Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Panggil aku senpai SEASON 2 (Update Chapter 2)

Jadi kamu #TeamErika #TeamAriel atau #TeamAmel ?

  • #TeamAmel

    Votes: 41 21,0%
  • #TeamAriel

    Votes: 54 27,7%
  • #TeamErika

    Votes: 48 24,6%
  • #TeamGita

    Votes: 27 13,8%
  • #TeamVivi

    Votes: 25 12,8%

  • Total voters
    195
Semoga cerita tetap berlanjut suhu

Saya merasakan apa yang suhu rasakan saat ini :((:((:((
 
Yaaah, Erikanya udah mau grad karena dapet beasiswa buat kuliah di Jepang :(
Gimana nasib Senpai?
 
Senpai, gak ada niatan update kah? Si erika udah grad nih :tidak:
 
PART 9

KEPADA SELURUH PENUMPANG ARGO PARAHYANGAN TAMBAHAN DENGAN JADWAL KEBERANGKATAN PUKUL 23.20, SAAT INI KERETA ANDA SUDAH TERSEDIA DI PERON 1, DIPERSILAKAN KEPADA SELURUH PENUMPANG KERETA API ARGO PARAHYANGAN TAMBAHAN UNTUK NAIK KE DALAM KERETA


Suasana stasiun gambir sudah cukup sepi, karena saat ini sudah pukul 23.15, dan aku masih belum naik ke kereta. Kenapa?

"Sen-pai!! Maaf aku telat.. hhh.... tadi susah banget dapet gojeknyaa.." Erika terengah-engah sambil sedikit terbatuk. Ia baru saja muncul beberapa detik yang lalu, berlari-lari menenteng travel bag dan sebotol air mineral.

"Siapa suruh berenti? Ayo!" aku menyambar tangannya dan segera berlari menuju boarding gate. Kami bergegas masuk ke dalam dan berlari di sepanjang eskalator. Aku berlari di depan sambil menarik tangan erika. Aku merasa agak kasihan padanya karena harus dipacu berlari seperti ini, tapi berhubung ia sudah biasa berlatih fisik, aku pikir bukan masalah.

"Silakan pak gerbong prioritas di paling belakang, nomor kursinya sudah tertera ya pak," ujar pramugari kereta api.

"Makasih mbak," kataku langsung berlari menuju gerbong paling belakang yang dicat berwarna coklat. Aku menghambur masuk dan langsung berjalan mencari tempat duduk. Erika mengekor sambil tersengal. Setelah menemukan tempat duduk kami, aku menaruh barang-barangku dan barang erika ke kompartemen lalu kami pun duduk. 5 detik berselang, kereta berangkat.

"Alhamdulillah masih sempat.." kata erika sambil tersengal. Mukanya merah padam karena kecapekan dan rambutnya yang coklat terurai berantakan.

"Kusut banget astaga hahahahaha" aku tertawa melihatnya.

"Iiihh senpai mah!!" Erika sebal dan berusaha mencubit lenganku, namun aku dengan tangkas menghindar.

"Lagian suruh siapa telat. Udah tau kan jadwalnya jam segitu. Kereta ini cuma nunggu kamu doang nih buat berangkat, kasian penumpang yang lain jadi nunggu.."

"Iiih senpai maah!! Maaf atuuuh... kan aku udah bilang tadi-"

"Udah sana napas dulu, terus minum." ujarku sambil mengatur bantal leher dan menyetel musik di hp. Sementara erika tertunduk mengatur napas, kemudian menengadah, menyibak rambutnya kebelakang, dan minum.

Sebenarnya itu gerakan yang biasa saja, tapi karena yang melakukannya Erika, aku tidak bisa tidak melihatnya tanpa merasa kagum. Kecantikan yang natural dan aura yang sangat memikat melekat padanya, dan yah, aku jadi melamun.

uw4XENZ.jpg


"Senpai?" erika bertanya

".. eh iya, nih snack pesenan kamu.."

PARA PENUMPANG YANG TERHORMAT
PERJALANAN KALI INI MENEMPUH WAKTU SEKITAR 3 jam 57 menit
JIKA ANDA MEMBUTUHKAN BANTUAN ATAU INFORMASI ANDA DAPAT MENGHUBUNGI AWAK CREW KAMI YANG BERTUGAS
DEMI KENYAMANAN BERSAMA KAMI HIMBAU UNTUK MENJAGA BARANG BAWAAN ANDA
TERIMA KASIH


Argo Parahyangan kelas Priority sedikit berbeda dengan kelas Eksekutif yang biasa kunaiki. Tempat duduknya sendiri-sendiri. Pupus sudah harapanku untuk tidur sambil bersandar bersama Erika.

"Perjalanan masih panjang, tidur deh kamu." kataku yang mendapati erika tengah menguap.

"... hhhoaammm.. iyaa nih aku capek banget senpai, seharian latihan, lanjut Saka Agari, langsung meluncur keseini, makanya agak telat dikit. Untung izinnya acara kak Kinal jadi mau gamau mereka ngijinin aku pergi duluan. Walaupun aku juga sadar beberapa orang kayak kak nadila, kak acha, kak rona, dan kak nat masang ekspresi gak suka, bahkan ci desy terang-terangan nunjukin ekspresi kesel, tapi aku gak peduli! Hehe."

"Yaampun, segitunya kah?" tanyaku

".. kalau mau cerita lengkapnya nanti aja yaah.. aku ngantuuuk..." Erika menguap kembali dan mengucek matanya.

"Hahaha oke oke, jangan lupa itu maskernya dipake, biar gak mangap tidurnya hahahahha"

"Iiih nyebelin! Aku tidur! Bye!" Erika tenggelam di tempat duduknya.

Aku menyiapkan headphone dan mencari lagu di Spotify. Setelah menemukan lagu dan playlist yang pas, aku mengencangkan sedikit volume dan bersiap untuk tidur.


Mental wounds not healing
Life's a bitter shame
I'm going off the rails on a crazy train
I'm going off the rails on a crazy train


**

Aku sepertinya sedang bermimpi.
Karena di depanku, ada sosok yang aku kenali, sosok yang aku hapal betul bentuk wajahnya, suaranya, bahkan ukuran sepatunya. Sosok tersebut tersenyum dan bergerak ke arahku. Rasanya mustahil hal ini terjadi di dunia nyata.

"Kamu boleh kemana-mana sekarang, tapi kamu harus inget, siapa yang pertama kali bawa kamu kesini." sosok itu berbicara dengan tegas sebelum berbalik badan. Aku masih bisa melihat dengan jelas motif polkadot di bajunya sebelum sosoknya mengabur dari pandangan. Kemudian aku merasa tubuhku diguncang dan terdengar suara dari jauh

"... Senpai.. ?"

Aku terbangun dengan pemandangan wajah erika beresolusi full HD berjarak 30cm dari wajahku.

".. hah?" aku bertanya sambil mengantuk

".. anoo... Aku mau pinjam charger boleh? Punyaku ketinggalan heheh.." erika terkekeh sedikit.

Tanpa membuka mata, tanganku bergerak merogoh saku jaketku dan mengeluarkan charger iPhone. Sebenarnya aku pengguna android, tapi aku belajar dari pengalaman semenjak eril dan amel sering menginap, mereka seringkali lupa membawa charger, dan hp mereka iPhone. Jadi kubeli saja satu charger iPhone untuk mereka pakai. Dan tentunya, Erika juga memakai iPhone.

"Hatur nuhun senpai~" erika tersenyum mengambil charger lalu berlalu ke tempat duduknya.

Apakah memang semua member jeketi ceroboh dan selalu lupa untuk membawa charger?

Oh, tidak. Kinal tidak pernah lupa.

Tapi, kinal sudah bukan member.

**

PENUMPANG YANG KAMI HORMATI, SEBENTAR LAGI KERETA API ARGO PARAHYANGAN AKAN TIBA DI TUJUAN AKHIR STASIUN BANDUNG. BAGI ANDA YANG AKAN MENGAKHIRI PERJALANAN DI STASIUN BANDUNG KAMI PERSILAKAN UNTUK MEMPERSIAPKAN DIRI. PERIKSA DAN TELITI KEMBALI BARANG BAWAAN ANDA JANGAN SAMPAI ADA YANG TERTINGGAL ATAU TERTUKAR


"Senpai.. ayoo baanguun..!!" Erika mengguncang-guncang badanku hingga aku terbangun.

"Hoahhmm.. udah sampe.." aku menggeliat sebentar lalu bangkit berdiri untuk mengambil barang-barang kami. Sesuatu yang salah untuk dilakukan, karena kereta masih melaju dengan cepat dan rawan bagi kita untuk kehilangan keseimbangan.

Celakanya, bukan aku yang kehilangan keseimbangan, tapi seorang perempuan berhijab di belakangku yang menubrukku karena terjerembab.

".. aduhh... Maaf mas.. aduhh.. maaf maaf.." katanya seraya membereskan bawaannya yang terjatuh. Aku bergegas membantunya.

"Gapapa teh selow aja.." kataku seraya membantu membereskan barang-barangnya tersebut.

"... Eh.." perempuan itu ternganga saat ia melihat wajahku.

"... Loh...??? Lita??" aku mengenalinya sebagai temanku saat SMP dan SMA.

"Hahahahaha ternyata ketemunya disini ya! Sori loh pake nabrak-nabrak + barang jatuh segala"

"Haha iyaa, kayak sinetron aja.. oiya, kenalin ini Erika" kataku seraya menarik Erika.

"Haloo, Erika" katanya sambil mengulurkan tangan.

"Lita," balasnya menjabat. "Duh bisa aja nyari calonnya, dibawa ke Bandung mau dikenalin ke ortu yah? Hahahaha"

Muka erika (dan sepertinya mukaku juga) memerah.

"Haha engga laah, main aja kesini, kebetulan ada acara lamaran temen nanti siang," balasku sambil menata perasaan saat menjawab. Erika hanya tersenyum.

Kereta berhenti.

"Nah, yuk kita turun," kataku singkat sembari dengan cepat mengambil bawaanku dan duffel bag Erika.

Kami bertiga berjalan bersama menyusuri peron menuju pintu keluar.

"Itu bapak.. hai pak! Tebak aku satu kereta sama siapa.." ujar Lita bersemangat.

"Pak Basuki!" aku segera menghampiri ayah Lita dan menyalaminya. Sun tangan lah lebih tepatnya.

"Apa kabar nih? Sehat?" kata pak Basuki

"Sehat om Alhamdulillah.."

"WW sehat juga?"

"Sehat juga om hehe,"

"Kemarin baru liat beliau di CNN, saya langsung pikir kamu pasti nemenin beliau disana juga."

"Haha iya om, lumayanlaah ketemu AM dan ZH walaupun gak sempet foto bareng"

"Hebat euy ketemu orang penting terus, memang calon pejabat kamu ini," ujar pak Basuki tertawa sambil menepuk-nepuk bahuku.

"And who might this lucky girl be?" Pak Basuki mengalihkan pandangan pada gadisku yang masih mengenakan bantal leher.

jfkKwvt.jpg


"Erika, pak," katanya ikut menyalami Pak Basuki.

"Seleramu dari dulu selalu berkelas ya, hahaha," Pak Basuki terbahak sambil menepuk bahuku lagi. "Yasudah, saya pamit duluan ya, main-main lah nanti ke rumah, om sama lita lagi coba masakan Turki, pasti akan menarik." ujarnya.

"Hahahaha siaap om!"

"Dadaah!" ujar Lita sambil mengajakku dan Erika toss.

"Daah!" aku melambai pada mereka yang tengah berjalan menjauh. Aku kemudian bergegas melewati lorong di sebelah kanan dan berhenti di lobby stasiun.

"Ini kita gimana senpai?" Erika bertanya.

"Aldi udah siapin driver untuk jemput kita, bentar kucari namanya.... Nah," aku menekan layar handphone dan menelepon nomor tersebut.

"Halo..,"

"Hal... Ah itu dia, pak! Pak!" aku melambai kepada sosok laki-laki berbaju hitam yang juga sedang menelepon. Lalu aku menutup telepon dan menghampirinya.

"Pak Edi ya? Saya temennya Aldi pak." tanyaku

"Nah iya betul pak, yaudah kita langsung ya pak, saya telepon Wahid dulu." ujar Pak Edi. Tidak lama, sebuah mobil Fortuner hitam menjemput kami di Lobby. Aku membuka pintu bagasi dan melempar barang bawaan kami kesana. Kemudian menuju bangku penumpang dan duduk. Pak Edi duduk di kursi depan disamping Pak Wahid yang adalah driver. Rupanya, mereka berdua adalah "ajudan" yang dikirim Aldi untuk menjemput kami.

"Lezzgo pak," kataku. Mobil kemudian tancap gas dan melaju perlahan.

"Coba buka jendela kamu deh," kataku pada Erika.

Erika menurut, dan langsung memekik, "dingin!" katanya. "Tapi enak sihhh seger banget, gak kayak Jakarta," sepanjang perjalanan, Erika menikmati angin malam Kota Bandung dan aku mengobrol dengan kedua "ajudan" kami.

Setengah jam kemudian kami tiba di sebuah Resort di kawasan Dago Tea House, di bagian utara Kota Bandung.

"Sudah sampai pak," kata Pak Wahid. Pak Edi bergegas turun dan membuka bagasi, bellboy bergegas menghampiri kami dan mulai menurunkan barang-barang kami.

Aku menatap Erika, dilihat dari wajahnya, ia belum mengantuk.

"Erika," panggilku.

"Hmm?"

"Mau lihat sunrise?" tanyaku.

"MAU MAU MAU!! dimana?? Emang disini ada???" Erika mendadak antusias dan mengacung-acungkan tangannya.

"Aku tau suatu tempat, dijamin kamu suka deh.. disana bisa lihat sunrise, bisa ngopi-ngopi juga, dan yang paling penting..." aku mendadak berhenti, erika mengangguk-angguk penuh semangat, "....... Bisa makan Indomie kuah." kataku.

"MMMAAAAUUUUU!!!!" erika meraung kegirangan.

"That's the spirit!" ujarku. "Biar aku ngomong sama pak Edi," aku kemudian turun dari mobil dan menghampiri kedua ajudan dan menjelaskan rencanaku.

"Boleh sih pak, tapi kalau bapak yang nyetir sendiri gaboleh, karena kami ditugaskan untuk memfasilitasi bapak dan ibu, jadi biar kami antar pak, saya tau kok jalan kesana, ini barang-barang biar langsung diantar ke kamar saja," ujar Pak Edi.

"Nah, bagus kalau begitu, hayu atuh pak," kataku seraya melangkah masuk kembali ke dalam mobil. 5 menit kemudian, mobil kami melaju membelah jalanan Bandung Utara.

"Mau versi tourguide atau versi pemandu wisata?" tanyaku pada Erika yang tertawa mendengar tawaranku.

"Itumah sama aja atuh senpai! Hahahaha, versi tourguide deh~" kata Erika.

"Okay, so we are driving through Jalan Ir. H. Juanda, also called Jalan Dago. The word 'Dago' derived from the Sundanese that means 'wait'. It came from the former citizen of Bandung whom worked as farmers. It is said that they were afraid to go to the woods since there were so many dangerous creature, neither living nor not. Because the legend of Sangkuriang and Prabu Siliwangi were so famous that time, people were scared to see the 'Tiger' that impersonate The Fallen King of Padjadjaran, Prabu Siliwangi, whom said that he were morphed into wild Tiger and was living in the woods. To overcome their fear, the citizen were decided to marched through the woods. And the rendezvous spot was where we belong now, the Dago." jelasku dalam mode Tourguide.

Erika mengangguk-angguk mendengar penjelasanku. "Jadi 'dago' itu asalnya dari kata 'dagoan' atau 'dagoin' yang kalau diartikan ke Bahasa Indonesia itu 'tunggu', jadi semacam tempat janjian gitu ya disini sebelum pada pergi ke hutan," ujar Erika menyimpulkan.

"Yup, hutan tersebut adalah kawasan perbukitan di bagian Bandung Utara yang terhubung dengan Gunung Tangkuban Perahu dan terdapat Sesar atau Patahan yang dikenal dengan nama Sesar Lembang. Kota Bandung dan kawasan Bandung Raya merupakan dataran tinggi yang dikelilingi perbukitan dan Gunung. Bukit Dago merupakan salah satu Bukit di daerah Utara. Sedangkan di bagian Selatan, kita mengenal kawasan Pangalengan, Ciwidey, dan Patenggang." jelasku dalam mode Pemandu Wisata.

"Hoo gitu... Terus kalau Bandung itu dataran tinggi, kok bisa banjir? Kan sering masuk berita tuh." Erika bertanya.

"Nah itu banjirnya di Bandung bagian Selatan, tepatnya di daerah Bale Endah, yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung. Makanya Kang Emil suka marah-marah kalau dituduh Bandung banjir, karena toh yang banjir di Kabupaten kol hahaha.."

"Tapii kan kasihan senpai, rumahnya kebanjiran setiap tahun.." kata erika sambil menerawang membayangkan nasib warga Bale Endah.

"Hahaha, justru harusnya kamu heran dong, udah tau setiap tahun kebanjiran, kok masih tinggal disitu? Itu kan daerah bantaran sungai, jadi ya wajar aja banjir karena debit air sungai yang meningkat di musim hujan, membuat rumah di pinggir sungai adalah sebuah kesalahan." kataku.

"Iyasih... Tapi kan kasiaan ih.. pemerintah Kabupatennya ngapain aja kerjanya?" Tanya Erika.

"Hahahaha, itumah emang warganya aja yang bandel neng," terdengar jawaban dari Pak Edi yang diikuti tawa dan anggukan persetujuan dari Pak Wahid. Aku pun ikut tertawa.

"Iih kok pada ketawa.. jangan ngetawain akuu.." ujar erika sambil memukulku, aku menerima saja pukulannya, toh tidak berasa juga

"Hahahaha, jadi gini neng, itu rumah memang rumah kosong. Pemerintah Kabupaten Bandung, dibantu Pemda Jawa Barat sudah membangun pemukiman baru untuk mereka di kawasan yang bebas banjir. Perumahan yang sangat layak huni. Tapi ya sayangnya mental Masyarakat kita kan begitu, maunya disuapin terus. Jadilah mereka setiap hujan deras dan banjir melanda, mereka 'bersandiwara' dengan mengunjungi rumah lama mereka, berbekal barang seadanya + perahu karet. Tujuannya ya supaya dapat sumbangan terus." jelasku.

"Yaampun... Gak nyangka... Tapi kok media kita memberitakan terus, harusnya orang media, apalagi orang Bandung sendiri kan, pasti lebih tau keadaannya lah.." ujar Erika.

"Yaa memang, tapi kan Bad News is a good news, semua dihalalkan demi rating, meskipun harus menurunkan kualitas news value." kataku.

Erika manggut-manggut mendengar penjelasanku. Kemudian menatap kearah belakangku.

"Itu dia! Gedung Sate!" Erika menunjuk bangunan di arah belakangku. Aku tersenyum, tanpa menoleh, aku lanjut menjelaskan. "Gedung Sate digunakan sebagai kantor pusat Pemda Jabar. di sebrangnya, ada Lapangan Gasibu, singkatan dari Gabungan Asosiasi Sepakbola Indonesia Bandung Utara. Untuk diketahui, Bandung pada tempo dulu dibagi menjadi dua bagian, utara dan selatan, yang dipisahkan oleh Rel Kereta. Ya, rel yang tadi kita naiki." jelasku lagi.

"Gedung sate dan lapangan Gasibu ini udah ada dari jaman dulu ya? Terus kok gak terbakar? Bukannya ada peristiwa Bandung Lautan Api? Aku pikir seisi kota Bandung kebakaran.." Erika bertanya kembali.

"Enggak gitu neng, peristiwa itu di daerah Bandung Selatan, daerah-daerah Moh. Toha, Buah Batu, Dayeuh Kolot, Leuwi Panjang, dll" ujar pak Wahid membantu menjawab.

"Hoo gitu... Terus terus, Bandung ini sendiri artinya apa?" Erika kembali bertanya.

"Bandung itu kurang lebih kalau diartikan adalah cekungan. Seperti Baskom laah, karena letaknya dikelilingi banyak gunung dan bukit." jelasku lagi. Kurasa lebih baik menggunakan mode Pemandu Wisata demi kebaikan bersama.

"Nah, sekarang ini kita menuju salah satu bukit yang tidak setenar Dago dan Lembang, tapi punya ciri khas sendiri. Pernah dengar Saung Angklung Udjo?" tanyaku pada Erika.

"Pernah! Itu orkestra Angklung gitu kann.. terkenal banget itumah, aku waktu SD di Jepang aja sering banget disuguhin pertunjukkan Angklung, dan waktu cerita ke papa, dia senang, katanya aku gaboleh melupakan akarku sendiri." kata Erika.

"Yes betul, Angklung merupakan Warisan Budaya Indonesia yang telah diakui oleh dunia Internasional, namun sayangnya, sempat diklaim Malaysia. Kesenian Angklung berasal dari tanah Pasundan. Orang-orang Sunda pada zaman dahulu kala mengumpulkan batangan bambu hitam untuk dijadikan alat musik. Sebuah pertunjukan Angklung biasanya dilengkapi dengan set kendang, wayang orang, dan tidak jarang menggunakan alat orkestra. Seperti di Saung Angklung Udjo ini," ucapku seraya menunjuk plang Saung Angklung Udjo di sisi kanan jalan.

Mobil kami terus melaju membelah jalan Padasuka. Perjalanan yang cukup menyenangkan jika dilakukan siang hari karena pemandangan yang tersaji adalah hamparan hijau perkebunan dan ladang warga. Tetapi tujuan kami saat ini adalah melihat Matahari terbit, jadi tentunya yang terlihat hanyalah pemandangan bentang alam malam hari yang cukup seram karena gelap dan banyak tebing curam. Sepanjang perjalanan, kulihat beberapa kali Erika memejamkan mata sambil komat-kamit.


15 menit kemudian


"Selamat datang di Warung Daweung!" aku berseru pada Erika. Ia menghela nafas panjang setelah tahu bahwa kami telah tiba di tempat tujuan.
 
turut berduka untuk Gradnya Erika Ebisawa Kuswan. semoga senpai sabar.


by the way,
seumur-umur hidup di bandung, gapernah tau sejarah Dago. padahal hampir dilewatin terus :(
 
turut berduka untuk Gradnya Erika Ebisawa Kuswan. semoga senpai sabar.


by the way,
seumur-umur hidup di bandung, gapernah tau sejarah Dago. padahal hampir dilewatin terus :(
Akuh kuat, masih punya energy untuk gebukin si Dimas

Duh euy malu-maluin pisan, harus banyak naik bus Bandros kamu mah
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd