Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT THREESOME, DRAMA DAN DILEMA

CHAPTER 31

Lepas tengah hari, Wulan menyambut kedatangan Rio diteras rumahnya. Rio memeluk Wulan penuh rindu, mengecup sayang kening Wulan dan tidak lupa pula mengelus perut Wulan yang semakin membesar. "Hallo anak Ayah .. apa kabarmu Nak?" bisik Rio lembut didepan perut Wulan. Wulan tersenyum.
"Maafkan Ayah Bun, tidak bisa mengantar Bunda cek up kandungan tempo hari ... " ujar Rio seraya memeluk Wulan, membimbingnya memasuki kamar mereka "Apa kata dokter, Bun? Sehat semua kan ibu dan bayinya?"
"Perkiraan lahirnya pertengahan Bulan depan Yah ..." jelas Wulan seraya menyodorkan segelas air putih pada Rio "Dokter bilang kemungkinan tidak bisa melahirkan normal karena letak plasenta dibawah. Dokter sudah meminta kita menentukan tanggal operasi. Sebelum tanggal 14 bulan depan"
Rio meraih kalender meja disamping tempat tidur. Pertengahan Bulan depan adalah waktu dilaksanakannya perhelatan besar kantor yang saat ini sedang ia kerjakan bersama Fani. Ia memperhatikan barisan angka pada kalender untuk menentukan waktu yang tepat kapan sebaiknya tanggal operasi Wulan sehingga ia bisa mendampingi kelahiran anak pertamanya dengan Wulan.
"Minggu kedua adalah saat acara kantor yang Ayah ceritakan itu Bun ..." ucap Rio putus asa "Tanggal 15 dan 16 acaranya .. kalau harus sebelum tanggal 14, Ayah pasti masih sangat sibuk ..."
Wulan tersenyum, meraih tangan Rio dan mengelusnya penuh kasih "Tidak apa apa Ayah .." ujarnya lembut, berusaha menenangkan hati Rio "Tanggal 18 ya .. nanti Bunda sampaikan pada dokter pilihan tanggal kita. Sudah selesai acara kan itu?"
"Tapi Bun .. nanti kalau Bunda merasa mulas sebelum tanggal itu bagaimana?" tanya Rio "Kan dokter bilang sebelum tanggal 14 ...."
"Ayah, itu kan hanya perkiraan dokter" ujar Wulan lagi "Kita berdoa semoga anak kita lahir saat Ayah sudah tidak sibuk . Kalau memang sebelum itu, ya sudah .. Tuhan yang menentukan apa yang terbaik. Bunda yakin bisa dan kuat kalau pun Ayah tidak bisa menemani Bunda. Ayah doakan saja dari sana ya .."
Rio memeluk Wulan tanpa bisa berkata kata. Ia sangat mengagumi keluasan hati Wulan atas kondisinya sejak pertama mereka menikah. Dan setiap kali Wulan dapat menenangkan kegundahan hatinya, semakin Rio bersyukur Tuhan masih melindungi cinta mereka sampai saat ini.
"Bun .. nanti malam kita ke apartemen ya .. Tapi selepas maghrib nanti ada yang harus Ayah kerjakan dulu sebentar" lanjut Rio "Bunda tunggu disini, selesai tugas, Ayah jemput Bunda dan kita ke apartemen sama sama ya ..."
Wulan mengangguk. "Iya .. Ayah istirahatlah dulu, masih ada waktu sebelum tugas nanti malam" ujar Wulan.
Rio merebahkan tubuhnya diatas kasur, sementara Wulan memijat lembut kaki Rio, mencoba meringankan rasa penat yang mungkin dirasakan suaminya itu. Rio memperhatikan Wulan yang semakin gemuk berisi karena kehamilannya. Wajah Wulan sedikit pucat, namun tetap menyunggingkan senyum keriaan di bibirnya. Rio mengalihkan pandangannya ke Payudara Wulan yang semakin padat berisi. Wulan hanya mengenakan daster hamil tipis, sehingga walaupun terbungkus bra didalamnya, namun puting Payudara Wulan yang semakin membesar tercetak jelas pada daster tipis yang dikenakannya itu. Gerakan memijat Wulan membuat tubuhnya sedikit bergerak gerak, sehingga kedua payudaranya ikut terombang ambing lembut mengikuti gerakan tubuhnya. Birahi Rio bangkit. Ia merasakan penisnya mulai mengeras. Rio melihat perubahan ekspresi wajah Wulan yang mulai menyadari kondisi Rio dari nafasnya yang terdengar berat. Wulan melirik zipper celana Rio yang mulai menggembung menyembunyikan penisnya yang mulai memberontak.
"Ayah ...." desis Wulan seraya menatap Rio takjub. Rio bangkit, memeluk Wulan dan mulai melumat Bibir isterinya dengan penuh nafsu. Tangannya meremas kedua Payudara Wulan lembut bergantian. Ia merasakan lidah wulan bermain liar didalam mulutnya, menyapu seluruh permukaan mulut dan lidahnya, membangkitkan nafsu birahi yang semakin besar. Rio menelusuri leher jenjang Wulan dengan lidahnya , memagutnya lembut, membuat Wulan sedikit mengerang saat Rio menyelipkan tangannya kebalik bra, meningkahi rangsangannya dengan permainan jarinya pada puting wulan.
"Oohh Ayah ...." desis Wulan penuh kenikmatan. Diarahkannya tangannya membuka zipper celana Rio dan menemukan penis Rio yang mengeras dibalik celananya. Wulan meraba ujung penis Rio yang mulai licin dan mengusapnya lembut dengan ujung jarinya.
"Aahh Bundaaa ..." erang Rio "Ayah tidak tahan Bun...."
Rio terengah, sejenak menghentikan ciumannya mengingat kondisi kehamilan Wulan. Rio melihat Wulan tersenyum, perlahan menarik turun celana Rio melewati kedua kakinya dan membuka satu persatu kancing kemeja Rio.
"Bun ..." desis Rio saat Wulan mulai mengocok lembut penis Rio "Jangan Bun ... Biar Ayah tahan saja ..."
"Ssshhh ..." desis Wulan. Alih alih menggentikan aktivitasnya, Wulan membuka seluruh pakaiannya. Rio menatap tubuh Wulan takjub. Dimatanya kini Wulan bertambah sensual. Perutnya membuncit, payudaranya ranum besar padat bergantung. Pinggul Wulan lebar, membuat lekuk siluet tubuhnya semakin terlihat indah. Wulan beringsut mendekati Rio pada posisi berdiri. Rio meraih Wulan, meraba bokong Wulan yang semakin membesar dan kenyal. Rio merasakan penisnya semakin tegang, tegak berdiri.
"Tidak harus di vagina kan Yah ..." goda Wulan nakal dengan suara manjanya "Lidah Bunda ini tidak kalah galaknya, bisa buat Ayah O dimulut Bunda ...."
Rio membelalakan matanya. Ia bangkit, tidak dapat lagi menahan nafsunya dan menghujani Wulan dengan ciuman bertubi2. Rio merasakan perut Wulan yang membuncit bergesekan dengan penisnya yang menghunus, membuat birahinya semakin memuncak.
Wulan menyadari Rio semakin bernafsu. Ia duduk dipinggir ranjang, sehingga posisi penis Rio tepat berada di mulutnya. Tanpa menunda waktu, Wulan segera melancarkan aksi seksnya pada penis Rio. Wulan menjilat kepala penis Rio yang semakin basah, memainkan lidahnya berlama lama disana, membuat Rio mengerang nikmat. Nafas Rio semakin terdengar berat dan cepat. Wulan membenamkan seluruh batang penis Rio kedalam mulutnya, membenamkannya jauh kedasar tenggorokannya, menghisapnya kuat seraya memainkan kedua bola Rio dengan jemarinya perlahan.
"Aaarrrggghhhh Bundaaaaaa " erang Rio tertahan. Wulan menarik dan mendorong penis Rio keluar masuk mulutnya, diawali pelan, kemudian bertambah cepat. Rio mengerang ngerang penuh kenikmatan merasakan sensasi lidah dan hisapan Wulan pada penisnya. Saat ia hampir mencapai puncak, dengan sengaja Wulan menghentikan aksinya sesaat
"Buuuunnn .... " protes Rio. Wulan tersenyum, menjilat batang penis Rio dari mulai ujung sampai kedasarnya, Wulan berlutut di lantai, mengulum kedua bola Rio bergantian, memainkan sejenak dalam mulutnya, memberi sensasi berbeda yang semakin membuat Rio melayang
"Ooohhh .... aaahhh Bundaaaaa .... hmmmhh ..." desis Rio. Wulan semakin bernafsu. Dengan lincah, dijilatnya pangkal Bola Rio sampai kebatas Anus, menggelitik bagian sensitif Rio dengan lidahnya. Rio mulai menggelinjang melepas kenikmatan dengan mulut yang terus mendesah tanpa dapat ditahan
"Uuuhhhh Buuuunnn .... aaahhh " Wulan menghentikan aksinya, mengocok lembut batang penis Rio perlahan
"Siap Yah ....?" godanya seraya mengerling. Rio tidak sanggup berkata kata merasakan kocokan tangan Wulan yang semakin cepat .. semakin cepat ... Dan saat wulan mulai mengulum kembali ujung penis Rio, semakin cepat gerakan tangannya, semakin lepas pula teriakan Rio
"Aaahhh bundaaaaaaaaaa ....." erangnya. Wulan mengerti, sebentar lagi Rio mencapai puncaknya. Dikulumnya penis Rio kembali, menggerakan keluar masuk mulutnya dengan cepat dan menghisapnya kuat.
"Buuuunn ... Ooohhh .. bundaaaaaa ... ayah keluar Buuuun ... Aahh .. Aahhh ... Aaaahhhhhhh"
Wulan merasakan cairan hangat memenuhi mulutnya. Ia tersenyum, merasa puas telah berhasil memanjakan suaminya, walau tanpa aktivitas seks seperti yang biasa mereka lakukan. Rio menghempaskan tubuhnya yang terasa lemas ke atas tempat tidur.
"Bunda ..." bisik Rio seraya membelai lembut kepala wulan yang masih terduduk di lantai "Terimakasih sayang ..."
Wulan mengecup dahi Rio lembut "Tidurlah sayang .. Bunda bangunkan Ayah nanti sebelum maghrib ya ..."
Rio tak bersuara lagi, Wulan melihat nafas teratur Rio yang menandakan ia telah pulas terbang ke alam mimpi.

############################


Rio duduk di kursi Bar salah satu club malam tempat Fani bertemu dengan salah satu partner kerjanya, membahas acara yang akan dilangsungkan untuk perhelatan kantornya nanti. Dari seluruh pekerjaan yang diberikan padanya, tugas kali inilah yang sangat ia benci. Namun sebagai seorang yang loyal akan tugas, ia tetap harus melaksanakannya, mengawal Fani sampai kondisinya pulih kembali. Rio memperhatikan Fani yang tengah bercakap cakap dengan dua orang laki laki partner kerjanya di salah satu meja di sudut ruangan. Suara musik bergenre disco diputar sangat keras, membuat Rio terheran heran mengapa Fani bisa memilih tempat ini untuk berdiskusi dengan partner kerjanya. Bahkan seseorangpun harus berteriak keras bila bercakap cakap satu dengan yang lainnya.
Rio meneguk Cola dingin dalam gelasnya. Ia memilih untuk tidak ikut serta terlibat dalam urusan bisnis Fani. Ia lebih suka duduk sendiri, membayangkan apa yang dilakukan Wulan siang tadi untuk memenuhi hasrat seksualnya yang sedang tinggi. Rio membatin, apakah ini yang disebut 'bawaan bayi' yang sering ia dengar, karena saat Wulan hamil justru Rio merasakan gairah birahinya semakin tinggi. Namun sangat sulit baginya dan Wulan untuk melakukan hubungan seks karena kondisi kehamilan Wulan yang kurang baik. Rio tersenyum dalam diam saat memikirkan Wulan. Mungkin malam ini di apartemen, ia juga akan memberikan sedikit kepuasan seks pada Wulan, melalui oral sehingga tidak membahayakan kondisi kehamilannya. Rio sudah tidak sabar ingin segera menuntaskan tugasnya malam ini.
"Mau aku traktir segelas JD?" suara Fani terdengar dibelakangnya. Rio menoleh. Rupanya Fani telah menyelesaikan urusan bisnisnya dengan rekanannya. Rio mengangkat gelas Colanya "Tidak .. cukup ini saja" sahutnya datar.
Fani duduk disampingnya, memesan segelas Jack & Daniels pada bartender.
"Kalau urusanmu sudah selesai, ayo aku antar pulang" ujar Rio lagi
"Sabarlah dulu ..." tukas Fani seraya menghela nafas "Satu gelas JD dan kita pulang"
Rio mengangkat bahunya, menghindari debat yang tidak perlu dengan Fani. Ia memperhatikan Fani meneguk perlahan isi gelasnya. Rio berhati hati untuk urusan ini. Ia semakin percaya ada sesuatu yang disembunyikan Fani. Sedetikpun ia tidak meninggalkan tempatnya, bahkan untuk kekamar mandi sekalipun.
Rio melihat gelas Fani sudah kosong, namun Fani tidak menunjukkan gelagat untuk meninggalkan tempat ini.
"Tunggu apalagi?" tanya Rio. Fani tersenyum, melirik Rio penuh arti
"Menunggumu ..." jawab Fani pelan
"Maksudmu?" tanya Rio. Ia merasakan pandangannya mengabur. Rio menunduk, sedikit menggelengkan kepalanya, mengusir rasa pening yang tiba tiba menyergapnya
"Berapa gelas Bir yang kau minum tadi?" Ia mendengar suara Fani
"Aku ... hanya Coke" jawab Rio terbata. Ia merasa sangat pusing saat ini. Ia mencoba bangkit, namun rasa sakit menyergap kepalanya sehingga ia kembali terduduk
"Rio?" ia mendengar suara cemas Fani "Kamu baik baik saja?"
"Ya .. OK" jawab Rio singkat sambil memijat pelan dahinya "Rasanya aku tidak bisa menyetir mobil Fan .."
"Tidak apa .. biar aku telepon temanku untuk menjemput kita disini ya" jawab Fani menenangkan "Apa kamu perlu ke dokter Yo? Mungkin kamu kelelahan seperti aku waktu itu ..."
"Tidak perlu" tepis Rio cepat "Aku hanya perlu pulang dan istirahat"
"Baiklah ..." jawab Fani. Rio mendengar Fani melakukan kontak telepon dengan seseorang. Ia menelungkupkan wajahnya diatas meja bar. Beberapa saat berlalu, Rio merasa Fani menggamit lengannya lembut
"Ayo kita pulang Yo" bisik Fani. Rio bangkit, rasa sakit dikepalanya sudah jauh berkurang dan ia berjalan pelan mengikuti bimbingan Fani "Temanku Mala akan mengantar kita pulang. Dia sudah disini. Kita menunggu di lobby" tukas Fani lagi.
Fani melangkah disamping Rio, berjalan perlahan seraya menyembunyikan senyum dibibirnya. Rio tidak tahu bahwa Bar tempat mereka tadi adalah milik Fani. Salah satu usaha yang diwariskan Evan suaminya padanya. Seluruh pegawai telah mendapat briefing dari Mala siang tadi untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat rapi. Termasuk dua klien bayaran yang bertindak sebagai partner bisnis Fani, dan bartender yang telah mencampur obat pemberian Mala kedalam minuman Rio.
"Yakin obat itu tidak akan membuat dia tertidur?" bisik Fani pada Mala setelah membantu Rio memasuki mobil
"Yakin" ujar Mala seraya mengedipkan matanya "Obat perangsang seks itu akan membuat Rio nanti semakin bergairah dan memberikan halusinasi sesuai dengan fantasi seks yang ia inginkan .. percayalah"
Fani tersenyum, memasuki mobil dan bersama Mala membawa Rio kembali ke apartemen miliknya, satu satunya alamat Rio yang Fani ketahui.
 
Wah Rio kena jg akhirnya,wah bkal ada video hboh nich yg maksa rio mnuruti kmauan fani :Peace: mkasih update nya suhu..tetap smangat :beer:
 
Dr episode yg k berapa itu saya lupa bang,

Tapi si epan bilang klo lagi main ama si FANI dia d haruskan pake kondom bang....

Lha ini kok ama si DION Los losan....
 
Yang mana ya? Saya juga lupa chapter berapa Sist? 😂
betul suhu... evan pernah cerita kalau ia hrs pakai kondi saat dg fani...
kalau g salah cerita evan ke diri sendiri, sekitar chapter 3s.

tp di chapter berikutnya, evan bilang dia mandul...wktu di datangi Rio..

agak los juga, mandul tp pake kondi... tp fani pengn punya anak...
 
Selesai juga baca. Meski alurnya diluar kebiasaan, tapi ceritanya okeh...

Ngeseks ada, mellow ada, drama banyak, sampe action juga ada. Seruuuu...

Nunggu lanjutannya suhu....
 
betul suhu... evan pernah cerita kalau ia hrs pakai kondi saat dg fani...
kalau g salah cerita evan ke diri sendiri, sekitar chapter 3s.

tp di chapter berikutnya, evan bilang dia mandul...wktu di datangi Rio..

agak los juga, mandul tp pake kondi... tp fani pengn punya anak...
Saya belum nemu suhu,maafkan kalo ada kurang ketelitian.
 
betul suhu... evan pernah cerita kalau ia hrs pakai kondi saat dg fani...
kalau g salah cerita evan ke diri sendiri, sekitar chapter 3s.

tp di chapter berikutnya, evan bilang dia mandul...wktu di datangi Rio..

agak los juga, mandul tp pake kondi... tp fani pengn punya anak...
Apa evan berbohong sama Rio atau malah berbohong sama fani?
 
Saya belum nemu suhu,maafkan kalo ada kurang ketelitian.
di chapter 8, suhu...
"....ia hanya melakukannya dengan fani seorang, itupun atas permintaan fani, evan selalu menggunakan kondom...."

trus di chapter wulan halim 1, evan ngaku mandul...
hmmmm
 
maaf y suhu...
bukan mau ganggu.... hanya bantu mengingatkan suhu ada jalan cerita itu....
 
maaf y suhu...
bukan mau ganggu.... hanya bantu mengingatkan suhu ada jalan cerita itu....
O iya suhu, trmksh sudah nemuin. Tengkiyu juga utk Sis @Rinjanikecil sudah menyimak cerita sampe ingat detilnya. 😊☺️🥰. Sudah saya confirm ke Wife, jawabnya serahkan saja ke pembaca. Seperti itulah karakter yg dipunyai Evan maupun Fani. Nah lho...🤪
 
Bimabet
CHAPTER 32

Rio membuka matanya saat ia merasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh bibirnya. Ia melihat wajah Fani yang tengah tersenyum manis padanya.
"Hai Baby .." bisik Fani . Rio menegakkan duduknya dan menatap sekeliling. Ia masih berada di kursi belakang dalam mobil yang kini terparkir di suatu basement. Rio mengenali tempat ini sebagai basement apartemennya. Ia menatap Fani dengan pandangan nanar "Kau tertidur sepanjang perjalanan tadi. Kita sudah tiba di apartemenmu" lanjut Fani lembut seraya membelai pipi Rio.
Rio merasakan aliran darahnya berdesir. Rasa hangat segera menyeruak dari dalam tubuhnya dan ia tiba tiba merasa begitu bersemangat. Rasa lelah dan kantuk yang baru saja dirasanya kini telah hilang. Kepalanya terasa ringan, tidak menyisakan sedikitpun rasa sakit yang mengganggunya tadi.
Fani begitu dekat dengannya kini. Rio dapat dengan jelas melihat wajah Fani dihadapannya yang entah mengapa menjadi sangat cantik di mata Rio.
"Apa yang kamu rasakan sekarang Rio? Masih pusing?" Tanya Fani seraya makin mendekatkan tubuhnya kepada Rio. Rio kini merasakan kenyalnya payudara Fani yang menempel pada dadanya. Ia mengarahkan pandangannya pada dua bukit indah yang sedikit menyembul dari balik kemeja ketat yang dikenakan Fani. Dengan dua kancing teratas dalam posisi terbuka, payudara Fani seakan menggoda untuk disentuh. Nafas Rio mulai terasa berat saat tangan Fani mulai menyentuh dada bidang Rio. Fani kembali mendekat dan kini Rio bisa melihat Dua paha mulus Fani yang terbuka karena rok mini yang dikenakannya sedikit tersingkap. Rio menelan liurnya, mencoba membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Fani menyilangkan kedua kakinya sehingga sedikit lututnya menyentuh penis Rio yang mulai menegang di balik celananya.
Fani memutuskan untuk mencoba memulai aksinya. Ditatapnya kedua mata Rio yang sedari tadi tidak berhenti mengarah pada kedua payudara dan pahanya bergantian. Ia tau, obat Mala mulai bekerja. Namun Fani tetap memutuskan untuk waspada jikalau Rio belum sepenuhnya berada dalam pengaruh obat sehingga tiba tiba menolak keberadaanya.
Perlahan Fani menempelkan bibirnya pada bibir Rio. Melumatnya lembut perlahan, beringsut semakin mendekatkan tubuhnya diatas tubuh Rio. Saat ia merasakan bibir Rio mulai ikut melumat bibirnya penuh nafsu, dalam hati Fani berteriak gembira. Ia berhasil mendapatkan Rio. Dibukanya seluruh kancing kemejanya, membawa tangan Rio dan menyelipkannya kebalik bra hitam yang dikenakannya. Fani merasakan nafas Rio semakin memburu. Tangannya liar meremas remas kedua payudara Fani, membuat Fani mengerang lembut
"Aahh Yooo ..." bisik Fani sambil terus menghujani Rio dengan ciuman di daerah leher. Ia sedikit menggerak gerakan pinggulnya, merasakan kerasnya penis Rio pada vaginanya yang berada dipangkuan Rio "Tidak inginkah kamu merasakan dahsyatnya permainanku Yo? Aku akan memuaskanmu malam ini .. kalau kau mau ..." goda Fani dengan desahannya yang terdengar begitu sensual di telinga Rio, semakin membuat nafsu Rio membara. Rio menyelipkan tangannya kini kebalik Celana Dalam Fani, menyentuh vagina Fani yang mulai terasa lembab
"Aahhh ... " desah Fani "Lebih dalam Yo .. lebih dalam ..."
Rio terpancing hasrat birahi yang ditimbulkan oleh obat yang tanpa sengaja telah diminumnya. Ia membuka pintu mobil, menarik Fani keluar dari dalam mobil dan sedikit menyeretnya menuju lift di pintu masuk apartemen dari basement tempat mereka berada
"Yo .. sabar ..." jerit Fani tertahan, mencoba menutupi dadanya yang terbuka dengan kemeja yang masih menempel pada tubuhnya. Rio tidak perduli. Ia melumat bibir Fani dalam dalam saat lift melaju ke lantai tempat apartemen miliknya berada. Tangannya tak henti meremas payudara dan bokong Fani penuh nafsu. Fani tidak sanggup berkata kata, menerima serangan kenikmatan yang mulai diberikan Rio padanya. Tidak ingin kehilangan nafsu birahi Rio yang semakin menjadi, Fani mengimbangi dengan menyelipkan pula tangannya ke balik celana Rio, mengusap usap ujung penis Rio yang terasa licin dan basah.
Lift telah tiba di lantai apartemen Rio. Rio tergopoh membuka pintu apartemen dengan kunci cadangan yang selalu ia bawa. Setelah pintu terbuka, ditariknya Fani kedalam kamar, menarik kemeja dan Bra Fani berbarengan, dan langsung melahap puting Payudara Fani bergantian. Fani menggelinjang menikmati rangsangan yang diberikan Rio pada kedua payudaranya.
"Aaahhh Rioooo ...." desahnya "Come on Baby ...."
Rio menarik turun rok mini dan celana dalam Fani, mendorong tubuh mungil Fani sehingga terhempas keatas kasur, menindih tubuh Fani penuh nafsu dengan nafas memburu. Fani terbelalak, tidak menyangka akan reaksi obat yang sedahsyat ini pada Rio. Namun ia sama sekali tidak keberatan menerima hard sex Rio yang telah lama ia nantikan. Susah Payah Fani melucuti seluruh pakaian Rio di tengah serangan sex Rio yang bertubi tubi. Rio melumat Bibir Fani tanpa memberikan sedikitpun celah bagi Fani untuk bernafas. Tangan Kanannya pada payudara Fani, memainkan kedua puting Fani bergantian. Jemari tangan kirinya mengocok cepat vagina Fani dan tubuh Rio menindih tubuh Fani tanpa ampun
"Mmhhhhhmm .. Mmmhmmffh .." hanya gumaman yang terus terdengar dari mulut Fani yang masih tertutup rapat oleh ciuman Rio yang membabi buta.
Tiba tiba Rio menghentikan ciumannya, menegakkan badannya dan membalik tubuh telanjang Fani ke posisi menelungkup dengan gerakan cepat
"Awh ..." jerit Fani tertahan. Rio beringsut turun kepinggir ranjang, menarik pinggul Fani dengan sekali sentakan dan dengan cepat menghunuskan penisnya kedalam vagina Fani melalui arah belakang
"Aaahhhh ...." jerit Fani lepas "Ooohh Riiioooo ......."
Rio tanpa ampun menggerakan pinggulnya maju mundur dengan cepat, menghunuskan penisnya sedalam mungkin ke vagina Fani dan menariknya kembali berulang ulang. Semakin Fani menjerit nikmat, semakin Rio bersemangat melakukan gerakannya dengan sangat cepat. Tangan Rio meremas payudara Fani yang padat dan kenyal. Fani berteriak tak terkendali, menikmati tekanan penis Rio pada vaginanya. Ia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Penis Rio terasa sangat penuh dalam vaginanya, menggesek dengan cepat, memberikan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ini berkali lipat lebih nikmat dibandingkan dengan Dion, batin Fani dalam hati. Rio kembali menghentikan serangannya, membalik kembali tubuh Fani ke posisi terlentang. Diangkatnya kedua kaki Fani dan meletakkannya di bahunya, dan kembali menghunuskan penisnya dalam dalam
"Aaaargghh Yoooooo .... uuuhhhh" Fani mulai kewalahan menerima kocokan penis Rio pada vaginanya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Rio semakin bersemangat. Fani semakin menggelinjang hampir mencapai puncak saat terdengar pintu kamar berderik. Rio tidak menghentikan serangannya pada Fani, sementara ditengah kenikmatan yang menyelimutinya Fani menangkap sosok Mala di depan pintu. Dengan terbata seraya meningkahi serangan Rio, Fani memberi isyarat pada Mala untuk masuk
"Ayo ... aaahhhhh ... Mala ..." desis Fani. Suaranya bergetar karena tubuhnya berguncang oleh gerakan pompa Rio yang semakin dahsyat "Ini .. nikmat .. Mala ... aaahhhh ... uuhh ... "
Nafas Mala memburu menyaksikan pemandangan dihadapannya. Tubuh telanjang Rio yang atletis dan bergerak cepat penuh nafsu menyetubuhi Fani yang terbaring penuh kenikmatan. Luar biasa, akhirnya berhasil juga, bisik Mala dalam hati. Ia melangkah mendekati Rio yang masih bergerak liar di pinggir ranjang, menikmati vagina Fani yang terasa semakin menjepit penisnya.
Mala membuka seluruh pakaiannya satu persatu. Ia ingin juga merasakan servis seks yang dapat dilakukan Rio. Namun ia harus sedikit bersabar, menunggu Fani meraih puncak kenikmatannya.
Mala dan Fani telah merencanakan 3S FFM bersama Rio dengan matang sebelumnya. Mala melangkah menaiki tempat tidur, membuka pahanya lebar lebar sehingga tubuh Fani berada dikedua pahanya dan ia dalam posisi berhadapan dengan Rio. Mala melihat sedikit rona terkejut pada wajah Rio, namun segera hilang saat Mala mulai melumat bibir Rio penuh nafsu. Rio tidak menghentikan gerakannya, tidak perduli pada Fani yang mengerang dan menggelinjang nikmat dihadapannya. Rio meremas dua payudara Mala sementara penisnya tetap lincah mengocok vagina Fani dengan cepat.
"Aaaawwhhh Riooooo .... Ooohhhh ...." Rio merasakan tubuh Fani mulai menegang dan vagina Fani terasa semakin menjepit. Ia tau sesaat lagi Fani akan mencapai puncak kenikmatannya. Rio semakin mempercepat gerakannya, sementara tangannya tetap meremas payudara dan bermain di klitoris Mala bergantian.
"Aaahhhh ..." jerit kenikmatan terdengar bersahut2an dari bibir mala dan Fani.
"Come On Fan ...." desis Rio melihat Fani mulai mencapai puncak kenikmatannya
"Aaaahhh Riiioooo ... Aaaaaaahhhhhhhhhh" jerit Fani saat mencapai orgasmenya. Seluruh tubuhnya menegang sesaat dan terkulai lemah dengan bulir keringat yang menetes pada tubuhnya.
Rio melepaskan penisnya dari vagina Fani, mengangkat tubuh mungil Mala dan menghempaskannya di samping tubuh Fani. Rio melangkah menaiki ranjang, melumat bibir Mala dan berbisik "Giliranmu sayang ... puaskan aku ... puaskan aku ..."
Mala melancarkan French kiss nya pada Rio. Lidahnya menari lincah menyapu seluruh permukaan mulut Rio. Tangan Mala lembut menggenggam penis Rio dan mengocoknya perlahan. Rio menggumam pelan, ia merebahkan tubuhnya, memposisikan Mala berada diatasnya, dengan Vagina Mala berada tepat didepan mulutnya, Sementara kepala mala berada berhadapan dengan penisnya. Posisi 69. Rio menepis bokong mala seraya berkata "Suck it, Babe !!"
Mala mulai melakukan aksi oral nya pada penis Rio. Dikulumnya lembut penis Rio, menggigit ujungnya perlahan dan menyapukan lidahnya pada permukaan penis Rio. Ia merasakan hal yang sama dilakukan Rio pada vaginanya. Mala mendesah nikmat saat lidah Rio bermain pada klitorisnya dan menyapu seluruh permukaan vaginanya. Ia mengocok pelan penis Rio dengan gerakan mendorong dan menarik, masuk dan keluar rongga mulutnya berulang ulang.

Rio menguak vagina Mala lebar lebar dengan jarinya, memperlihatkan lubang vagina Mala yang merah merekah. Rio memasukkan lidahnya dalam dalam kedalam lubang vagina Mala, memberikan efek jeritan tertahan yang keluar dari mulut Mala. Rio merasakan hisapan mulut Mala pada penisnya semakin menguat. Rio menghentikan aksi oralnya, membalik tubuh Mala, membuka kedua paha Mala lebar lebar dan tanpa ampun menghunuskan penisnya kedalam vagina Mala
"Aaahhhhhhhhhhh" jerit Mala merasakan nikmatnya Penis besar Rio didalam vaginanya. Sesaat ia melirik Fani yang telah tertidur lelap disampingnya. Sebentar lagi, ia akan merasakan pula kenikmatan yang diberikan Rio seperti Fani.
Rio kembali memutar tubuh mungil Mala sehingga berada pada posisi woman on top. Penisnya masih bersarang dalam vagina Mala. Rio meraih pinggul Mala naik turun, memberikan sensasi kocokan lembut pada penisnya.
"Ooohh ..." desis Rio mulai merasakan kenikmatan jepitan vagina Mala. Mala memutar pinggulnya dengan lincah, menggerakan maju mundur bergantian dengan gerakan naik turun, mencoba memberikan rangsangan pada klitorisnya melalui gesekan tubuh Rio.
"Ooowwhh ...hmm .. Riioo .." jeritnya penuh kenikmatan.
Payudara Mala bergerak naik turun, menggoda Rio untuk meremasnya penuh nafsu. Genggaman tangan Rio pada payudaranya membuat Mala semakin bernafsu. Gerak pinggulnya semakin cepat dan bertambah kuat. Gerakan yang menimbulkan kenikmatan bagi keduanya, baik Mala maupun Rio.
Gerak mereka semakin cepat .. semakin cepat .. sampai keduanya berteriak nyaris bersamaan "Aaaaaahhhhhhhhhh ...."
Mala merasakan semburat hangat pada vaginanya, cairan sperma Rio yang tidak dapat terbendung karena jepitan dahsyat vagina Mala pada penisnya. Mala rebah diatas tubuh Rio yang terkulai lemas.
Dimuka pintu kamar yang terbuka, sepasang mata menatap nanar tiga tubuh tanpa busana yang tengah terlelap penuh kepuasan ..


Wulan duduk terdiam didalam taksi yang melaju menuju apartemen. Dalam hatinya terselip resah. Hari semakin larut sementara Rio belum juga pulang untuk menjemputnya sesuai janji. Tidak biasanya suaminya bersikap seperti ini. Wulan sudah berkali kali menelepon HP Rio, namun tidak ada jawaban. Wulan akhirnya memutuskan menunggu Rio di apartemen mereka, setelah meninggalkan pesan Whatsapp untuk Rio yang sampai kini belum dibacanya.
"Bunda tunggu Ayah di apartemen. Kasian Ayah kalau sudah selarut ini harus bolak balik menjemput Bunda. Biar Bunda naik taksi saja" Tulis Wulan panjang lebar "Segera pulang ya Yah .. Bunda tunggu"
Taksi berhenti pada lobby apartemen. Wulan melangkah dengan hati hati menuju lift yang membawanya ke lantai apartemen miliknya. Wulan tersentak saat melihat kunci apartemen masih menempel pada lubangnya dari arah luar. Kunci milik Rio. Wulan mengenali dari gantungan mungil yang menempel di ujung anak kunci. Siapa yang sudah membuka apartemen mereka dengan kunci milik suaminya ini. Apakah Rio ada didalam?
Perlahan Wulan membuka pintu kamar dan menghentikan langkahnya sesaat saat ia mendengar suara erangan wanita dari dalam kamar mereka. Bunyi berderak dan derit ranjang sesekali terdengar. Sempat ia mendengar pula gumaman seorang laki laki. Samar, Wulan mengenalinya sebagai suara suaminya.
Degup jantung Wulan semakin kencang. Ia mendengarkan kembali dengan seksama. Wulan melangkah mengendap, perlahan menjulurkan sedikit kepalanya kearah pintu kamar yang terbuka. Dan .. pemandangan dihadapannya membuatnya terkejut. Dadanya sesak, menyaksikan apa yang tengah dilakukan suaminya dengan dua orang wanita yang sama sekali tidak dikenalnya. Wulan melihat jelas ekspresi puas kedua wanita tersebut saat suaminya menyetubuhi mereka dengan penuh nafsu. Ia melihat jelas pula kepuasan suaminya saat meregang kenikmatan bersama kedua wanita tersebut.
Wulan melangkah mundur, sedikit menjauh di balik tembok kamar saat ia merasakan kontraksi di perutnya. Teriakan dan erangan masih terus terdengar bersahutan dari dalam kamar. Air mata mengalir deras di pipi Wulan. Bagaimana mungkin suami yang sangat dicintainya melakukan hal ini padanya..Wulan sejenak menimbang, akankah ia hentikan hubungan seks ini, ataukah ia lebih baik pergi dan pulang kembali kerumah? Ataukah ia harus melaporkan ini kepada Satpam setempat?
Wulan merasa dadanya semakin sakit. Ia mencoba kembali melihat keadaan saat sudah tidak terdengar lagi suara dari dalam kamar. Dan pemandangan dihadapannya semakin membuatnya terluka. seorang wanita telanjang terlentang disamping Rio sementara seorang lainnya menindih tubuh suaminya yang juga tertidur lelap.
Tiba tiba Wulan merasakan sesuatu mengalir diantara kedua pahanya. Ia menoleh, melihat tetesan air bening pada lantai dibawah tempatnya berdiri. Wulan meraba celana nya perlahan. Ia terkesiap. Basah. Ini air ketuban dan ini berarti ia harus sesegera mungkin menuju rumah sakit. Wulan melangkah memasuki kamar, mengambil HP Rio yang tergeletak di lantai dan bergegas keluar menuju Lobby.
Seorang satpam menyambut Wulan yang keluar dari lift dengan bepegangan pada dinding dan berjalan perlahan
"Bu ... ibu kenapa?" tanyanya panik seraya menyangga tubuh Wulan yang terkulai lemah
"Tolong antar saya kerumah sakit sekarang juga Pak ... rasanya saya akan melahirkan sekarang" bisik wulan lemah.
Satpam dengan sigap memapah Wulan menuju pintu keluar sementara seorang satpam lain menelepon armada taksi untuk membawa Wulan secepatnya ke Rumah Sakit. Wulan memejamkan matanya, menahan rasa sakit yang mulai terasa dalam perutnya
"Sabar Sayang ..." bisik Wulan kepada anak dalam kandungannya "Tunggu sampai Bunda tiba dirumah sakit .. jangan sekarang nak, tunggu ..."
Pikiran Wulan sesaat melayang pada Rio, dan setelah itu ia tidak sadarkan diri ..
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd