Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Petruk Harja Sentana

hmmmm saya mencium bau bau call back, sang ibu dalam cerita terakhir adalah ibu dr intan. mungkin iya mungkin tidak.
sang ibu yang awal nya kaget dengan wajah orang yang memperkosanya, seakan teringat sesuatu namun iya sulit untuk mencerna siapa itu. dengan perawakan yang tidak biasa beberapa orang akan mudah untuk mengenali siapa sosok itu tapi dalam keadaan gelap dan dalam kondisi diperkosa siapa juga yang sempat untuk mengingat seseorang apalagi orang yang sekelebat pernah ditemui.

maaf suhu tadi mau saya lanjutin tapi gak enak sama suhu dan pembaca lain. semangat menulisnya
Silahkan berimajinasi. Saya hanya menulis agar cepat tamat :sayonara:
 
Nasib seseorang memang tak ada yang tahu. Harta yang berlimpah, lelaki pemuas, jabatan yang tinggi semua tak ada daya dihadapan roda nasib.

Lidya adalah seorang pemilik beberapa perusahaan besar. Ia malam itu baru pulang dari sekedar bersantai dengan teman dan pastinya para pemuas nafsu mereka. Sayang seribu sayang, ban mobilnya bocor di saat ia melintasi jalan pintas. Jalanan sepi membuatnya tak takut, tapi saat sinyal handphone tak bisa digunakan ia pun jadi panik dan kesal.

Tangan lembutnya tak mungkin mampu mengganti roda cadangan. Ia hanya berharap ada orang baik yang singgah untuk membantu.

Ia sangat senang saat ada dua orang datang, tapi nasib berkata lain.

Tubuh yang dirawat penuh olehnya, malah dinikmati seorang monster. Pemuda besar yang berbadan kekar memperkosanya dengan brutal. Namun bukan merasa dilecehkan, ia malah menikmatinya. Sensasi asing yang ia rasakan makin membuatnya gila. Memek yang hanya bisa dinikmati oleh lelaki pilihan dan dipastikan kondisi sehat, malam itu memeknya dinikmati kontol tak jelas. Ia sendiri pun awalnya ragu, benda apa yang memasuki memeknya. Tapi saat benda besar dan keras itu berkedut lalu menyemburkan cairan hangat, ia yakin pemuda yang memperkosanya memiliki ukuran kontol tak wajar.

Meski ia marah dan menginginkan pembalasan dendam, tapi tercegah karena dia sendiri menikmati juga. Ia malah penasaran dengan identitas lelaki itu.

"Aneh mereka. Rampok tapi juga bantu ganti roda mobilku. Mobil pun tak mereka bawa cuma uang, HP dan barang murah yang mereka bawa" gumam Lidya dalam mobil

"Nyeri banget memek gue. Kayak abis pecah perawan aja. Itu orang apa genderuwo sih. Gede bener kontolnya" lanjut Lidya meracau

Mobil mewah itu pun memasuki kawasan elite, dimana penjagaan sangat ketat. Hanya saja Lidya dan para mobil yang sudah ditandai akan mulus masuk tanpa dicegah.

Rumah megah di ujung jalan terbuka gerbangnya karena sang tuan pulang. Lidya langsung mengarahkan mobilnya ke garasi.

"Lemes banget. Masa harus tidur di mobil. Duhhh pejuhnya banyak banget. Sampe basah semua" gumam Lidya

Ia pun memasuki rumah mewah itu dan bergegas ke kamarnya.

Meski Lidya masih terlihat seperti ibu muda, ia sebenarnya sudah cukup berumur. Anaknya saja sudah hampir selesai kuliah. Orang kaya memang beda!!

Sang anak yg melihat penampilan ibunya kacau hanya bisa heran. Meski dia anak semata wayang tapi ia seorang penyendiri. Hobinya saja dengan jejepangan. Wibu lah istilahnya.

+++++

Petruk hanya berbaring sepulang dari aksinya melumpuhkan Ibu cantik yang kaya raya. Ia masih terbayang kenikmatan ibu itu. Penyesalan pun tak lupa hinggap di benaknya.

"Andai waktu bisa diputar, mungkin lebih baik aku hidup didesa saja. Tenang dan yang pasti bisa gituan tiap hari" gumam Petruk yang pola pikirnya sudah rusak

Malam itu mereka sedikit menghamburkan uang karena habis panen. Tentu saja keuangan dipegang oleh Johan. Ia simpan uang mereka di dalam tanah. Petruk tahu tapi ia tak pikirkan. Lagi pula ia santai meski hidup tak pegang uang. Kebutuhan sehari-hari semua dibelikan Johan, bukan karena alasan aneh tapi Johan khawatir muka Petruk sudah dikenali orang atau bahkan petugas.

"Truk, lain kali gue duluan kalau ngewe. Jangan lu embat duluan!" ucap Johan cengengesan

"Heee iya bang" jawab Petruk

"Anjing lah gede bener punya lu. Iri gue. Gue yakin dah Mak Saroh memeknya jebol gara-gara punya lu. Pas gue pake longgar banget, anjing" umpat Johan

+++

Intan kini jadi anak rumahan, hanya beberapa teman saja yang berkunjung. Sejak itu ia paham bahwa sebenar kepalsuan dari kata teman itu memang ada.

Heni, Nanda dan Rani. Hanya ketiga nama itu yang kadang berkunjung untuk menengok keadaannya.

"Ran kamu pernah ketemu Mas Petruk?" tanya Intan

"Gak pernah lagi Tan, kalau pun ketemu pasti aku kabari kok. Atau malah lemes gak bisa main kesini. Hehee"

Intan hanya tersenyum kecut mendengarnya. Bukan ia cemburu karena ucapan Rani tapi karena suaminya seperti menghilang ditelan bumi. Ia sudah meminta tolong ke Rani untuk mencari tapi belum juga ia temukan. Nanda? Intan tak terlalu berharap padanya, ia sebelumnya adalah anak rumahan. Untuk pergi ke tempatnya saja selalu bawa sopir.

"Guys, gue dijodohin sama nyokap. Dia direktur relasi nyokap. Lu tau kan Nan?" ucap Intan

"Enggak. Gue gak pernah ngobrol sama nyokap" jawab Nanda

"Direktur ya.. enak dong lo!! Gue aja sejak balik, cari cowok belum dapet lagi!!" ujar Rani

"Hmm.. si ******.. kalau gue mau, ngapain gue minta tolong cari Mas Petruk!?" kata Intan

"Lagian gue udah nyaman sama dia. Gak ada yg bisa gantiin dia. Apa lagi di memek gue.. hehe" lanjutnya sambil cengengesan

Nanda yang punya jam terbang rendah hanya manggut-manggut seakan menyetujui ucapan Intan. Meski di desa Wanapurwa ia hanya digarap beberapa perangkat desa termasuk Pak Carik karena kalah seksi dengan yang lain, tapi ia bisa menyimpulkan bahwa Petruk adalah pejantan terbaik.

"Gue pikir lo mau kasih Petruk ke gue. Gue sih mau banget!!" ujar Rani

Intan hanya menepuk jidat sendiri.

Sejak pulang dari desa memang Rani jadi semakin liar, tapi belum ada yang membuatnya puas selain Petruk. Baginya Petruk adalah candu yang tak tergantikan. Meski sudah beberapa lelaki ia coba saat berburu di club malam, tapi tak ada kepuasan yang ia dapat.

"Elu juga belum pernah ketemu Nan?" tanya Rani

"Heh perek! Apa yang lu arepin dari si wibu? Dia keluar kamar aja udah bagus!" sahut Intan

Nanda hanya cengar cengir karena memang benar kalau ia belum terlalu berubah. Apa yang Intan katakan adalah kenyataan.

++++++++

Sudah lebih dari sebulan Johan dan Petruk menapaki jalan suram. Johan yang awalnya "bisnis keamanan" malah sekarang berakhir dalam pelarian. Anehnya mereka tak pernah mendengar kabar mengenai tindakan pembunuhan seseorang dipasar yang dulu Johan kuasai, hanya saja Johan selalu waspada. Ingin dia kembali ke pasar, disana adalah lahan basah yang memiliki resiko kecil. Tapi tak mungkin karena ia harus bertanggung jawab karena sudah melibatkan Petruk. Hanya saja ia rindu dengan basahnya dana yang mengalir setiap hari meski tak sebesar jika ia merampok. Tapi basahnya memek di pasar sudah pasti akan ia dapat, apalagi ia memiliki Tini yang bahkan awalnya tak pernah ia sangka akan bisa nikmati.

"Truk.. gue kangen sama suasana pasar. Jadi buron kayak gini gak bebas banget. Apalagi elu, keluar cuma pas kita beraksi doang. Gak enak kan?" kata Johan

"Kalau abang mau balik ke pasar, balik aja bang. Saya kan yang lakuin dosa itu. Abang gak usah ikut nanggung" jawab Petruk

"Nah ini yang bikin gue gak tega. Elu matiin itu orang gak sengaja. Lagian juga karena belain gue. Malu gue kalau ninggalin elu" ungkap Johan

"Jujur bang. Saya pengen pulang ke desa. Gak betah hidup di kota. Apalagi kayak gini" Petruk yang berbadan besar melinangkan air mata

"Ya udah. Duit simpenan kita, elu bawa. Ya gue minta sih buat ongkos. Lu bawa itu buat modal lu pulang kampung. Nasehat gue cuma satu, jangan terlalu baik!!" ucap Johan serius

Johan pun meninggalkan Petruk untuk mengambil tabungan mereka yang terkubur di halaman rumah itu lalu kembali dengan membawa kaleng biskuit tempat ia menyimpan uang.

Johan hanya mengambil beberapa lembar dan ikatan uang yang lain semua diserahkan ke Petruk.

"Gak usah bang.. lagian saya gak tahu jalan pulang!" kata Petruk

"Lah.. sih gimana. Kirain gak ada duit doang. Trus gimana lu mau balik??" si Johan heran

"Nemuin orang yang kenal saya bang. Kalau ketemu, mau minta bantu buat kasih tahu jalan pulang" jawab Petruk cerdas

"Kita harus cari di dunia luas ini??" tanya Johan geram

Petruk yang bingung hanya menggaruk kepala.

"Oke. Ceritain, siapa mereka yang kenal sama elu" tanya Johan

"Pokoknya mereka 10 orang, mereka ke desa buat tugas kuliah katanya"

Johan yang mendengar itu hanya menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, berharap ia bisa lebih bersabar.

Petruk pun menceritakan identitas dan ciri para mahasiswa KKN yang ia kenal. Mulai Bagas sampai Intan.

"Mahasiswa ya.." Johan mulai terdiam berpikir jauh

"Hmm kayaknya bakal agak ribet nih, tapi terserah lu mau coba apa enggak ide gue ini" ucap Johan

"Apa bang?" tanya Petruk antusias

"Ada tempat yang banyak orang kaya ngumpul. Kadang mahasiswa juga kesitu buat cari hiburan. Disana rame ada pertunjukan musik, kadang ada semacam pertarungan jalanan 1 lawan 1 di tempat yang disediakan. Mereka nonton dan taruhan gitu lah. Kalau lu mau, gue ada kenalan. Kita daftar jadi peserta. Bukan kita sih tapi elu jadi petarung. Kali aja yang kenal sama elu nonton" jelas Johan

"Jadi saya disuruh lawan orang gitu bang?" tanya Petruk meminta penjelasan

"Iya kalau lu mau, lu ikut. Lagian lumayan Truk, yang punya tempat orang kaya. Bayaran gede. Duit mereka kayak gak berseri!! Gak ada abisnyaa" terlihat Johan malah yang antusias

"Kalau elu mau, gue kenalin sama kenalan gue. Nanti biar elu di daftarin jadi petarung. Katanya sih kalau bagus bakal ada yang ngajak kerja jadi pengawal gitu. Hah.. dulu gue coba, tapi kalah. Hahaha" ujar Johan

"Trus abang gimana?" tanya Petruk karena merasa dalam skenario hanya ada dia

"Gue balik ke pasar lahh.. kangen gue sama Tini" ujar Johan cengengesan

"Hmm ya udah. Boleh bang. Kapan kita kesana?" tanya Petruk

"bentar lagi, mandi dulu. Lagian mereka juga palingan baru buka, masih sore gini" ujar Johan

-

Malam menjelang, kedua lelaki menunggu seseorang di belakang sebuah bangunan yang cukup berantakan.

"Kita kok lewat sini bang?"

"Gak liat lu, mereka keren-keren gitu. Gembel kayak kita mana bisa masuk!"

Johan pun memberi pengetahuan tentang "kasta" di kehidupan modern.

"Lama gak muncul. Sekali muncul ngerepotin orang. Ada apa?" tanya seorang wanita yang baru keluar dari pintu belakang

"Truk kenalin ini Dewi, mantan bini gue" ucap Johan pada Petruk

Petruk pun menganggukan kepalanya dengan sedikit memberi senyum pada Dewi.

"Cepetan. Kalau cuma basa basi, mending gak usah lah. Kalau mau pinjem duit, gue gak ada. Narkoba mulu lu yang dipikirin" cerocos Dewi

"Bukan. Lagian gue dah lama berhenti. Ini gue mau minta bantu"

"Bantu apaan?" potong Dewi

"Tolong daftarin temen gue, daftarin jadi fighter" ungkap Johan

"Oh.. bilang kek dari tadi. yaudah masuk. elu pulang aja. Gue males liat muka lu" ucap Dewi sambil menunjuk muka Johan

"Eh bentar.." cegah Johan sebelum Dewi berbalik.

"Apaaan lagi"

"Ini anak polos. Tapi dia bisa jadi petarung. Gue hutang nyawa sama dia. Gue serius. beneran titip dia jangan sampe kena kibulin" kata Johan

Dewi yang tahu Johan serius, ia pun heran kenapa bangsat sepertinya peduli dengan orang lain. Dewi pun melihat muka Petruk, ya dia juga menyimpulkan orang kampung sih. Tapi tak dia sangka suaminya sampai memohon untuk orang lain.

"Iyaa" jawab Dewi singkat

"Ikut gue" ucap Dewi melirik Petruk

Petruk pun berpisah dengan Johan, Johan yang sudah menitipkan Petruk pada Dewi sudah sedikit tenang karena ia percaya mantan istrinya itu.

*Tapi makin cakep aja Dewi. Udah kawin lagi belom ya? Eh tunggu, gue lupa nanya kabar anak!!!!* batin Johan merasa bodoh

-

Suasana ramai ditambah kerasnya musik sangat asing bagi Petruk, ia hanya celingak celinguk duduk menunggu Dewi yang terlihat sedang pergi menemui seseorang.

*Kok mereka pisah ya? Aneh bener bang Johan, istrinya cantik banget tapi malah ditinggal* batin Petruk yang mengamati kaki jenjang Dewi serta lekuk tubuhnya

Terasa sedikit berontak isi celananya.

"Eh tadi siapa nama lu?" tanya Dewi ketus

"Saya Petruk Mbak"

"Hmm lu yakin mau ikut? Bukan ditipu Johan kan?" tanya Dewi lagi

Petruk hanya menggelengkan kepalanya

Dewi pun melihat lekat penampilan Petruk yang sangat mencolok di tempat yang harusnya didatangi orang kaya. Ia lihat mulai sendal jepit sampai ke kaos Petruk. Ia ulangi karena ada sesuatu yang aneh di selangkangan pria yang ia lihat penampilannya itu.

*Itu kontol???* batin Dewi melihat tonjolan besar di celana gombrang Petruk.

"Eh anu.. siapa tadi nama lu?"

"Petruk Mbak"

"Oh kira gue salah denger tadi. Oiya bentar lagi lu tanding. Mereka mau bikin pertunjukan tambahan. Pokoknya aturannya bebas lah kayak tarung jalanan. Cuma gak boleh pake senjata. Hmm lu butuh apa buat persiapan? Bilang sama gue, gue bilang kalau gue bakal jadi manager lu. Kalau lu bagus, gue yang urus buat tanda tangan kontrak" ungkap Dewi

Petruk bingung dengan kalimat yang Dewi keluarkan

*Ah salah gue. Ini orang jelas gak tau apa-apa. Si Johan anjing, mau bunuh orang pake acara lempar kemari* batin Intan was-was

"Ayo kita ke ruang ganti. Gue nanti jelasin aturan dan soal petarung lebih rinci"

Mereka pun ke ruang ganti fighter. Karena Petruk adalah pemula dan belum dikenal maka ia tidak mendapat ruang private. Ruang gantinya bersama para fighter yang tidak terlalu menonjol.

"Lu mau pake baju apa di arena? Pilih aja" ucap Dewi sambil menunjuk berbagai kostum yang tergantung rapih

Petruk pun melihat-lihat kostum yang tersedia disana. Ia mengambil celana hitam gombrang yang mirip dengan miliknya, lalu baju hitam yang berukuran besar tanpa kancing. Kostum itu mirip dengan kostum para dewan adat di desa, hanya saja tak ada ikat kepala dan tali putih sebagai ikat pinggang. Ia lihat ada tali putih dari kain yang sebenarnya adalah tali kostum taekwondo.

Karena celana yang ia ambil sama, ia tak ganti. Hanya saja ia melepas kaosnya dan hanya memakai baju hitam tanpa kancing itu lalu mengikat pinggangnya dengan tali kain berwarna putih.

*Hmm mirip baju Romo tapi sayang talinya bukan tambang* batin Petruk

=Mohon maaf untuk penggiat Reyog, saya ambil kostum warok=

Petruk yang sudah selesai berganti kostum mendekat ke Dewi kembali.

Dewi pun menjelaskan berbagai aturan, ia sebagai karyawan disana sudah hafal diluar kepala. Sedangkan Petruk hanya menganggukan kepala seakan mengerti.

"Nah itu lu dah dipanggil. sana lu" ucap Dewi

Petruk pun memasuki arena yang asing baginya, berbentuk bulat dan berpagar kawat.

Pembawa acara yang sangat profesional itu memberikan julukan seperti dalam kisah wayang kepada Petruk saat memasuki arena.

Petruk yang disaksikan banyak orang merasa gugup, tak lupa ia membungkuk sebagai tanda hormat pada penonton dan wasit.

Lawan Petruk pun masuk dengan gaya cukup mencolok. Pasalnya ia adalah veteran di arena tersebut meski belum terlalu dijagokan sampai sekarang. Dengan kostum mirip pegulat di TV, memamerkan otot-ototnya ia terlihat meremehkan lawan.

Wasit pun bersiap memulai pertandingan, peraturan sedang ia jelaskan. Kedua petarung mengangguk sebagai tanda mereka paham.

Teng teng

Pertandingan pun dimulai. Pemain yang bergaya pegulat berusaha mengambil kesempatan. Petruk menjaga jarak dengan mengepalkan tangan di depan dadanya.

Tentu saja gaya Petruk itu membuat penonton tertawa. Itu gaya pemula!!

Pegulat itu hanya tersenyum sinis pada Petruk. Dengan sangat meremehkan ia maju berusaha menabrak Petruk agar terjatuh dan melumpuhkannya.

Buakhhhhhhh

Pegulat yang berlari mengarah ke Petruk malah lebih dulu menikmati bogem mentah Petruk sebelum sukses menyerang. Hal itu membuat langkahnya terhenti.

Baghhhhh

Petruk kembali memukul wajah pegulat dengan kuat. Pegulat itu terhuyung dan tumbang, membuat penonton terdiam dengan kecepatan serangan Petruk yang sebelumnya mereka tertawakan.

Wasit pun memberi tanda agar Petruk mundur dan Wasit itu mulai meghitung. Pegulat itu hanya menggeliat sampai hitungan ke sepuluh lalu dinyatakan KO!!

Penonton bersorak karena pertarungan mereka. Banyak yang menilai itu sebuah keberuntungan dan masih memandang sebelah mata.

Banyak mata yang akan mengingat pertarungan itu. Setidaknya untuk keperluan taruhan jika Petruk mulai pertandingannya nanti.

"Sepertinya menjanjikan. Jangkauan pukulan dan kecepatannya gak bisa dianggap remeh. Lumayan menarik perhatian penonton juga. Tapi aku tidak asing dengan orang itu, dimana pernah bertemu ya.." gumam seorang wanita cantik di kursi VIP

"Maaf Bos, orang itu didaftarkan salah satu waiters kita. Dia bilang temannya. Apa bos tertarik jadikan orang itu petarung resmi di sini atau jadi bodyguard?" tanya seorang pria dengan membungkuk. Ia samar mendengar ketertarikan Bos nya pada pertarungan yang baru saja berlangsung

"Boleh Pak Hen, temui waiters itu. Kita tanya dulu tentang petarung baru itu. Kalau petarung itu mau, kita buatkan kontrak. Jadi petarung saja. Pak Hen tahu sendiri kalau saya tidak suka ada bodyguard" ucap seorang wanita yang masih terlihat cantik diusianya yang tak muda lagi

"Tapi demi keselamatan Bos sendiri. Maaf jika saya lancang" imbuh Pak Hen

"Saya kan bermain di balik layar. Saya pengusaha bukan orang bawah Pak Hen. Asal identitas saya tidak dibeberkan kalian, saya baik-baik saja" ucap wanita itu

"Baik kalau begitu Bos, saya pamit untuk urus petarung baru itu"

Manager itu pun izin undur diri guna mengurus permintaan bosnya mengenai waiters dan petarung baru yang dimaksud.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd