Chapter 1
Cuma dua chapter doang.
Mulustrasi Maulida
Aku haura maulida, umur 25 tahun. Dan suamiku roni hendrawan umur 30 tahun. Kami berasal dari keluarga agamis. Sebelumnya pola pikir kami sangatlah lugu dalam hal seksual. Sampai permainan yang diadakan oleh teman-teman suamiku mengubah segalanya.
Suatu ketika aku diajak suamiku untuk ikut dengannya menghadiri reuni SMAnya dulu. Disana tidak hanya teman-teman yang seagama dengan kita. Karena memang suamiku bukanlah lulusan sekolah agama.
Kebanyakan adalah orang-orang chindo dengan agama yang berbeda. Hanya aku dan suamiku yang berasal dari suku betawi. Hanya saja, orang tua suamiku adalah orang berada. Maka dari itu pergaulannya luas, tidak hanya bergaul dengan sesama muslim pribumi saja. Tetapi juga orang-orang china beragama katolik dan kristen. Begitu juga tentang pendidikan, orang tua suamiku cenderung menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta yang dikelola orang-orang china non muslim.
Sebenarnya aku minder sesampainya disana. Reuni diadakan di sebuah villa yang sangat mewah. Berjajar mobil-mobil mewah yang tentu saja lebih bagus dari punya suamiku. Karena saking akunya yang tidak pede kupegang tangan suamiku dengan erat. Kulihat perempuan-perempuan cantik berkulit kuning keluar dari mobil mewahnya. Deg, kutundukkan wajahku karena merasa diriku saja yang berbeda.
Aku pun menelan ludah karena malu, karena hanya aku sendiri yang memakai gamis, hijab panjang dan cadar.
Aduh gimana ini, batinku.
Tenang sayang, kata suamiku sambil mengelus-elus punggungku mengetahuiku sedang gugup.
Suamiku menghampiri teman-temannya, ada liu, lee, kwok, robert dan toni. Salam kenal, saat mereka berusaha kenalan denganku aku hanya menangkupkan tanganku ke dada. Salam kenal juga kataku.
Lee melirikku, aku yang malu menundukkan pandanganku. Aduh, deg degan, meski aku bercadar nggak kuat juga dilirik lelaki tampan seperti lee.
Tetapi lirikannya berubah tatapan yang seakan menelanjangiku. Risih, tetapi rasa senang ditatap oleh lelaki tampan lebih dominan.
Acara musik dimulai, kulihat perempuan cantik bernama lia naik ke panggung untuk bernyanyi. Suaranya bagus, sama seperti wajahnya yang cantik.
Semua orang di ruangan ini berdansa, kulihat tangan suamiku ditarik oleh temannya perempuan. Aku sangat cemburu melihat suamiku.
Sikap agamis suamiku yang diperlihatkan kepadaku seketika lenyap. Mereka berdansa sangat romantis.
Mau dansa denganku? Kata lee.
Jantungku deg degan, ya Tuhan bagaimana ini.
Bo boleh, kujawab dengan gugup.
Sekarang aku berdansa dengan lee. Lee memegang pinggangku, aku memegang pundaknya. Mata kita saling beradu.
Sekejap menatap mataku, matamu cantik maulida. Kata lee memujiku.
Eh, terima kasih. Aku menunduk malu dipuji oleh laki-laki yang baru saja aku kagumi.
Kulihat suamiku, suamiku sudah tidak terlihat. Dimana batinku.
Lee memegang pipiku, ditarik untuk menatapnya. Kita saling berpandangan, mata kita pun saling beradu.
Jantungku yang berdetak makin kencang membuatku ingin pingsan. Bukan pingsan karena aku kecepekan tapi pingsan karena aku tak sanggup lagi menahan malu dan perasaan aneh yang menyelimuti dadaku.
Wajah lee mendekat, aku yang mengerti apa yang dilakukan lee menutup mataku.
Cup, Lee mengecup bibirku yang tertutup cadar cukup lama. Semakin lama kecupan itu berubah menjadi pagutan ke bibirku. Aku yang terhanyut oleh ciuman Lee menjadi lupa diri.
Elm, aku balik membalas pagutan lee. Aaahh, aku tarik pagutan lee ke bibirku lalu Lee kembali menarik bibirku. Kita kembali saling lumat sampai cadarku sedikit basah oleh ludah.
Tiba-tiba lee menggandengku, menarikku meninggalkan ruangan dansa.
Eh mau kemana? Tanyaku.
Lee hanya tersenyum, tampan banget sih batinku. Aku tersipu malu digandeng lee dengan menundukkan pandanganku.
Seperti dihipnotis, aku mau mau saja digandeng lee menuju ke lantai atas. Aku dipepet ke tembok. Kita pun kembali berciuman dengan aku yang masih memakai cadar. Mataku aku pejamkan.
Lalu aku menundukkan pandanganku, aku tau ini salah tetapi lee meluluhkan hatiku.
Dengan perlahan cadarku dilepas oleh lee.
Kamu cantik maulida, kata lee membelai pipiku.
Tiba-tiba lee menggendongku, aku dibawa ke dalam kamar. Sekarang aku ditelentangkan ke atas ranjang.
Lee membuka bajunya, terpampanglah tubuh lee yang putih. Perasaanku semakin tidak karuan. Dengan cekatan lee melepas celananya. Terlihat penis lee mnyembul dibalik celana dalamnya.
Aku yang sudah dikuasai oleh nafsuku hanya bisa pasrah saat lee menindihku. Kurasakan penis lee yang masih terbungkus celana dalam menempel di vaginaku yang masih tertutup kain berlapis. Secara nggak sadar aku kalungkan tanganku agar lee terus menciumku.
Di luar MC memberitahukan acara inti akan dimulai, aku dan lee cepat-cepat merapikan pakaian kami. Kupakai cadarku. Lalu aku berlari kecil dengan tangan Lee menggandeng tanganku.
Aku tersenyum dibalik cadarku, rasanya seperti remaja saja. Yang kebetulan sejak remaja aku belum pernah sama sekali pacaran. Duh mas roni maafin aku, aku sudah selingkuh.
Sesampainya di ruang dansa, MC memberitahukan tentang game yang akan kita mainkan.
Para hadirin yang laki-laki berdiri di sebelah kanan. Dan hadirin yang perempuan di sebelah kiri.
Mata kami yang perempuan ditutup, lalu kami harus berjalan ke arah laki-laki yang berjajar untuk menemukan pasangan kita masing-masing. Sebelumnya kucari mas roni.
Mas roni melambaikan tangannya. Permainan pun dimulai. Aku mulai berjalan untuk mencari suamiku.
Aduh, karena mataku tertutup sering kali aku menabrak teman-teman perempuan suamiku.
Sesampainya di deretan laki-laki, kucoba meraba-raba wajah suamiku.
Ah sulit juga ya, batinku.
Lalu MC memberitahu kami, kalo kami sudah yakin itu pasangan kita. Kami harus melepas celana orang tersebut. Lalu mengoral penis itu.
Aduh, kok acaranya seperti ini. Kakiku berhenti melangkah karena sedikit ragu. Ini sudah terlalu jauh, apa yang aku lakukan salah. Termasuk tadi saat aku bercumbu dengan lee. Tetapi tubuhku bertentangan dengan nuraniku. Tanganku meraba-raba celana laki-laki di depanku. Aku berlutut, kuraba, kucari resletingnya dan aku buka.
Astagfirullah, penis di dalam celana boxer yang aku raba tiba-tiba menggembung. Besarnya. Batinku. Aku pun menelan ludah. Dadaku pun berdetak semakin kencang. Maafkan aku Tuhan, maafkan aku suamiku. Tapi aku nggak mungkin lari dari permainan ini, aku sudah terlanjur terjebak dalam permainan ini.
Terlintas di pikiranku penis raksasa di dalam celana boxer ini penis lee. Aduh, apa-apaan sih kamu lida, gila kamu lida, rutukku pada diri sendiri.
Kulepas celana panjang laki-laki di depanku. Dimulai dengan aku melepas ikat pinggangnya. Setelah celana panjangnya sudah melorot ke bawah, kuraba-raba penis di depanku yang masih memakai boxer. Kupelorotkan boxer itu secara perlahan. Nafasku semakin memburu.
Setelah boxer itu sudah melorot ke bawah, kupegang penis itu. Benar dugaanku, penis ini benar-benar besar. Jauh lebih besar daripada milik suamiku. Aku agak ragu memasukkan penis itu ke mulutku. Tetapi permainan ini dibatasi waktu. Dengan terpaksa, aku coba penis itu memasuki mulut mungilku. Kusibakkan cadarku, kujilat, hisap penis itu yang aku pikir agak lain.
Astaghfirullah, penis ini nggak bersunat. Kujilat, kuemut sampai penis ini membesar, mengacung di depan wajahku. Kumaju mundurkan penis itu sampai ke kerongkonganku.
Uhuk, uhuk, aku terbatuk. Aroma penis itu berbeda dengan suamiku. Apakah memang penis dari laki-laki yang berbeda ras itu aromanya berbeda? Aku bertanya-tanya sendiri dalam hati. Ah masa bodoh, aku kembali konsentrasi. Kukeluarkan penis raksasa itu dalam mulutku. Lalu aku jilati kepala jamurnya yang besar, kuemut biji zakarnya yang menggantung yang cukup besar juga.
Kudengar laki-laki itu melenguh. Oooohhh, enak. Kepalaku dipegang oleh lelaki itu, dia mendorong kepalaku agar aku memasukkan penisnya memasukkan ke dalam mulutku lebih dalam.
Ungkhh, ungkhh, aku nggak bisa bernafas. Kucoba melepas kulumanku dari penis besar itu dengan melepas tangan laki-laki itu dari kepalaku.
Pegangannya mengendor, kuletehkan penis besar itu. Uhuk, uhuk, aku benar-benar susah bernafas. Sampai nafasku ngos-ngosan.
Kamu nggak papa mbak? Tanya laki-laki itu khawatir.
Nggak papa mas. Jawabku dengan suara bergetar.
Kucoba memasukkan penis besar itu lagi secara perlahan ke dalam mulutku.
Elm, mulutku yang kecil tidak muat menampung seluruh penis itu. Ku kulum, hisap, kumasukkan penis raksasa itu sampai ke kerongkonganku. Kumaju mundurkan kepalaku dengan memegang paha laki-laki itu.
Clok clok clok,
MC pun memberitahu kami, mereka yang belum ejakulasi harus bermain ke level selanjutnya. Level selanjutnya adalah kita harus bersetubuh dengan laki-laki yang sudah kita oral penisnya dengan posisi wot.
Astaghfirullah ini benar-benar gila, aku harus berzina dalam posisi wot dengan laki-laki yang bukan suamiku. Tapi perasaan yang tadi berusaha untuk membentengi diriku agar tidak melanjutkan permainan ini sudah sirna. Bahkan tanganku secara refleks meremas payudaraku sendiri dengan tangan yang satunya lagi mengucek-ucek vaginaku dibalik celana dalam. Sekarang posisiku jongkok mengangkang sambil mengoral penis di depanku.
Aku pun dengan meraba-raba naik ke atas laki-laki yang sudah telanjang itu. Aku tau dia telanjang karena aku meraba-raba tubuhnya.
Kusingkap gamisku, kulepas celana dalamku dan aku buang ke sembarang tempat. Aku pun menaiki tubuh lelaki itu, kupegang penisnya yang besar memasuki liang senggamaku yang selama ini aku jaga untuk suamiku saja.
Ahhhh, tubuhku melengkung. Ini sesak. Aku sedikit takut, takut vaginaku robek gara-gara aku memaksakan penis itu memasuki vaginaku. Pinggulku kuturunkan pelan-pelan, uuuh besar, panjang banget.
Ahhhh, penis itu sudah sampai dititik terjauh vaginaku. Secara perlahan aku mulai mencoba naik turun. Huh huh huh, nafasku memburu. Semakin lama aku mulai bisa beradaptasi. Penis besar yang terasa menyumpal vaginaku lama kelamaan semakin membuatku melayang.
Ahhh, aku naik turun lebih cepat, lebih cepat dan lebih cepat lagi. Sampai aku terlonjak-lonjak di atas laki-laki yang bukan suamiku ini. Enak, ini enak. Ahhhh.
Mas maafin aku. Aku bicara dengan diriku sendiri dalam batin. Tubuhku menggelepar, ambruk menindih tubuh laki-laki telanjang di bawahku. Pipiku, bibirku dikecup-kecup oleh laki-laki itu. Aku merinding dan apakah itu Lee, aku nggak tau. Harapanku itu lee, ah Lida lagi-lagi kamu mikirin Lee. Aku merutuki diriku sendiri lagi.
Belum sempat aku mengatur nafasku, MC memberitahukan tentang permainan selanjutnya. Untuk perempuan yang orgasme lebih dulu harus melayani semua laki-laki diseluruh ruangan.
Deg, aku sedikit takut. Semoga saja yang orgasme lebih dulu bukan aku. Harapku. Tetapi setelah MC mengumumkan akulah yang orgasme lebih dulu. Semua laki-laki di ruangan ini bersorak gembira.
Aduh kenapa aku, aku menggigit bibir bawahku.
Blindfoldku dilepas dan kondisiku sekarang masih dalam pelukanku adalah Toni. Ya Tuhan, aku malu menatap matanya. Cukup ganteng juga pikirku. Lalu aku bangkit dari telungkupku di atas tubuh Toni.
Sekarang aku digiring ke atas matras, mataku mencari-cari Lee dan suamiku. Dimana mereka. Ada dua puluh laki-laki telanjang mengelilingiku. Jantungku deg degan. Cup, muah. Kutengok ke belakang. Mas, mataku melotot karena itu ternyata mas Roni. Lalu dia membisikan ke telingaku yang tertutup hijab, nikmatin sayang.
Muah, mas Roni mengecup pipiku.
Aku berusaha menarik tangan mas roni, butuh sedikit penjelasan. Tapi, ahhh payudaraku di remas dari belakang. Kutengok ke belakang ternyata itu lee.
Deg deg deg, sekarang Lee sudah telanjang. Aku melihat penis lee yang putih bersih menggantung dengan ukuran cukup besar. Aku lagi-lagi menelan ludah melihat penis milik laki-laki yang aku suka. Huh, dengusku karena mas Roni pun membiarkannya dalam permainan ini. Mau gimana lagi, sekalian aku hanyut ke dalamnya. Kunikmati remasan Lee, dan wajahku menoleh ke belakang, kita berciuman.
Lalu kakiku rasanya dikangkangkan. Terasa benda tumpul mengorek-ngorek vaginaku. Uuuh ahhhh, kucoba melepas pagutan lee untuk melihat siapa yang merangsang vaginaku. Setelah aku lihat ternyata Toni.
Aku pun ditelentangkan. Dua puluh orang di atas matras menjamah seluruh tubuhku. Meremas, mengelus. Dan suamiku mendekatiku, cadar yang aku pakai dibuka. Kita berciuman.
Kulepas ciumannya dari bibirku.
Mas, kataku. Kenapa kamu biarkan ini terjadi? Kataku sedikit kecewa.
Dia mengelus wajahku, karena mas pengen melihat adek disetubuhi banyak lelaki.
Mataku melotot. Mas nggak cemburu? Kataku cemberut.
Justru mas nafsu melihat adek yang sehari-harinya tertutup bisa dinikmati banyak orang. Hehe. Suamiku cengengesan.
Huh, Suami gila. Aku pun berusaha berdiri, melepas hijabku perlahan. Dengan gerakan lambat hijab itu jatuh ke lantai. Sekarang terlihat rambutku yang hitam lurus tergerai.
Semua mata yang memandang disitu melotot. Kulirik Lee, aku pun tersenyum ke arahnya.
Kubuka gamisku secara perlahan, belum juga gamisku terlepas dari tubuhku. Lee dan Toni mendekat. Mereka berada di samping kanan dan kiriku. Menciumi rambut, telinga. Mengelus pundakku dan menciumnya. Rasanya benar-benar melayang.
Lalu dengan kasar suamiku kembali mencium bibirku, sekarang tiga lelaki menciumi tubuhku. Dengan kasar, Bret, Bret. Gamisku ditarik oleh suamiku.
Ahh mas, aku sedikit protes. Belum juga habis protesku BHku dilepas.
Mas jahat, aku merajuk.
Gamisku yang sudah terlepas menampakkan tubuhku yang selama ini hanya suamiku yang pernah menikmatinya.
Panggulku diangkat, tau kalo celana dalamku dilepas. Aku membantu mengangkat panggulku.
Dengan malu-malu aku coba tutupi vaginaku dari tatapan lapar 20 laki-laki yang haus sex. Lee mendekatiku, tanganku yang menutupi vaginaku disingkirkan.
Cantik banget, Lee berdecak kagum.
Dengan kasar suamiku melebarkan kakiku. Dengan sedikit dorongan, penis suamiku amblas.
Ahhh, mas. Kepalaku mendongak.
Clok clok clok, 20 laki-laki disekelilingku mengocok penisnya sambil berlutut. Kulihat Lee mendekatiku, digesek-gesekkan penisnya yang aku puja-puja menyentuh wajahku.
Aku pun tersenyum menatapnya. Kupegang penis lee dengan perasaan bergetar. Kumasukkan penis itu ke dalam mulutku. Lee memegang rambutku. Dengan lembut dia mendorong kepalaku agar masuk lebih dalam ke dalam kerongkonganku.
Aku terhanyut dengan perlakuan Lee. Hanya Lee yang memperlakukanku dengan lembut meski orgy bukanlah softcore. Tapi kenapa, kasarnya Lee terlihat lembut di mataku. Ah aku jatuh cinta. Lee, setubuhi mulutku sesukamu Lee.
Tubuhku melengking, aku orgasme. Tubuhku ambruk memeluk mas Roni.
Lalu aku digilir bergantian oleh 20 laki-laki yang mengelilingiku. Karena saking lemasnya, aku hanya bisa memejamkan mataku.
Pantatku ditarik ke atas agar menungging. Sekarang aku telungkup dengan pantat menungging.
Plak, ahhh. Plak. Pantatku ditampar.
Bles, ahhh. Kugigit bibirku. Kembali tubuhku berguncang-guncang.
Ahhhh pantatku bergetar, aku orgasme. Belum sempat aku menikmati sisa orgasmeku. Penis lain sudah mengambil alih untuk menyodokku.
Ah ini nikmat, tapi aku capek. Rasanya tubuhku remuk. Ta tapi, aku mengingat Lee salah satu yang menyetubuhiku. Saking lelahnya mataku terasa berat dan aku tak sadarkan diri.
*******
Setelah aku tersadar, aku digendong ke kamar mandi. Aku dimandikan oleh 20 laki-laki di dalam bak mandi. Tubuhku yang mengangkang kembali dirangsang. Ada yang mencium bibirku, menjilat ketekku, jari tanganku dan jari kakiku. Rasanya seperti dimanjakan.
Kulihat Lee sibuk merangsang vaginaku, dengan tatapan lembut kepala Lee mendekati selangkanganku.
Ahhh, tubuhku menggelinjang. Lidah Lee menari-nari di vaginaku.
Crot crot crot, aku orgasme.
Tubuhku lalu diangkat berdiri, seluruh tubuhku dihanduki oleh mereka. Dan aku digendong oleh lee ke dalam kamar. Tanganku aku kalungkan ke leher Lee.
Dan kulihat laki-laki yang lain termasuk suamiku dan Toni mengikutiku.
Aku direbahkan di atas ranjang, kembali aku digilir oleh mereka sampai aku kembali pingsan.
Bersambung...
Cuma dua chapter doang.
Mulustrasi Maulida
Aku haura maulida, umur 25 tahun. Dan suamiku roni hendrawan umur 30 tahun. Kami berasal dari keluarga agamis. Sebelumnya pola pikir kami sangatlah lugu dalam hal seksual. Sampai permainan yang diadakan oleh teman-teman suamiku mengubah segalanya.
Suatu ketika aku diajak suamiku untuk ikut dengannya menghadiri reuni SMAnya dulu. Disana tidak hanya teman-teman yang seagama dengan kita. Karena memang suamiku bukanlah lulusan sekolah agama.
Kebanyakan adalah orang-orang chindo dengan agama yang berbeda. Hanya aku dan suamiku yang berasal dari suku betawi. Hanya saja, orang tua suamiku adalah orang berada. Maka dari itu pergaulannya luas, tidak hanya bergaul dengan sesama muslim pribumi saja. Tetapi juga orang-orang china beragama katolik dan kristen. Begitu juga tentang pendidikan, orang tua suamiku cenderung menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta yang dikelola orang-orang china non muslim.
Sebenarnya aku minder sesampainya disana. Reuni diadakan di sebuah villa yang sangat mewah. Berjajar mobil-mobil mewah yang tentu saja lebih bagus dari punya suamiku. Karena saking akunya yang tidak pede kupegang tangan suamiku dengan erat. Kulihat perempuan-perempuan cantik berkulit kuning keluar dari mobil mewahnya. Deg, kutundukkan wajahku karena merasa diriku saja yang berbeda.
Aku pun menelan ludah karena malu, karena hanya aku sendiri yang memakai gamis, hijab panjang dan cadar.
Aduh gimana ini, batinku.
Tenang sayang, kata suamiku sambil mengelus-elus punggungku mengetahuiku sedang gugup.
Suamiku menghampiri teman-temannya, ada liu, lee, kwok, robert dan toni. Salam kenal, saat mereka berusaha kenalan denganku aku hanya menangkupkan tanganku ke dada. Salam kenal juga kataku.
Lee melirikku, aku yang malu menundukkan pandanganku. Aduh, deg degan, meski aku bercadar nggak kuat juga dilirik lelaki tampan seperti lee.
Tetapi lirikannya berubah tatapan yang seakan menelanjangiku. Risih, tetapi rasa senang ditatap oleh lelaki tampan lebih dominan.
Acara musik dimulai, kulihat perempuan cantik bernama lia naik ke panggung untuk bernyanyi. Suaranya bagus, sama seperti wajahnya yang cantik.
Semua orang di ruangan ini berdansa, kulihat tangan suamiku ditarik oleh temannya perempuan. Aku sangat cemburu melihat suamiku.
Sikap agamis suamiku yang diperlihatkan kepadaku seketika lenyap. Mereka berdansa sangat romantis.
Mau dansa denganku? Kata lee.
Jantungku deg degan, ya Tuhan bagaimana ini.
Bo boleh, kujawab dengan gugup.
Sekarang aku berdansa dengan lee. Lee memegang pinggangku, aku memegang pundaknya. Mata kita saling beradu.
Sekejap menatap mataku, matamu cantik maulida. Kata lee memujiku.
Eh, terima kasih. Aku menunduk malu dipuji oleh laki-laki yang baru saja aku kagumi.
Kulihat suamiku, suamiku sudah tidak terlihat. Dimana batinku.
Lee memegang pipiku, ditarik untuk menatapnya. Kita saling berpandangan, mata kita pun saling beradu.
Jantungku yang berdetak makin kencang membuatku ingin pingsan. Bukan pingsan karena aku kecepekan tapi pingsan karena aku tak sanggup lagi menahan malu dan perasaan aneh yang menyelimuti dadaku.
Wajah lee mendekat, aku yang mengerti apa yang dilakukan lee menutup mataku.
Cup, Lee mengecup bibirku yang tertutup cadar cukup lama. Semakin lama kecupan itu berubah menjadi pagutan ke bibirku. Aku yang terhanyut oleh ciuman Lee menjadi lupa diri.
Elm, aku balik membalas pagutan lee. Aaahh, aku tarik pagutan lee ke bibirku lalu Lee kembali menarik bibirku. Kita kembali saling lumat sampai cadarku sedikit basah oleh ludah.
Tiba-tiba lee menggandengku, menarikku meninggalkan ruangan dansa.
Eh mau kemana? Tanyaku.
Lee hanya tersenyum, tampan banget sih batinku. Aku tersipu malu digandeng lee dengan menundukkan pandanganku.
Seperti dihipnotis, aku mau mau saja digandeng lee menuju ke lantai atas. Aku dipepet ke tembok. Kita pun kembali berciuman dengan aku yang masih memakai cadar. Mataku aku pejamkan.
Lalu aku menundukkan pandanganku, aku tau ini salah tetapi lee meluluhkan hatiku.
Dengan perlahan cadarku dilepas oleh lee.
Kamu cantik maulida, kata lee membelai pipiku.
Tiba-tiba lee menggendongku, aku dibawa ke dalam kamar. Sekarang aku ditelentangkan ke atas ranjang.
Lee membuka bajunya, terpampanglah tubuh lee yang putih. Perasaanku semakin tidak karuan. Dengan cekatan lee melepas celananya. Terlihat penis lee mnyembul dibalik celana dalamnya.
Aku yang sudah dikuasai oleh nafsuku hanya bisa pasrah saat lee menindihku. Kurasakan penis lee yang masih terbungkus celana dalam menempel di vaginaku yang masih tertutup kain berlapis. Secara nggak sadar aku kalungkan tanganku agar lee terus menciumku.
Di luar MC memberitahukan acara inti akan dimulai, aku dan lee cepat-cepat merapikan pakaian kami. Kupakai cadarku. Lalu aku berlari kecil dengan tangan Lee menggandeng tanganku.
Aku tersenyum dibalik cadarku, rasanya seperti remaja saja. Yang kebetulan sejak remaja aku belum pernah sama sekali pacaran. Duh mas roni maafin aku, aku sudah selingkuh.
Sesampainya di ruang dansa, MC memberitahukan tentang game yang akan kita mainkan.
Para hadirin yang laki-laki berdiri di sebelah kanan. Dan hadirin yang perempuan di sebelah kiri.
Mata kami yang perempuan ditutup, lalu kami harus berjalan ke arah laki-laki yang berjajar untuk menemukan pasangan kita masing-masing. Sebelumnya kucari mas roni.
Mas roni melambaikan tangannya. Permainan pun dimulai. Aku mulai berjalan untuk mencari suamiku.
Aduh, karena mataku tertutup sering kali aku menabrak teman-teman perempuan suamiku.
Sesampainya di deretan laki-laki, kucoba meraba-raba wajah suamiku.
Ah sulit juga ya, batinku.
Lalu MC memberitahu kami, kalo kami sudah yakin itu pasangan kita. Kami harus melepas celana orang tersebut. Lalu mengoral penis itu.
Aduh, kok acaranya seperti ini. Kakiku berhenti melangkah karena sedikit ragu. Ini sudah terlalu jauh, apa yang aku lakukan salah. Termasuk tadi saat aku bercumbu dengan lee. Tetapi tubuhku bertentangan dengan nuraniku. Tanganku meraba-raba celana laki-laki di depanku. Aku berlutut, kuraba, kucari resletingnya dan aku buka.
Astagfirullah, penis di dalam celana boxer yang aku raba tiba-tiba menggembung. Besarnya. Batinku. Aku pun menelan ludah. Dadaku pun berdetak semakin kencang. Maafkan aku Tuhan, maafkan aku suamiku. Tapi aku nggak mungkin lari dari permainan ini, aku sudah terlanjur terjebak dalam permainan ini.
Terlintas di pikiranku penis raksasa di dalam celana boxer ini penis lee. Aduh, apa-apaan sih kamu lida, gila kamu lida, rutukku pada diri sendiri.
Kulepas celana panjang laki-laki di depanku. Dimulai dengan aku melepas ikat pinggangnya. Setelah celana panjangnya sudah melorot ke bawah, kuraba-raba penis di depanku yang masih memakai boxer. Kupelorotkan boxer itu secara perlahan. Nafasku semakin memburu.
Setelah boxer itu sudah melorot ke bawah, kupegang penis itu. Benar dugaanku, penis ini benar-benar besar. Jauh lebih besar daripada milik suamiku. Aku agak ragu memasukkan penis itu ke mulutku. Tetapi permainan ini dibatasi waktu. Dengan terpaksa, aku coba penis itu memasuki mulut mungilku. Kusibakkan cadarku, kujilat, hisap penis itu yang aku pikir agak lain.
Astaghfirullah, penis ini nggak bersunat. Kujilat, kuemut sampai penis ini membesar, mengacung di depan wajahku. Kumaju mundurkan penis itu sampai ke kerongkonganku.
Uhuk, uhuk, aku terbatuk. Aroma penis itu berbeda dengan suamiku. Apakah memang penis dari laki-laki yang berbeda ras itu aromanya berbeda? Aku bertanya-tanya sendiri dalam hati. Ah masa bodoh, aku kembali konsentrasi. Kukeluarkan penis raksasa itu dalam mulutku. Lalu aku jilati kepala jamurnya yang besar, kuemut biji zakarnya yang menggantung yang cukup besar juga.
Kudengar laki-laki itu melenguh. Oooohhh, enak. Kepalaku dipegang oleh lelaki itu, dia mendorong kepalaku agar aku memasukkan penisnya memasukkan ke dalam mulutku lebih dalam.
Ungkhh, ungkhh, aku nggak bisa bernafas. Kucoba melepas kulumanku dari penis besar itu dengan melepas tangan laki-laki itu dari kepalaku.
Pegangannya mengendor, kuletehkan penis besar itu. Uhuk, uhuk, aku benar-benar susah bernafas. Sampai nafasku ngos-ngosan.
Kamu nggak papa mbak? Tanya laki-laki itu khawatir.
Nggak papa mas. Jawabku dengan suara bergetar.
Kucoba memasukkan penis besar itu lagi secara perlahan ke dalam mulutku.
Elm, mulutku yang kecil tidak muat menampung seluruh penis itu. Ku kulum, hisap, kumasukkan penis raksasa itu sampai ke kerongkonganku. Kumaju mundurkan kepalaku dengan memegang paha laki-laki itu.
Clok clok clok,
MC pun memberitahu kami, mereka yang belum ejakulasi harus bermain ke level selanjutnya. Level selanjutnya adalah kita harus bersetubuh dengan laki-laki yang sudah kita oral penisnya dengan posisi wot.
Astaghfirullah ini benar-benar gila, aku harus berzina dalam posisi wot dengan laki-laki yang bukan suamiku. Tapi perasaan yang tadi berusaha untuk membentengi diriku agar tidak melanjutkan permainan ini sudah sirna. Bahkan tanganku secara refleks meremas payudaraku sendiri dengan tangan yang satunya lagi mengucek-ucek vaginaku dibalik celana dalam. Sekarang posisiku jongkok mengangkang sambil mengoral penis di depanku.
Aku pun dengan meraba-raba naik ke atas laki-laki yang sudah telanjang itu. Aku tau dia telanjang karena aku meraba-raba tubuhnya.
Kusingkap gamisku, kulepas celana dalamku dan aku buang ke sembarang tempat. Aku pun menaiki tubuh lelaki itu, kupegang penisnya yang besar memasuki liang senggamaku yang selama ini aku jaga untuk suamiku saja.
Ahhhh, tubuhku melengkung. Ini sesak. Aku sedikit takut, takut vaginaku robek gara-gara aku memaksakan penis itu memasuki vaginaku. Pinggulku kuturunkan pelan-pelan, uuuh besar, panjang banget.
Ahhhh, penis itu sudah sampai dititik terjauh vaginaku. Secara perlahan aku mulai mencoba naik turun. Huh huh huh, nafasku memburu. Semakin lama aku mulai bisa beradaptasi. Penis besar yang terasa menyumpal vaginaku lama kelamaan semakin membuatku melayang.
Ahhh, aku naik turun lebih cepat, lebih cepat dan lebih cepat lagi. Sampai aku terlonjak-lonjak di atas laki-laki yang bukan suamiku ini. Enak, ini enak. Ahhhh.
Mas maafin aku. Aku bicara dengan diriku sendiri dalam batin. Tubuhku menggelepar, ambruk menindih tubuh laki-laki telanjang di bawahku. Pipiku, bibirku dikecup-kecup oleh laki-laki itu. Aku merinding dan apakah itu Lee, aku nggak tau. Harapanku itu lee, ah Lida lagi-lagi kamu mikirin Lee. Aku merutuki diriku sendiri lagi.
Belum sempat aku mengatur nafasku, MC memberitahukan tentang permainan selanjutnya. Untuk perempuan yang orgasme lebih dulu harus melayani semua laki-laki diseluruh ruangan.
Deg, aku sedikit takut. Semoga saja yang orgasme lebih dulu bukan aku. Harapku. Tetapi setelah MC mengumumkan akulah yang orgasme lebih dulu. Semua laki-laki di ruangan ini bersorak gembira.
Aduh kenapa aku, aku menggigit bibir bawahku.
Blindfoldku dilepas dan kondisiku sekarang masih dalam pelukanku adalah Toni. Ya Tuhan, aku malu menatap matanya. Cukup ganteng juga pikirku. Lalu aku bangkit dari telungkupku di atas tubuh Toni.
Sekarang aku digiring ke atas matras, mataku mencari-cari Lee dan suamiku. Dimana mereka. Ada dua puluh laki-laki telanjang mengelilingiku. Jantungku deg degan. Cup, muah. Kutengok ke belakang. Mas, mataku melotot karena itu ternyata mas Roni. Lalu dia membisikan ke telingaku yang tertutup hijab, nikmatin sayang.
Muah, mas Roni mengecup pipiku.
Aku berusaha menarik tangan mas roni, butuh sedikit penjelasan. Tapi, ahhh payudaraku di remas dari belakang. Kutengok ke belakang ternyata itu lee.
Deg deg deg, sekarang Lee sudah telanjang. Aku melihat penis lee yang putih bersih menggantung dengan ukuran cukup besar. Aku lagi-lagi menelan ludah melihat penis milik laki-laki yang aku suka. Huh, dengusku karena mas Roni pun membiarkannya dalam permainan ini. Mau gimana lagi, sekalian aku hanyut ke dalamnya. Kunikmati remasan Lee, dan wajahku menoleh ke belakang, kita berciuman.
Lalu kakiku rasanya dikangkangkan. Terasa benda tumpul mengorek-ngorek vaginaku. Uuuh ahhhh, kucoba melepas pagutan lee untuk melihat siapa yang merangsang vaginaku. Setelah aku lihat ternyata Toni.
Aku pun ditelentangkan. Dua puluh orang di atas matras menjamah seluruh tubuhku. Meremas, mengelus. Dan suamiku mendekatiku, cadar yang aku pakai dibuka. Kita berciuman.
Kulepas ciumannya dari bibirku.
Mas, kataku. Kenapa kamu biarkan ini terjadi? Kataku sedikit kecewa.
Dia mengelus wajahku, karena mas pengen melihat adek disetubuhi banyak lelaki.
Mataku melotot. Mas nggak cemburu? Kataku cemberut.
Justru mas nafsu melihat adek yang sehari-harinya tertutup bisa dinikmati banyak orang. Hehe. Suamiku cengengesan.
Huh, Suami gila. Aku pun berusaha berdiri, melepas hijabku perlahan. Dengan gerakan lambat hijab itu jatuh ke lantai. Sekarang terlihat rambutku yang hitam lurus tergerai.
Semua mata yang memandang disitu melotot. Kulirik Lee, aku pun tersenyum ke arahnya.
Kubuka gamisku secara perlahan, belum juga gamisku terlepas dari tubuhku. Lee dan Toni mendekat. Mereka berada di samping kanan dan kiriku. Menciumi rambut, telinga. Mengelus pundakku dan menciumnya. Rasanya benar-benar melayang.
Lalu dengan kasar suamiku kembali mencium bibirku, sekarang tiga lelaki menciumi tubuhku. Dengan kasar, Bret, Bret. Gamisku ditarik oleh suamiku.
Ahh mas, aku sedikit protes. Belum juga habis protesku BHku dilepas.
Mas jahat, aku merajuk.
Gamisku yang sudah terlepas menampakkan tubuhku yang selama ini hanya suamiku yang pernah menikmatinya.
Panggulku diangkat, tau kalo celana dalamku dilepas. Aku membantu mengangkat panggulku.
Dengan malu-malu aku coba tutupi vaginaku dari tatapan lapar 20 laki-laki yang haus sex. Lee mendekatiku, tanganku yang menutupi vaginaku disingkirkan.
Cantik banget, Lee berdecak kagum.
Dengan kasar suamiku melebarkan kakiku. Dengan sedikit dorongan, penis suamiku amblas.
Ahhh, mas. Kepalaku mendongak.
Clok clok clok, 20 laki-laki disekelilingku mengocok penisnya sambil berlutut. Kulihat Lee mendekatiku, digesek-gesekkan penisnya yang aku puja-puja menyentuh wajahku.
Aku pun tersenyum menatapnya. Kupegang penis lee dengan perasaan bergetar. Kumasukkan penis itu ke dalam mulutku. Lee memegang rambutku. Dengan lembut dia mendorong kepalaku agar masuk lebih dalam ke dalam kerongkonganku.
Aku terhanyut dengan perlakuan Lee. Hanya Lee yang memperlakukanku dengan lembut meski orgy bukanlah softcore. Tapi kenapa, kasarnya Lee terlihat lembut di mataku. Ah aku jatuh cinta. Lee, setubuhi mulutku sesukamu Lee.
Tubuhku melengking, aku orgasme. Tubuhku ambruk memeluk mas Roni.
Lalu aku digilir bergantian oleh 20 laki-laki yang mengelilingiku. Karena saking lemasnya, aku hanya bisa memejamkan mataku.
Pantatku ditarik ke atas agar menungging. Sekarang aku telungkup dengan pantat menungging.
Plak, ahhh. Plak. Pantatku ditampar.
Bles, ahhh. Kugigit bibirku. Kembali tubuhku berguncang-guncang.
Ahhhh pantatku bergetar, aku orgasme. Belum sempat aku menikmati sisa orgasmeku. Penis lain sudah mengambil alih untuk menyodokku.
Ah ini nikmat, tapi aku capek. Rasanya tubuhku remuk. Ta tapi, aku mengingat Lee salah satu yang menyetubuhiku. Saking lelahnya mataku terasa berat dan aku tak sadarkan diri.
*******
Setelah aku tersadar, aku digendong ke kamar mandi. Aku dimandikan oleh 20 laki-laki di dalam bak mandi. Tubuhku yang mengangkang kembali dirangsang. Ada yang mencium bibirku, menjilat ketekku, jari tanganku dan jari kakiku. Rasanya seperti dimanjakan.
Kulihat Lee sibuk merangsang vaginaku, dengan tatapan lembut kepala Lee mendekati selangkanganku.
Ahhh, tubuhku menggelinjang. Lidah Lee menari-nari di vaginaku.
Crot crot crot, aku orgasme.
Tubuhku lalu diangkat berdiri, seluruh tubuhku dihanduki oleh mereka. Dan aku digendong oleh lee ke dalam kamar. Tanganku aku kalungkan ke leher Lee.
Dan kulihat laki-laki yang lain termasuk suamiku dan Toni mengikutiku.
Aku direbahkan di atas ranjang, kembali aku digilir oleh mereka sampai aku kembali pingsan.
Bersambung...
Terakhir diubah: