Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Nameless

PART 2



Warna jingga yang menghiasi lagit menandakan matahari akan segera tenggelam. Hewan-hewan penghuni hutan mulai kembali ke sarang, meninggalkan sebagian yang aktif di waktu malam.

"Mm.. Tak terasa sudah 5 tahun." Gumam si kakek.

Ia teringat saat pertama bertemu dengan bocah yang ia temukan selamat dalam kecelakaan mobil. Awalnya bocah itu hanya bisa menangis saja.

"Laper.."
Kata pertama yang dia ucapkan. Si kakek pun memberinya kelici bakar.

Si anak makan dengan lahap.

"Apa kau sudah kenyang?"

Si anak mengangguk.

"Siapa namamu?"

"Raka"

"Nama yang bagus."

Setelah beberapa hari tinggal dan mendapati tubuh si bocah membaik, si kakek menawarkan untuk mengantarkannya pulang ke kota, namun Raka menolak. Ia tak memiliki orang yang dekat dengannya selain orang tuanya.

"Ngomong-ngomong dimana anak itu?"
Si kakek melihat sekitar.

"Ah, sudahlah. Lagian tidak ada yang bisa menyakitinya di hutan ini."

Si kakek kembali meditasi.

++++++++++++++++++++++++++++++

Sejak memutuskan untuk belajar dengan si kakek, stamina Raka menjadi lebih baik. Ia bisa bermain seharian tanpa merasa lelah. Meskipun terkadang bosan. ia juga menemukan hiburan......

Di sisi gunung lainnya...

Dalam gelapnya malam, segerombolan remaja berjalan menyusuri jalur setepak dengan batuan senter. Mereka berharap bisa mencapai puncak untuk melihat sunrise.

Pria yang memimpin berkata, "semangat guys. kalo ada yang capek bilang ya, jangan gengsi."

"Oke..."

Dari belakang ada seseorang anak menyalip mereka.

"Permisi, duluan ya kak..."

"Ya.. Silahkan." Jawab grup remaja tanpa ada prasangka.

Setelah beberapa menit berjalan mereka kembali mengalami hal yang sama.

"Duluan ya kak... Semangat!"

"Iya.."

Beberapa menit beraselang.

"Duluan ya..."

"..."
Deg...
Bulu kuduk mereka berdiri..

Mereka pun memutuskan untuk beristirahat di pos ke 3.

"Duluan ya kak..." Kata seorang menyapa meraka.

"..."
Mereka mulai kelingan kata-kata..

Rasa takut pun menjalar...

Setelah orang orang itu tak terlihat, salah seorang memulai pembicaraan.

"Eh, eh... Kalian ngerasa ada yang aneh gak?"

"Iya, bukannya itu bocah yang nyalip kita?"

"Kenapa dia malah di belakang kita?"

"Bukan kali, mungkin cuma mirip."

"Mirip dari mana, orang sepi gini kok, dan sedari tadi kita mulai mendaki kita gak berpapasan dengan rombongan lain."

"Ada yang lihat wajah bocah tadi?"

Semua pada menggeleng.

"Eh, kalian ngerasa janggal gak? Kenapa ada bocah sendirian jalan di gunung malem-malem gini..."

"Tanpa senter lag-.."


"Ki ki ki ki~"


Belum selesei salah seorang bicara terdengar suara tawa mencekam di tengah bunyi deru binatang hutan.

"Kalian dengar gak?"

"Apaan? Suara jangkrik itu?"

"Bukan. Suara orang ketawa"

"..."

Tiba-tiba jadi hening, suara hewan pun tak terdengar lagi.

"Kok jadi sepi gini ya..."

"Iya, aku merinding."

"..."

Swoshh...
Angin berhembus menyentuh lembut kulit mereka.

"Ki ki ki ki~"

"Lari..!"
Mereka berlari sambil berkomat-kamit membaca doa.

Sementara itu di dahan sebuah pohon.

"Maomao, kau lihat itu. meraka lucu sekali."

"Meow.. Meow.."

"Kau lapar?"

"Meow~"

"Baiklah, mari kita berburu"


++++++++++++++++++++


Dan beberapa tahun pun berlalu...

Seorang remaja sedang membalikkan daging ayam yang ia bakar. Tercium aroma sedap yang membuat perut makin keroncongan. Ia mengambil bagian paha dan dilemparkannya di udara.

"Maomao tangkap!"

Sebuah bayangan dengan cepat menerkam paha itu.

"Meow~"

Kemudian mereka berdua menyantapnya dengan lahap.

Dalam beberapa tahun, Raka si bocah ingusan telah tumbuh jadi remaja tampan dengan badan atletis. Rambutnya yang panjang diikat ala pendekar china.

"Kakek.. Aku pulang." Ucapnya ketika sampai di gubuk.

Pemandangan aneh terlihat, ada setumpuk kertas di depan kakek yang duduk bersila.

"Kemarilah, Raka..."

Raka pun duduk di depan sang kakek.

"Ini sudah saatnya..."

Sang kakek menatap bocah itu.

"Tidak ada lagi yang bisa kakek ajarkan kepadamu."

"..." Bocah itu menunggu kata selanjutnya.

"Kau tidak bisa hidup di hutan selamanya, kau harus bersosialisasi dengan yang lain."

Sang kakek memberikan dokumen kepada Raka.

"Ini tanda pengenalmu, Dan ada beberapa dokumen penteting lainnya didalam."

Mata Raka mulai berair, ia tahu waktunya perpisahan telah tiba. Bagaimanapun juga ia harus tetap tegar. Seekor harimau tak bisa selamanya mengikuti induknya.

Sang kakek lalu memberikan secarik kertas.

"Kau pergilah ke alamat itu dan berikan kertas ini. Kenalan kakek akan membawamu ke rumah milik kakek. Dia juga akan membatumu beradaptasi dengan kehidupanmu yang baru."

"Apa kau menangis?"

Raka menggeleng kan kepala.

"Kau harus kuat."

Raka lalu memeluk si kakek.

"Terima kasih kek..."

"Ya, bawa juga maomao bersamamu, dia akan kesepian disini..."

"Meow~"

Raka bangkit lalu berjalan pergi, ia sempat berhenti sebentar di depan pintu, dan menengok ke belakang.

"Aku akan merindukanmu kek.." Ia lalu melanjutkan langkahnya.

Sang kakek mellihat punggung anak itu.
"Aku harap kau tak tenggelam dalam rasa bencimu."

++++++++++++++++++++++++++


Setelah berjalan beberapa jam Raka dan si kucing akhirnya turun gunung, mereka sampai di desa terdekat. Namun mereka punya masalah besar.

"kenapa kau tak memberiku uang saku, kakek!!"

"Meow~"



///////////////////////

Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd