Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Seru •n.•

cibleks

Suka Semprot
Daftar
12 Dec 2012
Post
10
Like diterima
1
Bimabet
- Waktu
sudah larut malam saat
Wiwin dan Anisya pulang
jalan-jalan dari sebuah mall
di kota Bandung, kota tempat
mereka menuntut ilmu pada
sebuah PTN terkemuka. Saat
itu kampus mereka sedang
liburan semester yang
lumayan lama, sehingga
banyak di antara teman-
teman mereka yang memilih
pulang kampung, namun bagi
Wiwin dan Anisya lebih
memilih untuk tetap tinggal
di kota Bandung karena tidak
banyak yang dapat mereka
kerjakan untuk mengisi
waktu liburan di Jakarta kota
asal mereka.
Sampai di tempat kost
mereka kira-kira jam 10
malam. Saat itu daerah di
sekitarnya sudah sepi
begitupula di dalam kost-
kostan karena semua
penghuninya pulang ke
kampung atau kota asal
mereka masing-masing untuk
memanfatkan waktu liburan
kuliah mereka, dan kini
tinggallah mereka berdua
saja yang masih bertahan di
dalam areal kost yang luas
dan besar itu. Walau usia
mereka terpaut jauh, mereka
berdua sangatlah akrab
karena selain mereka tinggal
sekamar dan berasal dari
Jakarta, di kampus mereka
juga satu fakultas.
Wiwin saat ini berusia 26
tahun, sementara Anisya
baru berusia 18 tahun.
Keduanya memiliki wajah
yang cantik, Wiwin dengan
bentuk badan yang
berukuran sedang nampak
anggun dengan penampilan
kesehariannya, sedangkan
Anisya memiliki tubuh yang
mungil dan wajah yang imut-
imut. Banyak pria yang
tertarik kepada mereka
berdua, karena bukan saja
mereka cantik dan pintar,
namun mereka juga pandai
dalam bergaul dan ringan
tangan. Akan tetapi dengan
halus pula mereka menolak
berbagai ajakan yang ingin
menjadikan mereka sebagai
kekasih atau pacar dari para
pria yang mendekati mereka.
Wiwin saat ini lebih memilih
berkonsentrasi untuk
menghadapi sidang
skripsinya, sedang Anisya
yang baru menamatkan
tahun pertamanya di kampus
tersebut lebih memilih untuk
aktif di organisasi kampus
dari pada pacaran atau
berhura- h ura.
Sesampainya di kost, Wiwin
langsung menuju ke kamar
kost dan membuka pintu,
sedangkan Anisya mampir
dulu ke kamar mandi yang
terletak agak jauh dari kamar
kost mereka. Setelah
membuka kamar, Wiwin
begitu terkejut ketika
dilihatnya kamar mereka
sudah berantakan seperti
habis ada pencuri. Belum lagi
sempat memeriksa segalanya,
tiba-tiba kepala Wiwin sudah
dipukul dari belakang sampai
pingsan.
Wiwin tidak tahu apa-apa
sampai tubuhnya digoncang-
goncang seseorang hingga
tersadar dan menemukan
dirinya sudah dalam keadaan
terikat di kursi tempat
biasanya dia duduk untuk
belajar dan mulutnya
disumpal kain, sehingga tidak
dapat bersuara. Belum lagi
lama dia siuman, matanya
terbelalak ketika melihat
pemandangan di sekitarnya,
ia melihat dua pria di
depannya. Yang
menyuruhnya bangun,
orangnya berbadan tinggi
besar dan kepalanya
berambut gondrong dia
hanya mengenakan celana
jeans kumal, badannya
telanjang penuh dengan
tatto. Dan satu orang lagi
juga berbadan agak gemuk,
berambut acak-acakan juga
hanya mengenakan celana
jeans.
Wajah mereka khas, usia
mereka sekitar 40 tahunan.
Sementara kamar kost
mereka dalam keadaan
tertutup rapat, jendela pun
yang tadinya agak sedikit
terbuka kini telah tertutup
rapat. Tidak beberapa lama
kemudian mata Wiwin
kembali terbelalak dan ingin
menjerit, karena kedua orang
itu ternyata dikenalnya. Yang
membangunkan dia bernama
Asan dan satu lagi bernama
Thomas atau sering dipangil
Liem. Mereka berdua adalah
teman dari Henry pemilik
kost yang sering nongkrong
di tempat itu, pekerjaan
mereka tidak jelas.
Memang beberapa waktu
yang lalu Wiwin dan Anisya
dikenalkan oleh Henry
kepada Asan dan Liem.
