Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RIMBA ASMARA

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?

  • Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung

    Votes: 316 17,6%
  • Hubungan setengah baya atau MILF, antara yang muda dengan yang tua

    Votes: 239 13,3%
  • Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum

    Votes: 132 7,3%
  • Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi

    Votes: 85 4,7%
  • Hubungan sex Perkosaan

    Votes: 46 2,6%
  • Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex dengan Bini Orang

    Votes: 159 8,9%
  • Hubungan sex dengan Laki Orang

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia

    Votes: 80 4,5%
  • Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan

    Votes: 88 4,9%
  • Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung

    Votes: 332 18,5%
  • Hubungan sex romantis

    Votes: 62 3,5%
  • Scandal sex para politisi atau pejabat

    Votes: 19 1,1%
  • Hubungan sex lesbian/gay

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex lainnya

    Votes: 8 0,4%

  • Total voters
    1.796
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Tubuhku terasa ringan dan nyaman.

Aku melangkah di antara keramaian pasar. Mereka, para pembeli dan penjual, mengenakan pakaian yang sangat indah dan berwarna-warni. Baik laki-laki mau pun perempuan. Barang-barang yang diperjual belikan macam-macam, dari buah-buahan hingga pakaian dan perhiasan. Jalanannya bersih. Tak ada sampah berceceran.

Yang aku heran setiap kali aku lewat dan mendekat, mereka, yakni para pembeli dan penjual, langsung membungkuk dan menghormat. Mula-mula aku merasa risih, tapi karena aku tak bisa menghentikannya, jadi aku terpaksa membiarkannya. Aku mendekat karena penasaran akan perdebatan transaksi tawar menawar di antara mereka. Lagi pula aku ingin melihat lebih dekat barang apa yang mereka perjual belikan.

Aku melangkah di tengah jalan seperti orang ideot yang merasa yakin jalan itu dibuat hanya untuk dirinya sendiri. Namun kendaraan-kendaraan yang berbentuk kubus untuk pengendara tunggal dan berbentuk balok untuk pengendara berkelompok itu, senantiasa menyisih dan dengan sangat hormat mengalah. Kendaran-kendaraan berbentuk kotak itu dibuat entah dengan menggunakan bahan apa, permukaannya demikian halus dan warnanya beraneka. Tidak memiliki roda. Mereka berjalan beberapa centi meter di atas permukaan tanah dengan meluncur seperti terbang.

Aku benar-benar dibuat takjub.

Sulit bagiku menjelaskan secara detil bagaimana keadaan pasar itu. Orang-orangnya ganteng-ganteng dan cantik-cantik. Jumlah mereka banyak sekali, mungkin ada ribuan yang memenuhi pasar. Tapi semuanya bersikap tertib dan semuannya membungkuk hormat, bahkan ada beberapa di antara mereka yang bersujud seperti menyembahku.

Tiba-tiba di ujung jalan yang ramai dan penuh dengan orang dan kendaraan itu, seketika berubah dengan sangat cepat ketika sebuah kotak kereta kencana berwarna keemasan muncul. Seluruh kegiatan pedagang dan pembeli serta kendaraan yang lalu lalang mendadak berhenti dan mereka semua bersujud dan menyembah kepada kereta kencana itu.

Hanya aku saja yang berdiri bengong karena tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Kereta kencana itu lalu membuka seperti bunga yang kuncup secara mendadak mekar. Pelahan penutup pinggiran kereta itu berrebahan satu demi satu. Akhirnya, hanya menyisakan seorang gadis yang teramat sangat cantik, sedang duduk dengan sangat anggun di kursi yang sepertinya terbuat dari pahatan berlian biru.

Gadis cantik itu memiliki rambut lurus yang panjang sedada. Kulitnya putih seperti batu pualam, jari jemarinya lentik dan kakinya panjang indah. Bibir merah tanpa lipstik. Hidungnya bangir berbentuk segitiga. Matanya cemerlang seperti mata boneka berwarna coklat.

Dia berdiri dan memperlihatkan seluruh bentuk tubuhnya yang sempurna. Kedua payudaranya sangat mancung dan tajam dengan pentil merah seperti buah cherry. Memeknya tanpa jembut. Tembem. Dan bibir-bibirnya berbentuk elips. Pada guratan belahan memeknya, pada bagian paling bawahnya terlihat liang memeknya yang berbentuk seperti bibir yang sedang monyong sedangkan pada bagian atas ada sebentuk seperti cacing sepanjang kurang lebih, mungkin, sekitar satu centimeter, bergoyang-goyang dan meliak-liuk. Itulah itilnya.

Dia telanjang bulat sebagaimana aku juga telanjang bulat. Sekarang baru aku sadari bahwa sesungguhnya aku juga dalam keadaan bugil. Telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku.

"Sayang, kamu ke mana aja? Aku cari-cari koq kamu ada di sini?" Katanya. Suaranya sangat merdu dan manja. Membuat hatiku menjadi empot-empotan dan jantungku berdebar tidak karuan.

Dia lalu melangkah mendekatiku. Rambutnya yang panjang berkibar tertiup angin, memamerkan pundaknya yang putih halus dan lembut.

Aku gelagapan.
"Sayang, kenapa kamu dian aja?"
"Aku... eh... aku..."

Dia tertawa mengikik. Aku merasa sangat heran, bagaimana suara kikik tawanya itu membuatku merasa sangat seram sekaligus juga terangsang. Sehingga membuat kontolku bergerak-gerak bangun.

Wajahnya sangat cantik dan senyumnya sangat menggoda ketika berdiri tepat setengah meter di depanku. Kedua tangannya meraih lenganku di pergelangan dan menggenggamnya dengan sangat kuat. Jari jemarinya dingin seperti es batu di dalam freezer kulkas.

Begitu dia mencekal lenganku, seketika tanah yang kupijak sepertinya berputar dan orang-orang di pasar seketika itu juga berkerumun mengelilingi kami. Jumlah mereka semakin bertambah, asalnya ribuan menjadi puluh ribuan.

Aku ingin melepaskan cekalan tangan gadis itu. Tapi cekalannya kuat sekali.
"Sayang, kamu kenapa? Kamu enggak kangen sama aku?"
"Ah, eh, aku... aku... maaf, aku tidak mengenalmu." Kataku.
"Iiih... kamu jahat. Masa kamu tega melupakan aku... aku Roro, aku adalah kekasih abadimu, aku calon istrimu..."
"Ma... ma... maaf... Roro tapi... tapi aku tidak mengenalmu."
"Sayang, kamu cape ya udah jalan-jalan jauh... jadi kamu lupa sama aku."
"Tidak, Roro, lepaskan cekalan tanganmu." Kataku berusaha berontak melepaskan diri dari cekalan tangannya yang sangat kuat. Aku mengeluarkan segenap tenagaku untuk melepaskan cekalan tangannya dan hampir saja berhasil... Namun tiba-tiba Roro menyorongkan memeknya dan liang memeknya yang berbentuk seperti bibir yang sedang monyong itu tiba-tiba saja menjulur seperti ular, mencaplok kepala kontolku yang sedang agak ngaceng.

Setelah kepala kontolku tercaplok, liang yang menjulur itu menyelubungi seluruh batang kontolku yang menegang dan ngaceng karena ekstasi sedotan yang lembut dan sangat enak.

Setiap kali sedotan dan hisapan yang dilakukan oleh liang memek itu, setiap kali itu pula tenagaku tersedot. Sehingga aku menjadi lemas dan perlawananku untuk melepaskan diri dari cekalan tangan Roro semakin melemah.
"Akhhkh... Roro... jangan lakukan hisapan itu... aku... aku... tak sanggup menahannya." Kataku merintih.

Roro tertawa mengikik.

"Sayang, jangan melawan. Nikmatin aja." Katanya.
"Roro, jangan. Aku enggak mau." Kataku.
"Sungguh? Sungguh kamu enggak mau memuncratkan pejuhmu di dalam memekku ini sayang?"
"Iya, Roro. Aku tak mau menghamilimu."

Roro tiba-tiba mengikik dengan sangat nyaring sekali.
"Aku justru ingin hamil. Jika aku hamil dan memiliki anak, kamu akan aku jadikan sebagai raja yang memiliki seluruh kekayaan di Kerajaan Laut Selatan ini... hi hi hi..." Katanya. Sementara dia berkata begitu, liang memeknya terus menyedot-nyedot dan menghisap-hisap kontolku.

Walau dalam keadaan sangat lemah, aku bertahan untuk tidak memuncratkan pejuh. Namun ketika itilnya yang sedang meliuk-liuk itu tiba-tiba juga ikut memanjang dan menggelitik batang kontolku, aku benar-benar tak sanggup menahannya.

"Akh.. akh...akh... adduuuh... Roro... eughh..."
"Enak sayang? Ayo muncratin pejuhmu..."
"Agkh... Roro... agkh...aku sudah enggak kuat..."
"Ayo sayang keluarin... semprotin pejuhmu." Kata Roro.

Aku mengerang. Dan hampir saja menyerah.

"Jang, Kasman! Jangan! Jangan semprotkan pejuhmu di dalam memek Nyai Ratu Kidul!!!" Seorang lelaki tua kurus kecil terbang di atas tikar pandan dan berteriak kepadaku. Dia kemudian menyambitkan 3 buah biji leunca berbwarna hijau ke arah pertemuan antara liang Memek Roro dan Kontolku berada. Leunca itu kemudian pecah dan seketika liang Memek Roro melepaskan kulumannya pada kepala kontolku, dia langsung melahap muncratan cairan leunca dengan sangat rakus.

Pada kesempatan yang sangat sempit itu, aku segera melepaskan diri dari cekalan Roro dan berlari ke arah lelaki tua kurus kecil itu yang ternyata adalah Eyang Suta.

Roro menjerit keras.

Tubuhnya yang semula sebagai tubuh perempuan yang sempurna, berubah menjadi seperti ubur-ubur dengan rambut yang runcing tajam seperti landak.

Aku berlari ke arah Eyang Suta yang terbang pergi meninggalkanku. Aku mengejarnya. Berharap bisa menangkap ujung tikar pandan itu dan meloncat untuk ikut terbang bersamanya.

Aku berlari secepat dan sekuat yang aku bisa. Tapi kecepatan terbang tikar pandan itu tampaknya tak bisa kutandingi. Eyang Suta pun menghilang dari pandanganku. Sementara itu, Roro yang berubah menjadi ubur-ubur jelek juga mengejarku.
"Sayang, jangan pergi. Sayang, aku kangen. Tinggallah di sini sayang." Katanya. Namun aku tidak peduli. Aku terus berlari, berlari... walau aku tak tahu arah ke mana aku pergi, aku tidak peduli. Bagiku yang terpenting adalah pergi sejauh-jauhnya dan terus berlari.

Tapi Roro terus mengejar. Dan aku terus berlari. Berlari terus. Sampai aku tiba di sebuah rawa yang berlumpur dan digenangi air, aku tidak peduli, aku meloncat ke dalam rawa tersebut dan terus berlari.

Tapi berlari di atas rawa sangatlah sulit. Kakiku tak dapat menemukan pijakan yang kokoh dan langkahku menjadi berat. Sangat berat. Untungnya, Roro yang telah berubah menjadi mahluk yang jelek itu tak berani meloncati rawa. Dia hanya berdiri di pinggir dan berteriak-teriak memanggilku sayang. Sayang. Sayang. Dan sayang

Aku merasa bersyukur bisa lepas dari kejaran Roro. Kini, yang harus aku lakukan adalah lepas dari jebakan rawa ini. Dengan langkah berat aku terus melangkah. Aku tak perlu berlari. Aku tak perlu ketakutan lagi. Aku terus melangkah. Melangkah.

Namun rawa itu semakin lama semakin lebat dengan aneka jenis pepohonan. Terkadang kakiku terbelit dan terkait oleh sesuatu akar pepohonan yang tumbuh di dalam rawa. Aku melepaskan diri dengan sekuat tenaga dan terus melangkah. Melangkah. Dan terus melangkah.

Tiba-tiba sebuah pohon yang bercabang banyak melilitku dan menahan laju langkahku. Aku melawannya dengan sekuat tenaga. Aku memberontakkan tubuhku agar lepas dari lilitan cabang-cabang pohon itu.
"Sudah, Den. Sudah. Kendinya sudah penuh." Kudengar suara Mang Kemed.

Tiba-tiba aku tersadar oleh hujaman air terjun itu yang mencecar kepala dan pundakku.
"Oh, sudah penuh ya?" Kataku. Sekarang mataku dapat melihat dengan jelas. Mang Kemed dan Mang Kanta memegangi ke dua lenganku, sedangkan Ojang menyelam di dalam kolam air curug dan memegangi kakiku.
"Sudah penuh, Den."

Mataku segera menangkap keremangan senja. Sore hampir berakhir dan tubuhku terasa sakit semua.
"Baiklah, Mang." Kataku. "Yuk, kita ke luar dari kolam curug ini."
"Iya, Den. Mamang juga tidak kuat, dingin sekali." Kata Mang Kanta sambil memberi tanda kepada Ojang yang masih menyelam di dalam kolam.

Kang Ojang memunculkan kepalanya lalu mengusap wajahnya.
"Waduh, kuat sekali kaki Aden." Katanya.
"Maaf, Kang. Sudah merepotkan." Kataku.
"Tidak apa-apa, Den. Ojang senang melakukannya." Katanya.

Mang Emen mendatangiku dan mengambil kendi air yang kupeluk dengan erat. Menutup kendi itu lalu menyerahkan handuk kepadaku.

Brrr.

Sore itu sangat dingin sekali.

***
(Bersambung)
 
tutp tundung saji
PERTAMAX lah?
aihh gagal
 
Bimabet
Wah seru juga cerita suhu @Purbaya1 ..
Penuh dengan petualangan mistis, hehe..
Ayo segera kumpulkan 7 bola naga,
Eh 7 kendi dari 7 curug berbeda, hehe..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd