Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah Agung akhirnya akan bersanding dengan Sari ???


  • Total voters
    252
  • Poll closed .
Selamat sore rekan rekan seforum.... sebelum melanjutkan cerita abal abal ini ada baiknya saya membalas koment koment luar biasa dr anda sekalian.

Berkat anda sekalian cerita ini masih menarik minat saya utk melanjutkan meski kadang hrs membagi waktu di rl yg trasa makin sempit

Tak bosan saya ucapkan trimakasih dan trimakasih pada anda semua yg tak bosan2 menagih update atau hny sekedar absen, attensi ini sungguh membuat saya sangat....

Makasih, mohon maaf jika ada kalanya update an tdk sesuai dgn ekspetasi anda semua krn memang saya hny ts biasa yg masih dlm taraf coba coba.
 
PART 5 TAK TERKENDALI



Setelah menyusuri jalan bulak persawahan yang menjadi penghubung kampungku dengan kampung sebelah, lalu melewati jalan utara kampung yang agak memutar namun sepi, akhirnya sampailah kami di kediaman kami yang nampak sangat mungil dan usang di bandingkan rumah rumah yang lainnya.

Di tambah dengan penerangan lampu bolam seadanya yang cukup redup membuat rumah itu benar benar seperti tenggelam dan terasing dari lingkungannya.

Rumah rudi yang biasanya ramai oleh anak anak yang kumpul juga tampak lengang dengan pintu rumahnya tertutup rapat.

"Sar...." bisikku pada bulik yang bersiap siap keluar dari dalam mobil.

"Apa..." jawab bulik sari agak ketus.

"Servis yah jangan lupa" godaku dengan senyum manisku.

"Aku capek" jawab bulik seraya membuka pintu mobil lalu keluar sambil menjinjing tas jinjing anyaman berisi makanan makanan pemberian mamahnya yulita.

Dengan lesu akupun turun dari mobil namun beberapa saat kemudian aku terkejut karena pintu depan rumah juga terbuka dari dalam.

"Rudi...ngapain dia disini" ucapku dalam hati saat melihat rudi berdiri di depan pintu rumahku.

"Rud....tumben kau mau nginjak rumahku" sapaku mencoba mengajaknya bcanda.

Tiba tiba saja rudi berlari ke arahku dan langsung menghantam mukaku dengan tonjokan tangan kanannya.

"Loh...loh...loh..ada apa ini.... rudiii ada apa ini..." teriak bulik histeris saat melihatku tersungkur akibat bogeman keras dari rudi yang sukses membuatku langsung tumbang.

Untuk sesaat rasanya seperti gelap gulita dengan kepala seakan di penuhi bintang bintang yang berputar berkedip kedip.

Kulihat bulik langsung meletakkan tas yang di bawanya dan menghampiriku.

"Asuuu...bajingann kamu gung bangsatt....!!!" ujar rudi menyumpah serapahi aku dengan kata kata kasar.

Kulihat rudi masih ingin menendangku namun berhasil di halang halangi bulik yang bahkan membuat badannya yang ramping harus terdorong ke belakang dan membuatnya hampir saja tersungkur menimpaku.

"Bajingan kamu rud...." ujarku sambil berdiri saat kepalaku sudah tak terasa pusing lagi.

"Kamu yang bajingan..asuu.... bangsatt..." balas rudi dengan terengah engah menandakan emosinya yang sudah di puncak.

"Rudi apa yang kamu lakukan? datang datang main pukul saja, apa salah agung?" ujar bulik berteriak keras, lalu mendekatiku dan mengusap darah yang menetes keluar dari sudut bibirku.

"Bangsat..pantesan perih..." ucapku dalam hati.

"Tanya saja pada monyet itu apa kesalahannya" sahut rudi membalas perkataan bulik.

"Gung apa yang sebenarnya tlah terjadi hingga rudi sedemikian marahnya sama kamu?" kali ini bertanya bulik padaku.

"Aku ga tau bulik" jawabku datar.

"Dasar bajingan keparat!!!" ujar rudi sambil berlari dan menerjangku sambil melompat mengayunkan tangan kanannya hendak menghantamku.

Namun kali ini aku sudah siap, segera saja ku dorong bulik hingga sedikit menjauh, lalu aku geser tubuhku sendiri ke samping sambil sedikit menunduk menghindari tangan rudi yang hendak menyambar kepalaku, dan tanganku yang telah terkepal keras langsung menyambut terjangan rudi dengan menghantam perut rudi dengan telaknya.

"Bughhh.....hoekk..hhh"

Hal itu membuat rudi langsung limbung ketika mendarat dan mungkin akibat kerasnya pukulanku membuat rudi langsung terhuyung huyung sambil memegangi perutnya.

Aku yang terlanjur emosi tanpa pikir panjang langsung melontarkan kakiku untuk menjejak kepalanya yang membuat rudi langsung terjengkang berguling guling di tanah.

"Ayo bangun brengsek...kau ingin penyelesaian dengan tangan ayo kita lakukan" ujarku.

"Bajingannnn...ku bunuh kau anjing..." teriak rudi sambil berusaha berdiri.

Melihat kami saling mengintimidasi, bulik menjadi histeris dan menjerit sekencang kencangnya.

YULITA SCENES

Sementara itu di kediamannya, yulita masih terus asik bersenandung sambil memoles wajahnya di depan kaca.

Gadis jelita itu baru saja selesai mandi, setelah puas bercengkerama dengan keluarganya yang mencandainya abis abisan perihal kepergiannya bersama agung yang menghabiskan waktu hampir seharian itu.

Sebelum kemudian terdengar olehnya suara motor jantan yang telah sangat di kenalinya memasuki halaman rumahnya.

Beberapa saat kemudian terdengar suara obrolan di luar antara bapaknya sendiri yang memang suka kongkow di teras saat abis makan malam dengan seseorang yang juga sudah di kenalnya selama ini.

Tapi entahlah tiba tiba saja dirinya merasa malas dan segan untuk sekedar menemui tamu yang ia pastikan hendak menemuinya itu.

Karena itu yulita segera mengusapkan masker perawatan di wajahnya yang membuat wajah cantiknya serasa tertutup topeng.

"Lit....ada tamu itu loh..." ujar iwan, kakak lelakinya dari luar kamarnya.

"Iya sebentar" teriak yulita menjawab.

Setelah membenahi diri dengan berpakaian seadanya meski cukup rapi, gadis itu keluar dan menemukan seseorang sedang duduk di teras bersama bapaknya.

"Hai Lit..." ucap pria muda yang beberapa tahun usia di atas yulita sendiri.

Pria yang mengenalkan dirinya sudah bekerja di sebuah perusahaan bumn kontruksi, saat pertama kali bertemu dirinya di sebuah pameran perdagangan dan industri kecil dimana pabrik roti tempatnya bekerja dulu, ikut expo.

"Mas Bowo...apa kabar?" jawab yulita agak kikuk setelah orang yang ditemuinya itu ternyata berbeda dari yang dia kira, mengingat sekilas kendaraannya sama.

Pria yang di panggil Bowo itu langsung berdiri dan dengan gentle mengajak yulita berjabat tangan di depan bapak gadis itu yang kemudian berpamitan untuk masuk ke dalam rumah.

"Silahkan duduk mas!" ucap yulita.

"Iya makasih Lit...ehm gimana kabarmu Lit, kudengar kau resign dari tempatmu kerja yah" balas pria berkulit putih bersih dan berwajah cukup tampan.

"Iya mas..." jawab yulita datar meski sambil tersenyum yang membuat beberapa kerutan pada masker wajahnya.

"Tapi kenapa Lit?"

"Ga ada apa apa kok mas hanya ingin istirahat aza dulu eh iya maaf lupa nawarin minum, mas Bowo ingin minum apa?"

"Ga usah lah Lit ga usah repot, aku hanya perlu sedikit waktumu saja kok klo tidak keberatan"

"Oh iya deh...hihihi memang ada hal penting apa mas sampai di bela belain jauh jauh dari Karanganyar kesini"

"Entahlah Lit rasanya ada yang benar benar mendesak untuk di sampaikan ke kamu"

"Soal apa yah mas"

"Begini Lit...sebenarnya..."

Brum brumm...dutt..dutt..duttt..

Belum sempat terucap untaian kata dari Bowo, tiba tiba sebuah motor yang sama dengan kendaraan bowo masuk ke halaman rumah itu dengan penunggangnya menatap tajam ke arah bowo dengan tatapan tidak simpatik.

Yulita mulai cemas justru setelah mengetahui orang yang datang terakhir ini, orang yang yulita sendiri segan bahkan untuk hanya sekedar bertemu, karena peringai yang kurang di sukainya dari orang tersebut.

Beberapa saat baik bowo atau yulita hanya memperhatikan orang itu memarkirkan motornya, lalu dengan tergesa menghampiri yulita.

"Lit...siapa dia..." ujar lelaki berkulit keling meski membuatnya kelihatan manis tampan karena hidungnya mancung.

Sebuah tatapan tajam dari lelaki yang datang terakhir itu langsung merubah suasana menjadi tegang.

"Hai kenapa membisu semua... hei tengik siapa kamu, apa keperluanmu kesini" lanjut lelaki yang terakhir datang itu berucap

"Dod....apa apaan seh kamu kasar bener..." tukas yulita.

"Makanya jawab pertanyaanku jangan diam saja" ujar lelaki itu sedikit pelan.

"Lah kamu sendiri datang datang langsung main samber saja kaya orang ga ada tata krama" balas yulita sengit.

"Aku hanya ingin tau siapa monyet ini dan apa perlunya kesini" kata lelaki itu juga tak kalah pedas.

"Namaku bowo, kenapa?" ujar bowo sambil berdiri.

"Kenapaaa? Nih kenapa.. jebughhh...." ujar lelaki itu sambil dengan ringannya tangannya melayang menonjok muka bowo tepat di hidungnya yang mengakibatkan hidung itu langsung mengucurkan darah segar.

Melihat itu tentu saja membuat yulita langsung berteriak yang membuat orang orang di dalam rumah berhamburan keluar.

"Ada apa ini.. ada apa ini.. kenapa ribut ribut?" tanya iwan dan bapaknya nyaris bersamaan.

Melihat yulita menangis, iwan langsung menghampiri.

"Dodi...Lita kenapa..." tanya iwan pada lelaki yang terhitung teman baiknya itu karena di samping sama sama satu kampung, Dodi juga anak pengusaha mebel seperti dirinya sendiri, yang bapak bapak mereka rekanan bisnis.

"Aku hanya tanya keperluan orang ini kemari Wan, tapi malah nglunjak" jawab Dodi.

"Tanya ya tanya tapi kan bisa baik baik Dod. Kamu itu suka kebiasaan dikit dikit main tangan" ujar Iwan lalu secepatnya berlari ke dalam rumah, di ikuti yulita yang juga berlari masuk ke dalam rumah sambil menangis.

Tak lama kemudian Iwan sudah kembali keluar dengan beberapa helai kapas di tangannya yang lalu di berikan ke bowo.

"Apa kamu baik baik saja ?" tanya iwan pada bowo.

"Kurasa saya ga apa apa mas" jawab bowo.

"Klo ga terima silahkan cari aku, di kampung ini semua kenal siapa Dodi" kata Dodi sambil melotot ke arah Bowo lalu melangkah ke motornya dan pergi tanpa cakap lagi meski disitu masih ada Pak Harto Giyono, bapaknya yulita.

"Antar saja nak bowo ke dokter Indra, Wan..." ujar bapaknya

"Tak perlu pak, saya mohon pamit saja, mohon maaf karena sudah bikin gaduh disini" Bowolah yang berkata.

"Tapi nak, lukamu itu gimana"

"Gpp pak, ini sudah mendingan"

"Anak itu benar2 terlalu" gerutu pak harto.

Beberapa saat kemudian bowo benar benar berpamitan meski tampak sekali raut kecewa di wajahnya yang kini memerah.

Bahkan pria muda itu tak peduli lagi meski pak harto hendak memanggilkan yulita untuk di pamiti.

Akhirnya pria paruh baya beserta anak lelaki sulungnya itu tak kuasa menahan kepergian pria muda yang mengaku berasal dari daerah dekat waduk lalung itu.

"Loh Pak, mas bowo kemana?" tanya lita yang tiba tiba sudah muncul dari dalam rumah dengan wajah yang telah bebas dari masker.

"Sudah pulang" jawab bapaknya

"Lihat Nyil gara gara kamu tuh para lelaki jadi pada gila semua" gerutu iwan.

"Lah apa salahku...aku ngga ngapa ngapain" balas lita sambil mencibirkan bibirnya pada kakaknya itu

"Sudahlah jangan pada ribut, tapi bapak rasa kakakmu benar nduk, hati hatilah klo bergaul dengan pria.. kadang kala keramahanmu itu bisa di salah artikan" ujar bapaknya.

"Bukan salahku, mereka ingin mendekatiku sendiri, lita ngga minta di dekati" balas lita

"Sudahlah ayo masuk, bukankah kamu mau berkemas juga nduk" kata pak harto seakan mengingatkan yulita bahwa besok dia akan meninggalkan zona nyamannya, di rumah dimana dia merasa slalu di manjakan siapa saja.

Ada desir di hati gadis muda itu bahkan kemudian terbesit di benaknya apa yang terjadi jika agung yang di posisi bowo tadi.

Sebenarnyalah yulita menyukai kepribadian bowo tapi ada beberapa hal yang membuatnya tidak bersimpatik dengan bowo.

Karena itulah kemudian gadis itu tidak segera kembali ke dalam kamarnya, tapi malah melenguh dan menghempaskan tubuhnya di kursi yang ada di ruang tamu.

Bu harto, mamahnya yulitalah yang kemudian menghampiri gadis itu yang kemudian jadi merenung itu.

Bu harto pun bukannya tak mengetahui keributan tadi, karena saat itu terjadi justru sedang mengawasi anak gadis bungsunya itu dari balik korden jendela kamar yulita sendiri ketika gadis itu tengah bercakap cakap dengan temannya yang bernama bowo.

"Sebenarnya ada apa tow nduk kok sampai ribut ribut segala?" tanya mamahnya sambil mengambil duduk di sebelah yulita.

"Biasalah Mak... si dodi rese itulah yang suka bikin rusuh" jawab lita sambil bersungut sungut.

"La sebenarnya itu yang jadi pacarmu itu siapa tow nduk, tadi siang kamu kliatan ceria ketika bersama agung bahkan sampai seharian bersama anak itu, dan tadi mamak liat kamu juga kliatan senang ketika anak muda yang bernama bowo itu datang. Jadi bingung mamak" ujar bu harto sambil mengelus rambut anak bungsunya itu.

Namun wanita paruh baya itu menjadi gemas ketika anak gadisnya itu malah tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih.

"Mamak suka kepow, tar kan juga tau siapa lelaki pilihan lita dan yang akan jadi suami lita"

"Tapi tak baik nduk menjalin hubungan dengan terlalu banyak lelaki, justru karena segala akibat yang bisa timbul karenanya. Mamak jujur merasa sangat bangga anak mamak banyak lelaki yang suka tapi klo sampai berakibat ribut seperti tadi kok rasanya bikin miris hati mamak nduk, itu baru keributan kecil lah klo sampai berakibat fatal apakah kamu tak kasihan sama mereka yang menyukaimu itu" kata mamahnya dengan lembut.

"Trus lita harus gimana, lita juga dari awal menganggap mereka hanya teman tak lebih dari itu, tak pernah sekalipun lita mengucapkan sesuatu yang bernada menerima setiap ucapan cinta dari mereka semua Mak..."

"Tapi senyumanmu itu nduk, apakah kau tau artinya buat lelaki lelaki yang menyukaimu"

"Memang knapa dengan senyumku" kata lita sambil menatap wajah mamahnya itu.

"Mamak yakin setiap lelaki yang memandang senyum kamu itu akan berpikir tentang sebuah keindahan yang mewarnai dunianya sehingga apapun akan di lakukannnya demi menjadi satu satunya pemilik senyum itu"

"Tapi agung sama sekali tak tertarik dengan senyumanku mak"

"Heh..."

"Dia itu lelaki paling dingin yang pernah lita kenal, kaya es"

"Maksudmu gimana nduk, apakah kau tak menyukai agung"

"Justru sebaliknya mak, terang terangan lita mengatakan perasaan lita mula mula hanya dengan kode kode tapi dia sama sekali kurang tanggap, barulah ketika lita marah dia mulai merespon lita"

"Lalu? gimana seterusnya"

"Anak itu sangat aneh entahlah apa yang di pikirkannya tapi seakan lita tak berarti sama sekali baginya"

"Maksudmu bagaimana sebenarnya nduk, apakah agung sama sekali tak mencintaimu?"

"Ya ngga gitu juga mak...ihhh kok nanya nanya terus seh... lita jadi pening nih..." kata gadis itu sambil menggelosoh dan tiduran meletakkan kepalanya di pangkuan mamahnya.

"Lita kamu jangan sembrono yah sama urusan kaya gitu, bisa kualat kamu klo. Jangan permainkan perasaan tiap laki laki nduk..."

"Ihhh mamak apa apaan seh.. bikin runyam saja, lita itu ga pernah permainkan laki laki mak ga pernah...ya klo ada yang bilang cinta sama lita trus lita ga suka apa lita harus terima..."

"Trus kamu suka tidak sama agung, klo tidak suka lebih baik urungkan niyatmu untuk ikut ke Jakarta nduk"

"Ih Mamak gimana seh kan tadi lita sudah bilang klo justru agung yang seakan bersikap ragu ragu, klo mau jujur dari sekian lelaki yang deket sama lita, hanya sama dia lita merasa sreg tapi ya gitu, agung begitu dingin seakan tak punya hasrat sama sekali sama lita"

"Ah masa seh nduk, tadi mak lihat kalian akrab akrab saja dan tak ada yang aneh"

"Ah Mak, baru di sogok kain danar saja sudah segitunya belain agung" sungut lita

"Bukan begitu nduk tapi mak itu bingung sebenarnya apa yang kamu mau agung lakukan untukmu, klo dia kurang paham berilah pemahaman tentang apa yang jadi inginmu"

"Ya tapi kan malu mak, masa cewe duluan yang minta" ucap lita sangat pelan

"Memangnya apa yang kau mau dari agung, mak ingin tau coba"

"Ya biasa layaknya orang pacaran, lita ingin di sayang mak"

"Katakan lebih jelas nduk terangkan maksudmu gimana" ucap bu harto dengan tersenyum mulai paham

"Ihh ogah..." gerutu lita kesal.

"Jadi kamu ingin di sayang, tapi agungnya diam gitu maksudnya"

"Nah itulah mak...artinya apa coba"

"Seharusnya kau harus mandang itu dari dua sudut nduk, klo menurut mamak agung bukan dingin tapi masih segan sebab blum ada apapun yang mengikat kalian, artinya agung bisa menempatkan dirinya, dia menghormatimu nduk karena itu dia berhati hati bertindak yang dapat membuatnya dapat nilai negatif dari kamu. Kurasa memang harusnya seperti itu yang harus agung lakukan, dia menjagamu nduk...bukankah itu baik"

"Iya seh mak dia juga ngomong gitu tadi, dia bilang tak ingin merusakku dengan hal hal yang kurang pada tempatnya, tapi yang lita takutkan jika nanti dia sama sekali tak punya hasrat ama lita mak"

"Mak rasa tidak nduk jalani saja dulu hubungan kalian secara sehat, jangan selalu tergesa untuk menuruti nafsu yang justru merusak hubungan itu sendiri"

"Tapi mak klo seperti itu kira kira agung mencintai aku tidak"

"Tentu saja nduk klo tak cinta sudah di seretnya kau ke hotel klo sudah begitu kau akan hanya akan tinggal berharap belas kasihnya untuk tak meninggalkanmu, kau tak mau seperti itu kan nduk"

"Iya mak, hihihi... tadi malah aku yang ingin dia mengajakku ke hotel, tapi dia ngga mau"

"Apa kau bilang nduk, ckckck jadi kamu yang malah mendahuluinya...keterlaluan kamu, andai bukan agung yang kau begitukan sudah jadi daun kering kamu"

"Iya mak, maaf tadi lita hanya bermaksud ngetes saja karena sikapnya bener bener menjemukan buat lita"

"Ingat nduk kamu itu perempuan dan sudah kodratnya perempuan itu tak mendahului laki laki meski tidak mutlak dalam segala hal, tapi seharusnya kamu harus berpikir dulu sebelum berbuat, kendalikan dirimu"

"Iya mak iya...lita juga bisa berpikir kok mak...tadi lita hanya ngetes apakah agung itu lelaki jantan apa bukan, klo sama lelaki lain yang pernah jalan sama lita, ga pernah lita mendahului"

"Iya baguslah, kamu sudah cukup dewasa untuk mengerti batasan batasan nduk. Nah sekarang masuklah ke kamarmu, mamak ingin ngerokin bapakmu dulu, katanya tadi greges greges soalnya"

Setelah berkata begitu bu harto lalu mengecup kening anak perempuannya itu, begitu pula yulita selanjutnya bangkit dan melangkah ke kamarnya dengan sebuah senyum terkembang dari bibirnya yang sangat sensual itu.

Kini gadis itu merasa yakin dengan apa kata hatinya.

Dalam pada itu setelah hampir terjadi baku hantam berdarah yang untungnya bisa di lerai oleh beberapa tetangga yang datang akibat tergugah oleh suara jeritan Sari yang melengking.

Agung dan rudi di giring ke rumah rudi oleh beberapa warga dan juga kepala rt yang sengaja di panggil datang, meski kejadian memalukan itu di depan rumah agung persis.

"Jadi intinya ini masalahnya nak rudi menuduh nak agung merusuhi rumah tangga nak rudi, begitukan?" tanya pak rt.

"Iya pak, si bangsat agung ini telah mencoba bermain serong dengan asih istri saya" jawab rudi dengan penuh emosi, sementara agung hanya terdiam tercekat meski wajahnya tampak merah padam.

"Tapi apakah ada buktinya soal tuduhan itu, atau barangkali ada yang melihat dengan mata kepala sendiri?" tanya pak rt lagi.

"Oh tentu pak, malah omnya agung sendiri yang mengatakannya pada saya" jawab rudi

"Apa yang dikatakannya? apa dia juga melihat sendiri perbuatan agung dan istrimu saat itu?" tanya pak rt yang sudah memutih hampir semua rambutnya itu.

"Kata om anto dia hanya tau saat asih masuk ke rumah agung lalu di ajak agung ke kamarnya, kalo lelaki dan perempuan ada dalam satu kamar ngapain coba" jelas rudi sambil menatap tajam ke arah agung yang kelihatan tegang.

"Nak agung jadi gimana penjelasanmu soal itu?" tanya pak rt pada agung.

Sejenak suasana tegang menyelimuti ruangan itu, wajah wajah yang menampilkan raut tanda tanya terlihat jelas di antara mereka.

Sementara di dalam kamarnya, asih masih terus menangis, meski sudah tak bersuara, hatinya terasa pilu dan sakit melebihi sakit lebam lebam di beberapa bagian wajahnya akibat tamparan dan pukulan dari rudi.

"Kejadian itu sudah tempo hari pak, saat itu asih memang datang ke rumah saya untuk mengantar lauk untuk makan siang, dan klo asih ke kamar itu karena ada sesuatu yang ingin saya berikan untuk anaknya, di luar itu saya kira biasa saja, bagaimanapun asih juga teman saya bukankah wajar klo ada sedikit candaan di antara kami karena terbawa suasana masa kanak kanak" ujar agung tenang.

"Jadi intinya nak agung tak merasa melakukan apa yang di tuduhkan nak rudi?" tanya pak rt.

"Gini saja pak biar persoalannya ga berlarut larut kenapa tidak di tanyakan saja pada asih, apakah mengalami hal yang di masalahkan rudi itu, juga om anto sendiri apakah dia benar benar memahami informasi yang di berikan pada rudi karena klo itu semua tidak benar bisa menimbulkan fitnah" ujar agung dengan tenang.

Bagaimanapun pengalaman menghadapi situasi yang menghimpit sudah sering di alaminya dan tak satupun yang tak bisa diatasinya.

Kini rudilah yang merasa tertekan dengan sikap dan pernyataan teman sebayanya itu.

"Ya sudah rud...coba tolong panggil istrimu kemari ada baiknya asih juga di mintai keterangan" ujar pak rt yang di dukung semua tetangga yang hadir, membuat rudi mau tak mau meski dengan berat hati bangkit dan melangkah untuk memanggil istrinya di kamarnya.

Hampir semua orang terkejut demikian melihat kondisi asih yang babak belur dengan lebam lebam membiru di hampir seluruh wajahnya.

Agung sendiri terhenyak melihatnya melihat bibir asih yang membengkak membuatnya merasa miris, meski sama sekali tak bisa berbuat banyak selain diam.

Beberapa saat setelah asih duduk, pak rt pun menanyakan hal yang sama yang sedikit membuat agung berdebar debar meski pada akhirnya bisa berlega hati karena ternyata asih juga memberikan jawaban yang menyangkal, meski karena itu membuat rudi seakan hampir naik pitam.

"Pelajaran buatmu rud, jangan selalu mengambil kesimpulan dengan tergesa gesa atas sebuah persoalan yang masih simpang siur belum jelas, bahkan bisa saja malah kay sendiri yang di tuntut karenanya" ujar pak rt membuat rudi hanya bisa menundukkan kepalanya.

Setelah itu pak rt itu masih panjang lebar bersesorah pada anak anak muda yang bahkan belum berusia sampai seperempat abad itu.

"Nah rud, bapak mohon kebijaksanaanmu untuk menyikapi masalah itu dengan kepala dingin, bukan saja hanya merugikan dirimu pribadi secara moril contohnya dengan memukuli istrimu sendiri yang harusnya kau jaga dan lindungi justru tersakiti olehmu hanya karena sesuatu yang tidak jelas belum lagi jika agung menuntutmu atas perlakuanmu padanya bisa keluar duit banyak kamu, tapi untungnya agung tak mempermasalahkannya bukan begitu nak agung?" ujar pak rt

"Benar pak, saya ingin persoalan ini selesai tanpa ada yang merasa di rugikan pak karena itu lebih baik di lupakan saja" kata agung pelan.

"Kamu bagaimana rud?" tanya pak rt kembali.

"Iya pak saya mohon maaf atas kekhilafan saya" ujar rudi pelan





Bersambung still part 5
 
Terakhir diubah:
Selamat sore rekan rekan seforum.... sebelum melanjutkan cerita abal abal ini ada baiknya saya membalas koment koment luar biasa dr anda sekalian.

Berkat anda sekalian cerita ini masih menarik minat saya utk melanjutkan meski kadang hrs membagi waktu di rl yg trasa makin sempit

Tak bosan saya ucapkan trimakasih dan trimakasih pada anda semua yg tak bosan2 menagih update atau hny sekedar absen, attensi ini sungguh membuat saya sangat....

Makasih, mohon maaf jika ada kalanya update an tdk sesuai dgn ekspetasi anda semua krn memang saya hny ts biasa yg masih dlm taraf coba coba.
Tetep semangat, jangan lupa ngopi suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd