Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tabir Seorang Wanita

Status
Please reply by conversation.

Gee13

Pendekar Semprot
Daftar
10 Apr 2016
Post
1.562
Like diterima
3.877
Bimabet
Halo, saya kembali hehe. Mohon maaf banyak cerita saya yang terkatung dan tidak terurus karena memang saya kehabisan ide untuk melanjutkan. Tapi, kali ini yakin deh sampai tamat. :Peace: Oke semoga bisa meramaikan thread cerbung cerita saya kali ini.



● SEBERMULA
KUCING HITAM PAK KARDUN
KOMPLEK PERUMAHAN JATIMULYA
TEROR SENYAP
NINIK BAISA [UPDATE]

TOKOH-TOKOH (SEMENTARA)



(Dari kiri ke kanan)
Herman Sulistyo
Marika Yustiningsih
Danil Mahardika



Yandi Oktavio
Kartika Widyaswara
Syarif Bustaman


SINOPSIS

Pada awalnya Kompleks Perumahan Jatimulya adalah kawasan perumahan elit yang tenteram dan damai. Semenjak kehadiran Kucing Hitam peliharaan Pak Kardun, kesialan mewabah. Suatu ketika kucing hitam itu mati ditabrak. Karena sudah dianggap kramat, banyak warga yang beranggapan musibah akan melanda Kompleks Jatimulya.

Danil sebagai salah seorang penghuni yang tinggal di Kompleks Jatimulya mula-mula tidak terlalu acuh terhadap mitos yang berkembang. Namun, munculnya rangkaian peristiwa menyedihkan hingga naas, membuat ia harus terjun melibatkan diri. Apalagi setelah ia mengenal dekat Alya, gadis yang dikaguminya. Alya terkena kutukan. Di balik itu semua ada sebuah peristiwa masa lalu yang harus dikuak oleh Danil sehingga ia harus mencari seorang dukun wanita sakti bernama Maritem. Akan tetapi, banyak yang bilang Maritem sudah lama meninggal. Adapula yang berkata Maritem masih hidup. Bisakah Danil menemukan Dukun tersebut untuk menyelamatkan Alya dan Warga Kompleks Perumahan Jatimulya?



SEBERMULA

"Ini gara-gara kamu kang!"

"Kok jadi saya yang dituduh? Salah saya apa?!"

"Sudah jelas-jelas perbuatan kamu kemarin itu bikin kampung kita jadi begini... saya gak mau tahu, kamu harus ngomong sama pak kades soal ini pokoknya..."

"Jangan saya sendiri dong. Kalian juga harus tanggung jawab..."

"Sudah... sudah... ini nanti saja kita bahas. Lebih baik kita ungsikan keluarga kita dulu saja...."

Gelap malam tampak sangat mengerikan di sebuah perkampungan di daerah Jawa Barat. Rumah-rumah tak kenal atap, genting maupun kayu habis dilalap api yang berkobar makin mengganas. Burung berterbangan tak tentu arah. Gubuk-gubuk reot habis lebih dulu, tak tersisa. Kemarahan api yang mutlak membara merah membuat tak satu pun warga berhasil menyelamatkan harta benda, kecuali sanak famili yang disayangi dan sepeda motor butut yang digiring sejauh mungkin. Bayi dan wanita menjerit tangis memecah kesunyian. Ibu yang tegar berkaca-kaca. Didekap kepala anaknya yang tak mau melihat rumah mereka dilumat si jago merah. Bapak-bapak pun sibuk mencari air ke sana kemari. Sementara Pemadam kebakaran yang diharapkan terlalu jauh untuk mencapai lokasi.

Kepala desa menggulung siku. Bahu membahu bersama kaum pria berusaha memadamkan api yang sudah hampir pasti tidak bisa dikendalikan. Beberapa warga yang bersimbah peluh karena panasnya api malah berdesas-desus kalaulah penyebab kebakaran ini adalah Maritem seorang ninik tua yang mereka klaim sebagai dukun santet. Dicari-cari, maritem tidak diketahui keberadaannya. Padahal sebelum terjadi kebakaran dia menginap di rumah salah seorang warga. Konon, isu yang berhembus warga tersebut meminta bantuan maritem untuk membalaskan dendamnya. Di sisi lain, soal yang dendam siapa dan kepada siapa tidak bisa dijawab. Hanya desas-desus semata.

"Hujan! Hujan! Hujan!", salah seorang warga menyeru.

"Alhamdulillah......"

"Ayo percepat! kita ambil air lagi untuk memadamkan api...."

"Siap pak kades!"

Tangis disambut mendung. Air mata jatuh bersama hujan yang perlahan menjadi deras. Kobaran api pun menjinak. Setahap demi setahap air melenyapkan si jago merah. Beberapa rumah terlihat masih setengah utuh. Lainnya menghitam dan berasap. Akan tetapi, hal tersebut tidak menahan laju para warga untuk mendekat. Mereka berusaha mencari sesuatu yang tersisa.

"Ada mayat! Ada mayat!", teriakan histeris salah seorang warga mengundang warga lainnya untuk mengerubungi. Namun, Pak kades tiba lebih dulu untuk mencari tahu.

"Itu kan si Dadang!" Sahut seorang warga yang mengenali wajah si mayat. Sebaliknya seorang ibu lekas berbalik badan, menyingkir membawa anaknya untuk menjauh. Bagaimanapun, ia melihat wujud dadang yang gosong terpanggang api dengan mata terbeliak. Ibu lainnya menutup kedua mata anaknya dan ada yang membisu karena pertama kali ia melihat seseorang mati dengan nasib senaas tersebut.

"Bukannya si Dadang sebelumnya bersama si ninik setan itu!", ceplos seorang warga begitu berani.

"Lalu kemana perginya si ninik?" Tiba-tiba muncul Pertanyaan salah seorang warga yang tidak mampu dijawab. Mereka mendadak bungkam saling memandang satu sama lain. Tudingan tak mampu dilayangkan kepada satu pun warga karena kebanyakan mengetahui kalau yang kerap berhubungan dengan maritem hanyalah Dadang yang telah meregang nyawa.

= O =​

Lembayung senja menghiasi langit. Kutilang menerjang kawanan Kalong yang sudah kelaparan semenjak siang hari. Rekaman ayat-ayat suci Tuhan pun mulai diperdengarkan di sebuah masjid. Lengang suasana di sebuah komplek perumahan Jatimulya. Para warganya sudah bermukim di dalam rumah. Ibu-ibu mulai memasak makan malam. Anak-anak sibuk menonton televisi.

Di sisi lain, di sebuah rumah beratap genting tanah liat, salah seorang remaja yang telah beranjak 17 tahun sedang membaca buku pelajarannya. Nama dia adalah Danil Hadzami. Danil tengah mempersiapkan dirinya untuk kuis Sejarah Senin besok. Tampak sorot kedua matanya amat fokus pada setiap kalimat yang tertera. Ia tak mau ada satu pun yang terlewatkan. Jeli matanya menatap. Khusyuk ia menghafal dan meresapi. Lagipula, situasi rumah sedang sepi. Tak ada yang lain kecuali dia di rumah itu. Kebetulan Orang tua Danil baru pindah ke Yogyakarta dua hari yang lalu. Papanya suka begitu. Beliau sering dipindahtugaskan ke berbagai kota di seluruh Indonesia karena dia merupakan seorang kepala teknisi di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pangan yang memiliki banyak anak cabang dari Sumatera hingga Sulawesi. Sementara ibunya, sempat jadi pegawai negeri, namun mengajukan pensiun dini.

Meskipun ditinggal, kelangsungan hidup danil tetap dijamin oleh kedua orang tuanya. Setiap awal bulan danil mendapat kiriman uang saku. Jumlahnya berlebih untuk keperluan sekolah danil hingga makan sehari-hari danil, termasuk uang lain-lain yang tergolong digunakan danil untuk jajan di luar rumah. Terkadang dia gunakan kelebihan uang untuk makan di luar bersama temannya, membeli buku, atau malahan ditabung. Yang jelas tidak pernah danil mengalami kekurangan apalagi kelaparan.

Kini, selagi membaca buku, danil sebetulnya sedang menunggu kedatangan om dan tantenya yang rencananya akan menginap mulai hari ini. Om dan tantenya akan menempati rumah danil dari hari senin hingga jumat. Menurut info dari papanya, yang merupakan kakak kandung dari tantenya danil, mereka berdua berencana menginap untuk memangkas jarak dengan kantor yang berada di jakarta pusat. Om dan tante danil tinggal di Bekasi. Mereka biasa bepergian kerja menggunakan jasa kereta api. SerinKarena rumah hanya ditempati danil seorang, papa danil mengizinkan om dan tante danil tinggal sekaligus bisa menemani danil.

"Maak, adul mau lihat maak..."

"Gak usah, rame juga di sana... tuh kamu lihat tuh..."

"Adul penasaran tapinya maak...", rengek seorang anak berusia 5 tahun pada ibunya. Percakapan itu terjadi di depan rumah danil. Karena ruang tamu rumah danil berdekatan dengan tempat ibu dan anak itu berdiri, danil pun tak sengaja mendengarkan. Mulanya, ia tidak begitu menaruh perhatian. Akan tetapi, suara ribut di sekitar rumah memancingnya untuk mencari tahu.

Danil beranjak dari bangku tempat ia duduk. Buku sejarahnya ia geletakkan di atas meja. Kepalanya menoleh ke luar jendela. Dia melihat orang-orang berjalan sambil berbalap-balap di depan rumahnya. Tak hanya itu, ia melihat seorang anak sampai berlari kencang seperti tak mau ketinggalan sesuatu yang penting. Ia lihat pula sepasang ibu yang sedang menggamit tangan anaknya. Mereka adalah yang suara percakapannya tak sengaja daniel dengarkan tadi.

"Ada apaan sih ini....", tutur danil yang gelisah seraya berjalan menuju halaman rumah. Ia berusaha tidak keluar dari area rumahnya, cukup berdiri lalu bersandar pada pagar. Danil pun memandangi ke arah mana orang-orang berdatangan. Namun, kerumunan tidak dapat matanya jangkau. Dia justru lebih tertarik bertanya pada seseorang yang melintas di depannya.

"Mar, amar!", teriak danil memanggil seorang remaja yang mengenakan peci hitam, sarung beserta baju koko berwarna cokelat. Sebetulnya remaja itu sedang mengobrol dengan temannya. Akan tetapi, mendengar suara danil, remaja itu segera mengayuh sepedanya lebih cepat untuk menghampiri.

"Kenapa bang?"

"Ini ada apaan rame banget kayaknya...", danil menunjukkan wajah penasaran.

"Ohhh... ini bang.... tahu tuh warga sini. Kucing mati aja pakai diributin.."

"Maksudnya kucing mati?", gerutuan tersebut semakin membuat penasaran danil.

"Iya, ada kucing mati ketabrak motor barusan. Katanya yang mati itu kucing item. Jadi, warga sini pada ributin kalo kucing item mati itu bisa bawa sial...."

"Memang yang siapa yang nabrak...?", danil berjalan keluar dari pagar rumahnya.

"Gak tahu juga tuh bang..."

Tidak puas mendapat jawaban. Danil masuk sebentar untuk mengunci pintu rumahnya. Kemudian ia menutup pagar dan berjalan menuju ke arah kerumunan berasal.

= O =​

"Danil! Nil! Ini om yandi sama tante tika nil udah dateng! Bukain pintunya dong!"

"Lagi keluar kali dia mas..."

"Yaudah mending kita tunggu sebentar di sini aja...."

"Iya, duduk di situ aja mas...."

"Hayuk...."

Yandi (40 tahun) dan kartika (38 tahun) adalah pasangan suami istri yang bekerja di bilangan Jakarta Pusat. Yandi adalah seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan jasa telekomunikasi. Sementara Kartika adalah seorang bankir bank swasta. Mereka berdua tinggal di Bekasi. Berdesak-desakkan di kereta setiap hari kerja merupakan alasan kuat mereka menghubungi kakak kandung kartika yang juga papa danil. Mereka berencana menginap di rumah danil dari hari senin hingga jumat. Namun, Jumat sorenya mereka akan pulang ke Bekasi. Selanjutnya akan kembali lagi ke rumah damil pada Minggu sore. Lagipula, mereka sudah dikaruniai seorang anak yang berumur 15 tahun yang bernama syarif. Anak mereka itu duduk di bangku sekolah menengah pertama. Tak lama lagi ia akan beranjak memakai seragam putih abu-abu. Hampir serupa dengan danil, yandi dan kartika menitipkan uang saku kepada syarif untuk jatah seminggu. Bedanya, yandi dan kartika tidak bisa memberi lebih pada syarif karena remaja bau kencur tersebut belum pandai mengatur keuangan.

Kartika adalah adik kandung nomor 2 dari papa danil. Perawakannya yang tidak terlalu tinggi ataupun pendek, dan gemuk tidak memberi kesan ia gendut. Malahan, mengundang daya tarik lawan jenis yang bermata keranjang. Tak heran, Ia kerap pergi bekerja mengenakan blazer berukuran agak besar karena ia berusaha menutupi tubuh moleknya di depan khalayak umum. Tak bisa dipungkiri juga, lelaki yang kenal dekat dengan kartika tidak bisa menutupi bahwa syahwat mereka naik kalau sudah berjumpa dengan dia. Kalau sudah kartika mengenakan t-shirt, tampak sudah payudara kartika membusung ranum tanpa bisa ditutup-tutupi.

Di sisi lain, yandi yang rupawan amat pantas mendapatkan istri secantik kartika. Apalagi adik ipar dari papa danil ini memiliki tubuh yang gagah dan kokoh. Lengannya berotot nan kekar. Seminggu dua kali ia pergi ke gym dan menjaga pola makannya. Jadi siapapun yang berani macam-macam dengan kartika harus berhadapan lebih dulu dengan dia. Terlebih, yandi semasa sekolah dan kuliah pernah mengikuti kegiatan olahraga taekwondo. Semakin ngeri laki-laki yang coba-coba mendekati istri yandi.

"Itu kenapa ya mas rame banget di sana?", sembari duduk di kursi kayu di seberang rumah danil, telunjuk kartika mengarah ke kerumunan.

"Iya, ya... kamu tunggu sini dulu... aku mau coba ke sana... siapa tahu danil di sana juga..."

Yandi berjalan tergesa-gesa mendekat. Barangkali ia bisa menemukan danil. Di lain hal, Dia justru memperhatikan kerumunan yang ramai hingga berdesak-desakkan. Yandi kesulitan menemukan danil. Dia bingung apa yang membuat masyarakat sampai berkerumun seperti ini. Bahkan, sampai ada dua orang remaja duduk jongkok di cabang pohon mangga. Bagi yandi, tidak lazim para warga masih berkumpul. Dia melihat jam tangannya. Adzan maghrib sebentar lagi dikumandangkan.

Walaupun suasana begitu ramai, tinggi tubuh yandi membuat ia bisa melihat jauh apa yang terjadi di depan kerumunan ini. Ternyata, warga melingkari bangkai kucing hitam yang mati tergolek. Bukan hanya itu, dia juga melihat beberapa warga tampak adu mulut. Mereka nyaris berkelahi. Beberapa warga berusaha melerai supaya tidak terjadi adu jotos menjelang malam.

"Om, om yandi...", seseorang menepuk pundak yandi.

"Nah ini dia kamu.... om daritadi nungguin kamu..."

"Maaf om, tante tika mana?", danil mengajak omnya keluar dari kerumunan warga.

"Itu duduk di sana... ini ada apaan sih?"

"Kita ke tante tika dulu aja... nanti aku ceritain...", danil berjalan bersama om yandi.

"Oke..."

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd