Halo abang,,, sudah ngopi?
Maaf atas keterlambatan reviewnya, sedikit opini dari saya semoga berkenan.
###########
Review Satu
Kebohongan yang disampaikan secara terus menerus lama-lama akan dianggap sebagai kebenaran. "Tumanurung" adalah budaya dan sejarah yang dicampurkan dengan fiksi tragis tentang darah terkutuk dan konspirasi yang berlangsung selama berabad-abad.
Ressa, tokoh utama yang menderita cacat genetis akibat perkawinan sedarah yang dilakukan untuk menjaga kemurnian darah Tumanurung. Konflik berhasil dihadirkan penulis dengan tragis dan menyayat hati di mana Ressa yang berkulit albino tidak diakui oleh sang ayah yang merupakan tetua adat tertinggi masyarakat bugis.Narasi getir tokoh utama, dialog penuh kejijikan dan kebencian sang ayah, berhasil menyampaikan kegetiran mendalam tokoh utama kepada pembaca. Membuat pembaca merasa berempati pada tokoh-tokohnya, sehingga pembaca bisa merasakan rasa sakit yang sama dengan sosok-sosok fiksi di dalam tulisan adalah salah satu hal penting dalam penulisan fiksi, dan dalam hal ini penulis berhasil mengeksekusinya dengan brilian.
Plot berjalan secara pararel dengan pertemuan tokoh utama dengan gadis misterius bernama Saira yang menjelaskan pada sang pemuda albino mengenai kebohongan yang ditutup-tutupi selama berabad-abad. Saya melihat penulis mencoba memasukkan bumbu romansa antara Ressa dan Saira, namun sayangnya karena keterbatasan jumlah kata yang diperbolehkan agaknya kurang berhasil digali dengan lebih mendalam.Kegetiran justru berasal dari hubungan ayah dan anak. Keangkuhan seorang tetua adat yang menjunjung tinggi feodalisme dan merasa anaknya adalah titipan iblis dan membawa aib bagi keluarga. Konflik ayah dan anak diledakkan secara sempurna pada klimaks saat artikel Ressa mengungkap kebohongan kronis yang disembunyikan tetua adat selama bertahun-tahun, dan dipungkas dengan narasi:
Rasanya lucu, bahwa seingatku, baru kali ini bapakku berbicara langsung padaku, hihi....
Satu kata: tsadest
Cerita diakhiri bak romeo dan juliet, di mana Ressa dan Saira sama-sama menyadari bahwa orang yang mereka temui ternyata berasal dari masa yang berbeda. Saira melopat dari air terjun. Ressa menyusulnya meski terpaut waktu puluhan tahun.
Nice Twist.
Perlu diberi catatan bagi penulis dan rekan-rekan yang lain dalam membuat twist. Twist tidak semata-mata terjadi bim salabim tanpa adanya ikhwal sebelumnya. Seharusnya kalau memang ingin dibuat time glitch, diberikan sedikit clue agar pembaca tidak merasa terlalu dibodohi.Pengaturan tempo, dramaturgi (pengaturan tensi ketegangan), dieksekusi secara matang oleh penulis. Deskripsi mengenai desa yang terpencil, arsitektur rumah adat digambarkan secara pas dan tidak berlebihan. Cukup untuk membuat pembaca merasa berada di tempat itu.
Namun begitu, deskripsi yang ditempatkan di awal cerita sebagai narasi panjang khas cerbung. Menjadikan penulis terlalu nyaman memaparkan beberapa istilah sehingga alur cenderung lebih lambat dari seharusnya.
Twist menjadi senjata jitu untuk membuat alur yang awalnya terkesan lambat itu berubah seketika menjadi mengasyikan. Kemunculan Saira juga menjadi angin segar di tengah banyaknya deskripsi istilah yang dipaparkan.
Saya jadi berpikir, bagaimana kalau adegan pertemuan Saira dan Ressa ditaruh di awal cerita? Akankah ada perbedaan feel yang drastis?
Penulisan sesuai EYD, "Tumanurung" dan "Kiri" jelas menggungguli peserta-peserta lain dari divisi tata bahasa. Pemilihan kata-kata yang tepat guna, nyaris tidak ada kalimat yang terbuang sia-sia.Dibatasinya jumlah kata dalam kompetisi ini jelas membuat peserta lain kesulitan. Terutama penulis-penulis yang berangkat dari sub forum cerita bersambung dan terbiasa menulis cerita dalam format yang panjang. Tidak mudah pastinya, membuat karakter yang dalam dan membangun satu konflik yang tajam dalam 2500-3500 kata. Banyak peserta mengakali hal ini dengan membuat adegan yang melompat-lompat. Baik latar waktu, ataupun latar tempatnya. Namun "Tumanurung" berhasil menghancurkan tembok pembatas dan membawakan cerita yang mengalir dan menukik tajam seperti Ressa dan Saira yang melompat dari air terjung Buangeng Asu.Riset yang mendalam, penulisan yang mumpuni, cara bertutur yang brilian, apalagi?
Tumanurung ... benar-benar oke.
Review Dua
[i"]Tumanurung, sebuah cerita pendek berbalut fiksi deskriptif yang apik nan tragis..."[/i]
Cerita ini adalah salah satu contoh nyata cerita yang sukses menyuguhkan kombinasi tema dari tema yang ditentukan dari gelaran LCPI 2016 ini. Tema sejarah asal usul leluhur suku Bugis dan kebudayaan perkawinan sedarah untuk menjaga kemurnian darah keluarga ditulis dengan detail yang begitu lembut dan syahdu namun tak melupakan konsep fiksi serta fantasi untuk mengiringi imajinasi. Eksotis.
---
"Karya apakah yang kira-kira akan tercipta bila dua pemahat kata (word crafter) terbaik-yang keduanya bila boleh dikatakan-berkolaborasi?"
"Kiranya akan tercipta sebuah karya dengan detail yang mengalun indah serta mempunyai jiwa dalam setiap kata, dan Tumanurung adalah contohnya."
Tumanurung, ditulis bertemakan sejarah awal mula leluhur suku Bugis yang disebut dengan Tumanurung dan kebudayaan perkawinan sedarah demi menjaga kemurnian keturunan. Kombinasi tema yang jelas amat menarik dan dieksekusi dengan mulus oleh Penulis dari cerita ini.
"Indeed, it's well written."
Plot Cerita ini dikemas dengan sedikit penggunaan alur yang maju mundur ditambah dengan penulisan latar dan
setting yang begitu detail serta penokohan yang penjiwaannya mampu merogoh ke dalam relung hati para pembacanya membuat cerita ini tak diragukan lagi mampu menghipnotis para pembacanya. Belum mengenai kelihaian Penulis memasukkan
twist pada penokohan Saira yang berimbas pada plot dari cerita ini. Bagai air yang tak beriak, begitu dalam nan menghanyutkan.
"Just amazing, period."
Logika cerita dibangun secara perlahan, dengan penjelasan mengenai latar dan setting yang begitu jelas dan gamblang tak membuat para pembacanya bosan. Alur yang pada awalnya berjalan lambat tiba-tiba melesat cepat di kala penutup mulai mendekat dan hal tersebut seakan-akan mengajak jantung para pembacanya untuk melompat-lompat. Bagi saya, permainan tensi dan emosi dalam suatu cerita merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh penulis agar cerita yang ditulisnya mempunyai nyawa dan terbukti dari cerita ini yang begitu 'hidup'.
Penokohan dari Ressa dan Saira begitu dalam hingga mampu menyentuh relung hati para pembacanya. Khusus untuk Saira, bila pembaca kurang jeli dan terhanyut dalam untaian kata yang dituliskan oleh Penulis di cerita ini maka bisa saja tokoh Saira tersebut seakan-akan hidup dan kelihaian dari Penulis dalam membuat kesan bahwa Saira itu begitu 'hidup' patut mendapatkan apresiasi.
Untuk plot, dimulai dari kepulangan Ressa ke kampung halaman dengan membawa luka dan dendam. Berlanjut pada muaknya Ressa atas kebohongan yang disampaikan terus menerus mengenai asal-usul leluhurnya hingga memancing kemurkaan dari sang ayah. Ditutup dengan penjelasan atas Saira, sosok yang diharap Ressa mampu memberikan sedikit ketenangan atas jiwanya yang bergejolak resah ternyata hanyalah rekaan imajinasi semata hingga membuat Ressa menemui akhirnya dengan tragis. Sebuah penutup cerita yang begitu mengejutkan bagi sebagian pembacanya tetapi tidak bagi sebagian yang lain, dan sayangnya saya termasuk dalam sebagian yang tidak terlalu terkejut karena dalam cerita ini saya mampu menangkap arah kemana cerita ini akan berlabuh.
"But, indeed it's a nice ending. Really nice ending."
Untuk pesan moral, dalam pandangan saya penulis ingin menyampaikan pesan bahwa hendaknya kita memperlakukan manusia selayaknya manusia, tanpa perlu memandang asal-usul, strata sosial, atau juga bentuk dari manusia itu sendiri. Pesan moral tersebut lantas diterjemahkan dengan baik oleh Penulis melalui narasi bernada getir nan satir dari Ressa, penggambaran latar dan setting yang begitu mendetail, dan penokohan dari Ressa yang mampu menggetarkan hati para pembacanya.
Pada cerita ini-tanpa mengurangi rasa kagum dan hormat saya terhadap Penulis-saya menemukan beberapa hal yang mungkin dapat dijadikan-bila diperbolehkan-sebagai catatan yang antara lain adalah sebagai berikut:
1. Saira, meski ia nampak begitu 'hidup' tetapi tokoh tersebut bagi saya sebenarnya sudah mati tatkala Ressa menjelaskan bahwa dalam keluarganya ada beberapa anggota keluarga yang 'berbeda'.
2. Penutup cerita yang seharusnya dapat menutup cerita ini dengan begitu getir nan pahit terasa hambar tatkala Saira menjelaskan bahwa ia 'satu golongan' dengan Ressa.
3. Penjelasan mengenai penyebab Ressa dapat bertindak seperti itu bagi saya masih kurang. Terlalu menukik tajam. Konflik yang dibangun seakan-akan menjadi tak beralasan, apa lagi ditambah dua catatan sebelumnya. Motif Ressa seakan tak berdasar, meski saya dapat menangkap bahwa Ressa mempunyai kecenderungan mengidap penyakit kejiwaan seperti Multiple Personality Disorder atau bahkan Schizophrenia tetapi apakah para pembaca lain dapat menangkap hal tersebut? Saya rasa tidak.
Mari kita sederhanakan saja, meminjam judul lagu kelompok musik ternama dari Inggris yang bernama Queen maka dalam cerita ini judul lagu tersebut akan menjadi 'Too Much Detail Will Kill You'. Detail memang penting dalam penyusunan suatu cerita tetapi alangkah baiknya bila detail tersebut tidak berlebihan.
Untuk tampilan cerita, disajikan dengan sederhana dan penuh ketelitian namun tetap mampu menghipnotis para pembacanya, dan ini termasuk nilai tambah dari cerita ini.
Selanjutnya untuk penulisan cerita, nyaris tidak ada yang bisa dikomentari untuk penulisan dari cerita ini bagi saya. Pemakaian kata-kata yang begitu mewah namun tepat arti membuat cerita ini mengalun indah. Seandainya cerita ini tidak mengalun indah tentu saya-tanpa mengurangi rasa hormat dan kagum saya terhadap penulis tentunya-tak akan melanjutkan membaca cerita ini sampai habis, sangat memanjakan mata. Dan lagi, cerita seperti apa yang kiranya akan ditulis oleh salah satu pemahat kata terbaik? Tentu cerita yang mengalun indah dan sangat sedap untuk dicerna bukan?
"Oh, and i see some Jaya's influence in here."
Berdasarkan penjelasan diatas, maka tak dapat dipungkiri yang berhak mendapatkan gelar setelah cerita terbaik adalah cerita ini. Penulisan yang brilian serta mendetail, tema yang diangkat juga dieksekusi dengan baik, belum lagi riset yang mendetail demi menunjang berjalannya cerita ini membuat kesalahan-kesalahan yang ada seakan tertutupi dengan baik.
Maka, ijinkan saya mengucapkan selamat ya kawan.
Cerita anda luar biasa, dan
Tetap semangat dalam berkarya, kawan!
PS : "berbincang", bukan "berbicang"
Hormat saya,
Ulrich
pemula yang hina dan unyu-unyu