Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PENGIKUT ALUR (A SLICE OF LIFE & SEX)

Bidadari pendamping Yas favorit suhu di sini?

  • Inne

  • Dita

  • Ojay


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Baru selesai maraton
Mantap. Hu ceritanya
Titip sandal
Eh sekalian mau tanya hu
Tu ojay udah jebul belum sih? Apa aku kelewat ya bacanya
 
Baru kelar marathon..
Seru sih.. tapi lanjutannya belum ada..😂
Siaga menanti update.
 
21

“Hmm... sampai kapanpun, ke manapun akan aku pantau hahaha...”

Codot tengah berseringai di sela-sela hiruk pikuknya manusia, ia tengah memperhatikan seseorang yang sedang asyik menikmati makanannya di restoran mewah bersama keluarga. Codot sedang memperhatikan Mas Novian sesuai dengan arahan dan instruksi dari Yas.

“Hahhh... tapi rasanya bosen cuk kalo mantau doang, bener-bener Mas Yas sampean bikin aku naik darah hadeuh...” gerutu Codot misuh-misuh.

Tak berselang lama Codot melangkahkan kakinya ke arah parkiran mobil, tujuannya adalah ke mobil Mas Novian. Selang beberapa lama Codot sibuk mengotak-ngatik sesuatu di mobil Mas Novian.

“Hahaha... mari kita lihat...”

Setelah itu ia pun pergi meluncur meninggalkan lokasi.

“Brrummm...” suara motor Codot yang mengaum di tengah jalanan yang padat.

Sekitar kurang lebih 30 menit Mas Novian dan keluarganya terlihat beranjak. Ia bersama dengan isitri dan buah hatinya sekitar 7 tahun, gadis kecil yang cantik.

Mereka berjalan beriringan menuju parkiran mobil, ketiganya terlihat ceria bercakap-cakap gembira. Hingga saatnya ketika tangan Mas Novian membuka handle pintu mobil tangannya tiba-tiba kaku dan gemetar seperti tersengat aliran listrik.

“Masss... Masss... kamu kenapa, Mas... tolong... tolong...” teriak istrinya panik.

“Paaaa... papaaa...” teriak si gadis shock yang melihat papanya.

Orang-orang di sekitar pun langsung mendekati Mas Novian yang badannya masih tersentak-sentak. Sampai ada seseorang yang berhasil melepaskan genggaman tangannya dari handle pintu mobil dengan cara menendang badan Mas Novian ke samping.

“Astagaaa... kamu kenapa, Mas? Kok bisa tiba-tiba gituuu...???” ucap istrinya kaget seraya menyangga badan Mas Novian.

Mas Novian masih belum bisa berucap, wajahnya pucat. Sehingga istrinya pun menenangkannya untuk sesaat.

“Mas, makasih yah sudah bantu suami saya...” ucap istrinya kepada orang yang telah membantu.

“Iya, sama-sama, Bu. Itu awalnya kenapa Bu kok bisa sampe gitu?” tanya si pemuda itu.

“Makanya, Mas. Saya juga ndak tahu, tiba-tiba saja begitu.”

Mas Novian perlahan bangkit dengan sisa tenaga yang masih ada.

“Mas, kamu gak papa, Mas?” ucap istrinya.

“Pegel-pegel aja sih sedikit, Mam,” jawab Mas Novian meringis.

“Kenapa bisa gini sih, Mas? Ini ada apa?” tanya istrinya nyerocos.

“Ini kalo sumbernya dari kelistrikan sih gak mungkin, Mas,” ucap si pemuda.

Mas Novian hanya mengangguk-ngangguk sembari melihat-lihat ke sekitar.

22

Di sebuah kosan, terdapat dua orang remaja yang tengah berbincang sembari menikmati jajanan street food.

“Eh, Del. Kok aku belum mens ya, padahal ini udah harusnya, udah jadwalnya.”

“Lah kok nanya gua, ya itu kamu kenapa... hayooo...” jawa Dela memicingkan matanya.

“Hush, gak usah aneh-aneh, palingan siklus akunya gak lancar lagi, tapi ya tetap aja agak khawatir...”

“Make pengaman gak?”

“Ish, apaan sih, Del!”

“Ya orang mah kalo mau maen aman pake kondom kek, jangan asal crot di luar...”

“Ih Delaaa...!!! ngomongnya ih!”

“Hahaha ya emang kan?”

“Emang kenapa kamu? Si Attar kelepasan crot di dalem?” sambung Dela.

“Apaansi! Orang aku gak pernah gitu sama dia...”

“Ooohhh ya ya ya, jangan ngambek dong syanteks...”

“Tau ah, abisnya kamu ngomongnya yang nggak-nggak!”

“Utututut hahahahaha... kalo gak sama Attar sama siapa dong? Aaahhh sama A Yassar yaaa...???”

“Eh! Eh! Eh! Mulut!” jawab Dita seraya mengeplak mulut Dela yang sedang mengunyah dimsum.

“Capek bat ya tuhan punya temen isi otaknya mesum terus...” sambungnya.

“Hahaha gak papa lagian, Dit! Bagi-bagi bisa kaliii... hahaha...” ucap Dela.

“Hih!” Dita pun meraih leher Della dan mulai mengacak-ngacak rambutnya.

“Aduh aduh... iya... iya... ampun-ampun...”

“Lagian sih ngomongnya ish ke mana ajaaa...”

“Iyaaa... iyaaa... kan aku udah minta ampun iniii...”

Dita pun melepaskan remasan jarinya di rambut Della.

“Sakit tau...” ucap Della.

“Bodo...”

“Tuh kan! Rontok rambut aku, ah!”

“Suruh siapa.”

“Ya ya ya...”

“Mwahhh...” sambung Dela seraya mencium pipi Dita.

“Ih! Dellaaaa...”

Della pun langsung berhambur menuju kasur, berusaha kabur dari amukan Dita.

23

Di sebuah Mall kini Ojay dan Yas sedang menikmati hidangannya yang mereka pesan sembari berbincang-bincang ringan. Kini suasananya mulai seperti “biasa” kembali setelah sebelumnya sedikit memanas.

“Enak tau, Mas. Nih... aaaa...” ucap Ojay seraya menyuapi seafood ke Yas.

“Ah mau dipaksa segimanapun juga tetap aku mah gak suka, emang susah punya lidah Sunda mah...”

“Emang iya gitu?”

“Ya gak berarti semua orang Sunda gak suka sama seafood juga sih, terkhusus aku mah emang gak suka...” jawab Yas.

“Aku?”

“Apa?”

“Iya aku, suka gak?”

“Ooohhh... haha...”

“Jawabbb bukan malah nyengir...” jawab Ojay.

“Suka suka suka...”

Ojay membalasnya dengan muka meledek yang membuat gemas.

“Orang cantik mah mau dijelek-jelek juga tetap cantik kali...” ucap Yas.

“Berisik nih ah buaya...”

Mereka pun larut lagi dalam perbincangan dan tawaan-tawaan, tak jarang Ojay seringkali melap bibir Yas ketika ada sisa atau bumbu makanan yang tersisa, lalu kemudian tertawa bersama-sama.

“Atuh da gimana susah makan ramen mah pasti ada bekasnya di bibir kuahnya...”

“Iyaaa... iyaaa... gakpapa...” jawab Ojay.

Lalu kemudian Ojay sedikit memajukan kursinya dan meluruskan kaki kirinya ke depan.

“Mas-mas... liat bawah...” ucap Ojay.

Yas pun menuruti, ia menundukan pandangannya, dan alangkah terkejutnya saat Yas melihat kaki Ojay yang jenjang sudah berada di tengah-tengah pahanya.

“Heishhh... ngapain...???” protes Yas sedikit kaget.

“Sssttt... bodo... wle...” jawab Ojay menjulurkan lidah.

“Hssshhh...” ucap Yas tersentak saat telapak kaki Ojay mulai menyentuh batang penisnya yang masih terbungkus celana.

“Nanti ada yang liaaattt...” kata Yas.

“Gak bakal...” jawab Ojay.

Yas hanya menggeleng-gelengkan kepala pasrah melihat tingkah anak bosnya yang manis.

“Abisin dulu makannya...” ucap Yas.

“Iyaaa... ini sambil makan kok...” jawab Ojay seraya kaki da jarinya bergerak mengelus-ngelus batang Yas.

“Kenapa? Pengen?”

“Pengen apa?”

“Ini gini-gini...” jawab Yas seraya menjepit kaki Ojay dengan pahanya.

“Gak boleh...???” tanya Ojay dengan wajah yang menggoda.

“Aduuuhhh... kuatkanlah hambamu ini ya tuhan...”

“Kuatkanlah-kuatkanlah, tapi udah tegang hahaha...”

“Ya nggak tegang gimana orang dimainin...”

Ojay hanya tersenyum gemas ke arah Yas dan memiringkan kepalanya.

Tak berselang lama ponsel Yas yang diletakan di atas meja berdering. Otomatis Ojay pun bisa melihat siapa yang menelepon Yas.

“Hahaha pacarnya nelepon tuh...”

“Udah dulu dong...” ucap Yas sembari menyingkirkan kaki Ojay dengan pelan.

“Halloooo... yang...” ucap Yas.

“Sayang aku kira-kira sejam lagi nyampe di YIA...”

“Oalah, oke-oke siap ibu negara...”

“Eh sayang jam 8 aja biar santai di jalannya, gak usah ngebut-ngebut yaaa...”

“Iya sayang aku bawa mobil dulu ke rumah paling, ini ke kantor pake motor...”

“Mobil kamu aja berarti yaaa, ini lumayan koper kan gede-gede...”

“Siapgrak sayang, kabarin aja yaaa...”

“Ini kamu di mana?” tanya Yas.

“Baru landing di Soetta, nunggu yang terbang ke sana sayang...”

“Hati-hati sayang...”

“As always my prince... lopyu...”

“Lopyutu...”

Perbincangan Yas dan Inne pun berakhir disaksikan oleh Ojay yang berpura-pura tak mendengar dan tak melihat ke arah Yas.

“Duh nyamuk.”

“Banyak nyamuk...” sambung Ojay.

Yas hanya mengangkat alisnya saja dan bibir downward.

“Kamu tetep punyaku, Mas.”

“Kalo di kantor! Titik!” ucap Ojay.

Yas menghela napas agak dalam setelah mendengar ucapan Ojay.

“Hahaha... nggak, Mas. Aku becanda. Tapi itu serius...”

“Hah?” tanya Yas sulit mencerna ucapan Ojay.

“Hahaha... iya aku ngerti kok kamu lagi kangen-kangennya sama Bu Inne, akupun juga kangen sama beliau pengen ketemu. Tapi aku ngerti kok, kamu harus banyakin waktumu sama Bu Inne, Mas. Inget! Kamu menyia-nyiakan Bu Inne, berarti kamu juga menyakitiku.”

“Dimengerti bu bos...” jawab Yas.

“Tapiii... aku lagi kangen banget, Mas, sama kamu...” sambung Ojay seraya tersenyum sangat manis sekali.

“Aku rindu peluk kamu, Mas. Aku rindu tenang dalam pelukanmu...”

Yas masih belum berucap, ia memandang mata Ojay dengan tersenyum juga.

“Tapi aku ngerti, Mas. Aku bakal lebih seneng jika kamu memprioritaskan Bu Inne, waktu kamu sudah banyak sama aku, makasih ya, Mas...” sambung Ojay yang kini menggenggam kedua tangan Yas.

“Aku selalu merindukanmu, Mas. Jika Mas sama seperti itu, aku tak akan ke mana-mana, aku selalu ada untuk Mas Yassar. Dada ini tersedia untuk sandaran kepalamu seperti biasanya...”

Setelah diam beberapa saat Yas akhirnya berucap dengan penuh kehati-hatian.

“Jay, sudah saatnya kamu harus punya tempat pulang sendiri, dirimu layak mendapatkan rumah yang kau ingini...”

“Sssttt... saat ini aku mauya kamu, Mas. Biarkan aku menikmati rasa gak tau diri ini, aku masih menikmati bagaimana rasanya jadi tempat pulang sementara bagi orang yang sudah punya rumah mewah nan megah...”

“Kalaupun nanti... waktunya telah tiba... aku akan izin dengan baik-baik kepada tamuku yang selalu aku rindukan kedatangannya...”

Kini Yas menundukan kepalanya, napasnya diatur sedemikian rupa dengan kesenduan yang menerpa.

“Yuk...” tetiba ajak Ojay.

Yas mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Ojay.

“Ada rumah yang harus kau jemput, Mas...”

Yas mengangguk dan berjalan beriringan bersama. Ojay menyenderkan kepalanya di bahu kiri Yas, tangannya memeluk pinggang Yas dari samping.

Sungguh pemandangan yang sendu, ketika dua insan yang saling menahan rasa, menahan hasrat, tengah berjalan beriringan saling menguatkan dalam batin yang tersimpul.

Mereka terus berjalan menuju ke basement dengan rangkulan dan pelukan yang hangat. Tapi, tiba-tiba mereka berbelok ke sudut sempit yang sepi.

“Eh, Mas? Kenapa?” tanya Ojay kebingungan.

“Sssttt... aku tahu, Jay...”

“Masss... eehhhmmm... hhhmmm...” tiba-tiba Yas mencium bibir Ojay dengan cepat.

“Hhhmmm... mmmhhhh... hhhmmmhhh...”

“Masss... Masss... nanti ada yang liat, Mas...” ucap Ojay pelan berusaha menahan Yas yang kini tengah meremas pantatnya.

Kepala Ojay menengok ke kanan dan ke kiri dengan was-was.

“Masss... Masss... sayang di sini gak apa-apa?”

“Dikejar waktu... hhmmm mwahhhh... ssllrrrpp... ssslllrrrppp... mwaaahhh...”

“Hhhhmmmhhh... mwahhhh... mwahhh... Mas sayang cari tempat lain ajaaa... aaahhhh...” lenguh Ojay saat jemari Yas mulai masuk ke cdnya.

“Aaaahhhhh... aaaahhhhh... mmmhhhh... sayanggg... jangan di siniii... aaahhhh...” ucap Ojay dibarengi dengan tubuhnya yang tersentak-sentak karena permainan jari Yas di vaginanya.

Hingga akhirnya tubuh Yas didorong oleh Ojay.

“Hahhh... sayang maaf, kita cari tempat yang lebih aman aja yuukk... pleaseee... jangan di sini sayang...” rengek Ojay sembari menahan tangan Yas yang masih saja bergerak.

“Aaaahhh... sayang... sayang... mmmhhhh...” desah Ojay saat tangan Yas mulai meremas payudaranya yang masih terbungkus baju.

“Sayang... sayang... please... yuk cari tempat yukkk...” tetiba Ojay menarik tangan Yas untuk beranjak dari tempat itu.

Yas pun mengalah dan mengikuti Ojay karena tangannya masih ditarik oleh Ojay dengan jalan yang agak cepat.

“Kita cari tempat yang aman yaaa sayang yaaa... mwahhhh...” ucap Ojay menenangkan Yas dengan mencium pipi kirinya.

Tak berselang lama, mereka pun tiba di basement parkiran. Yas langsung menggunakan helm, begitupun dengan Ojay. Terlihat mereka berbincang-bincang sebentar, gestur Ojay pun masih menenangkan Yas dengan menggenggam lengan Yas dan dengan wajah yang membujuk.

Kedua insan itu pun akhirnya pergi meninggalkan Mall dengan Ojay yang terlihat memeluk Yas kencang dan erat.

(bersambung).
 
Terakhir diubah:
Ingin komen yang bagus yang bisa nyemangatin suhu tapi tak ada yang pas dan mengena jadi hanya bisa komen trimakasih suhu semoga segala kebaikan berlimpah untukmu.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd