Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Priscilla, gadis manja yang perlahan binal

Bimabet
PART IX
SURPRISE

soocy-20240502-090654-1.jpg

Hampir setengah tahun berlalu semenjak aku berlibur di desa Wawan, beberapa saat lagi aku harus menghadapi ujian akhir sebelum akhirnya aku lulus dari SMA dan pindah ke jenjang universitas. Namun sebetulnya ada yang lebih spesial daripada itu, yaitu besok adalah hari ulang tahunku. Hari yang spesial itu terasa kurang karena tahun ini kedua orang tuaku justru tidak dapat menemaniku saat itu karena ada pekerjaan yang tidak bisa mereka tinggalkan di luar negeri. Mungkin bagi sebagian orang uang adalah previlage, tapi bagiku, waktu bersama orang tua itu adalah sebuah previlage. Karena walau orang tuaku hampir selalu ada pada saat moment tertentu seperti ulang tahunku, namun hampir tiap hari mereka pulang larut malam, bahkan terkadang tidak pulang. Bahkan saat berlibur pun, papaku sibuk dengan telepon selulernya. Untunglah di rumah ada Wawan dan pak Imam mereka benar-benar sudah aku anggap seperti keluarga sendiri. Apalagi setelah kami sering melakukan hubungan seksual di rumah. Aku semakin akrab dengan mereka bahkan kami makan siang atau malam bersama di meja makan utama saat orang tuaku tidak ada. Aku menoleh ke arah ruang makan, Wawan sedang menyiapkan makan malam yang selalu dia beli di restoran. Maklumlah tidak ada yang bisa masak di rumah ini termasuk diriku. Paling hanya bisa masak mi instan atau sekedar telur rebus.

“Non Cilla, makanan sudah siap! Mau makan sekarang,” Wawan berteriak memanggilku.​
“Iya Wan aku turun,” Balasku sambil keluar kamar.

Kami bertiga asyik menyantap hidangan malam sambil menonton televisi. Ada beberapa berita mengenai kasus-kasus pemerkosaan yang akhirnya terkuak dan pelakunya dihukum kurungan hingga 5 tahun.

“Wah, kalo kasus di rumah ini terkuak kamu masuk penjara, Wan 5 tahun,” ucapku sekenanya,​
“Ih non Cilla tega banget sih sama saya,” Balas Wawan
“Iya nih, masa tega sih sama aki-aki bau tanah gini sampe dijeblosin ke penjara,” Timpal Pak Imam.
“Iya iya pak, aku sayang sama kalian berdua,” Balasku menghampiri mejanya.

Aku mendatangi mejanya dan mencium pipi mereka. Balasannya sudah jelas, payudaraku menjadi mainan mereka berdua. Hal-hal seperti ini sudah biasa di rumah, seperti meremas payudara atau menepuk pantatku. Aku biarkan saja kelakukan mereka selama tidak ada orang tuaku di rumah dan mereka sepertinya cukup memahami kondisi tersebut sehingga menjadi simbiosis mutualisme antara kita bertiga.

“Eh non Cilla, besok kan ulang tahun? Mau hadiah apa dari Pak Imam?” Tanya pak Imam.​
“Ga mau hadiah apa-apa pak,” Balasku. “Ada kalian dirumah aja udah seneng aku.”
“Jangan gitu non, besok aku kasih surprise deh pokoknya,” Wawan berkata
“Ups,” Wawan langsung menutup mulut seakan menutupi sesuatu.
“Hayo surpirse apa buat aku,” Desakku.
“Ga tau tiba-tiba saya amnesia, non,” Balasnya.

Kelakuannya membuat aku tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan mereka. Hadiah apapun dari mereka aku akan terima dengan senang hati. Setelah selesai makan, akulah yang berkewajiban membersihkan piring-piring ini, aku kembali ke dapur dan mencuci semua piring yang kami buat untuk makan malam. Intinya walau kami bertiga sangat bebas di rumah ini dalam arti bisa melakukan hubungan seksual kapan saja karena orang tua jarang di rumah, tapi Wawan dan Pak Imam tidak pernah mengambil kesempatan itu utnuk terus-terusan meminta jatah, inilah yang membuatku respek juga dengan mereka. Mereka bukan predator-predator seks yang seperti diceritakan orang-orang. Seperti saat ini, setelah selesai makan, mereka langsung menuju kamar dan aku mencuci piring. Setelah itupun aku kembali masuk ke kamar untuk bersiap-siap tidur apalagi besok adalah hari sekolah, aku harus bangun pagi agar tidak terlambat. Usai mengganti baju dengan baju tidurku, aku mulai menyelimuti tubuhku dan tidur terlelap.

Esok harinya, aku terbangun agak pagi. Lebih pagi dari biasanya, aku ingin melihat ucapan-ucapan yang diberikan kepadaku. Benar saja di whatsapp sudah ada puluhan chat memberikan selamat ulang tahun, termasuk orang tuaku. Bahkan mereka mengucapkan selamat ulang tahun pada pukul 00.05 sesaat setelah berganti hari. Aku membalas beberapa chat sebelum aku mandi dan bersiap-siap sekolah. Kali ini aku memakai seragam yang cukup ketat dengan bra berwarna cerah, aku ingin mentraktir teman-temanku melihat keseksian tubuhku sehari ini. Biar mata-mata jelalatan dan akhirnya mereka coli di kamar mandi sekolah. Sering banget nih aku mendengar banyak anak cowok di sekolah yang melakukan masturbasi di kamar mandi karena tidak tahan melihat bidadari-bidadari seksi macam kami ini. Tidak lupa aku menggunakan rok yang lebih ketat sehingga garis celana dalamku tercetak jelas dibalik rokku. Setelah menguncir rambutku, aku langsung turun untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah.

“Selamat ulang tahun non,” Ucap Wawan dan Pak Imam sambil membawa kue ulang tahun.​
“Makasih Wan.. Pak Imam,” Balasku terkaget-kaget.
“Ayo non ditiup lilinya. Tapi sebelum itu make wish dulu ya,” Lanjut Wawan.

Aku memejamkan mata sesaat sebelum aku meniup lilin di kue ultah itu, setelah itu kue tersebut aku potong dan kita makan bertiga. Ternyata surprise yang kemarin tidak sengaja di ucapkan Wawan adalah kue ini. Tapi ini cukup kaget sih karena tahun-tahun sebelumnya tidak pernah seperti ini. Mungkin karena beberapa bulan ini kita menjadi sangat akrab dan dekat, mereka lebih memperhatikanku. Namun hal ini membuatku sedikit terlambat saat masuk sekolah apalagi diperparah dengan kondisi jalan yang cukup padat. Membuat akhirnya aku harus terlambat 10 menit di depan gerbang sekolah yang sudah ditutup bersama beberapa kawan yang memang sudah langganan terlambat.

“Loh, Pricil? Kok tumben-tumbenan telat,” Ucap Reza, kawanku yang memang langganan terlambat.​
“Iya, tadi sarapannya kelamaan,” Ucapku sekenanya.
“oh iya, kamu ultah kan hari ini, Happy birthday ya,” Balasnya. “Traktiran dong.”
“Ini ku traktir dihukum samaan,” Ucapku sekenanya.

Tidak lama kemudian kami dan beberapa anak dari angkatan bawahku dipersilahkan masuk dan langsung menuju ruang BP. Setelah mendengarkan ceramah dari guru BP kami dihukum untuk berdiri menghormat ke bendera merah putih di tengah lapangan yang cukup panas. Hal ini membuatku berkeringat dan parahnya membuat seragamku mulai basah sehingga bra yang tadinya hanya samar makin terlihat. Namun karena memang di sekolah ini banyak perempuan dengan style sepertiku ini, aku menjadi cuek saja. Hampir satu jam kami dihukum baru diperbolehkan masuk ke kelas. Benar-benar pagi yang melelahkan dan menjengkelkan. Seharusnya hari ulang tahunku ini dipenuhi dengan kejutan-kejutan bahagia, namun kali ini aku malah terkena hukuman gara-gara terlambat masuk sekolah dan ini benar-benar menguras energiku sampai-sampai pada istirahat yang pertama aku tidak mau kemana-mana hanya di dalam kelas sambil memejamkan mata sesaat dan mengumpulkan energi. Hal ini cukup menambah kekuatan untuk mengarungi beberapa mata pelajaran hingga masuk ke jam istirahat yang kedua. Kali ini aku manfaatkan untuk ke kantin dan membeli makanan, perutku terasa lapar sekali karena hukuman tadi pagi. Setelah membeli nasi campur yang ada di kantin aku duduk di sudut kantin ini. Sedang enak-enaknya makan tiba-tiba Reza yang tadi ikut dihukum bersamaku duduk disampingku.

“Hai Pricil,” Ucapnya.​
“Oh ya Rez, makan ya,” Balasnya.
“Gile kamu pake baju hari ini hot amat sampe tadi abis dihukum aku coli di kamar mandi,” Bisiknya.
“Shhh.. biarin,” Ucapku meledek. “Gara-gara kepanasan kali.”

Usai itu obrolan kami menjadi nyambung dan menjurus ke hal-hal yang berbau seks, hanya aku masih jual mahal menanggapinya sedikit sinis. Jangan sampai aku dianggap murahan, karena aku adalah salah satu siswa teladan bahkan telah mendapatkan beasiswa akibat proposalku yang luar biasa saat di desanya Wawan. Untunglah obrolan itu berakhir dengan masuknya bel sekolah. Aku selesaikan sisa hariku di sekolah ini dan bergegas menuju mobilku. Duduk di kursi dengan suhu mobil yang dingin membuat penatku ini sedikit menghilang. Wawan langsung mengemudikan mobil ini namun nampaknya arah mobil ini bertolak belakang dengan arah rumahku.

“Mau kemana kita Wan?” Ucapku.​
“Ada deh, namanya juga surprise,” Balasnya.
“Loh bukan tadi pagi surprisenya?” Kataku polos
“Ya jelas bukan lah non,” Katanya sambil bersiul.

Mobil ini melaju dan akhirnya berhenti di salah satu mall di Surabaya timur, cukup jauh dari rumahku yang berada di Surabaya Barat. Setelah mendapatkan parkir, aku langsung diajaknya turun dan diminta mengikutinya. Aku sendiri masih penasaran surprise apa yang ingin dia berikan kepadaku ya? Aku mengikutinya hingga sampai di sebuah lobby apartemen yang ada di dalam mall ini. Kami berdua meninggu lift dan akhirnya naik ke lantai yang dituju begitu pintu lift terbuka. Aku benar-benar penasaran kejutan apa yang ingin dia berikan kepadaku ya? Sampai-sampai harus menyewa apartemen seperti ini? Hingga akhirnya sampai di kamar yang kami tuju, Wawan langsung membuka pintu dan kami masuk. Apartemen ini cukup besar, mungkin lebih tepat dibilang kondominium. Kami duduk di sofa besar sambil menyalakan televisi. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan sebuah teriakan.

“SURPRISE...”

Aku benar-benar kaget dan melihat ada 3 orang yang aku kenal membawakan kue ulang tahun, dia adalah Fatur, Fikri dan Pak Burhan. Sontak aku berlari ke arah mereka dan memeluk Pak Burhan. Aku yang sudah beberapa bulan ini meninggalkan desanya Wawan sangat kangen dengan mereka. Aku memeluk Pak Burhan seolah anak yang memeluk orang tuanya. Pak Burhan sendiri membalas pelukanku dengan mengusap rambutku dan mencium keningku sambil mengucapkan selamat ulang tahun, lalu Pak Burham mencium bibirku dengan lembut. Baru sebentar aku berpagutan dengan Pak Burhan, Rambutku sudah dijambak oleh Fatur yang memang hobi main kasar.

“Happy Birthday, Bitch,” Ucapnya sambil menjilat mukaku dari belakang.​
“Met ultah ya Cil,” Fikri ikut mengucapkan sambil meremas payudaraku.

Tubuhku langsung ditariknya ke sofa, bahkan tubuhku langsung dibanting ke sofa. Baru beberapa saat seluruh seragamku sudah terbuka dan dilempar ke berbagai sudut apartemen ini. Fatur dan Fikri langsung mengerubutiku. Pak Burhan dan Wawan hanya tertawa melihat raut wajahku yang panik diserang mereka berdua. Tubuku yangs udah polos ini mengundang nafsu Fatur dimana dia langsung mengangkat kedua kakuku dan ditaruhnya di bahunya, Lidahnya mulai bermain disekitaran vaginaku membuat efek geli yag mulai terasa. Perlahan lidanya terasa mengorek vaginaku membuatku merem melek tidak mampu berkata-kata apalagi mulutku sedang dilumat oleh Fikri. Tangannyapun tidak tinggal diam tetap memberi rangsangan pada putingku yang mulai mengeras. Begitu pagutannya selesai, aku mulai dapat bernapas dan mulai mendesah merasakan nikmat birahi yang melanda mulai melanda diriku.. Apalagi ketika Fatur mulai menyedot klitorisku dengan gemas, tubuku sampai melengkung ke atas menahan rasa geli dan nikmat. Fatur sepertinya sangat menikmati setiap jilatan-jilatan pada vaginaku, dia terus menjilati setiap senti vaginaku bahkan semakin aku mendesah dengan keras karena merasakan kenikmatan ini Fatur justru maskin bersemangat mempermainkan selangkanganku. Kini Fikri bangkit berdiri dan mulai membuka semua bajunya, namun saudaranya, Fatur justru mulai memainkan lidahnya ke atas. Dia mulai naik dari vagina ke pusarku, terus dijilatinya tubuhku hingga berhenti di puting kananku, dia lumat bagai anak bayi yang ingin menyusu ibunya. Lalu berganti ke puting kiriku. Namun, kali ini jemarinya mulai bermain-main di vaginaku seakan tidak boleh dia lepaskan, perlahan jarinya mulai masuk dan menari-nari di vaginaku membuat aku harus merasakan orgamse yang tertahan. Tubuhku bergetar, mataku memejam, dan erangan keluar dari mulutku. Orgasme yang begitu seksi menurutku. Setelah itu, lidahnya naik hingga berhenti di mulutku. Lidah kami saling beradu, makin membuat kenikmatan orgasme itu tak kunjung selesai. Setelah puas menikmati bibirku, aku didudukkan di karpet kamar ini, lalu Fatur dan Fikri berebut untuk memasukkan penisnya itu ke dalam mulutku. Melihat mereka berebut itu aku hanya bisa dengan gemas mencubit pinggang Fatur.

“Gantian kenapa sih? Pelan-pelan aja,” Ucapku cemberut.​
“Itu loh, Cilla jadi cemberut gara-gara kamu Tur,” Ucap Fikri.
“Ya kamu itu, orang mau minta di sepong, kamu ganggu aja,” Balas Fatur.

Melihat mereka saling berebut maka aku langsung melerai. Aku memutuskan untuk mengocok penis mereka berdua daripada ribut. Hal ini membuat Pak Burhan dan Wawan terpingkal-pingkal. Pak Burhan langsung menghampiriku dan mencium bibirku. Lalu aku sengaja memintanya berdiri dan aku melepas celananya beserta celana dalamnya.

“Daripada kalian berantem, mending aku nyepong punya Pak Burhan,” Ucapku sambil memasukkan penis Pak burhan yang masih setengah tegang itu ke mulutku.

Terlihat wajah-wajah kecewa dari Fatur dan Fikri namun tidak berselang lama, bergantian penis itu menikmati mulutku hingga membuat rahangku pegal. Saat ini penis yang masuk ke dalam mulutku ini adalah Fikri, tidak puas diemut-emut saja, Fikri menekan penis itu hingga masuk ke kerongkonganku membuat aku tersedak. Beberapa kali hingga akhinya tubuhku diterlentangkan di karpet ini sambil terus menggenjot mulutku dengan kasar. Bahkan dia memerintahkan saudaranya itu untuk mengerjai vaginaku. Aku melirik ke arah sofa dimana Wawan dan Pak Burhan kini duduk berharap diselamatkan justru malah mendatangiku dan memilin-milin putingku yang sudah mengeras dari tadi. Hal ini terus mereka lakukan hingga aku mendapatkan orgasme yang kedua, namun kali ini mereka tidak membiarkanku menikmati orgasme, tapi terus merangsangku dengan terus mengaduk mulutku dengan penisnya Fikri, Fatur terus menggosok dan mencelupkan jarinya ke dalam vaginaku yang masih sangat sensitif, sedangkan Wawan terus merangsang putingku yang mengeras membuatku menjerit-jerit tertahan menahana geli di sekujur tubuhku. Tanganku mencoba memukul mukul pinggang Fikri yang masih asik menduduki ku namun balasannya Fikri menjambak rambutku sambil terus menggoyang kepalaku maju mundur dengan lebih cepat. Setelah puas barulah mereka semua membiarkanku beristirahat sejenak. Namun istirahat itu tidak berlangsung lama, baru saja aku mengatur napas. Fikri sudah bersiap-siap memasukkan penisnya yang sudah sangat tegang itu ke dalam vaginaku. Dengan sekali dua kali sentakan, penis itu langsung menacap sempurna ke dalam vaginaku.

“Ngghhh,” Ucapku sambil melengkungkan badan.

Penetasi yang cukup membuatku ngilu walau vaginaku ini telah cukup basah akibat rangsangan tadi. Kini Fikri mempompa penisku dengan cukup cepat dan kasar khas dia yang memang suka sedikit bermain kasar. Itupun dia kombinasi dengan mencubit putingku atau menampar pipiku. Setelah itu bibiku kembali menjadi bulan-bulanan Fikri. Yang lain hanya bisa melihatku dilumat habis oleh Fikri. Tanganku yang mencoba menarik tubuhnya langsung diganggam dengan keras. Setelah pagutannya lepas, dia menyuruh Fatur untuk memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Alhasil aku harus pasrah menerima pompaan di vagina dan mulutku hingga aku tersedak beberapa kali. Hampir lima belas menit mereka bergantian mempompa tubuhku membuat orgasme yang tidak berkesudahan. Betul-betul capai dihajar mereka berdua. Hampir setengah jam mereka berdua akhirnya mencabut penisnya dan menyemprotkan cairan sperma yang cukup banyak itu ke tubuhku. Payudaraku adalah daerah yang paling banyak menerima sperma. Namun tidak berhenti sampai disitu saja, mereka meratakan sperma itu hingga memasukkannya ke dalam mulutku. Aku sendiri hanya bisa pasrah mencoba mengatur nafas setelah disetubuhi oleh mereka berdua. Tidak lama kemudian, Pak Burhan mengambil lap basah dan membasuh tubuhku yang sudah lengket oleh sperma, setelah bersih, Pak Burhan mengangkatku dan membawaku ke dalam kamar lalu ditidurkannya tubuhku di kasur kamar yang empuk itu.

“Saya mau main dulu dengan Non Cilla ya, jangan diganggu,” Ucapnya seraya menutup pintu.

Setelah itu, Pak Burhan lalu membuka seluruh bajunya dan memelukku di kasur. Dia menciumi muka ku dan kami saling berpagutan. Tangannya yang nakal juga mulai menggerayangi payudaraku serta vaginaku. Aku sendiri yang sudah sangat terangsang langsung menggenggam penisnya yang mulai tegang itu. Lalu dia memintaku untuk menilatinya. Akhirnya aku memutuskan untuk menaiki tubuhnya yang cukup tambun itu dan memainkan penisnya itu dari atas, Pak Burhan kini asyik memainkan vaginaku yang berada dihadapan mukanya, selain dia usap dia masukkan dua jarinya membuatku tidak bisa berkonsentrasi dalam memainkan penisnya. Parahnya, Pak burhan memainkan vaginaku hingga aku mengalami squirting yang dengan otomatis cairanku yang banjir keluar langsung menyemprot ke mukanya. Dalam hatiku sungkan juga sampai harus seperti itu, tapi hatiku yang lain mengatakan kalau itu salah dia sendiri, walau memang Pak Burhan tidak marah sama sekali setelah mendapatkan siraman dari vaginaku. Bahkan dengan gemas dia menjilati vaginaku membuat aku merasakan geli yang tidak tertahankan. Aku menjerit jerit merasakan geli ini dan pastinya jeritan ini terdengar hingga keluar dan Fatur, Fikri, serta Wawan pasti mentertawakan aku disana.

Tubuhku diletakkannya di kasur yang sudah sedikit basah itu, lalu Pak Burhan bersiap memasukkan penisnya yang sudah cukup tegang itu. Penetasi ini tidak terlalu menyakitiku mengingat ukuran penis pak Burhan tidak sebesar milik Fikri. Namun tetap saja aku harus melenguh keenakan saat Pak Burhan mulai memompa penisnya secara perlahan sambil memeluk tubuhku dan menciumi bibirku. Namun tidak sampai lima menit, penis Pak Burhan sudah berkedut dan pemiliknya langsung mencabut penisnya itu dan melelehkan cairan spermanya itu di perutku yang rata. Berarti dari kemarin di desa itu, Pak Burhan ini memang tidak bisa tahan lama. Namun, mengingat umurnya yang sudah paruh baya aku memakluminya. Kita ngobrol sesaat sebelum akhirnya Pak Burhan memakai kembali pakaiannya dan keluar dari kamar digantikan oleh Wawan yang masuk ke kamar ini dan langsung mengarahkan penisnya ke vaginaku. Aku yang sudah cukup lemas hanya bisa pasrah menikmati sodokan demi sodokan dari Wawan. Mataku sudah mulai berkunang-kunang merasakan ini semua. Fikri yang melihatku sudah kepayahan berjalan menuju kamar yang memang pintunya tidak tertutup itu.

“Cil, udah lemes kah? Kita masih semangat loh?” Ucapnya sambil meremas payudara kananku.​
“Ca.. Capek Fik,” Ucapku sambil terengah-engah.
“Ckckck.. masa gini aja capek sih Cil,” Balasnya sambil memainkan klitorisku dengan jarinya.

Hal itu membuatku melenguh karena orgasme yang kesekian kalinya. Membuat tubuhku bergetar sambil menekukkan badan keatas membuat kedua payudaraku makin membusung. Hal ini tidak disia-siakan oleh Fikri yang langsung mengecup putingku dan memainkan putingku yang lainnya yang membuat aku makin kegelian. Namun untungnya Fikri menyadari kondisiku sehingga dia tidak bertindak lebih jauh, setelah dia kecup bibirku dia meninggalkan aku dan Wawan yang masih bersemangat memompa penisnya itu di dalam vaginaku. Barulah setelah hampir setengah jam dan beberapa kali berganti posisi Wawan mempercepat pompaannya dan menyemprotkan spermanya itu di perutku. Aku sendiri terengah-engah setelah semua ini berakhir. Wawan mengecup bibirku dan memberikanku tissue untuk membersihkan cairan sperma yang ada di perutku, setelah itu dia bersiul memakai kembali pakaiannya dan keluar dari kamar membiarkanku mengatur napas. Setelah cukup waktu beristirahat aku mengusahakan berdiri dan menuju kamar mandi yang ada di kamar ini walau kepalaku rasanya pusing sekali akibat harus melayani nafsu teman-teman dari desanya Wawan ini. Basuhan air hangat membuat energiku serasa kembali. Aku mandi cukup lama karena air hangat ini membuatku nyaman dan setidaknya aku bisa “me time” sejenak karena ku kunci kamar mandi ini sehingga mereka tidak bisa menjahiliku. Setelah itu baru mencari seragamku yang ternyata sudah terlipat rapi di kasur ini. Aku langsung memakai kembali seragam putih-abu ku ini dan bergabung berasama mereka di ruang tengah.

“Cie.. non Cilla udah wangi nih,” Ucap Pak Burhan. “Ayo makan, pasti lapar.”​
“Iya pak, saya yang ultah kok jadi saya yang cape ya pak,” Ucapku memeletkan lidah.
“Enak kan.. traktir tapi ga keluar duit,” Ucap Fikri sambil meremas payudaraku dari belakang.
“Aduduh.. ga capek apa ya? Aku jawab dengan mimik muka cemberut.
“Jangan cemberut gitu dong, jadi tambah gemesin tau ngga,” Balas Fikri.

Setelah itu kami makan bersama, tidak lupa mereka mendoakan banyak sekali hal-hal baik untuk diriku yang sedang berulang tahun, terlebih untukku yang sebentar lagi harus pindah ke Jakarta melanjutkan kuliah karena mendapatkan beasiswa. Kami makan bersama sambil banyak sekali berdiskusi mengenai perkembangan sistem yang aku buat saat aku membuat tugas akhir di desa Wawan sebagai bekal untuk perkuliahan nanti. Setelah itu, aku pamit pulang, sedangkan mereka juga pamit untuk kembali ke desa karena tidak bisa meninggalkan desa terlalu lama. Di perjalanan pulang aku senyum-senyum sendiri membayangkan kejadian tadi di apartemen.​
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Pesta ulang tahun untuk non Cilla yang dilakukan dengan panas. :mantap:
Terima kasih bung
 
Happy birthday Cilla...
BTW, Pak Imam jangan diaggurin terus dong....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd