WINDA... Sambungan
***
Mereka sarapan di resto losmen dan mendapat meja dekat kolam ikan yang menggemericikkan air. Wajah Winda tanpak riang. Walau dia memakai baju dan kaos murahan, tapi mata besar dan hidung mancungnya menutupi semua kesederhanaan itu dalam sebuah pameran kecantikan alami yang menawan. Bahkan Suradi kini memperhatikan gadis manis itu sama sekali tidak memakai riasan apa pun.
Winda memesan seporsi besar nasi goreng udang, dua telor ceplok dan empat lembar roti bakar.
"Om pengen tahu kan kenapa Winda ga mau pulang?" Katanya.
"Kamu berantem sama mamah ya?"
"Mmmm... enggak sih sebenarnya, bukan berantem." Katanya.
"Terus?"
"Om, sebulan lagi Winda kan UN (Ujian Nasional) berarti sebentar lagi Winda akan lulus sekolah."
"Ya. Dan kamu bermasalah dengan uang SPP kan dan mamah kamu ga punya uang buat bayarnya, jadi kalian berantem kan?"
"Bukan begitu, Om sayang. Dengerin dulu sebentarrrr aja. Ini penting ceritanya."
"Baik, baik. Om siap denger."
"Begini, Winda emang nunggak SPP 3 bulan dan belum bayar uang ujian, tapi itu sebenarnya bisa dibicarain sama kepala sekolah kalau belum ada uangnya. Nah, mamah sebenarnya ada uangnya, tapi kata Mamah uang itu mau dipakai untuk keperluan yang lain, yaitu untuk syukuran kecil-kecilan karena mamah udah dilamar orang dan mau menikah lagi."
"Wah, kabar baik. Bagus itu. Terus?"
"Winda seneng dengernya, hati mamah udah terbuka jadi nanti kalau punya suami dia enggak akan kesepian lagi. Tapi..."
"Tapi?"
Tiba-tiba raut wajah Winda berriak. Kelopak matanya mengembang, lalu menitiklah dua butir air mata itu jatuh menetes di pipinya.
"Tapi yang ngelamar mamah ternyata Aa, Om." Katanya. "Winda udah pacaran sama aa dua tahun, aa setia dan baik. Aa yang pertama Om, yang pertama kali menyentuh Winda... ternyata aa selingkuh sama mamah udah lama. Waktu kemarin-kemarin dia selalu antar jemput Winda, sebenarnya dia mau bilang sama Winda kalau dia mau nikah sama mamah."
Suradi tercenung. Dia menatap gadis itu dengan tajam.
"Om, maafin Winda ya, sebenarnya waktu kejadian di mobil itu waktu hujan... sebenarnya Winda ngebayanginnya sama Aa... tapi.. tapi ternyata beda. Maafin Winda tidak bermaksud membandingkan... karena Om tak bisa dibandingkan dengan Aa. Tapi yang kedua di rumah... indah sekali Om. Winda tidak akan pernah lupa seumur hidup."
Suradi terdiam. Dia nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Gadis kecil yang lucu ini telah mengalami hal yang tragis. Tapi dia tegar. Dia gadis kecil yang hebat.
"Om diam saja. Om marah sama Winda?"
Suradi tak menjawab. Dia mengecup kening gadis itu lama sekali.
"Nah, sekarang Om sudah paham seluruh persoalannya. Udah mengerti. Tapi pertanyaannya, kamu punya rencana apa ke depan?" Kata Suradi, nadanya datar dan tenang.
"Pertama, Winda ingin mamah sama aa hidup bahagia, jadi Winda ga mau pulang. Terus, Winda mau cari rumah kontrakan deket sekolah, sampai lulus, terus Winda akan cari kerja."
"Kamu ga pengen kuliah?"
"Ya pengen, tapi..."
"Kuliah itu penting buat masa depan kamu. Nanti Om bisa bantu."
"Makasih, Om. Kenapa Om sangat baik sama Winda?"
"Karena kamu cantik."
"Om, boleh Winda cerita satu hal lagi, ini penting."
"Apa?"
"Aa enggak pernah ngecrot di dalem kayak Om."
Suradi diam tak menjawab. Dia hanya tersenyum.
"Ya, aku tahu." Kata Suradi dalam hatinya. Soalnya, waktu Suradi melap adik kecilnya dengan tissue di mobil, ketika hujan deras itu, ada darah yang menempel seperti selaput pada ujung kepala kontolnya. Itu adalah darah perawan.
"Hm. Si aa ternyata tak menembus sejauh itu." Kata Suradi dalam hatinya. Itulah yang membuat Suradi tersenyum riang dan merasa bahagia.
***
Dua bulan setelah lulus, Winda menolak usul Suradi untuk kuliah. Dia malah memilih mengelola toko kelontong yang terletak tidak jauh dari Pasar Muka Cianjur. Suradi akhirnya mengalah. Apalagi ketika dia tahu ternyata Winda hamil 3 bulan. Suradi kemudian menikahinya secara siri dan mempersiapkan 2 nama untuk anaknya, satu nama perempuan satu lagi nama laki-laki. Tapi Suradi merahasiakannya kepada Winda.
Suradi merasa bahagia. Dia mencintai dan mengagumi gadis kecil yang tidak saja memiliki sikap tegar, tapi baik dan lembut hatinya.
Walau tidak bisa serumah dan hanya bisa dijenguk 3 kali seminggu, tapi Winda tidak pernah banyak menuntut. Dia orangnya sederhana, logis dan nerima apa adanya.
Di mata Suradi Winda adalah gadis yang sempurna.
Wajarlah jika kepergian Winda yang tak disangka-sangka itu membuat murung dirinya selama berbulan-bulan. Suradi tenggelam dengan dirinya sendiri dan pekerjaannya; dia sering terbangun tengah malam dan menemukan dirinya sendiri menangis dalam kesedihan.
Seluruh anak buahnya tahu apa yang terjadi antara Bosnya dan gadis kecil yang jelita itu. Mereka tak ada yang berhianat dan menutup rahasia itu dengan sangat rapat dari Bu Iis dan Reyhan, istri dan anak Bosnya.
Seluruh anak buahnya tahu, Bosnya memang baik dan murah senyum, tapi di balik senyum itu menyimpan luka yang mendalam.
THE END
(Tamat untuk Episode Winda, nantikan petualangan Suradi berikutnya)
Catatan Tambahan dari Cianjur Pos :
SOPIR TRUK TELER, HAJAR WARUNG 3 TEWAS
Cianjur (CP).
Kapolres Cianjur AKBP Sumandono menyatakan bahwa sopir truk yang menewaskan 3 orang itu telah diamankan di Mapolres Cianjur dan akan segera diproses secara hukum secepatnya. Dalam siaran persnya, Sumandono menjelaskan, DD diduga mengendarai truk dalam keadaan mabuk, sehingga dia tidak bisa mengendalikan truknya dan menabrak sebuah warung kelontong yang terletak tidak jauh dari Pasar Muka. Pada saat kejadian, pemilik warung Winda (19) sedang melayani pembeli, yaitu Udung (35) dan Ocid (27) yang sedang membeli rokok. Ketiganya tewas seketika akibat benturan dengan bagian depan truk yang melaju dengan kecepatan tinggi. Menurut keterangan sejumlah warga, Ibu Winda pemilik warung sedang berbadan dua dengan usia kandungan 4 bulan.
Sementara itu, menurut sejumlah saksi mata, DD pengemudi truk itu berusaha melarikan diri tapi berhasil ditangkap warga. Badan dan wajahnya babak belur dihajar masa.
Dalam akhir siaran persnya, Sumandono menghimbau kepada para sopir untuk tidak mengkonsumsi minuman keras.
"Kalau ingin kuat dan tidak ngantuk, sebaiknya minum jamu saja." Begitu pungkasnya (Oding)***