Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG subur naik haji

Status
Please reply by conversation.
keluarga saling pengertian. bapak tiri ngentot anak tiri. isteri ngentot tukang kebun. siiip lancrooot
 
Seorang lelaki tua yang dipanggil eyang memasuki halaman samping,, walaupun sudah tua dan berumur dia tetap petentang-petenteng penuh percaya diri.
"Eyang tunggu di sini sebentar,, saya panggilkan tuan abah", dipersilahkan ia duduk di taman samping kemudian ujang bergegas masuk ke dalam.
Suasananya asri, membuat siapapun betah,, eyang pun bersandar rileks di kursi sambil memejamkan mata. Ia merasakan kekuatan pikiran sedang menguat hingga dirasakanya ada dua sosok bayangan dalam kebutaan matanya sedang duduk seberang kursinya.
"Mereka tidak sedang bicara,,, ini,,,,, ini adalahhhh, arghhhhh,, kurang ajar!" segera ia membuka matanya karena bayangan itu begitu menggoda dengan adegan persetubuhan yang begitu binal di luar ruangan seperti ini. Belum kesadaranya pulih tiba-tiba seseorang memanggil.
"Burrr,! Elu kok dah dateng? Bukane rencana ane yang ke rumah elu?"
"Ya rencana sih seperti itu tapiii, istri ane tuh nyuruh segera dateng buat nyampein sesuatu"
"Hmmmmm, gimane yee,,, Jang lu balik ke belakang gih nyuci baju, trus lu cabutin rumput yang udah tinggi di sono,, ye. Yauda buruan"
"Iya bahh,, saya permisi dulu" sambil meletakan kopi buat sang tamu.
Duduklah haj Muhidin di kursi seberang,
"Rencana ape lagi? Kalo elu rencana buat nyicipi bini ane, sori-sori nih yeee die dah berangkat tadi, nah kalo si Rum tunggu entar dia lagi kecapekan." jelasnya.
"Bukan,,, kamu jangan nyerocos dulu, aku tuh belum mau nyicipi si endhuk atau Yamah hari ini, soalnya aku tuh abis ritual, jadi ga boleh nyentuh barang "
"Lhah trus, ape?" Muhidin semakin bingung
"Begini nih,, entar minggu depan ada acara di rumah ku, nah yang diundang tuh warga sekitaran komplek saja, jadi minta toling nih sama istrimu buat jadi pembicara di acara itu"
"Emang acara ape lagi? Bukanye elu dimusuhi warga sekitar?"
"Justru itu aku mau bikin acara biar warga jadi simpatik sama saya,,,".
"Jadi bingung gue, maksud loe apaan sih, jelasin yang jelas-sejelasnya?" haj Muhidin tak puas dengan penjelasan singkat dari eyang Subur
"Engko sek te lahhh,,, tak nyruput kopi,,, srruuuupt ahhhhhh,,, aku butuh bantuan istrimu si Riyamah buat jadi pembicara di acara ku nanti,,, sekalian kamu juga bantuin jadi pendamping,"
"Kalo nanti sukses kan setidaknya warga sekitar jadi simpatik sama saya,,, biar nambah masa gitu lohhh"
"Ouuuuu, ngomong donk,, iyauda kapan acaranye di mulai,,?"
"Sabar, masih dua minggu lagi kok,,," eyang melanjutkan nyruput kopi.
"Iya dehhh, entar ane sampein sama bini ane biar kosongin tuj semua jadwal. Jadi berangkat ke rumah elu sekarang apa entar nih?"
"Ya kalo kamunya siap ya ayo sekarang, orang muka mu aja masih kaya orang bingung gitu,,,"
"Iye nih,, gue nyari obat oles ane kok ga ketemu,,, udeh sejam kaga nemu tuh" sambil beranjak pergi menuju rumah.
"Ealah, gak usah bingung, dirumahku kan ada" eyang Subur memecahkan masalah.
"Iye ane ganti baju dulu," teriaknya dari dalam rumah.

Sementara itu
Ujang yang beberes di dapur mulai menyapu lantai dapur hingga meja makan,, capek sih tidak cuman melihat benda berantakan di atas meja makan membuatnya berfikir "nambah lagi kerjaan Mang Ujang neng Rumanaaaa,,," dia memang orang kampung ga ngerti urusan berkas dan kertas jadi dirapiin lah sebisanya, ditumpuk seadanya, dan diangkatlah bersama tas menuju lantai dua kamar neng Rumana.
"Astagaaa!,,," kakinya serasa hilang keseimbangan ketika membuka kamar neng Rumana. Masih dalam keadaan seperti katak tengkurap dan payudara tergencet badan dan kasur empuk, membuat mang Ujang berusaha mati-matian agar barang bawaan nya tidak jatuh dan membuat bidadari terbangun dari mimpi indah nya.
Clingukan melihat keadaan di sekitar luar ruangan, setelah dipastikan aman maka diletakan lah semua buku dan tas di atas meja kecil di pojokan dengan sangat hati-hati. Setelah menutup pintu dengan sangat pelan dihampiri lah sosok tubuh mulus yang sangat menantang birahi. Tepat dibelakang nya diamati vagina yang penuh dengan lelehan benda putih,,
"Ya ampunnn nengggg,,, dulu masih kecil mamang yang nyebokin sama mandiin eneng, ehhh malah sekarang abang dikasih lihat yang beginian,,, (tangan nya mulai mencolek benda berlendir itu kemudian mengendusnya)"
"Hashhhh ini mah bukan cairan pagina,,, tapi pejuh,,, eleee eleeee siapa atuh yang ngajakin neng Rumanah main? Apa mungkin abah? Ah ga mungkin, atau bang Roby tunangan nya,,, (plakkk menepuk jidatnya sendiri) tambah ga mungkin,,, kan dari tadi malem ga ada keliatan,,, ah masa bodooo dah rejeki mah rejekiiii,,,"
Clingukan seperti maling yang bingung mau diapakan harta temuan nya, akhirnya ujang memutuskan. Kalo nanti teteknya diremas malah keburu bangun, kalo dijilat? Ihhhh masa jilatin pejuh,, kalo dimasukinn,,,,,,? Mending seperti itu main tancep trus cepet dikeluarin, kan mantep tuh. Tak perlu waktu lama di turunkan celana kolor hitam itu dan jatuhlah celana dalam milik umi Riyamah. Penisnya sudah mengacung keras di elus-elusnya sebentar kemudian naik ke atas ranjang, seperti hal nya haj Muhidin sebelumnya dikuak kan belahan merekah indah agar semakin terbuka namun dalam posisi masih seperti katak tengkurap,, disiapkan tepat didepan lubang dengan memegangi batang dengan tangan kanan,, sedangkan tangan kiri bertumpu di sebelah kiri tubuh Rumanah.
"Permisi atuh neng geulisss,,, mamang pengen nyicippp,, oughhhhhh(mulai melesakan penisnya dengan perlahan dan mendorong sisa cairan keluar)"
Apa yang dibayangkan tidak sama dengan kenyataan, ketika penis masuk sebagian serasa seperti ada denyutan yang begitu keras membetot penisnya semakin dalam,, mamang berusaha mati matian menahan pijatan mantab didalam nya.
"Aduhhh dudh duhhhh,,, kok rasanya keset banget,,, mamang ga tahan nenggg auhhhhhh nghhhhhhhhh" goyangan perlahan pun dimulai.
Namun tak lama tubuh Rumana bergerak seolah merespon rangsangan yang terjadi di bawahnya,,, "mmmmmhhhh mmmhhhh"
Mang Ujang semakin bingung harus bagaimana lagi, bagaimana jika dia ketahuan sedang memasukan penis ke dalam vaginanya.
" mmmhhh ahhhh terushhhh ahhhhh" Rumana mengerang dalam keadaan masih tertidur. Dan tak lama,,,,
"Mmmmhhhhh arggghhhhh cretzzz cretzzzzz" mang Ujang bingung apa yang terjadi, kenapa dia begitu cepat keluar padahal jepitan nya hampir sama dengan umi Riyamah, tapi kok,,, belum pulih kesadaran nya tubuh Rumana seakan mulai beranjak sadar,, tangan nya bergerak gerak meraih apapun yang ada di sampingnya. Mang Ujang tak mau ketahuan dicabutnya penis yang hanya separuh menancap dan "flupss,, aghhhh" Rumanah melenguh, matanya yang masih setengah kabur melihat sosok keluar pintu dengan tergesa menaikan kolornya,
"Abahhh,,,," tersungging senyuman kecil dibibir manisnya.
Ujang segera turun kembali, dan bertingkah normal seakan-akan tak terjadi apa-apa di atas sana.
"Iye ane ganti baju dulu," haj Muhidin dengan nada tinggi masuk rumah, didapatinya Ujang sedang nyapu kolong meja.
"Janggg,,, Umi tadi nitip pesen ga?"
" hmmmm setau saya engga tuh Tuan haj,, kenapa yahh?"
"Engga nape-nape, kali aja umi tadi nitip pesen" sambil ngeloyor masih bingung nyari kesana kemari belum juga ketemu tuh obat oles.
Dua puluh menitan berlalu, haj Muhidin sudah rapi dengan kemeja kotak-kotak dan celana panjang keluar dari kamar. Ditujunya dang tamu eyang Subur yang masih asik menghirup asap rokok.
"Burrrr, dah siap nih,,, yokk"
"Bentar!,,,"
"Appe lagi seh? Lu mau sarapan juga? Sori di rumah kaga ade sarapan, si Rum masih K O, ga ada yang masakin."
"Kamu mau ke Rawa Kebon jalan kaki!?,,,"
"Lhahhh? Elu tadi ke sini naek apaan?"
"Ya ngojek donkkk"bangkit dari kursi seraya memasukan bungkus rokok dan koreknya ke dalam saku.
"Yahhhhh,,, tau gitu ane suruh si Riyamah dijemput orang, yaude biar ane telpon tukang ojek aja lah,,," kemudian haj Muhidin mengambil hape dan menelpon seseorang yang katanya tukang ojek.
"Haloooo jackkkk! Lu bisa dateng ke rumah ane ga? Anterin ke Rawa Kebon, etssss bawa temen lu atu lagi sialnya kite ada berdua! Cepettt!.
Hanya butuh waktu sepuluh menitan tukang ojek pun sudah siap di depan gerbang, dan teriakan haj Muhidin pada pembantunya mengatakan kalo dia pergi.
Sementara di dalam kamar Rumana mulai tersadar, dirasakn tubuhnya sangat lelah sedang bersandar di dipan kamar dengan ganjalan bantal dipunggungnya,,, diperhatikan daster abu-abu sudah terkoyak bagian dadanya, sehingga payudaranya tak lagi bisa ditutupi. Sinaran mentari menjamah permukaan payudaranya membuatnya semakin bersinar dan indah. Sedangkan kakinya yang mengangkang menunggu lelehan cairan itu keluar menetes ke atas tisu yang disiapkan tepat dibawah bibir vaginanya. Karena takut kesiangan maka di masukan jari telunjuk ke dalam lubang, sambil dikedut kedutkan untuk mengeluarkan isinya. Senyum terkembang melihat perbedaan cairan sangat kental dan yang masih baru agak encer sehingga meleleh menuruni lubang anus namun segera di lap nya dengan tisu.
"Ahhhhhh,, mhhhh,," desahan kecil keluar dari bibirnya, merasakan gesekan jari.
Selesai mengelap cairan ia pun bangkit dari ranjang,,, dasternya yang tak utuh tak ayal langsung jatuh ke lantai melewati tubuh sintalnya. Sang pemilik seakan tak peduli terus berjalan menuju tempat sampah kemudian mengambil jubah mandi di lemari.
Ujang sudah menyelesaikan semua tugasnya pagi ini, istirahat sebentar di kursi di teras belakang menghadap jemuran. Sambil menyruput kopi bikinan nya dia bersukur sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Meskipun seringkali di bentak sama abah haj Muhidin, tapi semua tiada arti ketika bonus yang sering diterimanya dari nyonya atau pun neng Rumana. Ditengah lamunan nya tiba-tiba sesosok makhluk cantik dengan jilbab biru keluar dari pintu dan menyapa.
"Eh mang Ujang,,, lagi nyantai bang? Dah sarapan?"
"Eghhhh enenggg,,, hehe iya nih,, kalo sarapan belum nengg,,"
"Ehh kebetulan Rum juga belum, biar Rum telpon restoran nanti buat sarapan, yaaa"
"Ga usah atuh nenggg,,, malah ngrepotin, mamang teh cukup warteg depan rumah aja,,,"
"Ga apa kok mang bentar yah, (terdengar obrolan yang sangat halus di telepon sambil tubuh Rumana menjauh membelakangi mang Ujang menuju jemuran)"
Melihat pinggulnya sangat menggoda penis mang Ujang tiba-tiba berdiri di dalam kolornya,,,
"Eleee eleeeeee,,, tau aja ada barang bagus langsung berdiri,,, dasar! Tadi ada barang bagus kenapa ngecrot duluannn,???" seperti orang gila dia bicara sendiri pada penisnya,,,
" kalo ga kuat ga usah sok gagah atuhhh,(malah semakin tinggi tegak menjulang penisnya membuat mang Ujang kesal dan,,,) plakkkk,,," ditamparlah penis itu sehingga membuat sang pemilik merunduk mengaduh dan merintih pelan.
Rumana yang berbalik badan heran apa yang terjadi maka didekatinya mang Ujang,
"Kenapa? Mamang sakit?"
"Enngggg engga, ini kebelet pipisss"
"Ehhh mamang jangan ditahan kalo gitu,,, mending buruan di keluarin"
"Iya nenggg,,, bentar mamang permisi dulu" berlari cepat menuju kamar mandi. Dielus-elus dengan nada masih merintih akhirnya penis mulai menyusut. Keluar dari kamar mandi dilihatlah Rumanah yang sudah duduk memenceti hape,
"Sudah mang?"
"Iya neng udahh"
"Hmmmm mang boleh nanya sesuatu ga?"
"Boleh atuh neng, nanya apa?" mulai duduk di kursi sebelahnya yang hanya terpisah meja kecil tempat kopinya.
"Mamang dah lama kerja di sini, mamang betah ga? "
"Ya betah banget, mamang seneng dah dianggap kaya keluarga sendiri, mulai dari alamarhumah umi Raya, sampe sekarang mamang betah neng, kenapa ya? "
"(tersenyum manis) mamang masih inget sama mamah? Rum cuma inget dikit,,, cerita donk mang??"
*Flash back*
Umi Raya adalah ibu kandung dari Rumanah,, cantik wajahnya tinggi semampai lebih tinggi dari haj Muhidin, penampakan nya seperti artis Marini Zumarnis. Umi Raya yang begitu penyayang terhadap Rumana hingga sakit yang begitu parah dia masih sempat menanyakan kondisi Rum kecil bahkan menyuapi nya. Kesetiaan nya melebihi umi Riyamah yang bisa dijamah siapapun asal dia suka, berbeda dengan umi Raya,.
Suatu ketika beliau tidak masuk kerja karena sang suami yang memiliki nafsu sangat besar menginginkan kepuasan seksual dari sang istri seharian penuh,, dan umi Raya pun menyanggupi. Tanpa mengindahkan norma kesopanan dalam berhubungan badan mereka berdua melampiaskan hasrat di sembarang tempat, ruang tamu, ruang keluarga, kamar mandi bahkan dapur di atas meja makan tubuhnya telentang bebas dengan baju dinas PNS yang bertebaran di semua tempat hanya tersisa kaos kaki beserta sepatu hitam, dan rok panjang naik ke pinggang dengan selakangan yang mengangkang sedang ditembusi oleh penis sang suami. Jangan tanya ke mana jilbab dan baju atsan serta daleman karena yang penting bagi beliau adalah kepuasan sang suami. Ujang yang waktu itu masih umur 30 tahunan menyaksikan sendiri mereka sedang mereguk kenikmatan seolah cuek dengan keberadaan ujang yang lalu lalang, bahkan erangan terdengar sangat menggairahkan keluar setiap tusukan.
"Arghhhhh ahhhhh ouuuchhhh terush abahhhhhhh,,, iyachhhh ahhhhhhhhh"
Flops flops flops suara penis itu terus mengaduk isi vagina yang mulus tanpa rambut terhidang di atas meja makan.
"Ahhhhhhh umi binal bangethhhh hari inihhhhhh mmmmuach plakkkk plokkk plokkk plokkkk ughhhh"
"Demi abahhhh,, biar puashhh ga suka jajan lagihhhh, ,, aghhhhhh aghhhh mmmuachhhhh" tubuhnya menggeliat seperti cacing kepanasan.
Sementara di ruang keluarga yang tak jauh dari tempat mereka bersetubuh Ujang sedang memangku Rum kecil menemaninya main masak-masakan bahkan boneka bonekaan.
"Mamang,,, mamah ngapain ciii,,"
"Mamah Rum lagi bantuin abah sayanggg,, nanti kalo dah selesai pasti ngajakin main Rum lagi."
Kenyataan seperti itu sangat kontras dengan suara desahan yang masih keras terdengar, sehingga Ujang harus mengalihkan perhatian si kecil Rum dan syukurlah Rum kecil tidak pernah bertanya apa yang bergerak gerak di balik celana nya.
Dan
"Arghhhhhhhhh aghhhhhh ahhhhhhhhh plokkkk plokkkkkk abah nyampe miihhhh, hashhh hashhhhh"
"Shhhh shhhh iya bahhhh,,, "
"Umi belumhhh? Sshhhh,flopshh" mencabut penisnya yang penuh dengan cairan, begitu juga vagina umi Raya.
"Belum bahhhh, tapi yang penting abah puashhh, ahhhhhh mhhhhh" sambil mengelus vaginanya dan meremas puting susunya.
"Abah ke depan dulu mih cupppss mmmmuach" mencium bibir dan mencucup payudara sang istri Muhidin membetulkan sarung beranjak pergi menemui Rum.kecil.
"Sini jang,,, biar rum gue ajak,,, loe balik belakang gih"
"Iya tuan, Rum.ikut abah yah sekarang, mamang mau lanjutin kerja dulu" gadis kecil itu lari menuju ayahnya kemudian digendong pergi ke ruang depan.
Sementara ujang yang selesai membereskan mainan kembali ke kotak mainan menuju kebelakang, melewati ruang makan kakinya tersangkut dengan beberapa baju umi Raya, masih terlihat umi Raya sedang terengah engah dengan birahi yang belum tertuntaskan sedang memasukan jari.lentiknya ke dalam vagina basah.
Ujang pura pura cuek dengan keadaan itu,, setelah ini mungkin dia akan masturbasi di kamar mandi agar tudak spaneng,
"Ssshhhh ahhhhh mmmmhhhhhh,,, iuuuccchhhh ahhhhh"
Ketika Ujang mau meleweati pintu menuju dapur tiba-tiba ia dipanggil.
"Janghhhhh,, ujanghhhh,,, umi boleh minta tolonghhh?" yang dilihatnya adalah kangkangan menggairahkan.
"I' iyaa miii, tolong apa,?"
"Tolonghhh ambilin wortel di plastik belanjaan ituhhhh, achhh"
"Iya mihh( diperiksanya plastik hitam belanjaan, ditemukan beberapa wortel lalu dipilihnya yang paling besar, sebesar ukuran miliknya yang saat ini sedang On) ini umii"
"Makasih Jangghhh,,, ouhhhh pinter banget kamu milihhh,,,, oucchhhhh(dimasukan gagang yang besar melesak ke dalam, cairan mulai keluar ujang terpaku)"
"Ujanggghhhh,,, kalo kamu pengen nontonhhh ahhhh kamu bisa duduk di kursi ituhhhh"
Ujang mulai duduk menyaksikan tontonan gratis ini, namun tak mau diam dia terus menelan ludah sambil mengeluarkan batang penisnya untuk dielus dan dikocok.
Umi Raya yang sedemikian binal dan liar tidak pernah mengijinkan tangan laki-laki lain menyentuh tubuhnya apalagi mencoba memasukan.penis kedalam lubang kenikmatan nya.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd