[size=+2]Edisi Lebaran[/size]
*part 4*
-Rudi-
"Aduuuh, Rudi," Nisa melenguh saat aku menghisap payudaranya. Kuarahkan jemariku ke bawah sana, mengelus vagina Nisa yang mulus itu.
"Nisa, payudara kamu makin montok yaa?" tanyaku sambil mengelus payudara Nisa yang satunya.
"Eh, emang iya? Jangan diremesin terus, nanti makin gede, aku ga mauu," Nisa menahan tanganku dengan panik.
"Ga apa-apa, Nisa. Aku suka kok," jawabku sambil membelai puting Nisa yang mulai mengacung tegak
"Ga mauu, malu sama temen-temen. Rudi lepasin, nanti kedengeran bunda ah!" Nisa tiba-tiba menyentil telingaku, membuatku terdiam. Aku menatapnya dengan tatapan marah. Nisa kaget melihat tatapanku.
Hihihi! Aku kerjain lagi kamu, Nisa.
"Nisa nakal! Uda berani ya nyentil aku. Ini hukuman buat Nisa," aku tersenyum senang sambil memaju mundurkan penisku dalam vagina Nisa.
"Rudiii, nanti ketahuan bunda," Nisa semakin panik saat aku terus mencumbui tubuhnya. Aku senang bikin Nisa keenakan tapi ketahuan kaya gini, mukanya itu loh, bikin aku tambah semangat deh.
"Rasakan serangan Rudi si perkasa," godaku di telinga Nisa sambil meremas payudaranya yang tampak semakin membesar. Malam itu kami sukses melupakan niat silahturahmi kami di rumah bundaku.
____________
"Muuuaaach," aku mencium kening Nisa, sementara ia meringkuk manja dalam pelukanku. Hari ini merupakan hari raya, dan kami bersilahturami di rumah orang tuaku, namun kami malah asik sendiri di dalam kamar. Maklum pengantin baru.
"Rudi, kita ga apa-apa nih? Ga enak sama bunda loh."
"Ga apa-apa Nisa sayang, mereka pasti ngerti kok," jawabku sambil mengelus perut Nisa dan pelahan naik ke arah payudaranya.
"Rudi mau ngapain? Kan tadi uda," Nisa menatapku tanpa berusaha menghentikan apa yang kulakukan. Kayaknya Nisa uda mulai suka deh aku pegang-pegang gini, hehehe.
"Abisnya kamu cantik sih, jadi aku kepengen lagi," jawabku sambil mengecup bibir Nisa dan mengarahkan penisku menuju vagina Nisa.
"Nisa ga mau, capeee. Liat tuh uda jam 2 pagi. Kita ke sini mau silahturahmi tauuu, bukan beginian," Nisa menahan dadaku. Aku menatapnya dengan tatapan memelasku yang sakti, tapi Nisa tak bergeming.
"Nisa tidur dulu ya, besok kan kita mau jalan-jalan sama bunda dan ayah," lanjut Nisa sambil memunggungiku. Aku pun menyerah dan tersenyum kepada punggung Nisa.
Minggu ini adalah minggu terakhir bulan madu kami, minggu depan kami akan kembali menjalani aktivitas kami masing-masing. Namun aku sangat senang, karena setiap aku pulang kerja, aku akan di sambut oleh senyum cantik dan tingkah manja istriku ini.
[size=+2]-CLOSING Spesial Edition-
*Nisa PoV*[/size]
Begitulah hariku, mengalami hari-hari yang penuh kemesuman bersama suami tercinta.
.
.
.
Iya tercinta, mau semesum gimana punm tetep aja aku cinta dia, aku juga bingung. Kok bisa sih aku suka ma Rudi, padahal tak pernah terbersit di pikiranku kalo lelaki yg mesum bgt kayak Rudi akan jadi suamiku.