Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Roni dan Mama (remake)

Antingmama

Semprot Lover
Daftar
14 Jul 2017
Post
249
Like diterima
1.984
Bimabet
Masih dalam rangka remake cerita lama. Kali ini cerita tentang Roni dan Mamanya. Selamat membaca.

POV Tini
Namaku Tini, usiaku saat ini 49 tahun, sekarang aku tinggal di kota Cirebon bersama keluargaku. Tetangga kiri-kananku mengenalku dengan sebutan bu Haji. Ya, di blok komplek rumahku ini, hanya aku dan suami yang sudah naik Haji. Suamiku bernama Hasyim yang biasa dipanggil Haji Hasyim sekarang sudah pensiun dari Departemen Luar Negeri. Kini ia aktif berkegiatan di Masjid Al Baroq dekat rumah. Aku pun aktif sebagai ketua pengajian di komplek rumahku ini. Tetangga kami melihat keluargaku adalah keluarga harmonis. Namun mereka bertanya-tanya, mengapa anakku masih kecil, masih berusia satu tahun, padahal aku sudah berusia hampir 50 tahun. Aku bilang saja, yah, maklum, rejeki datang lagi pas usia saya senja begini, mau diapakan lagi, tidak boleh kita tolak, harus kita syukuri.

Sebenarnya aku punya 2 anak. Anakku yang sulung, laki-laki, dan saat ini ia sudah berusia 25 tahun. Namanya Roni. Sebelum kelahiran anakku yang masih bayi ini, Roni adalah anak tunggal.

Cerita sedih ini berawal saat dua tahun yang lalu, saat usiaku 47 tahun ketika Roni yang selama 15 tahun kami tinggalkan hidup dengan Neneknya di Cirebon, akhirnya kumpul bersama dengan kami layaknya keluarga. Roni aku tinggalkan selama 15 tahun karena aku dan suami harus tinggal di Belanda. Saat aku dan suami ke Belanda, Roni baru berusia sekitar delapan tahun, ibuku (nenek Roni) tidak ingin jauh dari Roni, beliau mungkin takut Roni akan terbawa arus kehidupan di Eropa dan lupa adat Indonesia. Jadilah Roni tinggal di Cirebon bersama ibuku, lalu aku dan suami tinggal di Eropa.

Lima belas tahun kemudian, aku dan suami pulang ke Tanah Air, sebelum pulang aku dan suami menyempatkan diri untuk naik haji. Setelah pulang menunaikan haji, aku dan suami pulang ke tanah air dan pergi ke Cirebon. Tak kusangka anakku sudah besar, ya Roni telah berusia 23 tahun. Kami lihat ia tumbuh menjadi anak yang sangat soleh, santun dan lemah lembut.

Aku sangat berterima kasih dengan ibu waktu itu, telah membuat Roni tetap menjadi anak yang baik dan rajin beribadah. Beberapa bulan setelah kami berkumpul bersama, ibuku (nenek Roni) meninggal. Kami sedih sekali waktu itu. Setelah itu kami hidup sekeluarga bertiga.

Kehidupan keluarga kami sangat sakinah mawadah dan rohmah. Aku bangga sekali punya anak Roni. Ia rajin ke mesjid dan mengaji. Hal itu membuat aku dan suami selalu merasa bahagia. Seakan-akan kami awet muda rasanya.

Kebahagiaan ini juga mempengaruhi kemesraan aku dan suami sebagai suami istri. Walaupun kami sudah tua, tapi kami masih rutin melakukan hubungan pasutri meski hanya satu minggu sekali. Sampai suatu hari, suamiku mendapat tugas dari untuk dinas selama tiga bulan di Qatar. Suamiku mengajak kami berdua (aku dan Roni anakku) namun Roni yang sudah kerasan tinggal di Cirebon menolak ikut, akupun karena tidak mau lagi jauh dengan anakku menolak ikut. Akhirnya hanya suamiku sendiri saja yang pergi.

Hari-hari tanpa suamiku, hanya aku dan anakku tinggal di rumah kami. Aku sibuk sebagai ketua pengajian ibu-ibu dan memberikan ceramah kecil-kecilan setiap ada arisan di komplek rumahku ini. Roni aktif sebagai remaja masjid di Masjid Baroq dekat rumah. Terkadang karena aku sudah berusia hampir 50, aku mudah merasa capek setelah berkegiatan.

Suatu siang aku merasa sangat capek, sehabis pulang memberikan ceramah ibu-ibu di masjid. Aku pun langsung tertidur. Saat aku tengah-tengah enaknya merasa nyaman dengan kasurku, aku seperti merasa ada sesuatu yang membuat paha, pinggang dan daerah dadaku geli dan gatal. Setengah sadar dan tidak sadar, aku lihat Roni sedang berada di dekatku. Sambil setengah ngantuk aku berkata, “Kenapa Ron? Mama capek nih…”
“Ga, ma, Roni tahu, makanya Roni pijetin,
"Nih Ma, Roni bikinin teh hijau buat Mama, abis itu udah mama tidur aja ya, istirahat”, balas Roni.

Aku senang mendengarnya, senang pula punya anak yang tumbuh dewasa dan baik seperti Roni. Tanpa membuang waktu aku langsung meminum habis teh hijau yang dibuat Roni tadi. Rasanya segar sekali. Oh terima kasih Tuhan.
"Ma, Jilbabnya dibuka ya, biar gak gerah". Pinta Roni padaku. Oh Iya, saking lelahnya tadi aku sampai lupa melepas Jilbab yang masih aku kenakan selepas mengisi pengajian tadi. Kubuka kain Jilbabku dan juga ciput topinya lalu kukibaskan rambutku yang hitam panjang sepunggung dan sepasang anting-anting mutiara Dewi yang menghiasi kedua telingaku di depan anakku Roni seakan ingin menggodanya. Roni hanya tersenyum melihat tingkahku dan memberikan kecupan di keningku "CUPP".
Aku membalasnya dengan memberikan kecupan di pipinya "CUPP" dan berkata "Mama tidur dulu ya". Kataku pendek lalu merebahkan diriku di atas kasur dan langsung tertidur pulas.

Lama kelamaan, aku mengalami hari yang sangat aneh, terutama setiap malam saat aku tidur. Aku merasa, ada sesuatu yang menggelitik daerah sensitifku, terutama daerah selangkanganku. Enak sekali rasanya, oh apakah ini setengah mimpi yang timbul akibat hasratku sebagai seorang istri yang butuh kehangatan suami. Ya, aku yakin karena aku ditinggal suami saat aku lagi merasa kembali muda dan penuh gairah, makanya aku sering sekali mimpi basah setiap malam. Mimpi yang rasanya sadar tidak sadar, kenikmatannya seperti nyata. Ya, aku menjadi senang tidur malam, karena ingin cepat-cepat mimpi basah lagi. Aku menduga ini adalah rejeki dari Tuhan, agar gairahku sebagai istri tetap terjaga, dan kebutuhan biologisku tetap tersalurkan walaupun hanya diberi mimpi basah sama Tuhan. Oh… nikmat sekali. Aku membayangkan suamiku, Beny, yang berhubungan denganku, oh nikmat sekali. Dan karena seringnya dikasih mimpi basah oleh Tuhan, setiap pagi aku bangun aku merasa kemaluanku selalu basah kuyup sampai celana dalamku basah total. Yah, jadinya aku punya kebiasaan baru selalu mandi wajib setiap pagi. Yang aku takutkan hanya satu, takut saat aku mimpi basah, aku mengigau dan takut suara mendesahku terdengar anakku Roni. Tapi saat aku liat dari gelagatnya sehari-hari, nampaknya ia tidak tahu.
 
POV Roni
Perkenalkan namaku Roni berusia 25 tahun, anak dari pasangan Haji Hasyim 58 tahun dan Hajah Tini 49 tahun. Papaku adalah pensiunan diplomat dari Departemen Luar Negeri sedangkan Mamaku adalah Ibu Rumah Tangga yang tugasnya mendampingi Papaku yang selalu bertugas di luar negeri.

Sewaktu umurku delapan tahun sebenarnya aku pernah diajak orang tuaku untuk pergi ke Belanda mengikuti Papaku yang bertugas disana sebagai seorang diplomat. Namun saat itu nenekku bersikeras menolaknya karena takut aku terpengaruh budaya Eropa dan lupa adat Indonesia. Oleh karena itulah aku tidak ikut kedua orang tuaku ke Eropa dan tinggal di Cirebon bersama nenekku.

Selama 15 tahun kepergian orang tuaku bertugas di luar negeri, aku dimasukkan di sekolah agama oleh Nenek. Keluarga kami memang terkenal religius di masyarakat. Aku dimasukkan ke dalam pesantren lalu kuliah di salah satu kampus Universitas Islam Negeri terkenal di Jawa Barat tepatnya di Kota Bandung. Setelah lulus aku kembali ke Cirebon menjadi salah satu pengurus pemuda masjid di kompleks perumahanku.

Singkat cerita dua tahun yang lalu Mama dan Papaku memutuskan untuk pulang ke Cirebon. Ya setelah 15 tahun tinggal terpisah akhirnya kami bisa berkumpul kembali. Selama ini Papa dan Mamaku memang jarang pulang ke Cirebon, terakhir mereka pulang kampung sekitar 5-6 tahun lalu saat aku masih SMA. Ya kesibukan sebagai diplomat yang selalu berpindah negara membuat aku maklum. Dulu sewaktu kecil aku dan Nenek memang pernah diajak jalan-jalan ke Eropa menjenguk mereka tinggal disana, tapi karena aku tidak suka dengan iklim disana yang ekstrem, jadi aku memutuskan untuk melanjutkan kehidupan di Indonesia dan tidak ikut tinggal bersama Papa dan Mama.

Saat kedua orang tuaku datang, mereka terkejut dan senang melihat aku bertumbuh kembang dengan baik. Mereka memutuskan menetap di Cirebon setelah menunaikan ibadah haji dan sekarang Mamaku aktif mengisi pengajian Ibu-ibu di kompleks perumahanku.

Sekilas tentang Mamaku yang biasa dipanggil Hajah Tini, di usianya yang menginjak 47 tahun ini Mama mempunyai wajah yang sangat cantik, hidung mancung, kulit putih bersih, rambut hitam panjang sepunggung, tinggi badan sekitar 165 cm, berat badan 60 kg dan ukuran payudara sekitar 36C.

Pada awal kepulangannya ke Indonesia, aku tidak merasakan perasaan apapun pada Mamaku. Aku hanya merasa senang bisa berada di dekatnya setelah 15 tahun hidup terpisah. Tapi semua dimulai ketika Nenekku meninggal karena serangan jantung 2 bulan setelah kepulangan Orang tuaku. Aku merasa sangat sedih karena harus kehilangan orang yang sudah membesarkanku selama ini. Setelah kepergian Nenekku ini aku menjadi lebih dekat dengan Mama.

Awalnya aku merasa lega karena walaupun harus kehilangan Nenek tapi setidaknya aku masih mempunyai kedua orang tuaku yang akan mengisi hari-hariku untuk kedepannya. Namun semua berubah saat di suatu malam aku diam-diam memergoki Mama dan Papa sedang bersetubuh. Walaupun di satu sisi aku kagum dengan vitalitas mereka di usia senja, tapi melihat mereka bersetubuh dengan lumayan panas dan mesra, membuat cara pandangku menjadi sangat berubah terutama pada Mama. Sejak saat aku secara diam-diam mulai sering memperhatikan Mamaku. Dari mulai mengintipnya mandi, berganti baju di kamar sampai curi-curi pandang ke dadanya yang montok itu.

Menurutku Mama memang masih sangat menggairahkan di usianya yang menginjak 47 tahun pada waktu itu. Mulai saat itu aku mulai berani masturbasi membayangkan Mamaku dan entah kenapa rasanya kalau masturbasi membayangkan Mama aku jadi merasa sangat puas sekali dan spermaku keluar lebih banyak dari biasanya.

Terbersit dalam hatiku untuk mencoba menggaulinya. Entah kenapa melihat Mama dan Papa masih aktif berhubungan seks membuatku penasaran dengan rasanya. Ya memang ini tabu dan sangat dilarang dalam agama. Tapi rasa penasaran dan juga hawa nafsuku makin hari makin besar. Aku pun mulai menyusun rencana bagaimana caranya supaya bisa berhubungan seks dengan Mama.

Tak kusangka ternyata kesempatan itu ada ketika Papa ada tugas dari kantornya di Deplu untuk pergi ke Qatar selama 3 bulan. Awalnya dia mengajak aku dan Mamaku untuk ikut serta, tapi aku menolaknya dengan alasan sudah kerasan tinggal di Cirebon. Ternyata Mama pun juga menolaknya dan memilih tinggal bersamaku di Indonesia. Akhirnya hanya Papa seorang dirilah yang berangkat ke Qatar meninggalkan aku dan Mama berdua di rumah.

Beberapa hari setelah Papaku pergi, aku mulai menjalankan rencanaku untuk menggauli Mama. Aku pergi ke apotek untuk mencari obat tidur yang ampuh dan rencananya akan aku campurkan ke dalam minuman Mama. Kebetulan Mama memang punya stok teh hijau, jadi nanti akan aku campurkan obat tidur ini ke dalam teh hijau Mama.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun datang. Pada siang hari saat Mama baru pulang mengisi pengajian Ibu-ibu kompleks. Kulihat Mama saat itu sedang tertidur dengan kondisi masih memakai Jilbab dan gamisnya. Mungkin karena saking kelelahannya Mama tidak sempat mengganti baju maka dia tertidur dalam keadaan masih memakai pakaian lengkap. Aku pun mencoba untuk membangunkannya dengan memijiti badannya

Tak lama kemudian Mama pun terbangun. Dalam keadaan masih mengantuk Mama pun bertanya apa yang aku lakukan. Aku beralasan hanya mencoba memijitinya karena kulihat Mama sangat capek pada saat itu.

Setelah memijitinya beberapa menit, aku menyuruh Mama untuk meminum teh hijau yang sudah aku campurkan obat tidur tanpa sepengetahuannya. Dia pun meminumnya sampai habis karena kondisi hari itu memang sangat panas.

Sehabis meminum teh hijau buatanku, aku menyuruh Mama untuk membuka Jilbabnya supaya tidak kepanasan. Mama pun menurutinya, pelan-pelan sambil tersenyum dia membuka kain Jilbabnya di depanku beserta Ciput topinya sehingga memamerkan rambutnya yang hitam panjang sepunggung serta sepasang anting-anting mutiara Dewi yang menghiasi kedua telinga Mama. "Oh Mama cantik banget". Kataku dalam hati. Aku pun menyium keningnya sebagai tanda kagum. Mama pun membalas ciumanku di pipi. Tak lama kemudian Mama pun tertidur karena pengaruh obat tidur yang kucampurkan pada teh hijaunya.

Setelah Mama tertidur, aku tidak langsung menggerayanginya. Aku pergi keluar kamar untuk mengunci pintu rumah dan menutup semua jendela yang ada. Setelah memastikan semua aman, aku kembali ke kamar Mama dan mengunci pintu kamar serta menutup jendela pintu kamarnya.

Saat hanya berdua di kamar bersama Mama yang sedang tertidur pulas, aku pun langsung naik ke atas tempat tidur dan menciumi wajah, leher, anting-anting dan meremas-remas payudara Mama yang montok. Karena sudah tidak tahan aku melepas baju dan celana yang kukenakan hingga aku telanjang bulat. Penisku yang berukuran 18 cm dengan diameter 4 cm langsung mengacung keras ke arah Mama.

Aku berusaha melepaskan seluruh pakaian Mama mulai dari gamis, rok, BH dan celana dalamnya. Setelah berusaha secara perlahan-lahan, akhirnya semua pakaian yang dikenakan berhasil aku lepaskan. Melihat tubuh Mama yang sudah telanjang bulat aku langsung menciumi seluruh wajahnya lalu turun ke leher dan ketika sampai di payudaranya aku menghisap puting susu Mama yang sudah mengeras, lalu turun ke perut dan berakhir di vaginanya yang bersih tanpa bulu dan mulai berair akibat rangsangan yang aku berikan.

5 menit kemudian karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya naik ke atas tubuh montok Mama dan mencoba memasukkan penisku yang sudah ngaceng berat ke dalam vaginanya. Saat kucoba menembusnya terasa susah sekali. Mungkin penis Papa tidak sebesar punyaku.
"BLESS SREETT BLESS SREETT BLESS SREETT OHH OHH OHH!" Akhirnya setelah berjuang selama beberapa menit, penisku pun berhasil masuk semua ke dalam liang vagina Mama. Gila rasanya benar-benar menjepit. Hampir saja aku kehilangan kendali karena saking nikmatnya jepitan liang vagina Mama. Aku mencoba mengatur nafasku sejenak untuk menenangkan diri karena ini adalah kali pertama aku menggauli seorang wanita terlebih yang aku hadapi sekarang adalah Mama kandungku sendiri sehingga ada perasaan deg-degan yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Setelah mampu mengatur nafas aku mulai menggenjotnya dengan pelan.

PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK!
Begitulah bunyi sodokan penisku di dalam vagina Mama.
Selama kusodok vaginanya, wajah, leher, anting-anting dan payudara Mama jadi sasaran ciuman dan jilatanku. Entah kenapa aku merasa sangat dekat dengan Mama pada saat ini. Ya mungkin karena efek berpisah selama 15 tahun membuatku jadi seperti ini.
"OHH Mama, Roni sayang banget sama Mama!" Desahku dengan kuat.

Beberapa kali aku hampir mencupang leher dan payudaranya, tapi aku sadar jika melakukan itu pasti akan ketahuan oleh Mama. Maka aku hanya mencium dan menjilatinya sehingga nanti jika selesai bersetubuh maka aku akan sangat mudah untuk menghapus jejak-jejak kelakuanku pada tubuh Mama.

Karena aku masih pemula, maka aku tak mampu bertahan lama. Setelah sekitar 10 menitan aku merasa penisku akan meledak. Aku pun bingung mau mengeluarkan sperma di dalam atau di luar, tapi karena sudah kepalang tanggung maka aku memperdalam sodokan penisku sampai mentok menyentuh mulut rahim Mama yang kenyal dan aku pun keluar.
"OHH Mama Roni keluar Ma, Roni keluar OHH OHH CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT!!!!!" Menyemburlah cairan spermaku yang sangat kental ini sebanyak 12 kali tembakan ke dalam rahimnya.
Aku terus menyodoknya untuk menuntaskan spermaku yang masih belum keluar. Saat akan menghentikan sodokanku rupanya vagina Mama tiba-tiba menjepit kuat sampai membuat penisku sakit dan akhirnya.
"OHH Mama kok malah ngejepit gini sih Ma, OHH nikmat banget Ma OHH OHH CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!" Tiba-tiba vagina Mama mengeluarkan cairan hangat menyirami penisku yang masih menyodoknya sehingga aku merasakan kenikmatan yang amat sangat. Setelah cairan dari vagina Mama berhenti keluar, tubuhku ambruk menindih tubuh montoknya karena kelelahan.

"Oh jadi ini rasanya bersetubuh. Oh nikmat banget bisa gituan sama Mama". Kataku bergumam dengan pelan.
Kuangkat wajahku lalu kulihat wajah Mama yang masih tertidur. "Oh Mama cantik banget, pantes Papa masih suka ngeseks sama Mama" kataku dalam hati.

Aku pun memeluk Mama erat-erat menempelkan payudaranya yang montok ke dadaku sambil menciumi kening, pipi, bibir, lehernya yang putih dan mulus serta sepasang anting-anting cantik yang melekat di kedua telinganya. Aku merasakan campur aduk saat itu, antara rasa cinta sebagai laki-laki dewasa kepada perempuan dewasa, tapi di satu sisi aku merasakan ikatan emosional yang kuat antara Ibu dan anak yang selama ini tidak kurasakan karena lama tinggal berjauhan dengan Mama.
"Mama cantik banget kalo pake anting-anting kayak gini. Sayang banget kalo anting-antingnya ditutupin sama Jilbab CUPP CUPP!" Kataku sambil memegang menciumi anting-anting Mama.
"Tetek Mama udah putih, montok banget lagi. Pasti mantep banget kalo ada air susunya". Kataku sambil meremas dan mengenyot puting payudaranya.

"Aduh jadi kepengen lagi nih. Mama, Roni lanjut ronde kedua ya". Kataku meminta izin padanya.
Ronde kedua pun dimulai. Kali ini aku semakin nekat. Kuubah posisi Mamaku berkali-kali mulai dari telungkup, woman on top, miring, sampai terakhir kembali ke misionaris. Aku melakukannya dengan agak perlahan tapi mesra. Kuciumi semua bagian tubuh Mamaku mulai dari kepala sampai kaki. Oh nikmat sekali rasanya.
Saat dalam posisi misionaris, tiba-tiba aku merasa ingin keluar lagi. Kuubah gaya sodokanku yang tadinya pelan menjadi cepat dan brutal. Ya aku benar-benar seperti memperkosanya.
"PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK!"
"OHH OHH Mama Mama Roni keluar Ma, Roni keluar OHH OHH OHH CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT!" Teriakku dengan keras sambil menyemburkan cairan spermaku sebanyak 9 kali semprotan menghantam dinding rahimnya. Aku benar-benar puas siang itu.
"CREETT CREETT CREETT CREETT". Mamaku pun juga orgasme dalam tidurnya.
"OHH Mama jangan tinggalin Roni lagi. Roni sayang banget sama Mama". Kataku memeluknya seakan takut kehilangan Mama. Aku merasakan keintiman yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Ronde kedua ini berlangsung sekitar 40 menit. Ya mungkin karena aku sudah keluar di ronde pertama tadi, jadi di ronde kedua ini aku bisa bertahan cukup lama.

Setelah berpelukan cukup lama sebenarnya aku ingin menyudahi permainan ini dengan Mama karena kelelahan. Namun tanpa disangka ternyata membuat penisku tambah ngaceng berat di dalam vaginanya sehingga mau tidak mau aku harus menuntaskannya lagi. Dengan sisa-sisa tenaga yang kumiliki kusodok Mamaku dengan kecepatan tinggi. Ya aku ingin cepat-cepat menyudahi karena takut efek obat tidurnya hilang dan bisa ketahuan oleh Mama. Setelah berusaha keras hingga bercucuran keringat selama 20 menitan akhirnya aku pun mencapai orgasme.
"OHH Mama ini yang terakhir hari ini Ma OHH OHH CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT!" Kali ini spermaku hanya tersisa 4 semprotan mengalir ke rahimnya. Ya praktis sekarang ini spermaku terkuras habis mengisi rahim Mama.
"CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!" Mamaku pun juga orgasme kala itu. Wajahnya kelihatan berseri-seri saat orgasme menambah kecantikannya.
"OHH puasnya ngeseks sama Mama. Besok-besok kita ulangin lagi ya Ma CUPP CUPP CUPP CUPP!" Kataku menciumi seluruh wajahnya mulai dari kening, pipi, bibir, leher, anting-anting, lalu terakhir turun ke leher dan payudaranya.

Setelah selesai bersetubuh selama hampir 2 jam dengannya aku membersihkan tubuh Mamaku semampu yang aku bisa. Kuambil lap yang ada di kamar mandi lalu membersihkan sisa-sisa lendir dan keringatku yang menempel pada tubuhnya supaya tidak ketahuan. Kupakaikan kembali bajunya lalu mengembalikannya ke posisi tidurnya yang semula. Setelah selesai aku pun meninggalkan kamar Mamaku tanpa lupa menciumi kening, pipi dan bibirnya sebagai tanda terima kasih lalu aku pun meninggalkan kamarnya dan menuju kamarku untuk beristirahat.

Rutinitas itu kulakukan selama 3 bulan. Aku melakukannya hampir setiap hari. Sebelum melakukannya aku memastikan dulu memang sedang datang bulan atau tidak. Aku bisa mengetahuinya dengan mengajaknya sholat. Jika dia menolak tandanya dia sedang datang bulan dan aku tidak akan membiusnya. Jika dia menyambut tandanya dia sedang dalam kondisi normal. 3 bulan yang membahagiakan diriku sampai akhirnya nanti akan ada peristiwa yang mengubah hidupku untuk selamanya.
 
Lama gak update.. dan tiba tiba menggelegar, lanjutkan hu.. jangan lama lama
 
Cerita lama telah kembali,,lanjutkan suhu
 
remake ada pov roni...perasaan yg asli dulu nama anaknya hendi deh bos...lanjut bos
 
Bagus Hu, apalagi kalo dibuat mama nya tetap tdk tahu siapa yg berbuat, lanjuut
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd