promisex
Semprot Lover
- Daftar
- 1 Mar 2016
- Post
- 296
- Like diterima
- 101
Subur Naik Haji
Di pagi yang masih lengang di kampung dukuh, seorang wanita berusia 38 tahunan sedang bersiap dengan riasan anggun untuk menghadiri sebuah pengajian. Kerudung biru yang tersemat di kepala menutupi sampai dada, perpaduan cantik dengan gamis warna ungu hanya tinggal polesan bibir warna pink dan selesai.
Di usia yang tak lagi muda umi Riyamah memutar tubuhnya sambil sesekali bertingkah centil di depan cermin,
"Duhh, makin lama kok makin sekel nih tubuh,,, hihiiii"
Setelah selesai mengagumi diri di cermin dia mengambil tas yang tergeletak di atas meja rias dan bergegas keluar kamar.
Entah kenapa tak seorang pun ia temui pagi ini, apakah dia yang kesiangan untuk memulai aktifitas sehingga semua orang sudah pergi, atau dia nya yang terlalu pagi untuk memulai. Ahh tidak mungkin, inikan masih jam enam seperempat lagipula ini hari minggu jadi di pastikan dia yang terlalu pagi.
Dipanggilnya sang suami Haj Muhidin yang sejak subuh sudah tidak ada di sampingnya, bahkan meninggalkan tubuhnya telanjang bulat tanpa tertutup selimut,
"Abahhhh? Abahhh di mana?" matanya menyusuri setiap sudut ruang tamu bahkan ruang makan,,,
"Bahhh,, Umi mau berangkat nihh,,,"
"Kok ga ada ya, biasanya jam segini si abah lagi ngejogrok di dapur baca koran sambil ngopi?" belum puas pertanyaan itu didengarnya suara sapu lidi di belakang rumah.
"Coba deh aku tanyain ujang,(sambil berjalan menuju halaman belakang) Kang Ujangggg,,, lihat-lihat abah ga?"
"Ehhh iya nyonya kenapah?" ujang yang sedang bersenandung ketika menyapu kaget dan tak mendengar dengan jelas pertanyaan nyonya rumah.
"Kang ujang liet abah ga tadi? Soalnya dari subuh ga ada" umi Riyamah mencoba mengulang pertanyaan nya.
"Hmmmm maaf nyahh, setau saya dari subuh ujang di sini ga lihat tuh,,, apa mungkin lagi mandi?"
"Ishhh kang ujang, ga mungkin mandi dari subuh sampe sekarang belum selesai,, bisa mengkerut batang nya,,"
"Hehe maaf nyah, akang ga tau" jawabnya cengengesan.
"Yaudah tinggalin dulu nyapunya,, cuci tangan trus pergi ambil tumpukan baju di ruang tengah yang udah saya setrika bawa ke mobil,," perintahnya.
"Siap nyah!" deletakan sapu itu di samping pohon dan segera menuju ke kran sebelah rumah.
Sejam lagi baru berangkat umi Riyamah masih penasaran ke mana sebenarnya tua bangka itu saat ini, biarpun tua bangka dia juga yang memberi kepuasan batin bahkan tak bisa dipungkiri dia ketagihan walau jatah hanya dua kali seminggu.
"Ini Rumanah juga ke mana jam segini kok belum bangun,,, Rummm? Rumana bangun sayangggg,,, ga baik anak gadis bangun siang siang" sambil membereskan meja dapur yang penuh dengan kertas tugas kuliah Rumanah.
"Dasar pemalas,,, mau umi seret turun dari ranjangnya baru tau rasa tuh anak"
Umi Riyamah segera naik ke lantai dua di kamar putri tiri nya yang ternyata masih tertutup rapat. Di bukanya pintu kamar dan Rumanah masih tertidur, namun ketika pintu itu semakin melebar, panggilanya terhenti,
"Rumm,! Ehhhh" umi Riyamah terperanjat melihat Rumanah tengkurap dengan posisi agak menungging dan daster serta jilbabnya acak-acakan, yang lebih mengejutkan bagian bawahnya tersigkap sampai ke perut serta vaginanya terlihat ceceran cairan kental putih yang meleleh turun di selakangan nya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan anak tirinya,,, belum sempat membuka lebar pintu tiba-tiba ada seseorang yang berjalan mendekati ranjang anaknya sambil memegang kamera digital dia memotret vagina becek yang terlihat menggairahkan.
"Astaga abahhh?!" bisiknya pelan.
Seolah Haj Muhidin tak mengetahui pintu yang sedang terbuka sedikit, dia meletakan kamera digital di atas ranjang dan mulai mengocok penis besarnya, terlihat berurat dan berdiameter 5 cm seolah penis itu siap melubangi sasaran nya. Diangkatlah pinggul anak nya yang ternyata sudah sangat lemas dan pasrah, sepertinya permainan itu terjadi sudah sangat lama, nampak dari wajah anaknya yang tak bereaksi ketika pinggulnya diangkat agak tinggi.
Momen penetrasi pun di mulai, penis yang sangat gagah sudah siap di hadapan lubang vagina yang masih mengucurkan sisa cairan kental, sedetik kemudian "bleshhhhkkk" amblas lah penis itu mendorong sisa cairan yang didalam semakin keluar. Bibir vagina Rumanah yang mulus bersih terlihat tertarik masuk seiring penetrasi yang dilakukan abahnya. Rumanah hanya memperlihatkan ekspresi menahan rasa nikmat, dan umi Riyamah tak ingin hanya mengintip, maka disandarkan nya badan di sisi pintu yang setengah terbuka dengan melipat tangan nya di depan dia menikmati tontonan panas yang disuguhkan oleh suaminya terhadap anak kandungnya.
"Mmmmmmhhh,, ayo sayanggg abah yang goyangggghhhh"
"Abah semalaman kamu tinggalin kuliahhh,,, dan sekaranghh abahh minta jatahhhh" pinggul haj Muhidin terus memompa lembut tanpa henti seolah umur masih 20 an dia terus mereguk kenikmatan dari lubang syurgawi milik putrinya.
"Flockkk!!!"
"Flockkkkk!!!!" suara yang dihasilkan oleh dua kelamin yang sedang asik terdengar begitu jelas di telinga umi Riyamah, karena kebetulan juga pagi itu masih sangat sepi di sekitaran rumah.
Tanpa memperdulikan sekitar, tubuh haj Muhidin merunduk sambil terus menghajar liang kenikmatan, tangan nya merogoh daster bagian depan putrinya, karena daster berwarna abu-abu itu hanya mampu terbuka sampai dada dan bahkan tak bisa untuk mengeluarkan bongkahan susu sekal maka dirobeknya dengan kedua tangannya.
"Brettttt!!!!" keluarlah dua benda mulus yang jadi idaman para laki laki di kampung dukuh dan belum pernah mereka lihat apalagi dijamah.
Diremas remas dengan lembut pun tidak membuat Rumanah membuka matanya, ia masih ttergolek lemas.
"Mmmhhhhh!!!! Ayo sayang nikmatihhhhh, oughhhhhh" terus menggenjot selama lima belas menit akhirnya tubuh haj Muhidin mengejan dan menyodok kan pinggul itu keras keras sehingga tubuh putrinya terdorong menyusup ke dalam bantal.
"Hahhhh, hahhhhh, achhhhhhhh" peluh menetes dari dahinya, tubuhnya ambruk menimpa anak gadisnya, terlihat penisnya masih menancap kuat di vagina. Umi Riyamah seakan tak percaya bahwa penis itu masih sebesar sebesar sebelum ditancapkan, dan "flopsssh", cairan itu meleleh keluar deras.
Tak lama haj Muhidin menyadari kehadiran seseorang yang sedaritadi ada di pintu,
"Umi? Udah cantik aja,, mau kemana?" sambil jarinya mengobok obok lubang nikmat untuk mengeluarkan cairan didalamnya.
"Mau ke pengajian bah,,, abah ga puas ya semalam?" tersungging senyuman manis di bibirnya.
"Puas mihhhh,,, cuman kangen aja sama ininya Rumanah,," vagina itu dimainkan pakai jempol dan terlihat seperti kue mufin isi mayonaise.
Sambil beranjak meninggalkan ranjang tanpa sarungnya haj Muhidin berjalan mendekati istrinya. Penis besar mengangguk angguk mengikuti langkah pemiliknya. Ia mendekati istrinya hingga sangat dekat dia meletak kan tangan kirinya,
"Abahhhh,,,," umi Riyamah menegur suaminya yang sepertinya masih sangat bernafsu.
Dan Sretttt brakkkk!!!!! Ditariknya tubuh istrinya ke dalam dan menutup pintu dengan kakinya.
Di pagi yang masih lengang di kampung dukuh, seorang wanita berusia 38 tahunan sedang bersiap dengan riasan anggun untuk menghadiri sebuah pengajian. Kerudung biru yang tersemat di kepala menutupi sampai dada, perpaduan cantik dengan gamis warna ungu hanya tinggal polesan bibir warna pink dan selesai.
Di usia yang tak lagi muda umi Riyamah memutar tubuhnya sambil sesekali bertingkah centil di depan cermin,
"Duhh, makin lama kok makin sekel nih tubuh,,, hihiiii"
Setelah selesai mengagumi diri di cermin dia mengambil tas yang tergeletak di atas meja rias dan bergegas keluar kamar.
Entah kenapa tak seorang pun ia temui pagi ini, apakah dia yang kesiangan untuk memulai aktifitas sehingga semua orang sudah pergi, atau dia nya yang terlalu pagi untuk memulai. Ahh tidak mungkin, inikan masih jam enam seperempat lagipula ini hari minggu jadi di pastikan dia yang terlalu pagi.
Dipanggilnya sang suami Haj Muhidin yang sejak subuh sudah tidak ada di sampingnya, bahkan meninggalkan tubuhnya telanjang bulat tanpa tertutup selimut,
"Abahhhh? Abahhh di mana?" matanya menyusuri setiap sudut ruang tamu bahkan ruang makan,,,
"Bahhh,, Umi mau berangkat nihh,,,"
"Kok ga ada ya, biasanya jam segini si abah lagi ngejogrok di dapur baca koran sambil ngopi?" belum puas pertanyaan itu didengarnya suara sapu lidi di belakang rumah.
"Coba deh aku tanyain ujang,(sambil berjalan menuju halaman belakang) Kang Ujangggg,,, lihat-lihat abah ga?"
"Ehhh iya nyonya kenapah?" ujang yang sedang bersenandung ketika menyapu kaget dan tak mendengar dengan jelas pertanyaan nyonya rumah.
"Kang ujang liet abah ga tadi? Soalnya dari subuh ga ada" umi Riyamah mencoba mengulang pertanyaan nya.
"Hmmmm maaf nyahh, setau saya dari subuh ujang di sini ga lihat tuh,,, apa mungkin lagi mandi?"
"Ishhh kang ujang, ga mungkin mandi dari subuh sampe sekarang belum selesai,, bisa mengkerut batang nya,,"
"Hehe maaf nyah, akang ga tau" jawabnya cengengesan.
"Yaudah tinggalin dulu nyapunya,, cuci tangan trus pergi ambil tumpukan baju di ruang tengah yang udah saya setrika bawa ke mobil,," perintahnya.
"Siap nyah!" deletakan sapu itu di samping pohon dan segera menuju ke kran sebelah rumah.
Sejam lagi baru berangkat umi Riyamah masih penasaran ke mana sebenarnya tua bangka itu saat ini, biarpun tua bangka dia juga yang memberi kepuasan batin bahkan tak bisa dipungkiri dia ketagihan walau jatah hanya dua kali seminggu.
"Ini Rumanah juga ke mana jam segini kok belum bangun,,, Rummm? Rumana bangun sayangggg,,, ga baik anak gadis bangun siang siang" sambil membereskan meja dapur yang penuh dengan kertas tugas kuliah Rumanah.
"Dasar pemalas,,, mau umi seret turun dari ranjangnya baru tau rasa tuh anak"
Umi Riyamah segera naik ke lantai dua di kamar putri tiri nya yang ternyata masih tertutup rapat. Di bukanya pintu kamar dan Rumanah masih tertidur, namun ketika pintu itu semakin melebar, panggilanya terhenti,
"Rumm,! Ehhhh" umi Riyamah terperanjat melihat Rumanah tengkurap dengan posisi agak menungging dan daster serta jilbabnya acak-acakan, yang lebih mengejutkan bagian bawahnya tersigkap sampai ke perut serta vaginanya terlihat ceceran cairan kental putih yang meleleh turun di selakangan nya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan anak tirinya,,, belum sempat membuka lebar pintu tiba-tiba ada seseorang yang berjalan mendekati ranjang anaknya sambil memegang kamera digital dia memotret vagina becek yang terlihat menggairahkan.
"Astaga abahhh?!" bisiknya pelan.
Seolah Haj Muhidin tak mengetahui pintu yang sedang terbuka sedikit, dia meletakan kamera digital di atas ranjang dan mulai mengocok penis besarnya, terlihat berurat dan berdiameter 5 cm seolah penis itu siap melubangi sasaran nya. Diangkatlah pinggul anak nya yang ternyata sudah sangat lemas dan pasrah, sepertinya permainan itu terjadi sudah sangat lama, nampak dari wajah anaknya yang tak bereaksi ketika pinggulnya diangkat agak tinggi.
Momen penetrasi pun di mulai, penis yang sangat gagah sudah siap di hadapan lubang vagina yang masih mengucurkan sisa cairan kental, sedetik kemudian "bleshhhhkkk" amblas lah penis itu mendorong sisa cairan yang didalam semakin keluar. Bibir vagina Rumanah yang mulus bersih terlihat tertarik masuk seiring penetrasi yang dilakukan abahnya. Rumanah hanya memperlihatkan ekspresi menahan rasa nikmat, dan umi Riyamah tak ingin hanya mengintip, maka disandarkan nya badan di sisi pintu yang setengah terbuka dengan melipat tangan nya di depan dia menikmati tontonan panas yang disuguhkan oleh suaminya terhadap anak kandungnya.
"Mmmmmmhhh,, ayo sayanggg abah yang goyangggghhhh"
"Abah semalaman kamu tinggalin kuliahhh,,, dan sekaranghh abahh minta jatahhhh" pinggul haj Muhidin terus memompa lembut tanpa henti seolah umur masih 20 an dia terus mereguk kenikmatan dari lubang syurgawi milik putrinya.
"Flockkk!!!"
"Flockkkkk!!!!" suara yang dihasilkan oleh dua kelamin yang sedang asik terdengar begitu jelas di telinga umi Riyamah, karena kebetulan juga pagi itu masih sangat sepi di sekitaran rumah.
Tanpa memperdulikan sekitar, tubuh haj Muhidin merunduk sambil terus menghajar liang kenikmatan, tangan nya merogoh daster bagian depan putrinya, karena daster berwarna abu-abu itu hanya mampu terbuka sampai dada dan bahkan tak bisa untuk mengeluarkan bongkahan susu sekal maka dirobeknya dengan kedua tangannya.
"Brettttt!!!!" keluarlah dua benda mulus yang jadi idaman para laki laki di kampung dukuh dan belum pernah mereka lihat apalagi dijamah.
Diremas remas dengan lembut pun tidak membuat Rumanah membuka matanya, ia masih ttergolek lemas.
"Mmmhhhhh!!!! Ayo sayang nikmatihhhhh, oughhhhhh" terus menggenjot selama lima belas menit akhirnya tubuh haj Muhidin mengejan dan menyodok kan pinggul itu keras keras sehingga tubuh putrinya terdorong menyusup ke dalam bantal.
"Hahhhh, hahhhhh, achhhhhhhh" peluh menetes dari dahinya, tubuhnya ambruk menimpa anak gadisnya, terlihat penisnya masih menancap kuat di vagina. Umi Riyamah seakan tak percaya bahwa penis itu masih sebesar sebesar sebelum ditancapkan, dan "flopsssh", cairan itu meleleh keluar deras.
Tak lama haj Muhidin menyadari kehadiran seseorang yang sedaritadi ada di pintu,
"Umi? Udah cantik aja,, mau kemana?" sambil jarinya mengobok obok lubang nikmat untuk mengeluarkan cairan didalamnya.
"Mau ke pengajian bah,,, abah ga puas ya semalam?" tersungging senyuman manis di bibirnya.
"Puas mihhhh,,, cuman kangen aja sama ininya Rumanah,," vagina itu dimainkan pakai jempol dan terlihat seperti kue mufin isi mayonaise.
Sambil beranjak meninggalkan ranjang tanpa sarungnya haj Muhidin berjalan mendekati istrinya. Penis besar mengangguk angguk mengikuti langkah pemiliknya. Ia mendekati istrinya hingga sangat dekat dia meletak kan tangan kirinya,
"Abahhhh,,,," umi Riyamah menegur suaminya yang sepertinya masih sangat bernafsu.
Dan Sretttt brakkkk!!!!! Ditariknya tubuh istrinya ke dalam dan menutup pintu dengan kakinya.