"ach ach ach, yeah ah ah aaaaah," racauku tidak karuan, baju pengantinku nampak tergeletak di lantai, gaunku tercantel di gagang pintu, sepatu hak tinggiku bergelantungan di kakiku, sementara tanganku terikan oleh BHku, sempaku sobek tengah, badanku berkeringat, lidahkumenjulur dan nampak pria kekar hitam menyedot lidahku, aku menatap Rei pingsan, masih berpakaian lengkap di sudut ruangan, perutku penuh peju garing, "shhhah, kak Rio, sssshaah, shit kontolmu enggak muat shiiet," celotehku, nampak kontol hitam Rio dengan besar 18 cm dan diameternya 5 cm, hanya setengah masuk ke vaginaku, menyodok rahimku, Rio menjambak kasar rambutku dan meludahi mulutku, dia mengambil miras bintang dan menuangkannya ke wajahku, "hahhaahaaa ini karena kau berani menamparku tadi, dasar perek!"
4 jam yang lalu...
Nampak Alvin memeluku dari belakang, aku masih menggunakan handuk, "sayang, aku tinggal sebentar ya, mau ketemu tamu penting, buruan kamu pakai gaunmu nanti malam resepsi kita," ucapnya mencium bibirku mesra, lalu dia meninggalkanku, menutup pintu ruangan itu.
Setelah petualanganku, akhirnya aku memilih Alvin, pacarku untuk kujadikan suami, aku enggak peduli betapa jahatnya dia padaku, meniduri sahabatku, adiku, siapapun aku tak peduli, harta...kekuasaan... mengalahkan segalanya, aku melepas handuku dan meremasi dadaku yang putih, pentilku yang pink, aku bergaya di depan kaca, vaginaku mulus tanpa bulu dan pink, thanks obat dari irfan.
'Clek' suara pintu dibuka 'bruk' pintu ditutup, aku menoleh, aku kira itu adalah penata busana, namun itu hanya si Irfan, dia masuk menggunakan jas hitam dan celana panjang kain hitam dengan sepatu vantoufel hitam, aku tersenyum, "hai sayang, kirain setan," ucapku, dia memeluku dengan mesra dan mencium bibirku.
"Hmm, manisnya bibirmu,pake perasa mangga ya?" tanyanya, tersenyum membelai rambutku yang masih basah, "kamu nanti malam kaan resepsi kan, aku juga akan hadir disana, jadi sebaiknya kita ngentot disini atau disana?" godanya meremas pantat sekalku.
"Auh, nakal kamu ya, sekarang aja, masa di sana, bisa enggak jadi nikah aku," ucapku melepas kancing baju hem satu persatu di balik jasnya, lalu membuka sabuknya, dan resletingnya, nampak celana dalam nya mengembung, dan aku dapat melihat titit putihnya menyembul dari atas, "imut banget nih titit," ucapku, kembali mencium sambil meraba titit itu dengan tangan kananku.
Irfan mendorongku berlahan, dan aku duduk di ataas meja rias, dia menciumiku dengan lembut dan tanganya meremasi susuku, "aku salapi ya, biar suamimu kaget melihat puting pinkmu," ujarnya engambil salab dari kantong jas dalam, dia memilin milin putingku dan nampak tersenyum menghadapku.
aku menggigit bibir bawahku, dan mengelus tititnya dari sempaknya, celana panjangnya jatuh ke bawah, dengan halus aku menarik celana dalamnya dengan jari kakiku, "vaginaku juga dong sayang," ucapku setelah sempaknya turun selutut.
Irfan nampak mengerti dan sekarang menyalapi vaginaku dengan lembut, dia mencubit kelentinku, "urghhhhmmm," aku menghadap langit langit kamar itu, merem melek aku dibuatnya, dia menjilati leher jenjangku dan aku meremasi rambutnya, bokongku aku maju majukan, seperti ingin supaya tanganya meraba lebih dalam, ingin vaginaku dioboknya.
"Sayang, kalau ntar kamu mandi peju gimana, apa calon suamimu tidak curiga?" tanya Irfan halus di telingaku.
"ntar mandi lagi, bersih lagi kan, pokoknya kamu puasin nafsuku dan sore ini kita ha...Arrrfh" irfan mencekeku, lalu dia mencium mulutku, meludahi mulutku dan menghisap lidahku, "argh yeah babe," aku mencambak rambut Irfan kencang, mncakar lehernya, nampak irfan membuka jasnya dan membiarkan tanganku mengelus dadanya dan menarik hemnya.
"Keras kan, brutal kan?" ujarnya lalu meludahi mukaku, dia menariku dan membantingku ke sofa, badanku tertelungkap di sofa sementara bokongku berada di lengan sofa, irfan menabok bokongku, "gini kan, GINI KAN HAH!" serunya menabok bokongku.
"ARGGH yeah yeaaaah gini Fan giniiih," ucapku, menoleh ke belakang, dan mencengkram jas irfan yang dia buang ke sofa.
Irfan menyalepi tititnya dan memasukanya ke dalam duburku, aku melototo ke depan dangan lidahku melet, "orghhh yeah babe aaargh" cercauku. 'seet seeet seeet," bokongku di genjot, nikmat sekali, sampai aku terkentut kentut.
"hahhaah, ngentut ya sayang," ucapnya menggigit punggungku dan dia terus menggenjotku, lama dia dalam keadaan ini, dia menarik tanganku, membuat tubuhku terangkat dan dia duduk di kursi rias, sementara aku dia paksa berputar menghadapnya dengan tititnya dia tancapkan ke vaginaku, "ayo menarilah sayang, menarilah," pintanya, menabok susuku.
Aku bagai wanita jalang, menari di pangkuanya, pinggangku memutar dan tanganku memegangi susuku, aku memandangnya dan menjulurkan lidahku bagai anjing, "heh heh heh yeah bbabee nikmat yeah," ceracauku, merasakan tititnya di dalam vaginaku, berdansa di dalamnya, aku sekarang bertumpu pada meja riasku, dan memaju mundurkan vaginaku, tangan irfan meremasi susu dan bokongku sementara mulutnya terus menghisapi susuku. 'crak' kursi riasku nampak akan patah, dengan sigap Irfan menggendongku dan menidurkanku terlentang di lantai, dia kembali duduk di sofa dan kakinya menginjak vaginaku, dia goyangkan kakinya itu dengan lembut, makin kencang dan kencang.
"Urgh ah yeah yeah YEAH," ceracauku, "terus sayang, hmmm," aku terus meremas dadaku.
"clek' pintu dibuka, aku kaget aku kira itu alvin, ternyata hanya adiku si nadine," ka...kakak!" serunya kaget.
"sini bangsat, gabung ma kita," seru Irfan, memanggil Nadine, nadine pun mendekat malu, dia mengenakan gaun hitam bertali satu, tangan irfan menarik tangan nadine dan dia pun tertidur di pangkuan Irfan tepat di depan titit Irfan, irfan menyingkap gaun itu ke atas dan menarik celana g string adiku ke bawah, dia lalu mengobok vaginanya, nampak Nadine menggigit bibir bawahnya.
"gimana din, nikmat kan?" seruku, tersenyum, nadin hanya diam dan lidahnya menjilati titit Irfan, "hahahaha dasar perek," ucapku.
"Sayang, entot, entotin sayang, aku pengen," ucapku, irfan pun langsung menjambak nadin dan beridiri, dia berjongkok dan membuatku tidur bagai ayam, kakiku membentuk huruf M dan dia mengentotku dengan brutal, "uuugh yeah yeah YEah," ceracauku sambil memeras susuku sendiri. aku melihat Nadine, dia asik duduk di sofa dan nampak menggenggam sofa dan jas milik irfan, tangan Irfan mengobok vagina nadine, lalu dia menarik kaki nadine dan menjilati vagina Nadine, gaun Nadine sudah berantakan,dia menarik ke atas gaun itu dan sekarang ida hanya mengenakan g string tanpa BH, bagai seorang stripers dia meremasi dadanya.
Irfan menggunakan teknik dewanya, jarinya mengangkat kelentin nadine dan mulutnya menghisap kelentin itu, nadine pun orgasme "Arrrghhhhhh arghhh," nadin nampak menikmati, 'serrrrrrrrrrrrr' air cintanya muncrat membasaki wajah irfan, lalu irfan menciumiku, "jilatin wajahku dong say," aku pun menjilati wajah irfan bagai anjing, aku menghisap lidah irfan, merangkulnya mesra, mencakarnya kasar. aku menoleh ke arah Nadine, nampak dia mengobok obok vaginanya sendiri dan meremas susunya sendiri, "Say, tuh liat pereknya napsu lagi," ucap Irfan, aku pun mendorong irfan dan naik ke sofa, aku duduk di pangkuan Nadine, aku membelai rambutnya yang basah oleh buih, dan mencium bibirnya, kami beerciuman, vagina kami berhimpitan, irfan nampak mengulurkan tititnya di tengah vagina kami dan memaju mundurkanya, "Hahaha jadi hotdog," serunya memegangi pinggangku dan mulai menarik mendorong tititnya, aku dan nadin terus berciuman mesra, sekarang nadin bagai ayam sementara aku juga bagai ayam, vagina kamu berpadu mencepit titit Irfan, "Fhan khamu bis minhum jamhu ya?" tanyaku,
"Iya, biar kuatm biar puas kamu, tau gini aku minum ektra, biar kalian berdua puas," dia membalik badanku dan sekarang mengentotku lagi dengan brutal, tangan nadine meremasi dadaku, dan kakinya mengunci kakiku, vaginaku naik ke atas karena terdorong nadine, "sip, tag team tag team," seru Irfan mencium nadine yang kepalanya nampak menyembul di sebelahku,
"sHieet fan, oorgh enak enak enak!" seruku, 'serrrrrrrr' aku orgasme, dia lalu menariku dan kini menggenjot adiku, dengan posisi yang sama, aku yang lemas tergeletak di lantai dan kepalaku tepat di bawah titit Irfan yang tengah membuat busa putih di vagina nadine, aku menghisap tetesan air dan menjilati bola titit Irfan, "fan jangan di dalam lo ya, awas kamu," ucapku, memperingatkan Irfan, tanganku memainkan vaginaku kembali.
Irfan menarik lepas tititnya dan memasukanya ke dalam mulutku, dia mencium Nadine dan tanganya meremasi dadanya nadine, 'cruut crut cruuut crut crrrut,' maninya mancur ke dalam tenggorokanku, dan aku meminum habis semuanya, dia menyudahi ciumanya dan menarik tititnya, dia menjambak nadin dan memaksanya menciumku, "teletubies, berbagi peju, berpelukaaaaaaan," candanya tertawa meninggalkan kami yang berciuman, mani irfan numpah dari mulutku, mengalir ke perrutku dan nadine menjilati mulutku, nampak irfan mengenakan pakaianya kembali, dia tertaw amelihatku yang napsu berciuman dnegan adiku sendiri. "nikmatin ya sayang, dia mengelus kepalaku dan menabok bokong nadine, meninggalkan kami berdua dan membanting pintu ruangan.
"kak, nikmaaaaat banget, itu tadi siapa sih," tanya nadine, tertidur, menjadikan pahaku bantal, "Irfan, kekasih kakak, jangan kamu berani ngesex tanpaku dengannya!" aku mencubit pentil nadine yang mulai tumbuh, "Auh, iya iya, tapi kalau kak alvin boleh ya," nampak Nadine bercanda, "iya terserah kalau itu," ucapku tak begitu perduli. "kak yuk mandi berdua!" ajaknya, menggandengku untuk mandi, dan kamipun mandi berdua, di dalam kamar mandi kami saling berciuman, saling sabun, saling raba sampai kami orgasme, akupun memakai handuk dan pindah keruang sebelah, aku takut nanti jika kau tetap disana, bau peju akan membuat curiga semua orang, aku meminta OB gedung itu untuk membersihakanya, "bersiin ya mas, ntar kamu boleh ngentot adiku," aku menunjjuk Nadine yang duduk di sofa, memakan popcorn, masih memakai handuk menonton tv di ruangan kotor itu. Aku lalu meninggalkan ruangan itu dan mengunci pintunya, "Mas, jangan di dalam ya, buang diluar!" teriaku tersenyum.
Dan benar, selang sepuluh menit penata busana datang, dua orang wanita, aku bisa mencium bau mereka, bau peju dan bau parfum Alvin "dasar bangsat, dia ngentot sama dua cewek ini tadi," batinku, tersenyum dan mempersilahkan mereka masuk, satu jam lamanya mereka mendandaniku dan aku terlihat cantik sekali, "makasih ya mbak, gimana kontol calon suamiku besar enggak?" ledeku, membuat mereka malu, dan merekapun meninggalkan ruangan, nampak di luar Rei menatapku terkesima, "cantik banget mbak," ucapnya. terdengar dari ruangan sebelah samar samar suara nadine meronta, meminta tolong, tapi meronta karena nikmat, minta tolong supaya lebih lama di entot atau apa aku enggak tau.
Rei duduk di sofa di sebelahku dia melepas jas birunya, pintu aku biarkan terbuka, karena kau tau Alvin pasti akan kembali sebentar lagi, aku enggak mau dia kisruh dengan Rei, "Kamu cantik sekali," ucapnya mengelus lengan putihku, membuatku berdebar, lalu dia mencium leherku dan sedikit menggigit kupingku, "Rei, jangan ah, ntar suamiku lihat," ucapku mendorongnya. tiba tiba RIo masuk keruangan dengan kaos singlet hitam dan celana jeans. lalu dia menyeret Rei, memukulnya hingga pingsan, aku berteriak takut,"Rei, rei," aku meronta, karena Rio mendorongku, dia melepas resleting gaunku dan membuangnya kelantai, lalu dia menamparku, dia menarik bhku dengan keras hingga putus, dan mengikatkan ke tanganku, "tidak cuh cuuh ," aku meludahi Rio, membuatnya marah dan dia mencambak, menamparku, "Dasar perek hina, gara gara kamu aku dipecat, gara gara kamu kacungku rei memberontak, gara gara perek kaayak kamu!" Rio memaksaku mengemut kontol hitam menjijikan miliknya," EMut lonte jahanam! awas kalau enggak enak! aku bunuh kamu!" ucapnya sadis, akupun mengemut, namun Rio tidak puas, dia menggenggam kepalaku dan memaju mundurkanya, "Arrgh mulut mu enak perek, lonte!" serunya, dan dia pun ejakulasi didalam mulutku, saking penuhnya kau melepehnya danmengalir ke perutku, dia menamparku dan mengemut susuku, kali ini dia berusaha memasukan tititnya ke vaginaku, dan tak muat, "Lonte vaginamu looh sempit, tititnya Rei sama pacarmu kecil ya?" tanyanya, memaksa masuk ke vaginaku, "Jangan jangan jaaaaaangaaaaaaan argh argh arghhhh" dia menggenjot, namun tetap saja tidak masuk semua tititnya.
ALvin datangd an terkejut dia nampak memukul Rio, namun Rio menepisnya, dan balik memukul Alvin, Irfan masuk ke dalam tersenyum dia mengeluarkan pistol dan (DOR) dia menembak kepala Rio, "Aaaaaaaaaaaaaaaaa" pekiku, takut, ALvin menarik badan Rio dan memeluku, "tidak papa, tidak papa sudah tidak papa sayang tidak papa," Alvin menenangkanku, aku merasa ALvin, walau dia brengsek, namun dia sangat cinta padaku, aku melihat Irfan, nampak merokok dan berjalan pergi meninggalkanku, dia membopong Rei bersamanya, tak lama orang orang berdatangan, dan kasus itu ditutup, mayat Rio di bakar, di kremasi dan di buang ke laut, supaya tidak ada yang mengetahui kejadian itu, Rei sendiri di sekolahkan oleh Alvin, karena Alvin merasa jika Rei berusaha menolongku, sementara Irfan, irfan mendapatkan rasa terima kasih dari ALvin, uang, pengaruh, kekuasaan dan tentunya mendapatkan akses ke tubuhku, sebagai dokter pribadi kami, dokter keluarga kami.
aku masih penasaran, apa maksut senyuman Irfan tadi, apa semua ini rencananya?
to be continue at
https://v1.semprot.com/threads/keluargaku-lanjutan-dari-pacar-gelap.1254054/#post-1897106048