Karena dengan setengah
memaksa Henry, Asan dan
Liem ingin dikenalkan dengan
Wiwin dan Anisya yang waktu
itu baru pulang dari kampus.
Rupanya mereka berdua
tertarik dengan kecantikan
Wiwin dan Anisya. Akan
tetapi rupanya cinta mereka
bertepuk sebelah tangan,
Wiwin dan Anisya lebih
sering menghindar untuk
bertemu dengan Asan dan
Liem. Dan yang membuat
hati Wiwin menjerit dan
panas adalah begitu sadar
sepenuhnya dan mengetahui
Asan sedang duduk di pinggir
ranjang mereka sambil
memangku Anisya yang saat
itu sudah tinggal memakai
BH dan celana dalamnya saja
yang berwarna putih.
Anisya sambil menangis
memohon-mohon minta
dilepaskan, air matanya telah
membasahi wajahnya yang
cantik itu. Tapi si Asan yang
badannya jauh lebih besar
itu tidak menghiraukannya,
dia mulai meremas-remas
payudara Anisya yang baru
sekepalan tangan orang
dewasa itu yang masih
terbungkus BH itu, kemudian
menjilati leher Anisya. Pria
itu lalu berkata, “Diam,
jangan macam-macam atau
kupatahkan lehermu, nurut
saja kalau mau selamat..!”
Setelah itu dilumatnya
dengan rakus bibir indah
Anisya dengan bibirnya,
“Hmp.., cup.., cup..,”
begitulah bunyinya saat
kedua bibir mereka beradu.
Air liur pun sampai menetes-
netes keluar, rupanya lidah
Asan bermain di dalam
rongga mulut Anisya.
Sementara itu Liem yang
berada di samping Wiwin
berkata kepada Wiwin, “Hei,
elo sudah bangun ya, teman
elo ini boleh juga, gue pake
dia dulu ya, baru setelah itu
giliran elo, nah sekarang elo
perhatikan gue baik-baik kalo
sampe elo nanti engga bisa
muasin nafsu gue, mampus
deh elo..!” sambil mengelus-
elus kepala Wiwin. Wiwin
mau berontak tapi tidak
dapat berbuat apa-apa,
Wiwin pun mulai pucat.
Lalu Asan yang masih
memangku Anisya menyudahi
serbuan bibirnya dan
berkata, “Ok Sayang, ini
waktunya pesta, ayo kita
bersenang-senang !”
Dia menyuruh Anisya
berlutut di depannya dan
menyuruhnya membukakan
celana jeans kumalnya, lalu
mengulum batang
kemaluannya. Sambil
menangis Wiwin memohon
belas kasih, “J.. ja.. angan…
tolong jangan perkosa saya,
ambil saja semua barang di
sini!”Belum selesai berkata,
tiba-tiba, “Pllaakkk..!” si Asan
menampar pipinya dan
menjambak rambutnya.
Dengan paksa Anisya dibuat
berlutut di depannya,
“Masukkan ke dalam mulut
elo, hisap atau gue bunuh
elo..!” Terpaksa dengan putus
asa dan wajah yang pucat
dan gemetar, Anisya
membuka celana Asan dan
begitu dia menurunkan
celana dalam Asan tampaklah
kemaluan Asan yang telah
membesar dan menegang.
Tanpa membuang waktu Asan
segera memasukkan
kemaluannya itu ke mulut
Anisya yang mungil itu.
Batang kemaluannya tidak
dapat sepenuhnya masuk
karena terlalu besar, dengan
kasar dia memaju-
mundurkan kepala Anisya.
“Hhmppp.., emphh..
mpphh..!” begitulah suara
Anisya saat mulutnya dijejali
dengan kemaluan Asan.
Liem juga tidak tinggal diam,
rupanya nafsu telah
memenuhi otaknya, setelah
dia melepas celana jeansnya
dia berdiri di samping
Anisya, menyuruh Anisya
mengocokkan batang
kemaluannya yang juga telah
membesar dengan tangan.
Batang kemaluan Liem tidak
sebesar temannya, tapi
diameternya cukup lebar
sesuai dengan tubuhnya.
Sekarang Anisya dalam posisi
berlutut dengan mulut
dijejali kemaluan Asan dan
tangan kanannya mengocok
batang kemaluan Liem.
“Emmhh.. benar-benar enak
emutan gadis cantik ini, lain
dari yang lain..!” kata Asan.
“Iya, kocokannya juga enak
banget, tangannya halus
nih..!” timpal Liem.
Beberapa lama kemudian
nampak tubuh Asan
menegang, seluruh badannya
mengejang, dan, “A.. akh..!”
Asan akhirnya berejakulasi di
mulut Anisya. Cairan putih
kental memenuhi mulut
Anisya menetes di pinggir
bibirnya seperti vampire
baru menghisap darah, dan
Anisya terpaksa meminum
semuanya karena takut
ancaman mereka dan juga
kuatnya pegangan tangan
Asan di kepalanya.
Setelah itu mereka melepas
BH dan CD Anisya, sehingga
dia benar-benar telanjang
bulat sekarang, tampaklah
payudara dan bulu-bulu
kemaluannya yang masih
halus dan jarang. “Waw
cantik sekali anjing ini.” ujar
Liem sambil memandangi
tubuh bagian dada dan
bawah Anisya yang sedang
terisak-isak ketakutan.
Kali ini Liem duduk di pinggir
ranjang dan menyuruh
Anisya berjongkok di
depannya sambil terus
memijati dan mengocok
batang kemaluan dengan
tangannya. Anisya terpaksa
menuruti kemauan Liem itu
sambil sesekali dipaksa untuk
menjilati ujung batang
kemaluannya, sehingga Liem
mendengus keenakan.
Sementara itu si Asan
mengambil posisi berbaring
di bawah kemaluan Anisya
dan menjilati liang vaginanya
sambil sesekali menusuk-
nusukkan jarinya ke liang
kemaluan itu.
Seketika itu Anisya kaget dan,
“Ehhgh.., iihh… iih..
eggmhh..!” Anisya pun
merintih-rintih jadinya,
badannya menggeliat-geliat
akibat tusukan jari-jari serta
jilatan lidah Asan di
kemaluan Anisya. “Ayo
anjing.., kocok terus barang
gue..!” bentak Liem sambil
menampar kepala Anisya.
Kembali Anisya mengocok
kemaluan Liem sambil
badannya terus meliak-liuk
karena kemalunnya
mendapat serangan dari
tangan dan lidah Asan. Dari
bibirnya pun terus terdengar
suaranya merintih-tintih.
Sekitar 10 menit dikocok,
Liem memuncratkan maninya
dan membasahi wajah serta
rongga mulut Anisya. Kali ini
Anisya sudah tidak tahan
dengan rasa cairan itu,
sehingga dia
memuntahkannya. Melihat
itu Liem jadi gusar, dia lalu
menjambak rambut Anisya
dan menampar pipinya
sampai dia jatuh ke ranjang.
“Pelacur anjing..! Kurang
ajar, berani-beraninya
membuang air maniku. Kalo
sekali lagi begitu,
kurontokkan gigi elo, dengar
itu..!” bentaknya.
Asan pun terpaksa
menyudahi aktifitasnya dan
ikut-ikutan menampar
Anisya.
“******..! Gue lagi asyik
nikmatin mem*k elo. Elo
jangan macem-macem ya..!”
bentak Asan. Anisya hanya
dapat menangis memegangi
pipinya yang merah akibat
dua kali tamparan itu.
Nampak kemarahan Wiwin
bangkit karena teman
dekatnya diperlakukan
begitu. Wiwin meronta-ronta
di kursinya, tapi ikatannya
terlalu kencang sehingga
hanya dapat membuat kursi
itu bergoyang-goyang.
Melihat reaksi Wiwin si Asan
berkata, “Kenapa? Elo tidak
terima ya pacar elo gue
pinjam, tapi sayang sekarang
elo nggak bisa ngapa-
ngapain, jadi jangan macem-
macem ya, ha.. ha.. ha..!
Abis ini giliran elo yang gue
entot..! Hahaha..!”
Mereka kembali
menggerayangi tubuh Anisya,
kali ini Asan merentangkan
tubuh Anisya di tempat tidur
dan membuka lebar kedua
pahanya, dan segera mulai
memasukkan batang
kejantanannya ke liang
kemaluan Anisya. “J.. jangan.
Aduh.., t to.. long.., Mbak
Wiwin. Ampun Bang..!” pinta
Anisya sambil mencoba
berontak tapi dengan
sigapnya Liem membantu
Asan dengan memegangi
kedua tangan Anisya. Batang
kemaluan yang ukurannya
besar itu dimasukkannya
dengan paksa ke liang
kemaluan Anisya yang masih
sempit, sehingga dari wajah
Anisya terlihat dia menahan
sakit yang amat sangat,
tangisannya pun semakin
keras.
Setelah hampir seluruh
batang kemaluannya
terbenam di dalam liang
kemaluan Anisya, Asan mulai
memaju-mundurkan
pantatnya, mulai dengan
irama pelan hingga dengan
cepat. Keringat pun dengan
deras membasahi kedua
tubuh itu. Beberapa saat
kemudian dari sela-sela
kemaluan Anisya mengucur
darah segar bercampur
dengan cairan bening hingga
warnanya berubah menjadi
merah muda meleleh
membasahi paha
Anisya.”Aakkh.. aahh.. aaa.
ouhh.. ss.. aakit. ooh.
aampuun.. ohh..,” begitulah
erangan dan teriakan Anisya
merasakan sakitnya.
Rupanya teriakan dan
erangan Anisya menambah
nafsu dan semangat Asan
untuk terus memompakan
kemaluannya dengan keras
dan cepat hingga badan
Anisya pun terbanting-
banting dan terguncang-
guncang keras. Anisya hanya
pasrah mengikuti irama Asan
dan kedua tangan Anisya pun
kini sudah dilepas oleh Liem.
Selama beberapa menit
disetubuhi oleh Asan, tiba-
tiba badan Anisya menegang
sampai secara refleks dia
memeluk kepala Asan yang
sedang asyik menggenjotnya.
Dia rupanya mengalami
orgasme sampai akhirnya
melemas kembali. Asan pun
menyudahi gerakan
memompanya namun
kemaluannya masih tetap
tertanam di dalam liang
vagina Anisya. “He… he…
he… Baru kali ini kan loe
ngerasain pria cokin, gimana
rasanya enak engga,
jawaabb..!” bentak si Asan
sambil menarik rambut
Anisya.
Karena takut mereka semakin
gila, terpaksa dengan
berlinang air mata Anisya
menjawab, “E.. e.. enak, enak
sekali..!” “Jawab lebih keras
supaya teman loe dengar
pengakuan loe..!” kata Liem.
“I.. iya, s.. saya suka sekali
bercinta.” jawabnya dengan
suara terbata-bata. “Tuh,
kamu dengar kan, apa kata
teman elo, dia suka dientot,
ha.. ha.. ha..!” ejek mereka
pada Wiwin yang hanya
dapat meronta-ronta sambil
menangis di kursinya.
Hatinya benar-benar serasa
mau meledak tapi dia tidak
dapat berbuat apa-apa.
Kemudian si Asan mencabut
kemaluannya dan membuat
posisi badan Anisya gaya
posisi anjing, dia kemudian
memasukkan kejantanannya
yang berukuran 20 cm lebih
itu ke pantatnya Anisya
hingga terbenam seluruhnya.
Karena rasa perih dan sakit
yang tidak terhingga, maka
Anisya berteriak memilukan,
“Aaakkhh..!” Lalu dia
menariknya lagi, dan dengan
tiba-tiba sepenuh tenaga
dihujamkannya benda
panjang itu di pantat Anisya
hingga membuatnya
tersentak kaget dan kesakitan
sampai matanya membelalak.
“Ooughh..!” Anisya
mendengus keras menahan
rasa perih dari lubang
duburnya, seluruh badannya
kembali mengeras
lolongannya pun kembali
terdengan memilukan,
“Aahh… ouh.. aah..! Aa..
mpun.., ssakit. Aakhh..!”
Kini Asan meyodomi Anisya
dengan irama yang keras dan
cepat hingga Anisya
menggelepar-gelepar, dan
badannya kini mulai
melemah dan habis akibat
digenjot oleh Asan.
Tidak beberapa lama Asan
akhirnya mencabut
kemaluannya dari lubang
dubur Anisya dengan kasar.
Kembali darah segar
mengucur deras dari liang
dubur Anisya, sementara
Anisya tertelungkup jatuh ke
kasur disertai rintihan
panjang melemah, “Aahh..!”
Namun Asan belum juga
puas, kemalunnya masih
garang. Kini
ditelentangkannya Anisya dan
kembali Asan meniduri
Anisya dan memasukkan
kembali batang kemaluannya
ke lubang vagina Anisya yang
telah lemas itu, dan kembali
Asan menggenjot tubuh
lunglai itu.
Tidak lama Asan pun
berejakulasi di rahim Anisya.
Lolongan kepuasan keluar
dari mulut Asan disaat
menyemprotkan spermanya
yang jumlahnya banyak itu
hingga meluber keluar dari
sela-sela kemaluan Anisya.
Anisya pun merintih lirih,
dan akhirnya bersamaan
dengan itu Anisya pun
pingsan karena kehabisan
tenaga dan rasa sakit yang
tidak terhingga.
Dengan perasaan puas Asan
pun merebahkan badannya di
samping Anisya yang
tergeletak tidak bergerak.
“Akhirnya gue perawanin juga
elo. Dasar cewek sombong..!”
ujarnya sambil mengehela
napas dan melirik Anisya.
Sesudah itu kini Liem yang
tadi menjadi penonton mulai
mendekati Wiwin yang masih
terikat lemas di kursinya.
“Hei, teman elo boleh juga
tuh. Nah, sekarang giliran
elo yang servise gue. Asal elo
tau gue itu naksir berat ama
elo, tapi elo menghindar
melulu. Gue tau gue jelek
dan gue beda ama yang elo
bayangkan jadi pacar elo.
Buat gue itu engga soal,
sekarang gue cuma mau
perkosa elo. Udah gitu elo
bebas, tapi kalo elo
berontak, Mati elo..!”
“PLAAK..!” sebuah tamparan
keras menghantam kepala
Wiwin hingga Wiwin yang
masih diikat di kursi itu
terjatuh bersama kursinya.
“Hmmph..!” dengan mulut
tersumbat Wiwin berteriak.
Kemudian dia menarik dan
meletakkan tubuh Wiwin
mengembalikan ke posisi
semula. Dengan pisau dapur
milik kedua mahasiswi itu
dia merobek-robek baju kaos
lengan panjang yang
dikenakan oleh Wiwin. Nafas
Wiwin tersentak ketika
dengan cepat Liem dengan
pisaunya melucuti BH dan
celana panjang bahan yang
dikenakannya. Sekarang
Wiwin hanya memakai celana
dalamnya yang berwarna
putih serta sepasang kaos
kaki putih setinggi lutut yang
selalu dikenakannya.
Payudaranya yang penuh
bulat terbuka, tubuhnya
putih mulus masih dalam
posisi terikat di tempat
duduknya.
“Hmph.., hmph..!” Wiwin
meronta sambil memandang
Liem dengan putus asa,
matanya memerah dan air
matanya mengalir deras
membasahi pipinya,
wajahnya pucat pasi. Karena
dia menyadari yang akan
terjadi pada dirinya, yaitu
sebagai pemuas nafsu bejat.
“Diem brengsek..!” kata Liem,
“PLAK..!” sekali lagi tamparan
kuat mendarat di pipi Wiwin,
membuat kepala Wiwin
tersentak.
Kemudian ia membuka ikatan
Wiwin dan membantingnya
ke tempat tidur dalam posisi
telungkup, dan setelah itu
dia merentangkan kedua
tangan Wiwin serta
melebarkan kedua kaki Wiwin
hingga posisi Wiwin kini
seperti orang merangkak.
Wiwin hanya dapat pasrah
mengikuti kemauan Liem.
Tepat di hadapannya
terdapat kaca rias, setinggi
tubuh manusia. Kaca itu
biasanya digunakan Wiwin
dan Anisya untuk berdandan
sebelum pergi kuliah.
Leim lalu merobek celana
dalam Wiwin dengan kasar
dan menjatuhkannya ke
lantai. Sekarang Wiwin dapat
melihat dirinya melalui
cermin di depannya telanjang
bulat, dan di belakang
dilihatnya Liem sedang
mengagumi dirinya.
“Gila bener! Gue suka pantat
lo. Lo bener-bener oke!”Liem
menampar pantat sekal
Wiwin yang sebelah kiri yang
membuat Wiwin menjerit
kaget.
Lalu tanpa menunggu lagi,
Liem yang mulai dirasuki
nafsu sex memperlihatkan
penisnya yang sudah keras.
Liem hanya membiarkan topi
yang masih tetap
membungkus kepala Wiwin
dan sepasang kaos kaki putih
yang masih dikenakan Wiwin,
mungkin ini dapat membuat
nafsu Liem semakin menjadi.
Karena memang dengan
mengenakan topi, wajah
Wiwin jadi nampak cantik
dan lucu seperti komentar
kebanyakan teman-
temannya.
Kemudian Liem menyelipkan
penisnya di antara kedua kaki
Wiwin lewat belakang.
“Ooh.., ampun Pak Liem.
Ampunn.., jangann.. jangan!
Ampun, jangan..!” Wiwin
mulai menangis dan rasa
tegang menyeliputi hatinya.
Sambil menoleh ke belakang
dan memandang Liem, Wiwin
mencoba untuk meminta
belas kasihan. Terlihat air
mata meleleh dari matanya.
Namun Liem terus
mengancam dengan pisau
dapur yang masih
digenggamnya.
Liem tidak perduli Wiwin
memohon-mohon. Kepala
penisnya kemudian
menyusuri belahan pantat
Wiwin, terus menuju ke
bawah, kemudian maju
mendekati bibir vaginanya.
Setelah tangan si Liem
memegang pinggul Wiwin,
dengan satu gerakan keras
penisnya bergerak maju.
“Arrgghh.., ahh.., Ampun..!”
Wiwin menjerit-jerit ketika
penis Liem mulai membuka
bibir vaginanya dan mulai
memasuki lubang
kemaluannya. Kaki Wiwin
mengejang menahan sakit
ketika penis Liem terus
menembus masuk tanpa
ampun menusuk-nusuk
selaput daranya.
Bibir tebalnya menganga
membentuk huruf O dan
mengeluarkan rintihan-
rintihan, “Oohhh..,
oouugghh.., aa.. ampuun
Bangg..! Aakkhh..!”
Badannya pun tersodok-
sodok. Liem terus bergerak
memompa maju mundur
memperkosa Wiwin. Ketika
kepala Wiwin terjatuh lunglai
kesakitan, dia menarik kepala
Wiwin sehingga kepalanya
kembali terangkat dan Wiwin
kembali dapat melihat
dirinya disetubuhi oleh Liem
melalui cermin di depannya.
Kadang-kadang Liem
menampar pantat Wiwin
berulang kali, juga dilihatnya
payudara Wiwin yang
tersentak-sentak setiap kali
Liem menyodok penisnya ke
dalam vagina Wiwin dan dia
hanya dapat pasrah
mengerang-ngerang dan
merintih. Tiba-tiba Liem
mengeluarkan penisnya dari
vaginanya. Wiwin langsung
meronta dan berlari menuju
pintu, berharap seseorang
akan melihatnya minta
tolong, biarpun dirinya
telanjang bulat.
Tapi tiba-tiba Asan yang
ternyata sudah pulih terlebih
dahulu menyambar
pinggangnya sebelum Wiwin
sampai ke pintu depan. “Ahh,
tolong! Tolompphh..,”
teriakan Wiwin dibungkam
oleh tangan Asan, sementara
itu Liem mendekat dan
memukul Wiwin dengan
keras. Wiwin pun jatuh
terjelembab ke lantai.
“Dasar Bandel ya..!” ujar
Liem.
Kemudian Liem mengikat
tangan Wiwin menjadi satu
ke depan. Setelah itu, Wiwin
didorong hingga terjatuh di
atas lutut dan sikunya.
Sekarang Liem memasukkan
penisnya ke mulut Wiwin.
“Mmpphh..!” Wiwin mencoba
berteriak dengan penis yang
sudah masuk di dalam
mulutnya. Sementara itu
Liem dengan tenang terus
menggerakkan penisnya di
mulut Wiwin. Kedua tangan
Liem memegang kepala
Wiwin dengan kencangnya
menggerak-gerakkan maju
dan mundur. Mata Wiwin
tertutup dan wajahnya
memerah, air matanya masih
meleleh turun di pipinya,
baru pertama kali dalam
seumur hidupnya dia
diperlakukan seperti ini.
Setelah beberapa lama
mengocok kemaluannya di
rongga mulut Wiwin, terlihat
tanda-tanda Liem akan
mencapai klimaksnya,
gerakan memaju-mundurkan
kepala Wiwin semakin cepat.
Dan, “Akkh… Croot..,
croot..!” Liem berejakulasi di
mulut Wiwin, sperma yang
keluar jumlahnya cukup
banyak sehingga meluber
keluar dari mulut Wiwin.
Wiwin hanya dapat
mendengus-dengus dan
dengan terpaksa menelan
semua sperma yang
dimuntahkan Liem tadi,
sementara pegangan tangan
Liem di kepala Wiwin
semakin kencang, sehingga
sulit bagi Wiwin untuk
menarik kepalanya.
Setelah semprotan sperma
yang terakhir, barulah Liem
mencabut kemaluan dari
mulut Wiwin yang kini
mulutnya terlihat penuh
dengan lendir memenuhi
rongga mulutnya hingga ke
bibirnya. Dengan napas puas
Liem mencapakkan kepala
Wiwin hingga telentang di
kasur. “Siap, siap Sayang.
Gue musti ngerasain pantat
lo yang putih mulus dan
sekal ini..!” tiba-tiba
terdengar suara Asan yang
sudah berada di samping
Wiwin. Wiwin memandang
Asan dengan wajah
ketakutan. Dia tahu
bagaimana Asan
memperlakukan Anisya
hingga pingsan.
Kemudian Asan menoleh ke
Liem yang duduk di
belakangnya untuk istirahat
setelah klimaks tadi. “Ja..
jangan, jangann.. Bang Asan..
saya nggak mau diperkosa di
situ Bang..! Ampun Bang.
Rasanya ssakit.., kasihani
saya Bang..!” ujar Wiwin
memelas kepada Asan. “He
Anjing. Gue tetep nggak
perduli lo mau apa nggak..!”
Asan menarik tubuh Wiwin
hingga dia terjatuh di atas
sikunya lagi ke lantai, dan
mengangkat pinggulnya
tinggi-tinggi. Kemudian dia
menempatkan kepala
penisnya tepat di tengah
liang masuk anusnya.
Setelah itu dia membuka
belahan pantat Wiwin lebar-
lebar. “Ampun, jangan..!
Sakit..! Ampun Bang Asan.
Ampun..! Aakkhh..!” Asan
mulai mendorong masuk,
sementara Wiwin mejerit-
jerit minta ampun. Wiwin
meronta-ronta tidak
berdaya, matanya terbelalak,
hanya semakin menambah
gairah Asan untuk terus
mendorong masuk penisnya.
Wiwin terus menjerit, ketika
perlahan seluruh penis Asan
masuk ke anusnya. “Ampun..!
Sakit sekali! Ampun!
Ooughh.. iihh..!” jerit Wiwin,
ketika Asan mulai bergerak
pelan-pelan keluar masuk
anusnya.
“Buset! Pantat lo emang
sempit banget! Lo emang
cocok buat beginian!” kata
Asan sambil mengusap-usap
buah pantat Wiwin.
Sementara itu darah segar
terlihat mulai mengalir
menetes-netes membasahi
paha dan kasur.
“Bener-bener pantat kualitas
nomer satu!” omel Asan
sambil terus memompa
kemaluannya.
Tangisan Wiwin makin keras,
“Sakit! Sakit sekali! Ampun,
sakit! Sakit Pak,
ampun..!”Sementara itu
badannya mengejang-ngejang
menggelepar-gelepar
menahan rasa sakit yang
teramat sangat, tubuhnya
semakin basah oleh
keringatnya. “Gila, gue
bener-bener seneng sama
pantat lo!” ujar Asan sambil
terus menyodomi Wiwin.
Hingga akhirnya tubuh Asan
mengejan keras, kepalanya
menengadah ke atas,
cengkraman tangan di
pinggang Wiwin pun semakin
keras dan urat-uratnya pun
kini terlihat pertanda
sebentar lagi dia akan
mencapi klimaksnya.
Asan berejakulasi di lubang
pantat Wiwin yang semakin
kepayahan dan tubuhnya
melemah. Asan pun dengan
menghela napas lega kembali
menjatuhkan tubuhnya ke
samping tubuh Wiwin yang
juga terjatuh telungkup
badannya lemas dan
menahan rasa sakit yang
tidak terhingga di lubang
duburnya yang kini
mengalami pendarahan.
Suara yang terdengar dalam
kamar kost itu hanya
tangisan Wiwin, tangisan
yang benar-benar menyayat
hati, yang membuat Liem
kembali bangkit nafsunya.
Liem berjongkok
membalikkan tubuh Wiwin
yang tadinya telungkup
menjadi telentang. Kemudian
menarik kaki Wiwin, lalu
membukanya dan menekuk
hingga kedua pahanya
menyentuh buah dadanya.
Kini posisi Wiwin telah siap
untuk disetubuhi, Liem
meraih penisnya yang telah
kembali tegang dan
emeganginya, memandang ke
arah Wiwin yang
memalingkan wajahnya dari
Liem, matanya terpejam
erat-erat wajahnya yang
masih mengenakan topi
nampak cantik walau penuh
dengan keringat dan air
mata. Liem mengarahkan
penisnya ke vagina Wiwin,
cairan yang keluar dari
penisnya membasahi
vaginanya, membantu
membuka bibir vagina
Wiwin. Wiwin mengerang dan
merintih, tubuhnya kembali
meronta-ronta, giginya
menggeretak, Liem nampak
menikmati jeritan Wiwin
ketika dia menghunjamkan
penisnya ke vaginanya yang
telah basah oleh darah dan
cairan vaginanya.
“Aahhgghh..!” Liem mulai
memperkosa Wiwin. Kaki
Wiwin terangkat karena
kesakitan dan rintihan
terdengar dari
tenggorokannya. Tubuhnya
mengejang berusaha melawan
ketika Liem mulai bergerak
dengan keras di vagina
Wiwin. Liem menarik
penisnya sampai tinggal
kepalanya di vagina Wiwin
sebelum didorong lagi masuk
ke dalam rahimnya. Liem
semakin bersemangat
mompakan batang
kemaluannya di dalam rahim
Wiwin.
Nafsu telah membakar
dirinya sehingga gerakannya
pun semakin keras, sehingga
semakin cepat tubuh Wiwin
pun lemas tergoncang-
goncang dan tersodok-sodok.
Dan suatu ketika dengan
kasarnya dicampakkannya
topi yang menutupi kepala
Wiwin oleh Liem, sehingga
tergerailah rambut indah
seukuran bahu milik Wiwin.
Kini pada setiap hentakan
membuat rambut indah
Wiwin tergerai-gerai
menambah erotisnya gerakan
persetubuhan itu. Sambil
terus menggenjot Wiwin,
bibir Liem kini dengan
leluasa melumat dan
menjilati leher jenjang Wiwin
yang tidak tertutup topi dan
menyedot salah satu sisi
leher Wiwin.
Gerakan dan hentakan-
hentakan masih berlangsung,
iramanya pun semakin cepat
dan keras. Wiwin pun hanya
dapat mengimbanginya
dengan rintihan-rintihan
lemah dan teratur, “Ahh..
ohh.., ooh.. ohh.. oohh..!”
sementara tubuhnya telah
lemah dan semakin
kepayahan. Akhirya badan
Liem pun menegang dan
tidak beberapa lama
kemudian Liem berejakulasi
di rahim Wiwin. Sperma yang
dikeluarkannya cukup
banyak. Liem nampak
menikmati semburan demi
semburan sperma yang dia
keluarkan, sambil menikmati
wajah Wiwin yang telah
kepayahan dan lunglai itu.
Liem mengerang kenikmatan
di atas badan Wiwin yang
sudah lemah yang sementara
rahimnya menerima
semburan sperma yang
cukup banyak. “Aauughh..
oh..!” Wiwin pun akhirnya
tersentak tidak sadarkan diri
dan jatuh pingsan menyusul
Anisya temannya yang
terlebih dulu pingsan. Badan
Liem menggelinjang dan
mengejan disaat melepaskan
semburan spermanya yang
terakhirnya dan merasakan
kenikmatan itu. Batinnya kini
puas karena telah berhasil
menyetubuhi dan
memperkosa serta merengut
keperawanan Wiwin gadis
mahasisiwi cantik yang
ditaksirnya itu.
Senyum puas pun terlihat di
wajahnya sambil menatap
tubuh lunglai Wiwin yang
tergelatak di bawahnya. Liem
pun ibarat telah
memenangkan suatu
peperangan, akhirnya
terjatuh lemas lunglai
tertidur dan memeluk tubuh
Wiwin yang tergolek lemah.
Begitulah malam itu Asan
dan Liem telah berhasil
merenggut kegadisan dua
orang gadis cantik yang
ditaksirnya. Waktu pun
berlalu, fajar pun hampir
menyingsing, kedua tubuh
gadis itu masih tidak
bergerak. Bekas keringat,
cairan sperma kering dan
darah mulai kering nampak
menghiasi tubuh telanjang
tidak berdaya kedua gadis
cantik itu.
Pagi itu saat Asan dan Liem
sudah rapih mengenakan
pakaian mereka, tiba-tiba
Henry sang pemilik kost
mendatangi kamar kedua
gadis itu. Saat itu dia
bersama Acong teman Henry
yang juga teman Asan dan
Liem. “Hei.., kalian disini
rupanya.” ujar Henry. Dan
seketika matanya terbelalak
ketika melihat ke dalam
kamar kost dan melihat
tubuh kedua gadis telanjang
itu tergeletak tidak bergerak.
“Wah elo-elo abis pesta disini
ya..?” tanya Henry. Tanpa
menjawab, Liem dan Asan
dengan tersenyum hanya
berlalu meninggalkan Henry
dan Acong yang terbengong-
bengong.
Saat Liem dan Asan berjalan
meninggalkan kamar kost,
mereka sempat melirik ke
belakang. Rupanya Henry dan
Acong sudah tidak terlihat
lagi dan kamar kedua gadis
itu kembali rapat terkunci.
Kini rupanya giliran Henry
dan Acong yang berpesta
menikmati tubuh kedua gadis
malang itu.
Memang rupa-rupanya Henry
juga memendam cinta
kepada gadis-gadis itu dan
kali ini dia dibantu oleh
Acong dapat leluasa
menikmati tubuh gadis-gadis
itu. Kembali tubuh Anisya
dan Wiwin yang sudah tidak
sadarkan diri menjadi bulan-
bulanan. Henry dan Acong
pun leluasa berejakulasi di
mulut dan rahim gadis-gadis
itu sepuas-puasnya...
( ´ ▽ ` ) mαkαcíhhhh..... ud mampir
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Copas nie,,,,udh pernah baca ane gan,,,tp bagus kok,,,,lanjutkan gannn,,,,
 
Bimabet
( ´ ▽ ` ) mαkαcíhhhh..... ud mw mampir Gan (◦ˆ⌣ˆ◦)•.♥.•
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd