Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Shinta jadi Simpanan

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Aku ingin kamu Shinta

3 tahun berlalu,

Aku terhanyut oleh sentuhan Om Liem dan ini ini selalu terjadi padaku, pada Tubuhku. Nafsu liarku akan selalu naik dan berreaksi jika bersentuhan dengan Pria ini. Aku menyukai setiap sentuhan Om Liem, aura dingin dihadapan orang lain. Aku pernah merasakannya, saat dia mengintimidasiku dan aura panas dan hangat membuatku hanyut dalam membuatku memiliki keluarga. Aku membuka Bibirku dan memenerima belitan Lidah Om Liem, dan menyusupkan Jari-jariku pada Dada Om Liem dan mengusapnya. Cinta kami selalu meledak pada hasrat yang membakar kami. Akupun terlihat begitu gugup sampai-sampai aku agak gemetaran ketika mulut kami saling beradu. ” Aaaaggghh…. aaaaaagggghhhh…. aaaaaggggggghhh… pak… ja..ngan… aaaaagggghh.. ” Om Liem terus saja memainkan lidahnya dalam mulutku.

Aku rasa dia tahu kalau sebenarnya aku begitu menikmati adegan layaknya kami lakukan. Ketika tangan Om Liem mulai mengusap-usap tubuhku, saat itu juga aku mendesah semakin panjang ” Ooouuuggggggghhhh…. oooouuugggghhh…. aaaaagggghhh…. aaaagggghhh…. sa.. yang… aaagghh… ” Mendengar aku memanggilnya sayang Om Liem selalu semakin buas meremas buah dadaku dan juga menyentuh setiap bagian sensitifku yang belum pernah aku rasakan ini sebelumnya. apalagi etika Om Liem memperlihatkan Penisnya padaku sontak saja aku tertegun. Penis itu adalah hal yang membuatku terlena. Om Liem pun berusaha merayuku ” Sayang.. aku akan bertanggung jawab sa.. yang… ” ucapnya. Padahal kami sudah menikah dan memiliki satu anak, aku mempersilakanya.

Dengan perlahan Om Liem memasukkanPenisnya pada Vagina, “Jbless..” dan aku menutup mulutku sambil memejamkan mataku. Nikmat kurasa dalam Vagina begitu dia menggoyang pantatnya. Perlahan Om Liem bergerak maju mundur saat itulah aku terasa di awang-awang ” Ooooouuuggghh…. ooouuuuggghhh…. ooouugghhhhh… pak… te.. rus… nik.. mat… aaaaggghhh…. ” Dia semakin cepat bergerak di atas tubuhku. Sementara aku berusaha mengimbanginya dengan caraku sendiri, dan aku rasa caraku berhasil karena tidak lama kemudian aku lihat Om Liem mengejang. Om Liem semakin dalam menekan Penisnya. Sampai akhirnya diapun menyemburkan lendir kenikmatan dari dalam Penisnya ” Oooouugggghhh… ooouuuggggghhhh… ooooouuuugggghh… ooouuugghhh… ” Saat itulah dia dekap tubuhku semakin erat dan akupun membalasnya dengan lebih hangat lagi dalam hatiku.

Keesokan Paginya, Om Liem pergi ke Kantor. Entah apa yang terjadi padanya, Om Liem pernah pergi 4 Bulan. Hendra anak pertamanya mengambil tanggung jawab kerjanya. Saat kembali, wajah dan tubuhnya jauh lebih muda. Saat aku bertanya, ia mengatakan ia melakukan perawatan pada tubuhnya sendiri dan yang terjadi Om Liem makin perkasa. Aku selalu kalah padanya, memang sebelum 4 Bulan menghilang. Kemampuan Seks dan lainnya Om Liem cukup menurun, bahkan ia tidak bisa mengendong Michael anak kami lebih dari dua jam. Namun kini ia menjadi lebih kuat, bahkan seks kami, aku selalu kesulitan mengimbanginya. Aku memang selalu bingung dalam memikirkanmu, aku pergi ke Kampus.

2 tahun lalu cuti. Meski harus membayar lebih kini aku mengejar ketertinggalan dalam pekerjaan. Aku kini sudah menulis skripsi, aku harus lulus sebaiknya. Alasan ada satu hal, aku ingin anakku tidak merasa rendah diri padaku. Aku sangat takut jika di Masa Depan rendah diri melihat Usia Mama dan Papanya sangat jauh. Stelah konsultasi Skripsi pada Ibu Dinar, aku menenangkan diri di Cafe dan melakukan pertemuan dengan Rissa sudah menungguku bersama Selly. Sudah 2 tahun, aku belum bertemu Rissa. Aku melihat mereka sudah berdiri pada suatu cermin dan berfoto. Mereka mengunakan daster namun memang tetap cantik. Setelah aku sampai aku terkejut, mereka sedang hamil.

“Kalian hamil?” ucapku sambil mendekati keduanya, keduanya menoleh dan mendekatiku. “Iya, kita hamil. Namanya main sama pasangan sendiri jadi hamilkan tidak dilarang.” ucap Selly sambil mendudukan diri ke kursi. Demikian dengan Rissa yang duduk bersama Selly, sementara akau pergi sebentar untuk memesan makanan berat dan minuman. Waktu memang sudah menunjukan makan siang. Kemudian aku duduk kembali ke tempat yang sudah ada mereka. Mereka tampak asyik berbincang. Rissa melihatku dan menyapaku, “Gimana Skripsinya udah Bab berapa?” tanya Rissa dengan ramah. “Gw kan cuti 2 tahun, sekarang udah selesai Bab 1 jadi. Butuh 3 Bulan untuk menyelesaikan Skripsi Gw.” jawabku. Jatuh bangun kehidupan, membuat pendidikanku menjadi tersendat.

Meski Selly, 2 tahun lebih tua. Ia bahkan berkerja dahulu menjadi SPG Mobil, lalu lulus kemudian menjalani profesi kembali. Sedangkan Rissa adalah jelas, ia memiliki kesulitan ekonomi. Om Liem yang kini menjadi suamiku memanfaatkannya. Ia menjadi sekertaris dan kemudian menjadi simpanan Pak Irda yang merupakan rekan bisnis. “Kandungan kalian udah usia berapa bulan?” tanyaku menuntut jawaban dari keduanya. “Udah 5 Bulan mertua, kalau Rissa sekitar 6 Bulan tuh. Kamu masa gak seneng. Gw sama Rissa Hamil gini.” kata Selly. Tidak lama,makanan mereka datang. 10 menit kemudian makananku datang. Pembicaraan terhanti, kami makan tanpa membicarakan hal yang lain. 40 menit, makanan sudah selesai kami santap, dan pelayan sudah mengambil piring kami.

“Seneng kok, hanya udah lama ja kita gak ngumpul. Jadi kelihatan kuper banget Gw.” Kataku, sambil menyedot Ice Cappucinno yang kupesan. Rissa kini sudah memiliki 1 anak dengan Pak Irda, hidupnya cukup berliku. Sejak kedatangan dirinya saat hamil 4 bulan, ia sempat tidak diterima oleh ayah dan ibunya. Namun tanggung jawab sebagai seorang anak yang tertua, membuatnya melakukan langkah maksimal. Ia masih mengirimkan uang bulanan untuk keluarganya. Bahkan ia paling cepat beradaptasi dengan kehidupan ala kaum sosialita atau berduit. Meski tidak dilahirkan, dari ekonomi kelas atas.Rissa bisa dikatakan masuk dari Sosialita kelas lain yang berisi kaum tidak dikenal, namun memiliki kecantikan, bahkan kumpulan simpanan dan pelacur kelas atas.

Dimana mereka menjalani kehidupan yang mewah, jika di kota M. Rissa menjalani dengan para pasangan pengusaha dan pejabat. Di Jakarta aku dan Selly merasakan kehidupan ini, kehidupan yang jauh berbeda dari dulu. Rissa kini menjadi istri Pak Irda, ia tidak perlu berkerja menjadi sekertaris Pak Irda. Hubungan dia dan Pak Irda, menumbuhkan benih cinta pada Rissa. Ketika ia melakukan periksa ulang, ia sudah hamil 4 Bulan, tepat 2 hari sebelum ia datang untuk menengok kelahiran anak aku dan Selly. Ia melanjutkan hubungannya, siapa sangka. Pada suatu malam, ia sedang mengadah dan menikmati permainan Pak Irda atas tubuhnya. Istri Pak Irda mempergokinya, Pak Irda hanya berteriak untuk dia keluar dan jangan menganggu mereka.

Pak Irda tidak mempedulikan, ada malu dari dirinya. Namun karena sudah kadung dibawah nafsu keduanya masih melanjutkan hubungan suami-istri tersebut. Desahan dan permainan panas menjadi kepuasan bagi keduanya. Ketika Pak Irda menyelesaikan persetubuhan dengan Rissa dalam kantor, ia mengatakan untuk menceraikan istrinya. Rissa pun mengetahui bahwa pernikahan dengan Pak Irda adalah bagian dari kesepakatan. Ia bahkan tidak menghasilkan anak, Pak Irda mencoba segalanya namun sering kesulitan dan berhasil digagalkan oleh istrinya. Karena itu begitu Pak Irda timbulah keinginan memiliki Rissa, tepat setelah menghamilinya. Ia membawa Rissa ke Kota M dan mencoba menyetubuhinya. Rissa diperkerjakan baik menjadi sekertaris pribadi maupun menemaninya dalam dalam pekerjaan.

Entah kenapa Rissa menjadi menyukai hubungan ini, mungkin karena hanya Pak Irda tidak memindahtangankan dirinya. Rissa menjadi kepunyaan Pak Irda, selama 4 Bulan Rissa hamil dan Pak Irda memintanya mempertahankan kehamilannya. Awalnya ia tidak berniat untuk hamil dengan Bossnya dan mengira kehamilannya akan dibenci oleh Bossnya. Lebih dari 3 tahun yang lalu, Ia dengan perasaan takut, ia memberikan Testpack dan surat pemeriksaan keduanya. Sebuah permeriksaan pasti tentang kehamilan dirinya. Pak Irda amat senang, dan dia tersenyum dan mengajak Rissa pindah dari Kost Eksekutif menjadi Rumah Kontrakan yang cukup bagus di Pinggiran Kota M. Disana Pak Irda tinggal menjaga Rissa, dan kehidupan panas mereka semakin dalam.

Kini Rissa menjadi Sekertaris merangkap Pacar dari Pak Irda. Bahkan harus menerima keadaan Perutnya Membuncit, dan baru menikah tepat saat kandungan mencapai 7 Bulan. Sebetulnya Rissa bersedia untuk menjadi Istri Siri namun bahkan menerima bisikan dan sindiran dari Pegawai Perusahaan Pak Irda yang menyidir dirinya. Rissa turut andil akan kejadian ini, Ilmu yang didapatkan membantunya meski kehidupan dan adegan ranjang yang membantunya mengangkat kehidupannya dan keluarganya. Kini ia menjadi Nyonya dari Pak Irda yang menjadi pengusaha baik untuk level nasional dan internasional sama dengan Aku dan Selly. Aku memilih berkuliah, meski tanpa melanjutkan perkuliahan aku tetap sejahtera. Akan tetapi lebih baik bersiap, untuk Michael anakku yang menjadi simbol cintaku dan Om Liem.

Om Liem, aku masih memanggilnya dengan sebutan itu. Tidak ada perbedaan saat kami berdua atau tempat lain. Hanya ketika bersama Keluarga atau Rekan Kerja, aku akan memangil Sayangku atau Papa. “Papa” bermula saat Om Liem mengelus Perutku yang masih mengandung saat Michael masih tubuh dari Rahimku. Sejak itu, seakan terbentuk sebuah kesepakatan agar tidak terlihat Om Liem selalu memaksaku untuk menjadi istrinya. Kedua agar Michael tidak merasakan bahwa dirinya berbeda dengan ketiga Kakaknya yang sudah memiliki keluarga dan kehidupan masing-masing, meski perlu diketahui bisa dikatakan status sosial kami dulu berbeda, Om Liem yang membuatku kembali merasakan kembali kehidupan mewah yang utuh.

“Bukannya, anakmu baru selesai ASI ya?” tanyaku pada Selly kemudian melirik Rissa. “Iya, Natasha udah selesai. 1 Tahun lalu, mana Ivan kan nafsunya besar. Dia juga 2 kali ketahuan perawanin SPG Mobil. Akhirnya Gw kasih aja, lebih banyak jatah. Eh Pas lagi, jadi punya adik deh Natasha.” ucap Selly sambil mengelus perutnya. Selly menjadi amat produktif jika menyangkut melayani Ivan, ia tahu Ivan sangat mengilai Perempuan Cantik dan Sexy maka dia harus bisa memenuhi semua itu. Aku bisa dikatakan Ibu Tiri, tidak bisa berbuat banyak. Sementara Ivan dan Om Liem tidak memelihara Perempuan lain, atau tidak menghamili Perempuan lain maka Ivan juga Om Liem tidak bisa melepaskan kami.

“Kalo Gw, ya namanya sudah terikat dan saling cinta. Gw pun mau sih.” ucap Rissa sedikit malu saat memberitahu kenapa hamil terlalu cepat. Aku terdiam, sejujurnya Michael memang pernah menanyakan kenapa dia tidak memiliki adik. Memberikan Adik pada Michael bukan pekara sederhana. Pertama karena Om Liem semakin tua, membuatku Khawatir apakah bisa aku memberikan 3 anak pada Om Liem. Kedua adalah Om Liem yang sempat menghilang, 4 Bulan ia menghilang dengan sebuah kertas mengatakan ia harus pergi dulu. Aku menduga ia mencintai Perempuan lain atau ia terlibat masalah dengan negara. Namun Hendra menyakinkanku bahwa tidak ada masalah lain, selain masalah yang harus diselesai ayahnya.

Aku menunggu dan mencoba sabar atas keadaan ini, beberapa bulan kemudian Om Liem datang dengan penampilan yang berbeda. Tubuhnya jauh lebih kuat demikian juga kemampuannya dalam seks mampu membuatku mabuk kepalang. Namun karena aku masih berkuliah, aku masih meminta Om Liem memakai Kondom atau memperbolehkan aku meminum Pil Kontrasepsi. Kami makan, sambil Ngobrol. “Terus, Ris. Bagimana Mantan Istri Pak Irda marah ke Loe pas tahu kamu udah hamil?” tanyaku sambil memotong Telur Ceplok dari Nasi Goreng yang ada didepanku. Rissa yang mengelus Perut Buncitnya, ia tersenyum kecut. Dia marah, dan mau menyerang Gw. Dia berhasil pisahankan Gw sama Om Irda dan namun Om Irda panggil Bodyguardnya untuk menyelamati Gw.” ujar Rissa singkat.

“Gw dibawa ke balik ke Kantor kemudian disuruh rapihkan pakaian. Kemudian Gw diminta di Rumah dulu sampai besok.” ujar Rissa menlanjutkan ceritanya. Aku merasa bersalah ketika mendengarnya, kejadian Rissa menjadi pemuas nafsu sebelum menjadi Istri adalah andil aku yang tidak mengetahui suamiku bertindak seperti itu. Menurut Rissa, Pak Irda pulang dan membela Rissa kemudian menceraikan istrinya dengan banyak perjanjian. “Pak Irda kasih uang cukup banyak, ternyata itu adalah persiapan untuk menceraikan istrinya dulu asal ia bisa menguasai semua Bisnis dan Usaha sejak lama.” kata Rissa. “Kenapa Pak Irda tidak mau membaginya?” tanya Selly menjadi antusias dengan cerita Rissa. “Pernikahan Pak Irda cuma melanggengkan bisnisnya, karena Pak Irda gak punya modal. Ternyata Pak Irda mampu mengembangkannya.”

“Semakin kaya, Pak Irda ingin lepas namun ia mempelajari dulu kesepakatannya. Ternyata ada cukup sulit, makanya baru berhasil waktu aku hamil 5 bulan.” ujar Rissa. Itulah cerita Rissa, berbeda dengan Menantu Tiri yang juga merupakan Sahabatku Selly. Ia bisa dibilang orang yang menjadi simpanan yang berbahagia. Ia memang memiliki rasa cinta untuk Ivan yang merupakan anak dari Om Liem. Namun ketika pergi bersama Ivan untuk sekedar Hangout membuatnya untuk bersetubuh dan dibawa ke Bali untuk menemaninya. Disana cinta dan nafsu menjadi satu, dan menghasilkan anak mereka yang hanya berusia 1 Bulan dibawah Michael. Bahkan ketika aku bertemu kembali dengannya ia hamil sama seperti sekarang.

“Kamu tidak mau hamil lagi?” tanya Selly kepadaku. Aku terdiam kemudian mengelengkan kepalaku. “Aku belum mau, Michael masih kecil.” ucapku. “Kecil, tapi Michael pernah ke Aku Minggu lalu pengen lihat Mamanya hamil.” Ujar Selly. Ucapan Selly membuatku terkejut, karena beberapa jam yang lalu Michael mengatakan bahwa ia ingin memiliki adik. Rupanya saat Pergi bersama Papanya, ia sempat melihat Kantor. Michael sempat melihat Selly sudah hamil 5 Bulan. Itu berberapa hari yang lalu. Aku tahu kenapa Michael sangat meinginkan adik, namun aku belum mau hamil kembali karena aku belum merasa siap. Singkat cerita aku pulang dan mandi setelah pulang ke Rumah.

Karena gerah, aku mandi. Ketika di kamar mandi. samar-samar aku mendengar ketukan pintu. Siapa, pikirku sambil segera mengenakan kimono dari bahan handuk yang pendek, sekitar 20 cm diatas lutut. Aku membukakan pintu. Om Liem terkejut melihat kondisi aku yang baru selesai mandi. Tinggiku sekitar 170 cm. Rambutku tergerai Sepunggung. ajah ku cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah, itu kata Om Liem Karena kimonoku pendek, maka paha dan betis ku tampak dengan jelas.Kulitku kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulku besar melebar. Pinggangku kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dadaku belum sempat kuikat secara sempurna, menyebabkan Belahan Payudaraku yang montok itu menyembul di belahan baju, Putingku membayang di kimonoku.

Aku belum sempat mengenakan bra. Leherku jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhku. Dari samping Payudara begitu menonjol dari balik kimonoku. Om Liem berjalan mengikutiku menuju ruang makan. Pasti dia memperhatikan gerak tubuhku dari belakang. Pinggulku yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi, aku tahu Om Liem mulai tergoda dengan penampilan ku sekarang. beberapa saat kami saling berpandangan, beberapa saat kemudian wajah kami semakin mendekat, aku menutup mataku dan pada akhirnya dia mengecup lembut bibirku. bibirnya memagut bibirku. dikulum sambil menjulurkan lidahnya untuk mengait-ngait lidahku. Sejenak, dia melepaskan pagutan bibirnya dan kami masuk kedalam kamar dan menguncinya.

Kami berjalan ke tengah, dan kemudian kembali saling berhadapan dan menatap satu sama lain. Ditatapnya Wajahku sambil menggerakkan Jari Tangannya untuk menyibak beberapa helai rambut yang terjatuh di Keningku. Dan ketika kembali mengulang Cciumannya, Ujung Lidahku menyusup di antara Bibirnya. Segera dipagutnya Lidahku. Dihisapnya dengan lembut agar menyusup lebih dalam ke Rongga Mulutnya. Kedua telapak tangannya turun ke Bahuku. Setelah mengusapkan Jari-jarinya berulang kali, Telapak Tangannya meluncur ke Punggungku. Lalu dibelai-belainya Punggungku dengan Ujung-ujung Jarinya sambil mempermainkan Lidahku dengan ujung lidahnya. Tak lama kemudian, aku melingkari Lehernya dengan Kedua Tanganku. . Semakin lama Rangkulanku semakin ketat. Kemudian aku menggerak-gerakan Lidahku yang lagi dikulumnya, membelit dan balas mengisap.

Dia melepaskan pagutan Bibirnya. Sejenak kami saling menatap. Lalu dikecupnya Dahiku dengan mesra. Kemudian Bibirnya berpindah mengecup Bahuku. Mengecup berulang kali. Dari Bahu ke Bibirnya merayap ke Leherku. Sesekali Lidahnya dijulurkan untuk menjilat. Aku menggelinjang karena geli. Tangan Kirinya menyusup ke dalam Kimono yang gunakan, Demikian juga dengan Tangan Kanannya menyusup ke Kimono bagian belakang dan mengusap, meremas lembut Belahan Pantatku. Dia kembali menciumi aku dengan buas. Bibirku di lumat habis. Lidahnya meliuk-liuk di dalam Mulutku dan kusambut dengan kelincahan Lidahku. Lalu mulutnya kembali turun ke arah Leherku, dia menjilati Leherku. Aku memejamkan mata, aku sangat menikmati rangsangannya. Tanganku mulai membuka Gesper dan Celana Panjang.

Kemudian masuk ke dalam CD terus mengusap-usap Penisnyanya yang masih rapi berada di dalam sarangnya. Terasa besar dan keras. Kami berciuman seakan-akan kami sepasang kekasih yang telah lama tidak berjumpa. Gak kerasa bahwa si om umurnya lebih dari 2 kali umurku. Tidak lama, dia mengantarkan ke Ranjang Kami. Perlahan Dia raih Pinggangku dan mendudukkannya dalam Pangkuannya. Dia mengusap lembut rambutku, pipiku. Ciuman bibirnya semakin dalam, seakan tidak pernah dia lepaskan. Cukup lama kami berciuman. Akhirnya dia mulai menurunkan bibirnya ke arah Leherku. Dia menyesapi Tubuhku dan Aromaku. “Ugh…”. lenguhku. Aku makin mendongakkan Kepalaku, dia menjelajahi milimeter demi milimeter Leherku, “Om… ookkhh…”, lenguhku saat dia melepaskan Kimono.

Aku membiarkan tubuhku untuk mempermudah lepasnya Kimonoku. Perlahan-lahan dia merebahkan aku di Ranjang kemudian ia melepaskan semua pakaiannya. kemudian kembali lagi menggeluti aku yang terbaring di ranjang. tarikan nafas kami berdua yang masih sibuk bercumbu. Namun belum sempat aku melepaskan semuanya. Aku sudah melenguh lagi karena dia mulai mengulum Payudaraku. Kali ini Llenguhanku lebih keras dari sebelumnya. Jilatan-jilatan diselingi Gigitan-gigitan kecil mendarat di sekitar Putingku, berkali-kali membuat aku menggeliat. Dia meneruskan cumbuannya ke arah Perutku. Kini dia mengulum Puserku sehingga kembali aku melenguh keenakan. Seiring itupun, dia mulai menurunkan jilatan ke arah Selangkanganku, “Om… diapain… uugghh…” desahku. Dengan gemas, dibenamkannya Hidungnya persis di antara Bibir Vaginaku. Sesekali diselingi dengan menggeleng-gelengkan Kepalanya.

“Om..! Aauuw!” pekikku sambil menggelinjangkan pinggulku. Tapi beberapa detik kemudian, aku merasakan lidahnya menjilat-jilat bagian luar Vaginaku, aku merintih-rintih. Aku merasa nikmat setiap kali lidahnya menjilat dari bawah ke atas. Jilatan itu membuat aku menjadi liar, aku menghentak-hentakkan kakiku dan menggeliatkan Pinggulku berulang kali. Vaginaku semakin basah. Karena tak tahan lagi menerima kenikmatan yang mendera Vaginaku, aku menjambak rambutnya dengan satu Tangan, sedangkan Tanganku yang satunya menekan bagian belakang kepalanya. “Om, aarrgghh! Shinta sudah mau nyampe”. Dia menghentikan Jilatan Llidahnya. Ia menengadah dan memandang Wajahku, aku lagi terpejam merasakan nikmatnya Jilatannya. "Cepet banget sih", tanyanya sambil menyisipkan Jari telunjuk ke dalam Vaginaku. Dia menenggelamkan dan menggosok-gosokkan hidungnya ke Belahan Bibir Vaginaku.

Nafasku terengah-engah. Mulutku setengah terbuka menggap-menggap. Aku menggeliatkan Pinggulnya untuk menahan cairan yang terasa ingin mengalir keluar dari Vaginaku. Kepalanya ditekan ke Vaginaku dan menghisap-hisaonya sambil meremas Kedua Bongkahan Pantatku. Aku semakin keenakan, membuat lendir semakin banyak mengalir ke Lubang Vaginaku. Aku mengangkat kakiku yang terjuntai di atas kasur dan Melilitkan Kedua Betisku di Lehernya. Aku tak ingin kepalanya lepas dari Pangkal Pahaku. Aku mempererat tekanan Betisku di Lehernya. Aku juga menjambak rambut dan menekan Bagian Belakang Kepalanya lebih keras, sehingga mulutnya makin terbenam di dalam Vaginaku. Dia telah merasakan Bibir dan Dinding Vaginaku berdenyut-denyut. DIa pun dapat merasakan hisapan lembut di Lidahnya, seolah Vaginaku ingin menarik Lidahnya lebih dalam.

Sejenak, dia mengeluarkan Lidahnya untuk menjilat dan menghisap Bibir Vaginaku. Dikulumnya berulang kali. Dijilatinya kembali Dinding dan Bibir Vaginaku. “Om, Shinta nggak tahan lagi". Dia semakin bersemangat menjilat dan menghisap-hisap. membuat Pinggulku terhentak-hentak. Walaupun Kepalanya terperangkap dalam Jepitan Paha dan Betisku, tetapi dia dapat merasakan setiap kali Pinggulku terangkat dan terhempas. Berulang kali hal itu terjadi. Terangkat dan terhempas kembali. Sesekali Ppinggulku menggeliat pertanda aku sudah benar-benar capai. Dan ketika dia merasakan Rambutnya kujambak semakin keras diiringi dengan Pinggulku yang terangkat menghantam Wajahnya, dia pun segera mengulum Biji Klistoris. Sesekali dihisapnya disertai tarikan lembut hingga Biji Klistoris hampir terlepas dari Bibirnya. Ketika merasakan Pinggulku agak berputar, dijepitnya Biji Klistoris dengan Kedua Bibirnya agar tak lepas dari Hisapannya.

“Om, Shinta nyampeee. Aargh.. Aarrgghh..!” erangku untuk kesekian kali. Dia menjulurkan Lidahnya sedalam-dalamnya. Bahkan ditekannya Lidah Dan Kedua Bibirnya agar terperangkap dalam jepitan Bibir Vaginaku. Setelah mencicipi rasa di Ujung Lidahnya, dihisapnya Cairan Vaginaku sekeras-kerasnya. Direguknya lendir itu dengan lahap. Lalu Om Liem membenamkan kembali Hdungnya di antara Celah Bibir Vaginaku yang berdenyut-denyut itu. Dan ketika merasakan Pinggulku terhempas kembali ke atas kasur, dia menjilati Vaginaku. Setetes lendir pun tak dia sisakan! Bahkan lendir yang membasahi Bulu Kemaluanku pun dijilatinya. Bulu Kemaluankuku jadi merunduk rapi seperti baru selesai disisir! “Om., ooh, aarrgghh.., Enak banget. Om pinter banget ngerangsang Istrinya sampe nikmat gini". pujiku.

Om Liem memandang wajahku. Mataku terpejam sambil menggigiti bibirku sendiri, tanganku yang mencengkram seprei di tepian kasur dengan kencang, serta nafasku yang tidak beraturan. Om Liem membiarkan Aku meregang dirinya dalam detik demi detik puncak kenikmatan yang baru saja kudapat. “Shinta ke kamar mandi dulu ya om”, dia mengangguk. Ketika aku sedang membilas tubuhku dibawah shower air hangat dia masuk ke kamar mandi. “Om, tolong matikan AC kamar. Biar nggak kedinginan kalau Shinta keluar nanti”,.AC tidak dia matikan tapi aku setel menjadi 19 derajat Biar lebi hangat. Lalu dia kembali melangkah ke kamar mandi lagi. “Jangan bengong, om, mandi sekalian aja…”, kataku waktu Om Liem bengong.

Tanpa banyak bicara Om Liem mengangguk dan masuk ke Kamar Mandi. Kamar Mandi kami seperti hanyut dalam kemersaan, Sesaat ketika badannya basah tersiram air, aku menyabuni seluruh tubuhnya dengan pelan dan lembut. Mula-mula tangannya, lalu dada dan perut. Aku minta Om Liem berbalik badan dan kemudian Punggungnya mendapat giliran. Setelah bagian atas tubuhku rata terkena sabun, aku berjongkok. Kusabuni kakinya, lalu naik ke Paha. Aku memegang Penisnya dan mengelus batangnya pelan-pelan, terasa sangat licin dengan sabun. Setelah bersih, tiba gilirannya. Om Liem segera mengambil kembali Cairan Sabun dari Botol. Mula-mula dia mengusap Kedua Tanganku. Lalu beralih ke Perutku. Kemudian tangannya merayap naik, kedua Payudaraku disabuni dengan lembut.

Tangan kirinya membelai lembut Payudara Kananku, sementara Tangan Kanannya mengusap-usap Payudara Kiri. Om Liem melakukan berulang-ulang, aku memejamkan matanya sambil mendesah, menikmati sensasi. Tubuhnya merapat ke Tubuhku, dan dengan posisi seperti memeluk, Tangannya menyabuni Punggung dan Pantatku. Ketika tangannya sampai pada Belahan Pantatku, sengaja dengan lembut dia sedikit menusukkan jemarinya ke Lubang Anusku. “Emmhh… om,…”, aku mendengus perlahan. Setelah bagian atas tubuhku rata dengan sabun, dia lalu berjongkok. Dia mulai mengusap Kaki dan Betisku. Pelan.., perlahan sekali. Lalu tangannya naik ke Pahaku. Aku agak merenggangkan Kakiku, agar Tangannya bisa menyusup ke celah pahaku. Lalu Tangannya naik lagi, sampai akhirnya dia bisa menyabuni Bulu Kemaluan yang hanya sedikit.

Agak lama dia mengusap-usap Sekitar Selangkanganku dengan lembut, hingga bibir Vaginaku yang merekah. “Sudah.. Om.” lenguhku. Dia berdiri dan memeluk tubuhku. Dia menciumku sampai aku kembali terengah-engah. Tubuh kami terus bergerak mencari kenikmatan. Tangannya mengusap Pantatku, Paha dan Kedua Payudaraku. Aku juga terus menggerayangi tubuhnya, Punggung, Pantat dan akhirnya bermuara ke Penis. Secara naluri aku mengocok-kocok Penisnya. Dia merasa nikmat. Aku mundur dan bersandar di dinding. Kaki kurenggangkan, mataku terpejam. Aku lalu memegang Penisnya. Sabun makin mencair dari kekentalan karena Air dari Shower tapi masih tetap licin. Tanpa sadar. Aku baru membuka mataku ketika kurasakan sebuah benda menempel lembut pada bibir Vaginaku.

Aku memandang lembut ke arah wajahnya yang tepat berada di depan wajahku. “Aku masukin ya” bisiknya sambil mengecup keningku. Aku hanya mengedipkan kedua mataku sekali, sambil tetap memandangnya. Perlahan-lahan dia tekan Penisnya menerobos liang Vaginaku. Aku makin merenggangkan lagi Kakiku. Kubimbing Penisnya ke arah Lubang Vaginaku. Dan acchh…, Penisnya mulai masuk. nafasku tertahan di tenggorokan, menikmati sensasi mili demi mili penetrasi yang dia lakukan, hingga akhirnya keseluruhannya terbenam utuh. Kami terdiam dan saling berpandangan sejenak. Dia kecup bibirku lembut sebelum mulai menggerakkan Penisnyanya. Mula-mula perlahan. Makin lama makin cepat. aku memeluk kedua pantatnya ikut menekan. Nikmat sekali rasanya. Badan kami masih licin. Terus dia ayun-ayunkan Penisnya keluar masuk Lubang Vaginaku.

Payudaraku menekan dadanya, dinding Vaginaku meremas Penisnya yang terus dipompanya keluar masuk. Tak lama, aku merasa tak tahan lagi. Kupeluk dia erat-erat. Aku telah sampai ke puncaknya lebih dulu. Penisnya makin kencang menancap. Ayunan Penisnya makin lama makin cepat. “Achh…, achh…, terus om…, terusss…”, lenguhku. Pinggulku terus bergerak mengimbangi tusukannya. Sejurus kemudian, kami saling berpelukan erat sekali. Dia mencium bibirku. Dia mencabut Penisnya. Dia menghadapkan tubuhku ke arah dinding. Aku nungging. Pantatku yang masih licin oleh sabun diusap-usap. Jari tengahnya mulai memainkan Vaginaku. Aku melenguh. Dia mainkan Biji Klistoris, diusap dan diplintir, sehingga aku makin menggelinjang. “Sekarang om…, sekarang…”, desahku bersiap merasakan nikmat.

Kupegang Pesnisnya dan kubimbing masuk ke dalam Lubang Vaginaku. Dia tusukkan pelan-pelan Penisnya. Aku condongkan badannya kedepan untuk memlintir2 Putingku dan kemudian meremas-remas Payudaraku. Makin lama makin cepet dia memompa Vaginaku. "Om, Shinta lemes deh, Shinta dah nyampe om belum ngecret ya, terusin di ranjang yuk om". Dia mengerti kondisiku. Kemudian dia berhenti memompaku dan mencabut Penisnya keluar Vaginaku. Penisnya masih dalam posisi maksimal dan berlumuran lendir dari Cairan Vagina. Tersirat kekecewaan diwajahnya. Aku jadi gak enak, dia sudah membawa aku ke surga kenikmatan tapi dia tidak lelah sama sekali. Penisnya kugenggam sambil menggerakkan Tangan Kananku maju-mundur, dari leher batang Penisnya hingga ke pangkalnya.

Penis Lelaki yang kucintai ini semakin lama semakin berwarna merah tua. Kuelus-elus Ujung Penisnya dengan ujung jempol. “Ooh.., nikmat, Sayang!” keluhnya. Aku meremas biji pelernya. Dia meletakkan kedua belah telapak tangannya di atas Kepalaku. Lalu dengan tarikan yang sangat lembut, dia mendoron Kepalaku kebawah, agar semakin mendekat ke Penisnya. Aku mendekatkan Bibirku ke Bagian Tengah Penis Om Liem. Kujilat lubang kencingnya, ada sedikit lendir disana. kemudian Kukulum Batang itu. Batang Penis Om Liem kujepit dengan bibir sambil mengoles-oleskan lidahku di lubang kencingnya. Dia mendesah. “Argh.., aduuhh..!” desahnya sambil menekan bagian belakang kepalaku lebih keras. Setengah Batang Penisnya telah masuk ke dalam mulutku.

Aku menengadah memandangi Wajahnya, tampak dia keenakan ketika Penisnya kusepongin. Aku merasakan lagi tekanan Di Bagian Belakang Kepalaku, tekanan yang membuat aku memasukkan Batang Penisnya itu lebih dalam. Dia mengusap-usap Rambutku. Perlahan-lahan, ditariknya Penisnya hingga Bagian dari Batang Penisnya yang masih tersisa. Dengan perlahan-lahan pula, didorongnya kembali Batang Penisnya kedalam mulutku. Gerakan itu dilakukan beberapa kali, tiba-tiba didorongnya lagi dengan keras hingga bibirku menyentuh jembutnya. Aku tersendat karena ujung Batang Penisnya menyentuh Kerongkonganku. Dia segera menarik Penis mundur kembali. kembali Ujung Penisnya kuhisap-hisap. Lalu Batang Penisnya kukeluarkan dari <ulut, aku mulai menjilati batangnya hingga ke Pangkalnya. Ujung Lidahku beberapa kali menyentuh Biji Penisnya, sehingga dia mendengus keenakan.

Ketika kurasakan jambakan lembut di Kepalaku, kuhisap-hisapnya Biji Penisnya. Lidahku melata ke arah bawah untuk mengecup dan menjilat-jilat celah sempit antara Penisnya. dan Lubang Pantatnya. “Aarrgghh..!” desahnya ketika merasakan Ldahku itu menjilat-jilat semakin liar. Bahkan dia mulai merasakan Bibirku mulai mengisap-isap celah di dekat Lubang Pantatnya. Sangat dekat dengan lubang pantatnya! Dan sesaat dia berhenti bernafas ketika merasakan ujung lidahku akhirnya menyentuh Lubang Pantatnya. Dia menggigil merasakan nikmat yang mengalir dari Ujung Lidahku itu. Matanya melotot ketika merasakan tanganku membuka lipatan daging di antara bongkah pantatnya. Hanya Bagian Putih di Bola Matanya yang terlihat ketika dia meresapi nikmatnya lidahku saat menyentuh Lubang Pantatnya.

“Oorgh..,aarrgghh..Nikmat, Sayang!” desahnya sambil menggerakkan Pinggulnya menghindari Jilatan di Pantatnya. Dia sudah tak kuat menahan kenikmatan yang mendera tubuhnya. Penisnya sudah membengkak. Lalu dia mengarahkan Penisnya ke Mulutku kemba;o. “Aku sudah tak tahan, Sayang.” ujar Om Liem dengan cepat. Sambil menghunjamkan Batang Penisnya sedalam-dalamnya. Aku tersendat ketika Ujung Penisnya menyumbat Kerongkonganku. ketika Batang Penisnya bergerak mundur, aku mengisapnya dengan keras hingga terdengar bunyi ‘slurp’. Kedua Telapak Tanganku mengusap-usap Bagian Belakang Pahanya. Lalu aku kembali menengadah. Kami saling tatap ketika Batang Penisnya kembali menghunjam Rongga Mulutku. Aku merinding setiap kali Ujung Penisnya menyentuh kerongkonganku. “Aarrgghh.., In, aku sudah mau keluar. Telan ya sayang pejuku". “Hmm..” sahutku sambil mengangguk.

Om Liem semakin tegang setelah melihat anggukan itu. Sendi-sendi tungkai kakinya menjadi kaku. Nafasnya mengebu-gebu seperti seorang pelari marathon. Sebelah tangannya menggenggam kepalaku, dan yang sebelah lagi menjambak. Pinggulnya bergerak seirama dengan tarikan dan dorongan lengannya di kepalaku. Hentakan-hentakan pinggulnya membuat aku terpaksa memejamkan mata. Batang Penisnya sudah menggembung. Pada akhirnya ia meraung sambil menghunjamkan Batang Penisnya sedalam-dalamnya. Berulang kali. Ditariknya, dan secepatnya dihunjamkan kembali. “Aarrgghh.., aduuh! Aarrgghh..!” raungnya sekeras-kerasnya ketika dia merasakan pejunya muncrat ‘menembak’ kerongkonganku. Sesaat ia merasa kejang. Dibiarkannya Batang Penisnya terbenam. Tangannya mencengkeram kepalaku dengan keras karena tak ingin kepalaku meronta. Dia tak ingin mulutku terlepas ketika dia sedang berada pada puncak kenikmatannya.

Keinginan itu ternyata menjadi kenikmatan ekstra, yaitu kenikmatan karena ‘tembakannya’ langsung masuk ke kerongkonganku. ‘Tembakan’ itu akan membuat Kerongkonganku agak tersendat sehingga pejunya akan langsung tertelan. Setelah ‘tembakan’ pertama, dia masih merasakan adanya tekanan peju di Saluran Lubang Penisnya. Maka dengan cepat Om Liem menarik Batang Penisnya, dan menghunjamkannya kembali sambil ‘menembak’ untuk yang kedua kalinya. “Hisap sayang, aarrgghh..! Aarrgghh..!” ucapnya sambil mengerang dengan nikmat. Ditariknya kembali batang Penisnya. Tapi sebelum kembali menghunjamkannya, dia merasakan gigitanku di Leher Batang Penisnya. Dia pun berkelojotan ketika merasakan gigitanku disertai kuluman lidah. ‘Tembakan’ kecil masih terjadi beberapa kali ketika Lidahku mengoles-oles lubang Penisnya.

Om Liem pun berkelojotan ketika merasakan Gigitanku disertai kuluman lidah. ‘Tembakan’ kecil masih terjadi beberapa kali ketika lidahktu mengoles-oles Lubang Penisnya. “Ooh.., nikmatnya!” gumamnya sambil membelai-belai Kedua Belah Pipiku. Sambil menengadah dan membuka Kelopak Mataku, aku terus mengulum dan menjilat-jilat. Tak ada lendir berwarna susu yang mengalir dari Sudut Bibirku. Tak ada setetes pun yang menempel di daguku. Dan tak ada pula lendir yang tersisa di Ujung Penisnya. Bersih. Semua kutelan." Dia tersenyum penuh kenikmatan. Setelah kembali kejadian itu Om Liem mengangkatku dan membaringkan di ranjang. "Terus terang ya Shin ngentotin lagi cewek cantik dan imut, sexy lagi kaya kamu itu nikmat banget, Vagina kamu peret banget jadi empotannya kerasa banget." ujar Om Liem memuji aku.

Aku tesenyum senang, segera dia kembali mencium Bibirku. Dia bersemangat ketika menciumi Leherku. Sesekali Lidahnya menjulur menjilat hingga membuat aku beberapa kali mendongakkan Kepalaku. Aku merangkul Leher Om Liem, sehingga Kedua Payudara menempel ketat ke Dadanya. Karena senang dan gemas, dia segera meremas Kedua Pantatku. Diremasnya berulang kali. Aku juga merasakan Ciuman-ciuman basah merayap menuju Kedua Payudara. Lidahnya pun mulai merayap dari lekukan bawah hingga ke Punting Payudaraku secara bergantian. Semakin lama Lidah itu bergerak semakin cepat. Menjilati bergantian. Payudaraku baik Kiri dan Kanan. Dan ketika merasakan air liurnya telah membasahi Kedua Payudaraku, dia segera mengulum Putingku yang kemerahan. “Ooh..! Ooh.., om! Aarrgghh..!” desahku ketika merasa Putingku digigit dengan lembut.

Dan ketika Bibirnya berpindah ke Payudaraku yang satu, lalu mengulum dan menjentik-jentikkan Ujung Lidah di Putingku. aku kembali mengerang..“om..! Aargh.., enak!!” Tapi beberapa detik kemudian,dia melepaskan pelukannya, Kakiku dikangkangkannya. dengan lembut diusap-usapkannya Telapak tangannya ke Betisku. Semenit kemudian, dibelai-belainya Betisku dengan Pipinya. Lalu dikecupnya. Mula-mula dia mengecup bagian bawah, tetapi semakin lama semakin naik ke arah belakang Lutut. Mula-mula Kecupannya kering, tetapi semakin mendekati belakang lutut, kecupannya semakin basah. Ketika bibirnya telah terselip di belakang Lututku yang tertekuk itu, ia mengecup sambil mempermainkan Ujung Lidahnya. “Geli, om!” Dia memindahkan kecupannya ke betis yang sebelah lagi. Dengan sabar, dia mengecup kembali. Mengulangnya berulangkali. Dan kemudian mulai menjilat ke arah bawah.

Sesekali dia mengecup dengan gemas, setengah menggigit. Aku sangat menikmati hembusan nafas yang terasa hangat di Kedua Betisku. Setiap kali dia mengecup, seolah tersisa kehangatan di bekas kecupannya. Dia mulai menciumi Lutut bagian dalam. Dia menatap Pahaku yang terpampang di depannya. Pahaku terbuka lebar sehingga dengan mudah ia menciumi dan sesekali menjilatnya. Lalu diusapkannya wajahnya beberapa kali ke permukaan paha dalamku. Kedua Belah Telapak Tangannya pun giat bergerak menyalurkan kehangatan. Tangan kirinya mengusap-usap Paha Kananku bagian luar, sedangkan telapak kanannya digunakan untuk mengusap-usap Betis Kiriku. Aku sangat menyukai usapan-usapan Telapak Tangannya. kehangatan pun mulai terasa menjalar di Bagian Bawah Perutku ketika aku merasakan Lidahnya merayap mendekati Lipatan antara Paha dalam dan Vaginaku.

Aku merintih ketika bibirnya menariki Jembutku. Hal itu malah membuat Vaginaku semakin basah. Akul menarik kepalanya ke arah Pangkal Pahaku. Kedua tanganku menahan agar Kepalanya tetap berada di Pangkal Pahaku. Dan ketika aku merasakan kehangatan lidah menyusup ke dalam Vaginaku, aku merintih..“Ooh, ooh.., enak om! Aarrgghh..!” Tarikan nafasku pun mulai tak teratur ketika Ldahnya menjilati Dinding dan Bibir Dalam Vaginaku. Aku mendorong Pinggulku agar Lidahnya masuk semakin dalam. Sebuah sensasi yang membuat Vaginaku semakin basah berlendir. Apalagi ketika merasakan dia mengisap lendir yang terselip di bibir dalam Vaginaku, aku merintih berulang kali..“Argh..! Argh..! om, Oh nikmatnya, sstt, sstt.., aarrgghh..!” Kemudian dia menekan Jidungnya ke celah sempit di antara Bibir Vaginaku.

Ditekannya sedalam-dalamnya. Aku terkejut merasakan hidungnya itu tiba-tiba menusuk lubang Vaginaku. Aku menggelinjangkan Pinggulku. Menggelinjang dalam kenikmatan. Geli dan nikmat tiba-tiba terasa menusuk hingga ke Jantungku. Aku merintih-rintih berkepanjangan akibat Dengusan Nafasnya di dalam lubang Vaginaku. “Aarrgghh..! om..! Aarrgghh.., aarrgghh..!” rintihanku semakin keras. “Om! Aarrgghh..! Shinta mau nyampe!” Aku tak berusaha menghindari hidungnya, bahkan aku memutar Pinggulku sambil menekan Bagian Belakang Kepalanya. Hal itu tak berlangsung lama. Aku hanya mampu memutar-mutar pinggulnya beberapa kali! Tiba-tiba saja aku merasakan adanya dorongan lendir orgasme yang tak mampu kutahan. Dorongan itu terasa sangat kuat. Jauh lebih kuat daripada dorongan yang biasanya aku rasakan ketika mendekati puncak orgasmeku.

“Om, Shin mau nyampe! Aarrgghh..” mendengar rintihanku, dia semakin meremas dan menarik Kedua Bongkah Pantatku agar Hidungnya semakin tenggelam ke dalam liang Vaginaku. Remasannya di Bongkah Pantatku itu sangat kuat, membuat aku hanya dapat merintih dan meronta-ronta. Dan tak lama kemudian, “Aarrgghh.., Shinta nyampe!” erangku. Lalu dia mulai menjilati Vaginaku yang masih berlepotan lendir itu. Aku menggeliat ketika merasakan kembali lidahnya yang menjilati bibir luar Vaginaku. Aku mengusap-usap rambutnya yang masih rajin menjilati Vaginaku. Aku mendesah ketika lidahnya mulai mencari-cari sisa lendir di balik sekumpulan Urat Saraf yang Biji Klistoris. Aku menggeliat. Dan menggeliat lagi ketika merasakan Biji Klistoris dijentik-jentik dengan Ujung Lidahnya. Dia masih menjilat-jilat. Sesekali mengulum Bibir Luar Vaginaku. "Om, nikmatnya!” desahku sambil menatapnya.

“Sekarang dimasukin ya In!” Aku diem saja, menunggu. Dia menjatuhkan Dadanya di antara Kedua Belah Pahaku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku. “Om, geli!” Dia tersenyum sambil mengangkat Kepalanya. Tapi tak lama kemudian diulang-ulangnya mencium hingga membuat aku kembali menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan Kedua Siku dan Lututnya, dia merangkak hingga Wajahnya terbenam di antara Kedua Payudaraku. Dikecupnya lekukan Payudaraku. Lidahnya sedikit menjulur ketika mengecup. Kecupan basah. Tak lama kemudian, lidahnya melata menjilat Payudaraku sebelah kanan. Diulangnya beberapa kali hingga Payudaraku mulai basah tersapu air liurnya. Ia berhenti sejenak untuk menatap keindahan Putingku. Lalu tangannya kirinya bergerak mengusap bagian bawah buah Payudaraku, kemudian bergerak ke arah atas sambil meremas dengan lembut.

Remasannya membuat Putingku terlihat semakin tinggi. Menggemaskan. Dan dengan cepat dikecupnya Puntingku itu. Dikulumnya sambil mengusap-usapkan Tangan Kanannya di Punggungku. “Kamu cantik sekali, In” katanya sambil mendekatkan Wajahnya ke Wajahku. Aku tersenyum, senang mendengar pujian itu. Kurangkulnya Lehernya dengan Tangan Kiriku, kemudian Kucium Bibirnya dengan mesra. Kuhisap Lidahnya yang menyusup ke Bibirku. Kuhisap sambil mengait-ngaitkan ujung Lidahku. Tak lama kemudian, Tangan kananku bergerak ke arah Pangkal Pahanya. Setelah mengusap-usap beberapa kali, kugenggam Batang Penisnya. Lalu kuarahkan Ujung Penis ke celah di antara Bibir Vaginaku yang mulai berlendir. Dia menarik nafas panjang merasakan kelembutan dan kehangatan di Ujung Batang Penisnya. lendir dari Celah Bibir Vaginaku mengolesi Ujung Penisnya.

Batang Penisnya menjadi semakin keras. Urat-urat berwarna hijau di kulit Batang Penisnya semakin membengkak. Dia sedikit menekan Pinggulnya agar Ujung Penisnya terselip di Bibir Vaginaku. Dia menatap wajahku ketika merasakan Pinggulku yang ditindihnya menggeliat. Dengan tambahan tekanan yang lebih keras, Ujung Penisnya akhirnya terselip. Dia menahan nafas ketika merasakan hangat dan sempitnya Bibir Vaginaku menjepit Ujung Penisnya. Lalu ia mulai menciumi Leherku Dadanya direndahkan hingga menekan Kedua Payudaraku. Dia sengaja melakukan hal itu karena ingin merasakan kekenyalan Payudaraku ketika aku menggeliat. Dia mendorong Batang Penisnya lebih dalam. Sesaat,dia membelai-belai Rambut di Keninku. Lalu mengecup keningku dengan mesra. Tak lama kemudian, Bibirku dikecupnya dengan lembut.

Dikulumnya dengan penuh perasaan. Dia baru menarik Batang Penisnya perlahan-lahan setelah merasakan Lidahku menyusup ke dalam Mulutnya. Dia kembali membenamkan Batang Penisnya perlahan-lahan. Kali ini ia hanya mendengar aku mendesis beberapa kali sambil merangkul lehernya erat-erat. Dia pun merasakan dua buah kakiku yang semakin erat membelit Pinggangnya. Ia masih tetap mendengar aku mendesis ketika dia menarik Batang Penisnya. Setelah menarik nafas panjang, dia menghentakkan Pinggulnya sedalam-dalamnya hingga Pangkal Pahanya bersentuhan dengan Pangkal Pahaku. Dia mendesah beberapa kali ketika merasakan Seluruh Batang Penisku terbenam ke dalam Vaginaku. Bahkan dia merasakan Ujung Penisnya menyentuh Mulut Rahimku. Sejenak dia diam tak bergerak. Dia sengaja membiarkan Batang Penisnya menikmati sempitnya Lubang Vagina Istrinya..

Dia terpejam merasakan remasan lembut di Batang Penisya ketika Vaginaku berdenyut. Aarrgghh.., ooh, ohh..,” rintihku ketika Seluruh Batang Penisnya telah terbenam ke dalam Lubang Vaginaku. aku merasakan nikmat di sekujur tubuhnya. Rasa yang membuat bulu-bulu roma di sekujur tubuhku meremang, yang membuat aku terpaksa melengkungkan Punggungnya. Kuku-kuku Jjari Tanganku menancap di punggungnya ketika aku merasakan Buah Zakarnya memukul lubang pantatku. Aku semakin melengkungkan Punggungku menjauhi kasur ketika dia menarik Batang Penisnya. Aku tak mampu bernafas ketika merasakan nikmatnya saat Bibir Dalam Vaginaku tertarik bersama Batang Penisnya. Rasa nikmat yang menjalar dari Vaginaku, membuat Punggungnya terhempas ke atas Kasur ketika dia kembali menghunjamkan Batang Penisnya.

Aku menggigit Bibirku meresapi kenikmatan yang mengalir dari Biji Klistoris. Biji Klistoris yang tergesek ketika dia menghunjamkan Batang Penisnya. Dia mendesah setiap kali mendorong Batang Penisnya. Seumur hidupnya, Ia tak pernah merasakan ada Vaginaku yang menjepit Batang Penisnya sekeras itu. Vaginaku yang sempit yang membuat telapak tangannya harus menekan kasur sekeras-kerasnya ketika ia menarik Batang Penisnya. Akhirnya dia tertelungkup di Dadaku. Tangannya menyusup ke Balik punggungku dan menggenggam Kedua Bahuku. Dia terpaksa hanya mengandalkan Lututnya untuk menekan Kasur agar ia tetap dapat mengangkat dan mendorong Pinggulnya. Dia hampir tak mampu membendung Sperma lebih lama lagi. “Aarrgghh.., yang, aku dah mo ngecret, didalem ya"..!” desahnya.

Singkat cerita, setelah persetubuha kami beristirahat. 2 jam kami tertidur dan bangun untuk makan malam. Sejak hari itu, persetubuhan aku dan Om Liem semakin panas.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd