Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY - TAMAT Slamet kan aku

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
YANG MUDA YANG BERSAHAJA



Hari ini aku harus bimbingan lagi dengan pepaya tua. Masih terbayang pepaya yang ternyata masih belum keriput. Putih mulus tanpa cacat. Kaya nya sih kaya gitu ya. Kan aku belum melihat jelas, masih sedikit terhalang. Waduh kok tiba-tiba aku malah bayangin dosen pembimbingku itu. Seharusnya gak boleh kan ya. Ini dosa, dosa seperti saat kita tidak tidak melakukan ibadah. Tapi aku rasa akan lebih dosa lagi kalau aku sampai membiarkan ini berlalu begitu saja. Harus aku nikmati pepaya tua itu. Apa lagi bentuknya masih menggairahkan. Mungkin nanti saat bimbingan aku tidak usah memakai celana dalam dan tidak usah menutup resletingku. Sepertinya akan menjadi cara yang tepat. Karena aku yakin bu Erlita pasti akan sangat tertarik dengan isi celanaku. Apalagi bentuknya yang sangat unyu.

"Sayang lagi dimana?"

Ada sms dari no baru, panggil-panggil sayang juga. Siapa kira-kira ya, apa lagi selama ini Janah jarang memanggilku sayang. Atau mungkin cuma orang iseng aja ya. Lagian manusia sekeren aku pasti banyak yang ngefans kan. Sudah lah biarin aja lagian gak penting juga. Eh tapi kalau ternyata cewek cantik rugi bandar aku kalau sampai aku diemin.

"Dirumah sayang, kenapa?" balasku

Ya biarpun aku tidak tau siapa yang sms, tapi karena dia memanggil aku sayang ya harus dibalas dengan sapaan sayang. Biar romantis gitu. Super Slamet kan memang manusia yang romantis kepada semua orang. Termasuk dengan Dolmen maupun Anggun.

Eh ngomong-ngomong tentang Anggun, apa kabar dia ya, udah beberapa ini aku gak ada kasih makan dia. Toh dia kan makhluk yang mandiri, lagian kan dia udah punya suami sekarang. Harusnya suaminya kan yang bekerja keras untuk dia. Mungkin juga sekarang anak si Anggun sudah menetas. Aku jadi penasaran seganteng apa anaknya. Mirip aku apa mirip Anas ya. Jangan deh kalau sampai mirip Anas, pasti bentuknya sangat aneh. Amit-amit jabang bayi Tuhan.

"Aku kangen sayang."

Ada balasan lagi dari manusia misterius. Ngomong sayang pula, ternyata masih ada yang mau ngangenin aku ya. Apa aku suruh dia kerumah aja ya, mumpung bapak ibuku lagi gak dirumah. Kan lumayan bisa secelup dua celup dulu. Lagian kan pare berototku udah lama gak merasakan kerang mentah yang tanpa koresterol.

"Kesini aja kalau kangen, mumpung aku di rumah sendirian."

Ngomong-ngomong jam berapa sekarang ya, aku ada bimbingan dengan bu Erlita lho, siapa tau bisa lihat pepaya dosen pembimbing ku itu lagi. Waduh ternyata udah siang, udah waktunya aku untuk berangkat ke kampus. Kalau terlambat bisa jadi calon sarjana ini akan dianulir jadi sarjana.

"Eh gak usah jadi ya, aku mau ke kampus dulu, nanti aja habis aku dari kampus." kembali aku kirim pesan ke no tidak dikenal itu.

Berhubung waktu sudah tidak mencukupi untuk aku mandi, terpaksa mandinya dipending dulu aja. Yang penting udah cuci muka dan gosok gigi, serta tak lupa pakai parfum biar tetap wangi. Karena wangi itu adalah kewajiban. Bahkan sebelum tidurpun aku harus tetap pakai parfum, siapa tahu nanti di mimpi aku ketemu dengan cewek cantik. Jadi aku akan tetap wangi.

Setelah persiapan selesai, aku pacu dolmen dengan kecepatan penuh. Kecepatan penuh dolmen sama dengan kecepatan penuh sebuah andong yang ditarik oleh kuda. Cuma bedanya kalau kuda harus dicambuk biar bisa kenceng, si Dolmen harus dielus-elus kepalanya biar bisa kenceng. Terus jangan lupa digoyang-goyang, jadi kecepatannya bisa maksimal.

Karena Dolmen sedang bersemangat, jadi tidak lama aku udah nyampe parkiran kampus. Tapi kok tumben sepi parkiran kampus ini. Cuma ada tukang kebon yang sedang membersihkan taman dekat parkiran aja.

"Kok tumben sepi pak parkirannya, kaya hari libur aja." tanyaku

"Iya kan memang hari Minggu mas." jawabnya

Oh ternyata hari Minggu, aku baru tau kalo sekarang itu hari Minggu, biasanya kan udah hari Senin, tapi kenapa ini masih hari Minggu aja. Sudahlah biarin aja, toh demi cita-cita, hari Minggu pun aku harus tetap bimbingan. Biar cepet lulus gitu.

"Oke pak, saya duluan ya." pamitku

Aku bergegas menuju ruang dosen, tempat aku akan memadu kasih dengan bu Erlita, itu juga kalau gak luput lho ya. Lagian kan ini hari Minggu jadi pasti ruang dosen sepi. Lumayan lah bisa memadu kasih dulu.

Aku berjalan menyusuri lorong menuju ruang dosen. Ya seperti dugaanku, memang sepi banget hari ini. Tumben gak ada satu batang hidungpun yang tampak. Tapi gak jadi tumben deh, ini kah hari Minggu, jadi pasti mereka sedang berlibur, atau santai-santai gak kaya aku yang masih pusing-pusing.

"Aahhh, ahhh, ahhh."

Baru mau sampai ruang dosen dijurusanku terdengar suara rintihan dari dalam. Suara seperti orang yang kepedasan, tapi gak tau bener atau tidak. Karena penasaran aku coba mengintip dari jendela. Ternyata agak susah juga ya, karena jendela tertutup dengan gorden. Aku harus bekerja keras hanya untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya.

Setelah bersusah payah, akhirnya aku berhasil melihat apa yang terjadi di dalam ruangan. Ternyata dosen yang menjadi pembimbingku sedang bermain dengan titit-titit an. Kecil dan imut, bahkah lebih kecil dari cacing imutku sebelum bermetamorfosis menjadi pare berotot.

Tangan kanannya memainkan titit-tititan itu, sedangkan tangan kirinya meremas-remas pepaya dari luar bajunya. Dasar orang gendeng, masa kaya gitu gak dirumah atau kamar mandi aja. Atau jangan-jangan dia sedang membayangkan aku. Kalau saja hp ku bisa buat rekam pasti sudah aku rekam adegan ini. Kan lumayan bisa senjata biar skripsiku bisa dipercepat. Atau sepertinya aku punya ide yang brilian. Sepertinya ini kesempatanku untuk menikmati pepaya tua itu.

"Ahhhhh, Ahhhhh, ahhhh."

Kalau dilihat dari wajahnya, sepertinya bu Erlita sudah hampir sampai. Aku langsung menghentikan perbuatan tidak terpujiku, dan dengan senang hati mengetuk pintu ruangan yang tertutup.

"Selamat siang bu, boleh saya masuk."

Agak lama akhirnya aku diperbolehkan masuk oleh dosenku itu. Dan tanpa disuruh dua kali aku langsung masuk ke dalam ruangan. Dan duduk manis di depan meja kerja bu Erlita. Kalau dilihat dari wajahnya, sepertinya dia sedang sangat kesal, tapi kenapa harus kesal, bukannya dia baru saja bermain dengan titit-tititan, seharusnya wajahnya kan menjadi sangat ceria. Bukan malah kesal kaya gitu.

Ketika melihat wajah dosenku itu, pikiranku malah melayang tidak karuan, membayangkan apa yang aku lihat barusan. Desahan nafas yang sangat menggugah selera.

Aku menyerahkan proposal skripsiku supaya bisa dikoreksi oleh dosen pembimbingku ini, semoga tidak banyak coretan lagi seperti sebelum-sebelumnya. Dan ketika menerima proposal skripsiku tak sengaja tangannya menyentuh HP layar sentuh milik beliau. Maka terjadinya hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya.

"Aaaahhhh, terusss piiii, terussss." suara dari hp bu Erlita.

Watttdepukkk. Ternyata tadi dia maen titit-tititan sambil nonton bokep, panter saja matanya tidak pernah lepas dari atas meja. Ternyata dia sambil nonton bokep di Hp nya ya. Aku yang jelas sangat kaget dengan kejadian itu hanya bisa tersenyum. Sedangkan si Pepaya tua langsung mematikan film tersebut dan terlihat wajahnya yang kini memerah karena malu.

Ingin rasanya aku ngomong sini bu biar saya yang bantuin aja, tapi kalau benar aku melakukan hal itu bisa-bisa aku harus ganti pembimbing baru karena dosen pembimbingku tidak akan mau lagi menjadi pembimbingku. Jadi aku hanya bisa tersenyum tanpa bisa berkata apa-apa.

Namun sepertinya memang sudah rejekiku atau memang bu Erlita yang udah terlanjur malu ya. Yang ada dia sekarang malah ngomong mau minta tolong sama aku. Kalau bisa aku bantu sih pasti aku bantuin kok. Lagian kan biar dipermudah gitu urusanku.

"Mas Slamet tolongin saya ya." pinta bu Erlita

"Bisa bu, mau minta tolong apa?." jawabku

"Ehhhhmmm." dia sepertinya masih ragu-ragu untuk mengatakannya.

"Yang kaya di HP tadi mas." jawabnya sambil tersenyum

"Maksudnya bu?, yang terus, terus itu bu?."

"Boleh kok, mobil ibu dimana biar saya parkirin." imbuhku

Si pepaya tua sepertinya juga bingung harus memulai dari mana, namun terlihat dia mulai bangkit dari duduknya dan mendekat kearahku. Dia memegang hp layar sentuhnya dan memperlihatkan adegan seorang wanita yang sedang ditunggangi oleh pasangannya.

Setelah itu dia menuju pintu keluar untuk mengunci pintu. Kali ini suara detak jantungku terdengar lebih kencang dari pada suara jam dinding yang ada di tembok belakangku. Ternyata lebih menegangkan dari perkiraanku.

Bu Erlita mendekat kearahku. Tangannya kini sudah berada di pundakku. Aku yang masih dalam posisi duduk malah jadi bingung mau ngapain. Dia hanya tersenyum dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. Kalau udah begini aku terpaksa harus berteriak agar tidak diperkosa. Tapi nanti aja deh setelah aku berhasil menikmati kerang mentah milik Pepaya tua.

Aku membalas ciuman dari bu Erlita, lidah kami saling memainkan satu sama lain. Sesekali dia menggigit bibir atasku lalu menyedotnya. Ternyata orang tua ini memang jago dalam berciuman. Lidahnya menari-nari didalam rongga mulutku. Tangannya mulai membuka 1 persatu kancing baju yang aku pakai. Kini aku sudah bertelanjang dada. Meskipun perutku sedikit, eh bukan sedikit, tapi memang gendut, tetapi tidak mengurangi keseksian yang aku miliki.

Kini dia sudah duduk dipankuanku. Dia berada tepat di hadapanku. Bibir kami masih saling pangut, sedangkan tangan kanannya meraba-raba pare berototku dari luar celana. Dan tangan kirinya meraba kedua puting susuku secara bergantian.

Aku yang sudah dalam posisi puncak biarahi mulai melucuti pakaian yang dosen pembimbingku pakai. Tampak BH beranda bunga yang dia kenakan tidak mampu menampung pepaya yang ternyata masih benar-benar mulus. Pepayanya tanpa keriput sama sekali. Putih mulus dan terlihat urat hijau.

Tanganku kini sudah berada punggung bu Erlita, kini pengait BH yang dia gunakan sudah berhasil aku lepas. Pepaya tua itu menggelantung tepat di depan wajahku. Putingnya besar dan hitam, tetapi masih terlihat sangat indah. Puting kanannya sangat mancung sedangkan puting kirinya mancung ke belakang.

Aku jilati kedua puting itu secar bergantian, puting kirinya aku sedot dengan keras dan sesekali aku gigit. Sedangkan tangan ibu Erlita masih belum bosan meraba-raba pare berototku. Sepertinya dia kesulitan untuk mengeluarkan pare berototku dari celana. Ya benar bagaimana dia bisa membuka celanaku sedangkan saat ini dia masih duduk dipangkuanku.

Bu Erlita turun dari pangkuanku dan memintaku untuk melepas celana yang aku pakai, setelah aku tanpa sehelai benangpun dia berjongkok dibawahku dan mulai memainkan pare berotot. Pertama dia memainkannya dengan tangan, dia kocok-kocok pelan, lalu dia masukkan pare berotot ke dalam mulutnya. Mungil, tapi tersedot santa kuat. Lidahnya menari di pucuk pare berototku. Sesekali dia juga menyedot dua telur puyuh yang berada di bawahnya. Untuk kali ini dia mendapat nilai sempurna. Karena ini adalah yang terenak yang pernah aku rasakan. Lidahnya sesekali juga menjilati lubang anusku. Apa gak jijik ya, karena kalau aku pasti sudah muntah. Tapi memang sensasinya sangat berbeda. Yang yang keenakan hanya bisa mendesah menerima sensasi itu.

"Gedhe banget mas, bentuknya juga aneh." katanya

Aku hanya tersenyum mendengar pujian dari bu Erlita. Setelah puas memainkan pare berototku kini dia juga melucuri celana yang dia pakai. Hanya tersisa celana dalam bermotif bunga. Dia berdiri dan duduk di atas meja.

"Gantian ya mas." pintanya

"Iya bu."

Karena dia sudah memberikanku servis yang luar biasa, maka aku akan membalasnya dengan sesuatu yang luar biasa juga.

Pertama aku masih menjilati memeknya dari luar celana dalamnya. Sedangkan tangan kananku meremas pepaya yang ada di dadanya. Sesekali aku tarik puting kanan yang mancung kedepan.

"Enak bu?" kataku memastikan

"Aaaahhh, enak mas."

Aku melepas celana dalam yang dia pakai, karena kesulitan dia membantuku dengan mengangkat kedua pahanya. Di depan mataku saat ini terpampang jelas bentuk kerang mentah yang masih sempit, benar- benar sempit karena belum pernah digunakan untuk jalan melahirkan. Ya menurut cerita beliau anak-anaknya keluar lewat operasi.

Tampak benda sebesar kacang tanah menempel diatas kerang mentah itu. Tampa menunggu perintah aku mulai menjilati memek milik dosenku itu, sesekali aku sedot kacang tanah itu dengan agak kencang.

"Aaaahhh, ahhhhh, ahhhhh."

Terdengar suara erangan bu dosenku menggema dalam ruangan. Aku selipkan lidahku masuk ke dalam memek itu. Rasanya memang agak aneh, enak sekali.

"Masss Slllameeett, massuuukkinnn ajaaa, akkkuuu gaaakkk taaahaaannn." pintanya

Pare berototku sudah tegang dengan maksimal, tapi aku masih ingin berlama-lama memainkan tubuh dosenku ini. Aku tidurkan dia diatas meja kerjanya. Aku memainkan lidahku dari mulai memek, lalu naik ke pusar, pepaya kanan, lalu gantian pepaya kiri, leher, telinga kanan, geser ke telinga kiri dan berhenti di mulutnya. Kini kami kembali berciuman dengan sangat ganas.

Tanganku tidak mau tinggal diam, bahkan tanpa disuruh sudah berada di tempat-tempat yang sudah seharusnya. Kini tangan kiriku memainkan kacang tanah yang dimiliki bu Erlita, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya.

"Aaahhhh, ahhhhhh, ahhhh." desahnya semakin memburu

Kini tanganku tidak cuma berada di kacang tanah itu, bahkan 2 jariku sudah masuk dan mengocok lubang milik bu Erlita.

"Aaaahhhh, maaassss aakkkuuu mauuu keluaaarrr."

Mendengar dia mau keluar aku kocok lubang itu semakin cepat, dan tangan kananku juga ikut memperkeras remasan yang ada dipayudaranya.

"Aaaaaahhhh, aku keluar mas." katanya setengah menjerit.

Bu Erlita mulai mengatur nafasnya agar lebih stabil, nafas yang tadi memburu kini sudah mulai teratur. Dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepadaku.

"Terima kasih ya mas." katanya sambil memakai pakaiannya kembali

Lho kok malah dipakai lagi bajunya, terus apa kabar dengan pare berototku dong. Belum juga keluar, masih berdiri dengan gagahnya malah. Tapi kok bu Erlita malah udah pakai baju lagi.

"Iya bu." jawabku sambil tersenyum, meskipun dalam hati sebenarnya ingin protes kok gak diselesein sekalian punyaku.

Bu Elita kembali tersenyum dan mengatakan kalau untuk bimbingan selanjutnya dilakukan dirumahnya seja, sedangkan untuk pare berototku sepertinya akan mendapatkan jatah lain kali, karena beliau kecapean.

Ya sudahlah nasib bercinta dengan orang tua yang memang seperti ini. Siap gak siap, enak gak enak ya dinikmati saja, yang penting aku bisa cepat lulus kuliah.
 
Terakhir diubah:
Jan, ra iso pertamax... :huh:
matur tengkyu met wis apdet, tapi sayang sekali, untuk ke sekian kali nya paremu ga bisa dioperasionalkan... Wekekeke
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd