Part 7
Pukul 12.43 . Sudah kurang lebih 2 jam aku berada di ruangan C perpustakaan ini, rasanya jauh lebih menyenangkan daripada harus dilapangan ospek. Selain panas, harus selalu mendengarkan kata kata dari para senior yang sering kali membuat ku merasa suntuk.
Untungnya disini ada amel, Kami bercanda bersama. Di ruangan ini, Amel menggoreskan kertas kertasnya dengan grafit murni yang ada pada ujung pensil tersebut. Mungkinkah dia menulis diary? Aku tak peduli.
“Selesai! Lihat ini”
“Hahhh? Itu.. Itu gambar gua?”
“Heheheh, iyaa, kenapa? Jelek ya?”
“Jelek”
“Tegaaaa!!”
“Haahaha kalau gw jawab bohong, justru gw ngerasa bersalah. Ngomong ngomong, mantra kemarin gua suka! Adakah mantra lainnya?” Tanyaku dengan penuh antusias, mengingat persetubuhanku dengan Jesselyn, uhhhh indahnya.
“Hahaha, itu hanyalah permainan anak kecil. Bukankah itu yang kamu katakan waktu itu?”
“Entahlah aku lupa”
Untuk beberapa menit, kami terdiam, saling menatap satu sama lain. Hingga pandangan Amel berubah dari mataku kesuatu titik.
“Loh, Kak, kok disini?”
Aku menoleh kebelakang, Suaranya tidak asing terdengar. Gadis dibelakangku cukup tinggi, aku harus menengadahkan kepalaku untuk dapat melihat wajahnya. Awalnya aku tak mengenali, namun butuh 2 detik hingga aku tersadar. “Gita!”
“Kamu kok disini Git? Kamu bukannya harusnya dengerin peraturan dari para dosen dosen?”
“Iya, awalnya…”
“Lalu?”
“Gak enak badan ka, sedangkan untuk izin ke UKS, harus didampingi mentor. Maaf ya kak ngerepotin” Jawab Gita. Wajahnya memang sedikit terlihat pucat. Namun, tetap saja Gita Nampak cantik seperti biasanya, sayangnya tubuhnya cukup tinggi. Hanya berbeda beberapa centimeter dariku. Mendengar jawaban Gita, hatiku tersentuh, rasanya tidak tega jika tidak kuizinkan untuk ke UKS.
“Mel, gua tinggal dulu ya, gua anter adek kelas gw dulu. Nanti gw kesini lagi, paling sebentar saja”
“Hahaha, tenang” Jawab Amel lalu melanjutkan menggambar lagi. Dalam batinku berkata, “Lu tuh butuh 10 tahun kali buat bisa gambar muka gue –a”
Selama perjalanan Aku bawa Gita menuju UKS, kondisinya semakin lama sepertinya terlihat memburuk, tubuhnya lemas, kugenggam tangannya dan terasa hangat. Dia juga tidak mengucapkan apa-apa ketika kugenggam tangannya. Mungkin dirinya telah terlalu lunglai.
Didepan pintu UKS, awalnya kuduga ada orang didalamnya, dan aku semakin yakin ketika mendengar samar samar orang didalam ruangan UKS ini.Terus ku coba dengar, jelas, semakin jelas, terus hingga terderngar semakin jelas
“Uoooh,, Terusss ahhhh. Enaaaaaaaaaaaaaaakkkk UUUUUUUUUghhhhhhh”
“Whatt?” Batinku berteriakkk. Suara apa ini? Seperti suaraa, suaraa persetubuhan. Siapa yang melakukan kegiatan persetubuhan di UKS seperti ini, aduh momentnya ga pas bgt. Kuyakin wajahku memerah seketika, apalagi disebelahku ada Gita, Sebenarnya aku tidak begitu dekat dengannya, hanya pernah sekali jalan bareng, itu juga dia bersama pacarnya.
Kulirik Gita, Wajahnya juga memerah, yang ini kuyakin bukan karena sakit namun karena bingung harus bertindak apa.
“Kak, kayaknya kita ga boleh masuk deh. Yaudah aku kembali dengerin kata kata dosen aja deh kak”
Sedangkan aku justru dibuatnya pusing. Ucapannya tidak sesuai dengan kondisi tubuhnya.
“Enggak, kamu ke UKS aja, kakak jagain kamu”
Langsung saja kudobrak pintu UKS tersebut. Butuh waktu kurang dari 10 detik, dan aku langsung dapat menemukan sepasang kekasih sedang melakukan persetubuhan. Mereka Nampak kaget. Apalagi diriku, karena aku yakin sekali mereka adalah sepasang adik kelas dari kelompok lain.
“Gua ga bakal cerita ke siapa siapa, gua jga ga bakal ganggu lu. Gw pura pura ga tau aja. Asal lu jangan ganggu adik kelas gw, Gita. Dia lagi sakit”
“Oooo Ok O o ooo. OK”
Pria itu wajahnya tidak begitu asing, mungkin dirinya sering bertemu denganku di kantin, hanya saja aku tak mengenalnya, cukup tau saja. Lelaki tersebut memandang Gita. Matanya melihat Gita, dari ujung kaki hingga matanya. Kuakui Gita memang cantik sekali, Rambutnya panjang, badannya juga proporsional layaknya model model. Tapi kuyakin dia bukanlah gadis yang murahan, Mungkin dirinya masih menjaga kesuciannya.
“Yasudah Git, sini ke kamar ini, Kita tutup aja ya tirainya” Ajak ku. Setelah Gita merebahkan tubuhnya kekasur, aku langsung ingin berangkat pergi mengobrol dengan Amel lagi.
Heppp!. Tanganku digenggam, Tubuhku seketika berhenti.
“Kakk.. hmmm temenin Gita kak, Gita takut”
“UOOhh, Ok.” Bodohnya diriku, baru tersadar, bisa bisa Gita diapa apain oleh cowo mesum tadi, sudah punya pasangan. Masih lirik lirik tubuh Gita.
“Yasudah Gita lanjut istirahat ya, kakak temenin”
Dirinya mengangguk tanda setuju. Kubuatkan teh hangat untuk memulihkan tenaganya. Kira kira 10 menit aku membuatkan dia teh. Dirinya masi terbaring lemas di kasur, hanya saja badannya tidak sepucat yang tadi. Badannya juga basah, keringat mulai mengalir di kulit kulitnya, Mungkinkah panas? hmmmm
“Kak, Gita enggak bisa tidur”
“Yasudah, nih minum dulu aja”
“Uuuh Oke” Seteguk dua teguk dia minum, padahal teh ini kuyakin masih cukup panas. Wah kuat juga nih wanita batinku.
“Bentar, Gita, gua penasaran” Ku buka gorden yang membatasi kita dengan pasangan mesum tadi, Wahh ternyata pasangan mesum tersebut sudah tertidur lelap di kamarnya. Baguslah, tidak ada perlu di khawatirkan, aku jadi bisa ke perpustakaan lagi deh!
“Kak..”
“Iya kenapa?”
“Kakak pernah ML ngga?”
“Bhaaaaaaaaaaaaa”
“Sini kak, duduk sini, ngapain berdiri disitu” kata Gita, sambil tangannya menunjuk sisa space tempat tidurnya
“Kak, Cowo itu kalau ngga berengsek, brarti homo itu kyknya bener ya kak? Aku benciiiii bencii bgt sama pacarku. Dan kami baru saja putus?”
“Hah? Padahal aku kira awalnya kamu cocok”
Sinar matahari yang menyusp di balik gorden membuatku dapat melihat wajah Gita sambil tersenyum tipis “Iya, awalnya”
Namun, meski ruangan itu cahayanya redup, aku dapat merasakan kesedihan pada diri Gita, Mungkin wajahnya memerah bukan lagi karena sakit, Namun karena dia merasakan kekecewaan pada cowonya
“Kak, Pacarku, hmm eh mantanku, 2 hari yang lalu nyaris memperkosa aku.”
Pada kondisi seperti ini, posisiku sangat tidak diuntungkan, aku bukanlah pakar cinta atau semacamnya, aku tidak dapat memberikan nasihat, hanya saja aku mengeri perasaannya. Jauh di dalam matanya, aku dapat menatap matanya sudah ingin menangis.
“Git, udahh, gua ga bisa bilang ga apa apa, karena gw tau ini bukan gak apa apa. Hanya saja, tidak ada gunanya kamu inget inget itu lagi.” Diriku mendekat ke tubuh Gita, Kuhelus punggungnya. Tangisannya meledak. Ia tidak sanggup menahannya lagi.
“Kakkk!! Dia perkosa aku, Sewaktu kami berciuman, huaaaa, “ Dirinya menghelas nafas lalu melanjutkan ucapannya
“Namun tangannya tiba tiba menyusup ke balik paha ku, Jujur kak, awalnya aku dibuatnya melayang, aku begitu senang, Namun aku merasa bersalah dan takut. Tangannya terus masuk dibalik celana dalamku, Dia mengelus elus kelaminku.”
“Git, udah jangan dilanjutin, please, lu sekarang lagi sakit, istirahat” kucoba membuat dirinya terbaring, hanya saja dirinya menolak, justru ia melanjutkan ceritanya dan posisinya kini merangkul lenganku. Bajuku sedikit demi sedikit mulai basah akibat tangisannya.
“Hari itu awalnya aku seneng banget kak, Namun tangannya mencoba mengocok vaginaku, Aku takut, aku tampar dia. Hari itu benar benar terasa seperti mimpi buruk kak, meski jujur aku akui rasanya begitu nikmat. Dia lalu menciumku lebih ganas lagi, aku tidak dapat berkata kata, akhirnya kudorong dia, dia terhempas, lalu aku lariiii.”
“Git.. mau sampai kapan lu inget ini?!”
“Kak, maafiinnn Gita, Gita pusing banget. Gita gatau harus ngapain lagi, Namun kakak terasa seperti saudara kandungku, Aku senang dapat bercerita ke kakak.”
Dirinya kini termenung. Dia tidak berani menatap wajahku, Namun tangannya terus melingkar di tubuhku.
“Git….”
“Masiiih panas nggak kak?”
“OOhhhhh hmm Ohhh iya masihh” Keringat dingin mulai sedikit demi sedikit membasahi rambutku.. Aku merasakan panasnya mulai mengalir di tubuhku.
“Kakk, aku masih merasa dingin” Jawab Gita singkat.
“Tapi AC dsiini sudah mati, atau kakak ambilin tolak angin dulu ya Git”
“Gausah, kak…. Boleh ga kakak lingkarin tangan kakak ke punggungku?” Pinta Gita
“Hmmm ohhh aaa okkeee Git, tapii, kalau dah merasa baikan, kamu istirahat ya, nanti kakak telpon orangtuamu buat jemput kamu” Kulingkarkan tanganku, dan kupeluk erat, Wangi dari Gita memang Khas, baru kurasakan wangi ini mengisi rongga hidungku. Kuhirupnya hingga hidungku menempel ke lehernya.
“Kak, kakak belum jawab pertanyaanku “ Tanya Gita yang memecahkan keheningan Siang itu
“Yang mana? “
“Kakak udah pernah ML?”
“Haahhh?? Hmmmmm Peee pernahhh”
Gita tersenyum, mungkin akhirnya aku sudah berani jujur dengannya. Syukurlahhh
“Rasanya kayak gimana kak?”
Kalau bagi kamu kami, Rasanya nikmat sekali, Setiap jilatan pada penis kami, rasanya bisa sampai ke otak. Apalagi ketika dijilati di kepala penis nya, itu bisa membuat sensasi geli geli tersendiri gt
Kreeeeeeeek
Tak kusadar, Aku terus bercerita, fantasiku mulai kemana mana. Juniorku juga terus membuat sesak celanaku, Gita sepertinya tersadar.
“Terus sewaktu kaum kami klimaks, uhhhh rasanya tuhh nikmaaaaat banget. Ga bsa kakak ceritain, tpi nikmat dan enak gt.”
“Kakk, aku coba ya? Sewaktu aku diperksa, sejujurnya aku menikmatinya, namu aku terlalu takut untuk berbuat lebih dari itu” Ucap Gita, Tangannya juga mengelus elus celanadalamku yang tak kusadar suara kreeeek tadi ternyata dia sudah membuka kancing jeans dan menurunkan resletingku.
Meski masih dibalik celana dalam, Tangan Gita begitu lembut. Dirinya juga sepertinya sudah ahli dalam memainkan kontol laki laki. Seperti ada bakat terpendam pada dirinya.
Dibukanya celana dalamku. Juniorku langsung saja mencuat dan mengacung didepan wajahnya. Diriku juga tidak dapat menahan lagi. Aku langsung merem melihat itu, Hal apakah yang akan terjadi selanjutnya. Aku hanya menyerahkan pada Gita
Slruuuuppp, Gita memasukkan penisku kedalam mulutnya!, Dia menjilati serta mengulum terus penisku. AHHHHHHH Nikamatnya . Rasanya sungguh begitu indah. Akhirnya aku merasakan nikmatnya dikaraoke oleh Gita. Jadi inikah hadiah Gita? Namun aku tidak ingin berhenti disini, Ingin rasanya ku masukan penisku kedalam rongga vaginanya. Wahhh .Ehhh baru tersadar bahwa masih ada pasangan mesum disebelah kamar kami, bagaimana jika mereka mendengar atau mengintip?
Bijiku juga tak luput dari Gita, Tangannya juga sambil mengelus bijiku dan mulutnya tetap asik mengulum penisku.
“Git kamu rebahan dulu sana, Kakak juga punya hadiah yang pantas jga”
Gita langsung menuruti kata kataku, kuyakin dia sedikit takut, tapi yasudahlah, melihat batangku, mungkin sudah membuat dirinya terangsang.
“Sluuuuurppp Slurrrrp, “ kujilati terus vaginanya, Bahkan ketika tubuh gita mengejang, Aku terus menjilati nya, sampai sampai terasa cairan itu membasahi rongga mulutku juga.
“Ahhhh enakkk…”
Aku langsung tindih Gita, Kuciumi bibirnya. Tanganku juga langsung membuka seluruh bajunya. Dan terpampanglah toket Gita yang kuyakin ukurannya 34B tersebut. Wahh kenyalnya, pantas saja cukup menekan dadaku ketika kami berpelukan.
Kupegang penisku, dan kucoba arahkan ke vagina Gita.
“STOP!!” Gita sedikit berteriak, kulirik sebentar wajahnya, mukanya Nampak takut, setetes air mata juga mulai keluar
“Git, nanggung bgt dah, gw dah terangsang gni. Enakkk loh”
“Gitaa takut, Gita belum pernah”
“Jangan Khawatir, kamu pasti suka”
“JANGAN, GITA GA MAU. NI TERLALU PARAH. “
Jawab Gita sambil dia ingin mengambil beha yang kulempar ke meja disamping ranjangnya. Namun dirinya masi kutindih, jadi dirinya susah untuk mengambil benda tersebut.
“Git, ujungnya aja ya, gesek gesek dkit aja, Please” Lalu kuciumi lagi payudaranya dan terus lanjut ke bibirnya”
“uOOHHH uhhh, hmm okeey, boleh. Tapi, please ujungnya aja”
“Okeeey, Kuarahkan penisku ke vaginanya, Ughhh sempit banget, rasanya tertekan penisku, Nikmatnya tiada tara. Terus kutekan hingga kepala kontolku mulai memasuki memeknya.”
Dirinya merem, pasti dia merasa sakit, tapi kukocok sedkit dan dirinya sudah terbuai nafsu lagi, “Uhhh ughhh enaaak bangett, ahhh Gitaaa keluarr!”
Dirinya melengkung ke kanan ke kiri dan kurasakan penisku terkena semburan cairan wanita lagi.
“Ohh jadi ini rasanya, enak banget, Gita suka.”
“Hhehehe, iya, enak banget. Tapi ini nanggung nih Git, boleh kakak masukin semuanya?”
“ENGGA!, Gita lemes nih kak, Aku emut aja ya penisnya kak”
Dia langsung berjongkok di depan penisku. Ahhh uhhh Dirinya mengocokpenisku sambil mulutnya terus mengulum kontolku, Lidahnya juga terus menjilati ujung penisku. Membuat aku lama kelamaan terusss ahhhhhhhhhhhhhhh uhhhhhhh
Spontan air mani ku yang kental itu pun tertelan olehnya, Walaupun menyadari bahwa itu konsekuensi dari oral seks, Gita sempat terkejut menerima siraman spermaku didalam mulutnya, Meski baru pertamakali mungkin, Gita cepat menguasai skill tersebut, sehingga tidak sampai memuntahkan kembali air mani yang sudah terkumpul di dalam mulutnya. Melihat ini, Aku puas
“Gita istirahat ya”
“Iya kak, kakak duduk sini ya, Gita udah merasa baikan, mungkin akibat persetubuhan tadi, Gita jadi semangat”
“Hahahahha, dah dah, sana tidur, mimpiin kakak ya sayang.” Kukecup keningnya lalu kubiarkan dia tertidur memakai selimut tanpa menggunakan sehelai benangpun yang melekat pada tubuhnya, jadi jika aku bosan, aku bisa menciumi toketnya