Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tania, Anak Buah Kesayanganku (kisah nyata)

Kami terbangun menjelang jam 6 setelah tidur singkat karena pergumulan sore tadi, memgingat waktu yang cukup mepet, kita mandi bersama dan berusaha menahan diri melakukan persetubuhan kembali.

“Aku duluan ya..”, kataku meninggalkan Tania yang masih membasuh dirinya di bawah siraman air hangat.

Untuk fine dining aku membawa jas semi formal dan justru penasaran dengan dress yang akan dikenakan Tania, mengingat keseharian lebih sering melihatnya bergaya tomboy saat di proyek. Cukup lama kumenantikan Tania keluar dari kamar mandi, namun akhirnya terbayarkan…dia keluar mengenakan baju terusan berwarna biru yang begitu pas dengan lekuk tubuhnya.

Mulustrasi, kurang lebih bentuk dressnya kayak gini:


“Wow….”, cuma satu kata yang terucap olehku.

“Hah? Wow kenapa? Kok gitu banget ngeliatinnya…maluu ah”, tanya Tania yang melihatku tak berkedip memandangnya.

Birahiku semakin meningkat, membayangkan menyetubuhinya dengan dress seperti itu, membuat penisku menegang dan serasa berontak ingin keluar, “Ehmm enggak, terpukau aja ngeliat kamu…feminim”, kataku agak gugup, “Uhmm kamu cakep banget sih…”, lanjutku gombal.

“Hmm biasanya ga cakep berarti…”, katanya dengan muka pura-pura cemberut.

Kugandeng tangannya keluar kamar menuju resto, ada rasa bangga bisa berdampingan dengannya, namun aku tahu ini hanya bersifat semu dan tak mungkin kujalani hubungan seperti ini terus menerus. Selama makan malam kami bersenda gurau sambil menikmati alunan musik smooth jazz yang menambah suasana romantis malam itu, kupesankan wine juga sebagai penutup untuk menghangatkan suasana.

“Happy?”, kataku kepadanya sambil menggoyang gelas berisi wine.

“Iya, belum pernah dinner begini…”, katanya polos sambil tersenyum manis.

“Oh ya? Uhm spesial buat kamu malam ini…”, kataku dengan rayuan gombal.

“Hmm thank you…tapi rayuannya ga mempan hahaha”, awalnya kupikir dia akan menanggapi dengan romantis, namun ujungnya justru tertawa menggodaku.

Kutatap Tania diiringi alunan musik yang diputar, tak sabar aku ingin menikmati tubuhnya kembali malam ini, tak sabar ingin mencumbunya dengan dress yang dikenakannya, lalu menanggalkannya pelan-pelan hingga sepenuhnya telanjang bulat.

Mulustrasi:


“Pssstt…aku horny…”, tiba-tiba terlintas saja kusampaikan padanya sambil berbisik dan mendekatkan wajahku ke arahnya.

“Hmm kamu emang gampang horny ya? Baru aja tadi sore kita….”, kata Tania pelan takut terdengar meja sebelah kita.

“Gara-gara kamu sayang…gara-gara kamu…aku jadi horny terusss, yukk ke kamar..”, kupotong perkataannya dan kuangkat tangan meminta bill untuk kubayarkan, aku tak tahan lagi melihat Tania yang bersolek dan mengenakan dress itu.

Selesai kubayar tagihan, kugenggam tangannya erat-erat dan mengajaknya kembali ke kamar. Kita berjalan seperti sepasang kekasih yang sedang dalam puncak asmara, saling menempelkan lengan dan sesekali berpandangan sambil tersenyum tersipu malu.

Mendekati pintu kamar, degup jantungku berdebar kencang, aku sudah menyetubuhinya beberapa kali, bahkan sore tadi pun kita baru saja melakukannya, namun entah karena terbawa suasana, wine atau dress-nya, membuatku seperti bocah lelaki yang tak sabar membuka kado ulang tahun. Dengan tergesa-gesa kutempelkan kartu kamar dan membuka pintunya, kupersilahkan Tania masuk lebih dulu dan kususul kemudian setelah menutup dan mengunci pintu.

Setelah Tania melepaskan sepatunya, dia menuju ranjang dan hendak mengambil pakaian tidurnya, kutarik tangannya, tubuhnya berbalik berhadapan denganku, “Kamu cantik malam ini….”, ucapku sebelum menunduk dan melumat bibirnya dengan penuh nafsu. Kupegang kedua pipinya, sementara Tania memegang pinggangku, cukup lama kami saling berciuman bibir dan memainkan lidah dalam rongga mulut bergantian.

“Stopp…”, dia memintaku berhenti dan berlutut di hadapanku, sudah kuduga dia akan melakukannya, dia membuka ikat pinggang dan restleting celanaku, diturunkannya perlahan hingga menyisakan celana dalam saja. Dengan binal dengan mengusap penisku yang sudah tegang yang masih dilapisi celana dalam, wajahnya mendongak menatapku seperti meminta ijin untuk menghisap penisku.

“Mau…?”, tanyanya singkat menyentil nafsu birahiku.

Aku hanya mengangguk saja tanpa menjawab, aku sudah tersihir kemolekan dan keanggunannya malam ini dengan dress yang dia kenakan. Dia tak langsung membuka celana dalamku, sambil menatapku tajam, dia membuka tiga kancing dressnya sehingga menampakkan belahan dada yang dilapisi bra hitamnya, dia seperti sengaja memberikanku pemandangan indah saat melumati penisku nanti. Sambil menatap penisku yang masih terbungkus, dia membuka celana dalamku dan tersenyum saat penisku melonjak keluar, keras, tegak berurat, “Hmm..yummy…”, ucapnya binal sambil matanya menatapku sekilas.

Gadis ini benar-benar membuatku mabuk kepayang, dia benar-benar tahu cara memuaskan dan memancing nafsu birahiku. Tangan kanannya menggenggam penisku dengan lembut dan mengocokinya perlahan, matanya tak lepas pandangannya dari penisku, dia hanya mengocokinya pelan dengan tangan kanannya dan sengaja membuatku tak sabar.

“Isepinn sayang…”, pintaku lirih yang tak tahan menikmati hangat rongga mulutnya.

Tania menggeleng sambil tersenyum, dia sepertinya sengaja memancingku, tangan kirinya memijat-mijat buah pelirku dengan lembut, terasa sedikit ngilu dan tak bisa kubayangkan jika dia menyedotnya kuat-kuat seperti sore tadi.

“Arghhh kamu sengaja mancing ya…”, kataku sambil mengusap kepalanya.

“Enggak kok, mau liat kamu terengah-engah aja..emang enak ya diginiin”, katanya menantangku.

“Iyaaa enakk, tapi lebih enak lagi kalo diisepin…ayo sayang…”, pintaku kembali sambil menahan desahan kenikmatan kocokan dan pijatan tangan mulus Tania pada penis dan buah pelirku sekaligus.

Kocokannya semakin cepat dan ketika melihatku mulai terengah-engah dan menjambak rambutnya, dia akan memperlambatnya, “Uhmm keluar jugaa”, kata Tania sambil menatap penisku.

“Apanya? Belum kok…”, kataku bingung.

“Ini…precumnya”, sambil lidahnya menjilat lubang kencingku yang berkilatan cairan precum yang biasanya untuk pelumas sebelum memasuki vagina wanita.

“Arghhh Taniaa…kamuu…ahh”, erangku tertahan saat lubang kencingku dijilati dan kepala penisku mulai disedot kuat-kuat.

“Slurrppp…mmm gurihhh bangett….hmmm Tania sukaaa”, katanya agak kurang jelas karena sebagian kecil batang penisku sudah masuk dalam mulutnya.

Aku sudah tak tahan lagi, melihat mulut Tania yang menelan seluruh kepala penisku, dressnya yang terbuka di bagian dadanya, kupegang kepalanya dengan kedua tanganku, dan kudorong penisku masuk dalam rongga mulutnya dalam-dalam, “Argghhh enak bangettt”

“Hekssss…pelan-pelan, mentok ga bisa masuk semua…ihhhh”, kata Tania yang tersedak dan cemberut sambil terus mengocoki penisku.

“Iyahh sorry, terserah kamu aja…kamu nikmatin tititku…”, aku akhirnya menyerah mengikuti maunya Tania.

Dia melumati penisku dengan lembut dan sesekali disedot dengan kuat, kecupan demi kecupan kurasakan di setiap senti batang penisku, kecupannya mulai merambah ke kantong biji keriputku, “Arggghh auuww ngiluuu”, pekikku saat salah satu biji pelirku di sedotnya, bukannya berhenti dia malah menyedot biji pelirku satunya dan diakhiri dengan jilatan lidahnya yang membasahiku kantung pelirku.

Mulustrasi:




Tania adalah satu-satunya wanita yang suka menyedot biji pelirku saat blowjob, sebelumnya tak pernah kubayangkan bagaimana rasanya, ternyata rasa ngilu dan nikmat bercampur aduk menciptakan sensasi yang belum pernah kurasakan dengan wanita manapun.

“Kamu ini…ayo berdiri”, kataku yang tak habis pikir bagaimana wanita seusianya bisa melayani pria kepala 4 sepertiku dengan begitu lihainya.

Tania sudah berdiri di hadapanku, kulumat bibirnya sambil mengusap bahunya yang mulus, kuciumi lehernya hingga dia mendesah, merambat ke bahunya dan kubalikkan tubuhnya dan kupepet ke dinding. Posisi Tania yang membelakangiku menghadap dinding, membuatku dengan mudah menggerayangi tubuhnya, kusibak rambutnya dan kucium tengkuknya yang wangi dan penuh bulu halus.

“Wangi banget kamu…”, kataku sambil mengecupi lehernya, dia mendesah dan bulu halusnya meremang.

Kugenggam kedua payudaranya dari belakang yang masih terbungkus dress dan bra, kuciumi sambil kuhirup punggungnya, bahan dress-nya yang halus membuatku semakin menikmati aksiku itu. Kini, aku sudah berlutut tepat di hadapan pantatnya, kuusap kedua paha bagian luarnya sambil tanganku merayap naik ke atas, sengaja tidak kusibak dress-nya, setelah mendapati bagian celana dalamnya di pinggang, kuturunkan pelan-pelan hingga ke mata kaki dan kuminta dia mengangkat kakinya agar dapat kulepas celana dalamnya.

Kembali kuberdiri dan mengecupi cuping telinganya sambil berbisik, “Bra-nya bisa dilepas?”, sambil kulepaskan kaitannya dari luar dress-nya. Dengan mudahnya Tania melepas bra yang dikenakannya, yang ternyata tanpa tali, pantas saja aku tak menemukan tali di bahunya saat menciuminya tadi. Kuremas-remas kedua payudaranya dari belakang, puting susunya begitu terasa di telapak tanganku, terasa kenyal dan mengeras, dia mendesah keenakan.

“Sudah basah memeknya?”, bisikku pelan dekat telinganya.

“Uhhmm cek sendiri ajaa..”, jawabnya menantangku.

Kuraba kemaluannya dari belakang dengan menyingkap sedikit dress bagian depannya, terasa hangat, lembab dan ada cairan di sekitar bibir liang vaginanya. “Basahhh, mau dimasukin?”, tanyaku basa basi ingin mendengar dia minta disetubuhi.

“Slurrpp ehhmm iyahhh”, jawabnya sambil jariku yang meraba kemaluan basahnya kuminta dia menghisapnya.

Dengan tubuhnya yang relatif pendek sebenarnya agak sulit buatku menyetubuhinya dari belakang dengan posisi berdiri, namun aku benar-benar ingin menguasainya, ingin menyetubuhinya dengan dress tanpa daleman.

Kedua tanganku masuk ke dalam dress bagian belakangnya, kusibak perlahan hingga menampakkan pantat mulus yang kencang, kuremas kencang dan diikuti pekikan Tania. Kupegang bagian samping pinggangnya kanan kiri dengan kedua tanganku, dan kutarik sedikit mundur sambil mengarahkan ke penisku yang sudah tegak mengacung dari tadi. Kepala penisku sudah terasa mengenai bibir liang vaginanya, “Sayang…maaaff”, kataku yang dengan sepenuh tenaga menyodoknya dengan kencang hingga Tania memekik, “Argh auwwww….”, penisku langsung amblas sepenuhnya ke dalam liang vaginanya yang sempit.

Tania memekik kesakitan, namun aku yakin pekikan berikutnya adalah kenikmatan, aku tak memberi jeda seperti biasanya untuk menyetubuhinya dengan perlahan, begitu penisku amblas menumbuk dinding rahimnya, segera kutarik keluar masuk dengan cepat hingga perutku dan pantatnya saling beradu.

“Arghh shhhh ahhh pakkk”, Tania hanya dapat mengerang tanpa kuperlambat ritme sodokan penisku keluar masuk liang vaginanya. Menyetubuhinya dengan dress seperti itu ternyata memiliki sensasi tersendiri, tak perlu telanjang bulat bersama untuk meningkatkan birahi.

“Uhmmm Tania…kalo kamu kerja pake dresss gini, bisa aku entot tiap hari di kantor”, racauku tak jelas mengungkapkan fantasiku yang tak tersalurkan.

“Arghhh sssh ahhh iyahh, tp lecet memeknya kalo tiap hari pakkk arhhh enakkkk”, balas Tania mencoba mengimbangi perkataan nakalku, mendengar apa yang Tania katakan membuatku semakin bernafsu menyetubuhinya dengan kasar, kuremas kencang kedua payudaranya dan kutumbuk dengan sepenuh tenaga penisku ke dalam liang vaginanya.

“Tania keluarrr…pakkkk….”, dia mengepalkan tangannya yang bertumpu di tembok, tubuhnya bergetar hebat, dinding vaginanya berkedut dan kurasakan cairan hangat di batang penisku, aku tak mendiamkannya seperti biasanya, tetap kugenjot dia dengan sepenuh tenaga.

“Ahhhh sayang aku mau keluar juga…”, erangku yang tak tahan lagi menahan ejakulasi.

“Jangan di dalam….”, kata Tania secara spontan, dia menarik pantatnya hingga penisku tercabut, begitu cepat dia membalikkan tubuhnya dan berlutut meraih penisku, memasukkan ke mulutnya tanpa rasa jijik karena baru saja masuk liang vaginannya, sensasi terbaik yang pernah kudapatkan adalah, dia menyedotnya begitu kuat dibarengi dengan semprotan spermaku yang begitu kuat dalam rongga mulutnya. “Ahhhh sayanggg…enakkk bangetttt”, erangku sambil merasakan sedikit ngilu, dia terus menyedot penisku hingga tetesan terakhir sperma keluar dari lubang kencingnya.

Walau sudah tak menyemprotkan sperma, Tania masih terus mengulumnya walau lebih perlahan dan akhirnya dikeluarkannya juga dari mulutnya. “Enakkk?”, sambil mendongak dia bertanya padaku, tak sedikitpun sisa sperma kulihat dalam rongga mulutnya, aku sampai hari ini heran kenapa dia suka sekali menelan spermaku, yang pasti saat itu aku hanya bisa menjawab, “Kamu yang terbaik sayang…bisa bikin aku lemesss”, dan saat itu aku memang benar-benar lemas, lututku terasa bergetar, dia hanya tersenyum lalu berdiri, “Enakkk rasa spermanya, Tania sukaaa”, lalu dia mengecup pipiku.

Malam itu kuminta dia tidur mengenakan dress itu tanpa daleman tentunya, aku sendiri tetap telanjang bulat, sebelum tidur kita sempat bercumbu dan melakukan persetubuhan singkat, namun spermaku tidak keluar sebanyak sebelumnya dan kutumpahkan ke perutnya dan kuminta untuk dibiarkan mengering.

Hari Minggu Tania mendapat kabar dari temannya yang sedang acara tunangan, ternyata mendadak dia diminta datang dan akan dijemput, pastinya aku kecewa, namun aku tahu kehidupannya bukan milikku seorang. Dengan berat hati kuijinkan Tania, dan dia meminta temannya menjemput di mall dengan alasan lebih mudah, sebelum pergi di Minggu siang itu, kusetubuhi kembali dengan cepat sambil memeluknya erat.

“Thanks buat weekendnya pak…”, chat Tania menjelang sore hari.

Sejak itu beberapa kali kita staycation bersama, tapi makin hari makin sulit karena Tania harus kembali ke Jakarta, bagian tersulit adalah ketika dia memutuskan pindah kerja untuk tawaran yang lebih baik dan aku tak bisa berbuat banyak karena atasanku tidak menyetujui promosi atau kenaikan gaji apapun.

Hidup terus berjalan, dan beberapa kali walau tidak sesering biasanya aku mencoba mencari alasan ke kota dimana Tania bekerja saat ini, kadang bertemu, kadang tidak, tapi yang pasti kita sama-sama merelakan menjalani hidup masing-masing, jika memang masih bisa dipertemukan di saat yang pas, mudah-mudahan masih bisa menikmati tubuh dan kebinalannya.

TS akhiri kisahnya sampai sini dulu, masih ada beberapa pertemuan selama kurang lebih setahun yang cukup intens, tapi setelah itu mulai jarang bertemu, terakhir kita bercinta tahun lalu dan diakhiri dengan chat yang ane post di salah satu halaman cerita ini, dia minta dijambak dan di-spank pantatnya tp ga berani ngomong, setelah itu kita tidak pernah bertemu lagi.

Semoga di tahun 2024 bisa bertemu Tania kembali ☺️

Terima kasih apresiasi para suhu untuk cerita TS yang ala kadarnya ini 🙏
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd