatikan tindakanku.
Sekilas tadi aku tak memperhatikan , tapi karena kesempatan ini membuatku bisa melihat di atas payudara kanannya terdapat titik hitam yang sama seperti yang menempel di dagu Shania.

Sungguh menggoda iman . Ku terka ukuran payudara Shania mungkin sekitar 32b , menggemaskan bagiku , terutama karena warna putingnya yang terlihat segar . Perutnya rata , kurasa semua member pasti memiliki perut seperti ini berkat latihan keras yang mereka jalani .

Turun kebawah aku dapat melihat sedikit helai rambut muncul di atas vaginanya yang masih tersembunyi.

"Shan.. buka lebar paha lu" perintahku pada Shania.

"Eh..tapi?" Shania terlihat ragu.

Dengan tak sabar aku membuka kedua pahanya yang merapat hingga terbuka lebar memamerkan vaginanya yang terlihat mungil.

"Kak ih..malu!" kata Shania melihatku tengah mengamati kemaluannya .

"Ngga usah malu , memek lu secantik orangnya kok" kataku menggoda , Shania terperangah mendengar ucapanku , mungkin ini pertama kalinya dia mendengar kata kata sevulgar itu.

Tapi aku tak perduli toh aku hanya berkata sesuai apa yang kulihat.
Vagina Shania berbulu lebat , tapi tetap terlihat rapih . Rambut kemaluannya yang hitam sangat kontras dengan kulit vaginanya yang putih bersih . Penasaran dengan isinya kusibak bibir vagina Shania yang disambut dengan desahan mendadak Shania

"Ahnn... Ngapain...kan lihat doang" katanya dengan nafas yang terdengar berat.

"Gue mau lihat dalemnya , kan harus dibuka dulu" ujarku berterus terang .

Shania berhenti protes dan lanjut memperhatikanku .
Jujur saja , semakin lama aku memandang bagian bagian tubuh Shania birahiku semakin naik , ingin aku segera menancapkan batang penis tegang ku ke dalam vagina Shania yang kini tengah kupandangi .

"U..udah dong..malu" ujar Shania mencoba menyingkirkan wajahku dari hadapan vaginanya yang menyerbakan aroma kewanitaan yang khas.

"Shan... gara gara lu kontol gue jadi kaya gini" kataku memamerkan penisku yang sudah dipuncak ketegangannya. Urat uratnya menonjol dan kepalanya menggembung merah.
Shania menatap penisku , matanya nanar.

"Kok salah aku? Kan kamu yang mau lihat"

"Iya sih , tapi kan yang bikin kontol gue begini juga gara gara body lu yang nafsuin abis" aku terus menggodanya dengan kata kata yang vulgar mencoba memancingnya.

"Terus..gimana?"

Bingo!

Melihat umpan yang kulempar dimakan dengan baik oleh Shania aku tak menyia nyiakan kesempatan itu.

"Untuk yang pertama , baiknya lu kenalan dulu" kataku sambil menarik tangan Shania mengarahkannya untuk menggenggam batang penisku .

"Eh..apa apammhhh" suara Shania terpotong karena keburu ku kecup bibirnya .

Shania sedikit berontak tapi tak bertahan lama , karena aku terus menghujani bibirnya dengan kecupan demi kecupan . Lama kelamaan dia luluh dan mulai mengimbangi ciumanku.
Tangannya masih terus kubimbing naik turun menhocok batang penisku . Rasa nikmat mulai menjalar ke syaraf syaraf di tubuhku.

Aku mulai membiarkan tangan Shania bekerja sendiri . Sementara aku mulai menggerayangi tubuh mulusnya.
Kuusap perlahan punggungnya mengelusnya lembut , Shania semakin dalam memagut bibirku .
Sedikit desahan mulai keluar dari bibirnya , kudekap dia mendekat saat lidahku mencari cari lidahnya , saat kutemukan langsung kuhisap dengan kuat membuat Shania sedikit kewalahan .

"Mmmhhhh" hanya itu yang kudengar darinya.

Tanpa meminta izin , payudaranya mulai kujamah dengan tanganku . Agak canggung memang , karena aku terbiasa meremas dada masif milik Yona atau Nat , kali ini sekali tangkup saja seluruh daging payudara Shania tergenggam di tangan ku .

"Ahnn... Mau diapain..?" tanya Shania suaranya bergetar.

"Enak kok" kujawab pertanyaan Shania dengan singkat.

Kini aku berkonsentrasi pada kedua payudara Shania sambil terus menikmati kocokan Shania yang kaku pada batang penisku.
Payudara Shania kuremas perlahan dengan lembut membiarkan Shania menikmatinya dengan santai .
Merem melek Shania menerima rangsanganku pada payudaranya.
Aku meremasnya dari sisi luar lalu mengurut ke sisi dalam menuju ke puncaknya dengan tempo teratur , nafas Shania mulai terengah engah.
Aku terus melakukan gerakan itu diselingi cubitan pada puting pink nya yang mungil.

"Geli....kak" Shania membusungkan dadanya semakin mendekat ke arah ku.

Dengan segera kuhisap putingnya , membuat tubuh Shania bergetar menerima rangsangan yang datang tiba tiba.
Didalam mulutku puting pink Shania terasa gurih sekali membuatku betah berlama lama mengenyotnya seperti bayi yang sedang menyusu .

"Hnnnn enak kak..."
Shania berhenti mengocok penisku, mungkin dia mencoba meresapi lebih dalam kenikmatan yang kuberikan di areal payudaranya.

Gemas , kugigit puting Shania dengan bibirku sambil meremas kasar dada satunya.
Reaksinya luar biasa , tubuh Shania mulai bergerak gerak tak karuan , aku semakin bersemangat kuulangi rangsangan ku pada putingnya terus menerus tanpa terputus .

"Ahhnn kenapa nih...uhhhhh"
badan Shania menggelinjang hebat , hingga roboh ke kasur.

Kini dia dalam posisi telentang , satu tangannya ditaruh di dahi meresapi gelombang orgasme pertama dalam hidupnya.

"Itu namanya orgasme Shan , enak kan ? Gue bisa kasih lu yang lebih enak"
kataku sambil memposisikan diri di depan pahanya yang sudah kubuka melebar.

Shania sedikit mengintip dari matanya yang berat untuk terbuka.
"Ma..mau ngapain kak?" tanya Shania cemas.

Aku tak menjawab pertanyaannya melainkan langsung menggosok gosok kepala penisku di belahan bibir vaginanya .

"Jangan kak.... Aku belum pernah" merasakan penisku meraba raba vaginanya , Shania mulai khawatir .

"Selalu ada yang pertama buat segalanya Shan , tenang.. Gue pelan pelan kok" kataku mencoba menenangkannya .

Di titik ini sudah terlambat bagiku untuk mundur , nafsu birahiku sudah menguasai tubuhku .
Shania meringis saat kepala penisku mencoba menembus lubang nikmatnya yang masih sempit , kuberikan sedikit tenaga dan mulai mendorongnya kembali.

"Awh ...kak sakit.." air mata mulai mengalir dari tepi mata Shania.

"Tahan sebentar ya Shan , gue janji habis ini bakal enak kok"
Kurasakan penisku menyeruak masuk kedalam lubang vagina Shania , meski baru seperempatnya tapi dapat kurasakan dinding dinding dalam vagina Shania menjepit ku dengan erat dan menyedot batang penisku untuk masuk lebih dalam .

"Memek lu enak Shan , sempit.."
Shania tak menjawab , dia menggigit bibirnya menahan perih , air matanya mulai membanjiri pipinya yang gembil . Sedikit kasihan , aku membiarkan penisku terbenam tanpa menggerakkannya dulu.

Ku dekatkan wajahku kemudian ku kecup bibir Shania lembut.

"Sorry..." ucapku pelan

Shania membuka matanya , menatapku teduh kemudian menggeleng.

"Pelan pelan...coba" ujarnya kemudian membalas kecupanku tadi .

Aku mengangguk , menarik pinggulku perlahan kemudian mendorongnya kembali.

"Ahnnn....." desah Shania .
Kupompa perlahan vagina Shania, membiarkannya terbiasa dengan penisku yang penuh menjejal isinya.

"Gue genjot ya Shan , kalo sakit bilang"
Shania mengkode ku untuk merangkulnya dia menjulurkan kedua tangannya keatas.
Tentu aku menyambutnya , aku tau Shania ingin merasa nyaman , terutama ini kali pertamanya bercinta .

"Kamu janji pelan pelan loh" katanya berbisik di telingaku .

"Iya iya" aku mengecup keningnya agar dia merasa benar benar nyaman.

Sesuai permintaan Shania aku dengan sabar menggenjot vaginanya dengan tempo lambat. Ternyata pelan begini lumayan enak juga , pikirku yang terbiasa bermain cepat dengan Yona.
Desahan demi desahan keluar dari mulut Shania , dengan penisku aku terus menggaruk garuk dinding dinding vaginannya yang sempit .

"Gimana ?" tanyaku pada Shania

"Enak... cepetin dikit aja" jawabnya malu malu

"Oke "

Aku pun mulai menaikkan rpm ku , ku genjot vagina Shania dengan kecepatan sedang .
Tubuhnya mulai mengikuti dorongan yang kuberikan . Naik dan turun seirama dengan payudaranya yang ikut bergoyang.
Bagai diurut itulah yang kurasakan dari vagina Shania , mungkin karena belum pernah dimasuki batang penis sebelumnya hingga jepitannya masih terasa begitu kuat . Dinding dinding vaginanya memeluk erat batang penisku seakan ingin mencegahnya lari.
Tenang , aku tak akan lari dari kenikmatan yang kau berikan wahai vagina Shania.

"Kak... Kaya pengen pipis" ujar Shania tiba tiba

Aku mencengkeram kedua pahanya sehingga penisku masuk lebih dalam lagi , kemudian ku genjot sekuat tenaga lubang vagina Shania.
Tubuhnya semakin berguncang tak karuan akibat pompaan yang kuberikan . Kepalanya menggeleng kesana kemari . Pasti rasa gatal dalam vaginanya sedang terpusat dan pusatnya itu terus ku garuk dengan penis ku.

"Ahhnnn keluar kak..mmhhhh...hhhaaahhh"

Aku membenamkan penisku dalam dalam demi menikmati kedutan vagina Shania yang tengah mengalamai orgasme .
Tubuh Shania bergetar seperti orgasme pertamanya tadi tangannya terulur memintaku untuk kembali memeluknya.

"Kok aku keluar terus?" tanya Shania heran.

Aku tertawa kecil
"Berarti enak Shan ..." jawab ku singkat .

"Kak Rehan ga enak ?" tanyanya lagi .

"Enak lah , kenapa?"

"Kok belum ..apa tadi namanya?"

"Orgasme ?" ujarku

"Iya itu..kok belum?" Shania sepertinya penasaran sebab dia sudah dua kali sedangkan aku belum sama sekali .

Aku kembali menggerakkan penisku yang masih tertanam dalam vaginanya , Shania melenguh .

"Laki laki sejati itu memuaskan wanitanya dulu" ujarku sok keren .

"Huuu... jadi ini belum selesai?"
tanya Shania .

Aku menyeringai lebar .
"Masih jauh Shan"

Langsung ku pompa penisku dengan kecepatan sedang .
Shania merintih , mungkin karena vaginanya masih sensitif .
Tapi aku tak mau menunggu lama , kutuntun Shania untuk bangkit dan duduk dipangkuanku.
Penisku semakin menyeruak masuk membelah isi vagina Shania.

"Hnnnhh... Enak kak..." ujar Shania matanya menutup meresapi penetrasi penisku yang menyelam semakin dalam .

Aku merangkulnya dan menggenjot penisku dari bawah membuat tubuh Shania memantul naik dan turun memberi sensasi nikmat yang tiada tara.

"Memek lu enak Shan , betah gue genjotnya" kataku memancing birahi Shania untuk terus naik.
Hasilnya Shania mulai ikut menggoyangkan pinggulnya , mengarahkan batang penisku untuk menggaruk titik sensitif dalam vaginanya.
Tindakannya itu membuat vaginanya menjepit penisku semakin erat , kalau aku tak konsentrasi aku bisa saja kebobolan .

"Hmmm... Lu mulai pinter mainnya Shan , ada bakat juga " pujiku pada Shania

"Ngga... Aku cuma..mmhhh nyari yang bikin enak aja" jawab Shania sambil terus mendesah.

"Fine , goyang terus ya"

Shania mengangguk , goyangannya semakin tak beraturan , kadang naik turun kadang diselingi gerakan mengulek . Pusing penisku dibuatnya.
Karena itu untuk meredamnya aku menghisap puting payudara Shania yang sedari tadi menyentil nyentil hidungku.

"Nhhh geli ka Rehan" racau Shania menerima rangsangan pada sekitaran payudaranya.

Aku terus menyedotnya kuat kuat , menghisap dan sesekali menyentil nyentil putingnya dengan lidahku yang kasar .
Shania semakin blingsatan , keringat mulai mengucur membasahi tubuhnya yang padat .

"Kak....kaya mau orgasme lagi nih...ummhhh" ujar Shania tanpa menghentikan goyangannya.

Mendengar itu aku kembali membaringkan Shania agar dia lebih rileks saat orgasmenya nanti.
Shania sama sekali tak melepaskan pelukannya . Maka tubuh kami menempel tanpa jarak , kulit ku dengan kulitnya bergesekkan mengikuti genjotanku pada vagina Shania .

Rasa gatal pada penisku akhirnya datang juga , kurasakan kepala penisku semakin menggembung bersiap untuk meledakkan isinya.

"Shan bareng ya... Gue dikit lagi nyampe" ujarku memberitahu Shania.

Dibalas anggukan Shania aku mempercepat pompaan penisku , disetiap gerakan masuk pasti kuhentakkan dalam dalam agar rasa gatal itu terpuaskan .
Shania semakin menggila desahan nya bergema di seisi ruangan , tubuh bawahnya mengikuti gerakan memompaku.

Rasa gatal itu sudah sampai diujung , aku berniat menyemprot diluar , tapi menyadari kehendakku Shania malah melingkarkan kakinya di pinggangku .

"Wey Shan !" aku panik karena aku tak dapat bertahan lebih lama lagi.

Tapi Shania tak mendengarku dia seakan terbuai oleh nafsu birahinya dan terus terusan menggoyang penisku hingga akhirnya pertahananku pun jebol.
Kuhujamkan dalam dalam penisku dengan satu hentakan terakhir hingga meledaklah kepala penisku memuntahkan semprotan demi semprotan sperma dengan begitu derasnya .

"Shann.....mmhhhhhhhahhh" aku merasakan nikmat yang teramat sangat sampai mengejan dan membiarkan penisku terus terusan berkedut mengeluarkan isinya.

Dibawah sana Shania juga tengah merintih meresapi orgasme ketiga akibat semprotan sperma ku yang membanjiri seluruh isi lubang vagina Shania. Tubuhnya berkelojotan lebih heboh dari yang pertama maupun yang kedua. Tubuhnya membusur keatas membusungkan dadanya sementara mulutnya menjerit tanpa suara .

Aku ambruk ke sisi kiri Shania, berbaring dengan nafas terengah engah , penisku secara otomatis terlepas dari vagina Shania.
Ku lihat disebelahku Shania sama lelahnya denganku .

"Gila lu Shan , gue jadi nyemprot di dalem!" omelku khawatir .

"Ngga tau... Tadi gerak sendiri.."
Shania menjawab dengan terbata bata , terlihat tenaganya masih belum pulih kembali.
Saking lelahnya Shania sampai tertidur . Aku tak bisa ikut tidur karena tak betah dengan kondisi tubuhku yang lengket oleh keringat jadi kuputuskan untuk mandi .
Aku memposisikan Shania agar tidur dengan benar , kutarik selimut untuk menutup tubuhnya .
Barulah kutinggal Shania , kupungut handuk yang tergeletak di lantai lalu bergegas ke kamar mandi .



Siraman air shower melunturkan keringat yang menempel ditubuhku , Ah rasanya segar sekali . Apalagi nafsuku juga dapat tersalurkan dengan baik .
Meski aku sedikit tak menyangka karena bisa melihat pribadi yang lain lagi dari diri Shania .
Pribadi yang sepertinya akan jadi sisi yang paling kufavoritkan dari diri Shania . Sisi polos soal sex-nya Shania .

Aku menyudahi mandiku , melilitkan handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahku dan berniat segera kembali ke tempat tidur . Namun betapa terkejutnya aku saat melihat Yona duduk disebelah Shania yang sedang tidur lelap .
Selimut Shania tersingkap memamerkan tubuh bawahnya yang sama sekali tak berpenghalang .
Yona menyolek lendir yang menetes dari vagina Shania kemudian memamerkannya padaku .

"Aku hapal benda apa ini , kak Rehan" ujar Yona menggesekkan jarinya yang basah oleh lendir itu. Seringai tersungging dari bibir tipisnya.

Baru saja aku hendak angkat bicara , Yona keburu buka suara duluan.
"Jelasin di kamar sebelah ajah , yuk?" ajak Yona .

Aku mengikuti langkahnya meninggalkan Shania tertidur sendirian , Yona sempat mengambil kunci kamar dan menguncinya dari luar
"Jaga jaga" katanya singkat kemudian mengantarku ke kamar tepat di sebelah kiri kamar yang ku sewa.

"Ini termasuk rencana lu Yon ?" tanyaku begitu kami masuk ke dalam kamar Yona .

"Hotel ini ga termasuk" ujar Yona .

"Terus?"

"Rencana awal ku sih kalian bisa mendiskusikan hal ini sewaktu di cafe tadi sore" jelasnya

"Lu tau itu mustahil berhasil kan?" tukas ku .

"Iya , tapi aku tau kok Shania bakal minta anter pulang kak Rehan , soalnya waktu aku ngajak ketemuan aku bilang aku bawa mobil" lanjut Yona seraya menghempaskan pantatnya duduk di tepi kasur .
Aku tetap berdiri di depan pintu .

"Mengantar pulang Shania memangnya bisa berakibat apa?"
tanyaku masih belum mengerti .

Yona sibuk menggelung rambutnya setelah selesai barulah dia menjawab .
"Berdiskusi dengan suasana rumah?" katanya

"Diskusi ngga akan berhasil" sergahku cepat

"Yaa tapi pada akhirnya keberuntungan memihak pada kita haha" Yona tertawa sementara aku masih termenung bingung .

"Keberuntungan?" kataku heran

"Aku mengikuti kalian loh , berkat hujan turun kamu dan Shania jadi berdua saja di kamar hotel"
"Harusnya berdiskusi bertukar pikiran , malah bertukar lendir hahaha jauh lebih baik" ujar Yona sedikit membuat ku jengah.

"Bagaimana bisa bertukar lendir membuatnya jadi jauh lebih baik?" aku masih belum menangkap maksud Yona.

"Kakak ini habis ngegarap Shania jadi bego apa gimana?" Ledek Yona

"Kalau Shania udah jatuh ke pelukan kakak tentu sikap nya ngga akan sekeras sebelumnya" lanjut Yona ucapannya terdengar meyakinkan.

"Berarti masih dugaan dong ? Mana tau habis bangun itu Shania bakal jadi Shania yang ketus itu lagi" kataku masih sangsi.

"Aku kenal Shania kak , dan aku rasa ...."
Yona memotong ucapannya kemudian menarikku mendekat.

Yona menggosok penisku yang masih sembunyi dibalik handuk ku saat aku tepat berada di hadapannya.

"...aku rasa setelah dia merasakan betapa nikmatnya penis kakak ini dia ngga akan bersikap seperti itu lagi" lanjut Yona menyelesaikan kalimatnya.

Mendapat pujian seperti itu penisku mendadak bangkit.

"Ahaha dia kesenengan nih kak" ujar Yona sambil melepas handuk ku yang menghalangi kemudian dengan cekatan menggenggam batang penisku.

Merasakan tangan lembut Yona menggenggam penisku aku mendesah pelan.
Yona mengecup kepala penisku yang bersemu merah ,kemudian dia berbisik.

"Petualangan kita masih panjang.. sayang"
DRZ5R-aVoAEHKZm


Penisku mengangguk angguk gembira.


 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd