Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT True Story of Adelaide (Indo-Australi)

25-Bingung Judul

Ketika melihat Adelaide telanjang di depan saya hari itu, saya merasa jadi laki-laki terlemah sejagat raya. Di satu sisi saya pengin sekali balikan dengan Tessa karena saya sayang padanya. Di sisi lain saya terangsang luar biasa dan akhirnya membiarkan nafsu saya mengambil alih. Saya mulai mencium Adelaide.

Kami berciuman sambil berdiri di dekat pintu kamar. Saya merasa berbeda dengan ciuman kali ini. Ciuman Adelaide hari itu terasa lebih sangar.

Tangannya melingkar di leher saya dan dia menarik saya menarik saya lebih jauh ke dalam kamar. Tapi tidak sampai kasur, Adelaide merendahkan badannya di lantai. Saya ikut turun dan memposisikan tubuh dj atasnya. Kaki Adelaide membuka otomatis dan tangannya mulai membuka celana saya. Lalu, tangannya masuk ke dalam dan memegang penis saya. Ereksi maksimal muncul.

Dengan tidak sabar, saya membuka kaus lalu mencopot celana. Tapi tidak langsung saya genjot, saya seliplan satu jari ke vaginanya dan mulai memainkannya. Adelaide berhenti mencium saya, kepalanya menoleh ke samping dan matanya terpejam. Mata saya terbuka sepanjang waktu. Saya mau lihat seluruh ekspresi Adelaide.

Vagina Adelaide basah dengan cepat dan saya memasukkan dua jari ke dalam lalu menggerakkan maju mundur. Adelaide mendesah keras sekali. Baru sekarang saya mendengar dia bersuara seperti itu. Ternyata kalau kami ML di kosan, dia harus menahan diri supaya tidak menjerit. Karena sekarang kami di hotel, dia melepaskan suaranya.

Satu tangannya menjambak rambut saya ketika badannya bergetar nikmat. Satu tangan lainnya mencakar punggung. Sumpah, sakit. Tapi saya tahan karena nikmatnya setimpal dengan sakitnya.

Adelaide meraba penis saya yang sudah tegak lalu mengarahkannya ke vaginanya yang sudah kebanjiran. Saya menarik penis saya lalu menjauh. Adelaide bingung tapi saya belum mau selesai foreplay, saya masih mau mendengarnya mendesah.

Saya angkat tubuhnya, saya balik sehingga dia tengkurap lalu saya remas payudaranya kuat-kuat hingga Adelaide menjerit nikmat. Saya serang lehernya dengan lidah sambil menempelkan penis ke belahan pantatnya. Saya geralkan pinggul untuk lebih merangsangnya. Suara Adelaide memenuhi kamar dan saya khawatir akan crot duluan sebelum cetak gol. Karena melihatnya terengah-engah keenakan begitu sudah cukup membuat saya puas luar biasa.

Adelaide meremas kedua tangan saya yang sedang meremas dadanya. Saya tarik tubuhnya sampai kami berdua berlutut. Badan saya menempel di punggungnya yang berkeringat.

Lalu tangan kirinya meraih penis saya untuk dimasukkan ke vaginanya. Tapi saya belum mau. Saya mundur lagi dan menjatuhkan Adelaide ke lantai lagi. Lalu saya serang putingnya pakai mulut. Tidak lupa saya masukkan jari ke vagina Adelaide yang membuat dia berteriak nikmat lagi.

Adelaide bergetar sebadan-badan lalu dia ngos-ngosan. Mulutnya setengah terbuka dan dengan kasar dia mendorong kepala saya lalu menarik jari saya dari vaginanya.

"Udah, udah. Masukin. Masukin."

"Kondom."

"Di tas. Kelamaan. Masukin aja."

Saya menurut. Jos. Penis masuk dengan lancar karena Adelaide sudah seperti kubangan. Tapi saya merasa tidak bakal tahan lama karena waktu masuk, Adelaide menjerit lagi. Seluruh badannya seperti oversensitive sama segala rangsangan. Saya pegang dadanya sedikit saja dia langsung megap-megap.

Mulailah penggenjotan. Licin luar biasa dan Adelaide mencakar pundak saya. Baru sekitar enam kali genjot saya sudah harus mencabut penis dan muncrat di perut Adelaide.

"Taiii!" kata Adelaide. "Capek gue! Orgasme dua kali! Gila, lu!"

Saya cuma angguk-angguk saja. Sama, saya juga capek. Dan lapar.

Habis main di lantai, kami bersih-bersih terus pakai baju lagi. Setelah itu kami memesan room service lalu sambil menunggu kami ngobrol dan menghabiskan makanan yang ada di dalam kamar. Saya jarang menginap di hotel jadi saya baru tahu kalau pesan room service datangnya bisa sejam kemudian. Saya mulai bosan dan lapar dan juga horny lagi. Sepertinya Adelaide pun sama karena kami tiba-tiba sudah ciuman saja.

Awalnya light kiss saja sambil petting. Lama-lama kami pindah ke sofa dan Adelaide berada di pangkuan saya. Kami berciuman macam orang kesurupan. Lidah beradu sampai kadang-kadang Adelaide mencium hidung saja. Enak, sih, jadi saya no problem.

Kami makin panas. Tangan Adelaide merogoh ke dalam celana dan menggenggam penis saya. Saya mencopot baju Adelaide dan branya dengan cepat lalu mencaplok putingnya. Adelaide mengerang nikmat lagi. Dia berdiri, mencopot celana lalu menarik celana saya. Setelah kami berdua telanjang, dia lari mengambil kondom dari tas lalu melompat ke atas saya lagi.

"Pasang dulu! Udah mau jebol!"

Adelaide memasangkan kondom lalu memasukkan penis saya ke dalam vaginanya. Tidak sebecek tadi jadi ada perlawanan ketika dimasukkan. Tapi jadinya lebih enak. Adelaide mulai bergerak naik turun. Lambat, lambat, terus cepat.

Dia mulai mendesah lagi. Anjir, dia makin jago, karena saya pun merasa enak luar biasa. Saya pun mulai mendesah. Lagi-lagi dia cakar kulit saya.

"Sakit! Jangan cakar!"

"Berisik!"

Ya, sudah saya balas dengan meremas payudaranya dengan kuat. Tapi bukannya sakit, Adelaide malah makin keenakan.

Gerakan naik turun Adelaide makin kencang. Bunyi paha kami yang beradu harus bersaing dengan suara desahan nikmat.

Lagi enak-enaknya, bel kamar bunyi. "Room service."

Kampreet.

"Gua buka dulu," kata Adelaide.

"Jangan. Tanggung."

Tapi Adelaide lompat turun lalu berjalan cepat ke pintu. Tidak pakai baju.

"Gila! Pakai baju dulu!"

Adelaide cuma tertawa lalu membuka pintu kamar. Saya melompat ke pojokan, berharap room boy tidak melihat saya. Semenit kemudian Adelaide kembali ke dalam membawa dua piring nasi goreng sambil terbahak-bahak.

"Tegang banget gua! Gila! Ini gua yang paling gila!"

Saya toyor kepala Adelaide. "Parah, lu!"

Adelaide tidak menjawab. Dia langsung menyerang saya lagi dengan mencium. Saya didorong menempel ke jendela. Penis yang sempat lunglai karena kaget langsung lompat naik lagi.

Karena saya agak bete, saya dorong Adelaide ke sofa lalu saya balik badannya. Kemudian saya sodok vaginanya dari belakang.

"******!"

Doggy style adalah posisi yang belum pernah kami coba. Entah apa alasannya belum dicoba karena ternyata enak sangat posisi itu. Adelaide langsung orgasme. Ketika badannya bergetar, saya tidak mengendorkan genjotan sehingga badan Adelaide kelojotan hebat sampai dia lupa napas.

Setelah crot saya ambyar di sofa. Adelaide ambruk di lantai. Kami berdua megap-megap cari udara.

"Lapar," kata saya.

"Makan dulu. Habis ini rendaman di bath yub, yuk."

Saya siap dan hari menuju malam. Malam yang tidak kalah panasnya dengan siang tadi.
 
Bingung judul ... Ane Kasih judul big match sesi Satu .... Seandainya Ada gamger bgimana liarna Adel, bakal juarra nih .. hahaha
 
:mantap::mantap::mantap:...
Ternyata Adelaide ganas juga ...
Jadi tambah SE mm semangat nungguin up date berikutnya :beer::beer::beer:
 
Masasih bukan jadi bininya, ane ngiranya malah akhirnya sama adel. Patut ditunggu kelanjutannya nih
 
Luar biasa kisah ente hu, kirain udahan ceritanya.. Lama beut nggu apdetnya tempo hari, tenyata makin dahsyat kelanjutannya..
 
Mulus om doi :konak:

Hubungan enak" :goyang: sama doi apa berlanjut sampai skrg om??
 
Asli.. mengalir menggairahkan dan bikin kecanduan bacanya.
Lanjut terus om..
 
Ko' q jadi penasaran sama diarynya adelaide y hu @ratata7gh ,Boleh g kalo berkenan diupload covernya aja udah cukup ko'. Keep loncrotkan suhu:ampun::Peace:
 
Kenapa adel ga di jadiin pacar lalu di jadiin istri aja hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd