Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjalanan Seorang Akhwat

Status
Please reply by conversation.
Detik-detik menunggu tetek Aziza yang 36D itu digunakan (remas) oleh pria asing. Mudah-mudahan Aziza menikmati.. Dan ane tetap berpegang teguh ingin segera nyobek selaput dara Aziza yang masih menghalangi surga dunia.

Ane pribadi sangat berharap yang menggerayangi Aziza di konser adalah pria asing. Pliiisss suhu..
 
Ayoo.. Sambil nunggu up, harapan para agan-agan disini yang menggerayangi Aziza di konser siapa?

1. Pria asing.
2. Aldo.
3. Pramono.

Ane pribadi jelas: berharap pria asing.
 
Kabar buruk Om, cerita belum selesai sepenuhnya.
Sementara ini dulu, sisanya saya utang besok.

Dewi yang sedang duduk di depan meja rias tampak kaget ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang, apa lagi pria itu adalah Pak Pramono. Buru-buru ia hendak menghindar tapi Pak Pramono menekan pundaknya hingga ia tidak bisa kemana-mana.

Bagi Dewi apa yang dilakukan Pak Pramono terlalu nekat, mengingat ada Suaminya.

"Tenang Nak Dewi, Suami kamu lagi keluar." Bisik Pak Pramono kepada Dewi, membuat Dewi sedikit mengerti kenapa Pak Pramono begitu berani.

"Kemana Mas Furqon?"

"Dia saya suruh membeli minuman." Pak Pramono membungkukkan tubuhnya. "Dia tidak akan mengganggu kita selama 30 menit kedepan." Bisik Pak Pramono membuat Dewi bingung.

"Maksud Bapak?"

"Dia meminta Bapak untuk berbicara denganmu." Jelas Pak Pramono, lalu pria itu duduk di sofa kecil yang ada di dalam kamar. "Kemarilah." Suruh Pak Pramono kepada Dewi.

"Jangan ganggu saya." Tegas Dewi.

"Tenang... Bapak tidak akan menyentuh tubuhmu, kecuali kamu yang meminta." Jawab Pak Pramono tenang. "Bapak hanya ingin membantumu." Lanjut Pak Pramono.

Karena tak ingin berdebat, akhirnya Dewi mengalah, ia menghampiri Pak Pramono, lalu duduk di samping Pak Pramono. Pak Pramono memandang lekat kearah Dewi, sorot matanya yang berwibawa membuat Dewi sedikit nyaman berada di dekatnya.

Pak Pramono menghela nafas, ia tau kalau Dewi sedang dalam masalah.

"Cerita Nak Dewi..."

Dewi memalingkan wajahnya. "Itu bukan urusan Bapak!" Jawab Dewi.

"Urusan kamu adalah urusan Bapak." Tegas Pak Pramono.

Tiba-tiba Pak Pramono menggenggam jemari Dewi, membuat Dewi tersentak dan hendak melepaskan tangannya dari genggaman Pak Pramono. Tapi Pak Pramono menahan tangannya.

Mata mereka kembali bertemu, tapi tidak seperti biasanya, tatapan Pak Pramono membuat Dewi merasa nyaman, Dewi sendiri tak mengerti dengan perasaannya.

"Cerita Nak..." Ujar Pak Pramono lembut.

Dewi menunduk dalam. "I... Iya saya ada masalah dengan Suami saya." Jawab Dewi, entah kenapa ia menjawab pertanyaan Pak Pramono.

"Masalah ranjang?" Deg... Pertanyaan Pak Pramono sukses membuat wajah Dewi bersemu merah.

"Bukan."

"Lalu...." Desak Pak Pramono.

Dewi kembali diam, entah kenapa dadanya bergemuruh, antara senang, marah dan sedih. Rasanya air matanya sudah menggenang di kelopak matanya, dan siap untuk jatuh membasahi kedua pipinya. Tapi Dewi berusaha menahannya, ia tak ingin terlihat lemah di hadapan seorang pria yang telah merenggut kesuciannya sebagai seorang Istri yang setia.

Perlahan Pak Pramono melepaskan genggamannya, lalu dengan perlahan ia merangkul pundak Dewi. Dewi menggigit bibirnya dan membiarkan tubuhnya di tarik kedalam pelukan Pak Pramono.

Ia membenamkan wajahnya di dada Pak Pramono seiring dengan air matanya yang tumpah membasahi pakaian yang di kenakan Pak Pramono.

Dengan lembut Pak Pramono membelai kepala Dewi, ia membiarkan Dewi menangis sepuasnya didalam pelukannya. Ia tau kalau wanita yang ada di dalam pelukannya saat ini butuh sandaran.

Cukup lama Dewi berada di pelukannya, hingga akhirnya tangisnya mulai meredah.

Perlahan Dewi melepas pelukannya. "Maaf Pak..." Ujar Dewi lirih, dia tampak bersemu malu karena telah menangis di pelukan seorang pria.

"Gak apa-apa sayang, apa sekarang kamu sudah baikan?" Tanya Pak Pramono.

Dewi menganggukkan kepalanya. "Terimakasih Pak." Jawab Dewi. "Tapi saya tidak bisa cerita." Lanjut Dewi, ia tak mungkin menceritakan aib keluarganya, walaupun saat ini ia butuh seseorang untuk menjadi tempat curhatan hatinya yang rapuh.

"Bapak mengerti." Bisik Pak Pramono.

Tanpa sadar Dewi menyunggingkan senyumannya, ia merasa amat berterimakasih terhadap Pak Pramono yang sedikit membantunya untuk kembali tersenyum.

Entah siapa yang memulai, tiba-tiba saja tanpa paksaan bibir Dewi menyambut bibir Pak Pramono, ia membiarkan pria itu melumat bibirnya, tapi kali ini tidak dengan paksaan, ia benar-benar ikhlas menerima sentuhan bibir Pak Pramono.

Dewi memejamkan matanya, ia membalas lumatan bibir Pak Pramono yang semakin liar.

"Hhhmmppss... Hmmmppss..."

Dewi memiringkan kepalanya, membuka sedikit bibirnya, membiarkan lidah Pak Pramono bermain di dalam mulutnya, membelit lidahnya dengan penuh gairah terlarang.

Kedua tangan Dewi melingkar di leher Pak Pramono, ia menghisap lidah Pak Pramono.

Ciuman mereka terasa begitu lama dan hikmat, seakan mereka adalah sepasang kekasih yang sedang memadu kasih terlarang.

Dewi semakin merapatkan tubuhnya ketika telapak tangan Pak Pramono menggapai payudaranya, lalu dengan lembut Pak Pramono meremas payudara Dewi, membuat Dewi merintih lembut.

"Aahkk... Aahkk..." Nafas Dewi terasa kian berat.

Sementara itu di bawah sana, penis Pak Pramono tengah ereksi maksimal.

Ia menuntun tangan Dewi menuju selangkangannya, dan tanpa penolakan Dewi meremas lembut penis Pak Pramono yang sangat besar, bahkan jauh lebih besar di bandingkan milik Suaminya.

Semakin lama tanpa sadar Dewi semakin hanyut akan sentuhan yang di berikan oleh Pak Pramono, pria tua yang dulu amat ia benci.

Sejenak Dewi melupakan statusnya, demi menghibur dirinya yang sedang bersedih.

Tanpa di minta, tanpa di suruh Dewi membuka resleting celana Pak Pramono, lalu ia memasukan jemari lentiknya kedalam celana dalam Pak Pramono, membelai dan mengocok penis Pak Pramono.

Ketika ia hendak mengeluarkan penis Pak Pramono dari sangkarnya, tiba-tiba Pak Pramono menghentikan laju tangannya. "Maaf Nak... Kita tidak punya waktu untuk ini." Tolak Pak Pramono.

Dewi terdiam sejenak, ia menyadari apa yang ia lakukan sungguh sangat memalukan.

Buru-buru Dewi menarik tangannya dari dalam celana dalam Pak Pramono, ia sedikit menggeser duduknya dengan wajah bersemu merah.

"Maaf Pak... Saya khilaf." Ujar Dewi dengan suara gemetar.

Pak Pramono tersenyum. "Bapak mengerti, kalau kamu mau, kita bisa melanjutkannya nanti." Jawab Pak Pramono sembari tersenyum penuh arti.

"Tidak Pak... Saya tadi hanya..."

"Ini..." Potong Pak Pramono sembari memberikan sebotol obat berukuran kecil. "Bapak tidak memaksa kamu untuk melakukannya, tapi kalau kamu berubah pikiran, campur obat ini dengan minuman Suami kamu." Jelas Pak Pramono.

"Apa ini Pak...."

"Hanya obat tidur biasa..."

Dewi mengambil botol tersebut. "Terimakasih tapi... Kejadian barusan tidak akan terulang kembali." Jawab Dewi, dengan nada yang di buat kembali ketus.

"Itu terserah Nak Dewi." Jawab Pak Pramono. "Oh ya satu lagi... Bapak berharap kamu bisa bersikap lebih baik di hadapan Suamimu, bagaimanapun juga dia Suami kamu... Apa lagi besok dia sudah mau pulang." Nasehat Pak Pramono kepada Dewi.

Dewi hanya diam saja, dia sibuk membenarkan jilbab syar'i yang yang sempat berantakan.

Tak lama kemudian Furqon pulang sembari membawa makanan ringan dan minuman botol yang menyegarkan, dan anehnya Dewi yang tadi bersikap dingin terhadap Suaminya, kini ia bisa bersikap lebih baik.

----------

Pov Aziza

Deg... Deg... Deg...
Jantungku berdetak cepat di tengah keramaian orang-orang yang sedang berteriak menyambut goyangan sang artis yang terlihat begitu erotis.

Mereka yang hanyut dengan alunan musik, sama sekali tidak menyadari kalau saat ini, diriku seorang ahkwat sedang di lecehkan oleh seseorang yang berada di belakangku. Oh Tuhan...

"Ran... Ran..." Aku menyikut temanku.

Rani menoleh ke arahku. "Kenapa Za?" Jawab Rani, ia tampak bingung melihatku.

"Ada yang nyolek pantatku tadi?" Kataku.

"Serius kamu?" Tanya Rani tampak kaget.

Aku menganggukkan kepalaku. "Iya..."

"Siapa?" Rani menoleh kearah belakangku, aku ikut menoleh dan kutemukan beberapa anak remaja dengan perawakan urak-urakan.

"Gak tau."

"Sekarang orangnya masih nyolek gak?" Tanya Rani lagi.

Aku menggelengkan kepalaku. "Gak lagi, cuman sekali doang tadi." Jawabku jujur.

"Mungkin tadi orang gak sengaja nyenggol pantat kamu."

"Bisa jadi." Jawabku ragu.

"Kamu sih Za... Punya pantat gede amat, kayak lapangan bola... Hahaha..." Ledek Rani, membuatku menciutkan bibirku karena kesal.

"Apaan si..."

"Hihihi... Becanda say..." Bisik Rani.

Aku tak lagi mengubrisnya dan mulai kembali hanya akan lantunan lagu dangdut yang menggoda tubuhku untuk sedikit bergoyang.

Ketika lagi asyik menikmati lagu yang di nyanyikan sang biduan, kembali kurasakan sentuhan di punggungku, tapi aku mengabaikannya, ku pikir pasti tidak sengaja sama seperti yang barusan.

Awalnya hanya sentuhan beberapa detik saja, lalu hilang tapi lama kelamaan intensitas sentuhannya semakin sering, membuatku mulai yakin kalau ini di sengaja.

Aku mencoba mencari pelakunya, tapi yang kutemukan di sekitarku hanyalah beberapa anak kecil yang menurutku masih duduk di bangku sekolah dasar. Rasanya tidak mungkin kalau mereka yang melakukannya.

"Kenapa saya?" Tegur Rani.

Aku menggelengkan kepalaku. "Gak apa-apa Ran." Jawabku berbohong.

Aku mencoba mengabaikan sentuhan ringan tersebut, toh mereka hanya menyenggol sedikit, kurasa tidak ada masalah dengan sentuhan tersebut, mengingat suasana yang begitu ramai.

Tapi yang terjadi intensitas sentuhan itu semakin sering, yang awalnya hanya menyenggol sekilas, kini kurasakan sebuah belaian selama kurang lebih detik. Dan itu kurasakan di punggungku. Saat aku hendak menepis tangan tersebut, tangan itu sudah hilang dari punggungku.

Saat aku kembali lengah, sentuhan itu kembali kurasakan di punggungku. Rasanya geli, dan sedikit membuatku merinding merasakannya.

"Astagfirullah." Aku bersedia pelan.

Berulang kali aku mencoba menangkap basah pelakunya, tapi selalu saja gagal.

Lama kelamaan aku mulai kesal, hingga akhirnya kuputuskan untuk membiarkan orang yang menyentuh punggungku. Toh aku memakai sweater yang cukup tebal, sehingga kurasa sentuhannya tidak mengenai kulitku secara langsung.

Dan beberapa detik kemudian benar saja, kurasakan sentuhan itu kembali di punggungku, ia membelai punggungku dengan lembut selama tiga detik, tidak lebih dan tidak kurang.

Dan sentuhan itu akan menghilang selama 20 detik tidak kurang dan tidak lebih.

Karena mulai terbiasa dengan sentuhan tersebut, membuatku semakin mengabaikannya, bahkan aku sempat mengobrol ringan dengan sahabatku Rani, seakan tidak pernah terjadi apapun.

Begitulah manusia, terkadang kita meremehkan sebuah kesalahan yang menurut kita kecil, tapi tanpa kita sadari dari yang kecil itu bisa menjadi sebuah kesalahan yang besar dan itulah yang kualami saat ini, aku terlalu menganggap remeh sentuhan-sentuhan kecil yang kurasakan di punggungku.

Untuk kesekian kalinya punggungku disentuhnya, tapi kali ini ternyata lebih lama, kuhitung sudah 10 detik berlalu, tapi belum juga ia singkirkan. Dan anehnya sentuhannya malah membuatku melayang, membuatku tak tenang, membuatku terus menghitung hingga tiga puluh detik berlalu, barulah ia melepaskan sentuhan.

Aku menarik nafas berat, kurasakan tubuh ku menggigil seakan aku baru saja tersiram air dingin.

"Kamu kenapa? Ada yang nyentuh kamu lagi?" Tanya Rani.

Aku menggelengkan kepalaku. "Gak ada kok Dan!" Jawabku seraya tersenyum, tapi di dalam otakku kini terus berfikir, siapa yang berani menyentuhku, seorang akhwat yang seharusnya mereka hormati.

Entah kenapa kini aku tak lagi begitu antusias menonton konser artis kesukaanku.

20 detik telah berlalu, tak ada tanda-tanda sentuhan yang kurasakan saat ini, membuatku mendadak gelisah, aku merasa ada yang kurang, ada yang hilang, ketegangan yang kurasakan mendadak lenyap di telan keramaian hiruk pikuk penonton yang sedang bergoyang.

Oh Tuhan....
Ada apa ini? Kenapa aku menginginkan sentuhan itu, apa yang salah terhadap diriku.

--------
 
Ayoo.. Sambil nunggu up, harapan para agan-agan disini yang menggerayangi Aziza di konser siapa?

1. Pria asing.
2. Aldo.
3. Pramono.

Ane pribadi jelas: berharap pria asing.
iya saya juga berharap pria asing yg memberikan kenikmatan dan rangsangan pada aziza..

semoga suhu mengabulkan...
yg paling penting aziza menikmati....

aduuuhhhh suhu sudah pulang lom nihhhhh..???
 
aduuhhhh aziza....
benar2 bikin horny ajaaa....

besok ya suhu....
beneran di tungguin nih ....
nanggung bangetttttt....

aduuuhhh hitung mundur lagi nihhhh.....
23 jam....
 
aziza oohh aziza...

sungguh engkau membuat imajinasiku melayang jauh..
melebihi awan...
seluas samudera...
semoga saja kali ini engkau dpt pasangan duet dari orang asing..
klau bisa yg sdh berpengalaman spt pramono...

oohhhh
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd