Tragedy
Kami berempat turun didepan lobby hotel terbesar di kota pekanbaru. Kadang aku merasa beruntung bisa bekerja di perusahaan ini. Perusahaan yang bisa memberikan fasilitas terbaik.
Aku,Helen,Wardi dan Thomas mulai hari ini ditugaskan ke site project perusahaan kami yang ada di Riau. Tugas kami lebih mirip pencari-cari kesalahan terus dilaporkan ke kantor pusat untuk dicari solusinya.
Helen sebagai satu2nya wanita di tim kecil ini bertugas untuk mengumpulkan data baik softcopy maupun hardcopy dibantu oleh Thomas. Sementara aku dan Wardi bertugas mengumpulkan data lapangan. Data ini kemudian akan kami gabungkan dan kami periksa.
Secara manajemen sebenarnya aku atasan mereka bertiga. Tapi mungkin karena aku kurang berjiwa 'pemimpin',yang tampak baik di kantor asal kami maupun dilapangan aku malah menempatkan diri setara dengan mereka.
Positifnya,mereka maupun staff lainnya lebih terbuka denganku. Kerjaan pun lebih sempurna karena mereka tidak segan-segan mengoreksi dan mendebat kalau ada keputusanku yang salah. Negatifnya,di bandingkan manajer lainnya,aku tidak pernah mendapatkan 'penghormatan' yang ideal sebagai manajer.
Tapi aku tidak perduli. Pertama kali bekerja selepas tamat kuliah,aku sudah dinasehati bokap. "Ndak apa-apa pangkat Kopral tapi Kualitas Jenderal. Daripada pangkat Jenderal kualitas Koprol." Aku hanya tertawa mendengarnya. walaupun hari ini kuakui apa diucapkan bokapku ada benarnya.
"Ri,elo di lt.7 sama Helen cuma beda kamar. Nih room 703 dan 710" Thomas menyerahkan kartu kamar sesaat setelah selesai check in.
"Aku dan Wardi di lt.9 room 917." Memang sebagai manajer aku mendapat jatah kamar sendiri. Sedangkan Helen karena dia,satu2nya wanita 'terpaksa' mendapatkan kamar sendiri. Aku menyerahkan kartu room 703 kepada Helen.
Karena rasa lelah,aku memutuskan untuk memberikan briefing singkat kepada mereka saja di lobby ini.
"Hari ini acara bebas saja. Kalian bebas mau kemana asalkan besok pagi jam 8 kita semua sudah berkumpul di lobby ini untuk berangkat ke lokasi."
"Ok,Bro. Sipp..." ucap Wardi dan Thomas hampir berbarengan. Sedangkan Helen cuma mengacungkan jempolnya sambil berjalan kearah lift.
Dari awal aku sudah begitu antusias dengan perjalanan dinas kali ini. Ya,Helen penyebabnya. Tapi untuk menghindari kecurigaan aku memilih sikap seperti biasanya saja. Malah kutambahkan sedikit drama didepan istriku. Pasang wajah sedikit sedih plus pelukan hangat. Meneteslah airmata istriku.
Kuletakkan koper kecilku dan tas laptop di meja kamar. Aku menghela nafas. Kuambil air minum yang tersedia dan kuminum beberapa teguk untuk menghilangkan rasa haus. Kupandangi sekeliling kamar. Kemudian aku duduk di sofa. Kakiku kunaikkan keatas meja. Sedikit terbayar rasa lelahku.
Tidak tahu berapa lama aku tertidur di posisi begini,aku terbangun gara2 dering telepon kamar.
"Halo,Ri..." suara Helen terdengar diseberang sana.
"Yoi,Len.." aku menjawab dengan kondisi 1/2 sadar
"Lagi ngapain loe?"
"Ah,Gue ketiduran. Capek bgt rasanya."
"Capek apanya? Loe pasti ngambil DP jatah sebulan dari istri lu kan?"tuduh helen sambil ngakak.
Aku sebenarnya agak heran ngelihat si Helen. Sebagai selingkuhanku dia sama sekali gak pernah menampakkan rasa cemburu terhadap istriku. Bahkan sejak kepulangan istriku,hampir 3 minggu aku tidak menjamahnya. Ngobrol pun cuma masalah pekerjaan.
"Pijatin gue dong,Len.Please!" kubuat suaraku sedikit manja di telepon. Berharap memang bisa dipijat sambil bugil.
"Lu kemari dong kalo mau gue pijat." harapanku disambut tantangan. Tentu aja kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Aku segera menutup pintu kamar dan melangkah ke kamar Helen. Terbayang sudah tubuh mulus Helen.
Tiba didepan kamar Helen,kupencet bel dan pintu segera terbuka. Helen menyambutku dengan pelukan. Kedua tangannya merangkul leherku dan mencium bibirku dengan mesra.
Sambil melangkah kedalam kamar pelukan dan ciumannya tidak terlepas. Kubalas pelukannya dengan menggerayangi tubuhnya yang masih terbungkus baju kerja.tanganku merayap masuk meraba dadanya yang masih dicover oleh BH. Setan didalam diriku menyarankan,jangan terburu-buru menelanjangi Helen. Slow but sure. Nikmati saja sensasi foreplay dalam kondisi berpakaian.
Tangan kiriku kemudian meraba punggungnya. Dibalik pakaiannya. Ciumanku kini berpindah ke pipi dan lehernya. Sesekali kujilat dan kugigit kecil telinganya. Hembusan nafasku menerpa tengkuknya. "
Ahhhh....,Ri" Helen mendesah. Tangan kananku masih meremas susunya yang terbungkus BH. Sesekali jari tanganku menyusup ke lembah payudaranya dan menggelitiknya.
'Pistol air'ku mulai mengembang seiring sentuhanku di tubuh Helen. Helen sendiri seolah lupa dan hanya memelukku dengan erat dan menikmati semua prosesnya. Beberapa kali dia berusaha melepas baju dan roknya agar aku lebih leluasa. Tapi aku menahannya. Benar juga kata si setan,nikmat juga foreplay dalam keadaan terbungkus. Gak heran juga lontong yang dibungkus daun pisang rasanya luar biadab
Tanganku terus turun dan mengusap perutnya. Bibirnya yang masih melekat lipstick terus 'kuhajar' dengan bibirku. Tak terasa tanganku sudah turun menyusup kedalam roknya. Kurasakan celana dalamnya sedikit basah. Dari celah cd nya kuraba dan kuremas vagina plontos dengan lembut. Vagina yang basah oleh lendir. Vagina yang 'segel' nya dicabut oleh penisku satu2nya.
Dari punggung,tangan kiriku berpindah ke pantatnya. Kuremas dan kubelai pantatnya. Buat Helen,pantat bukan titik sensitifnya. Aku hanya ingin variasi.
Mendadak,
"BROOOOOTTTTT....."
Terdengar suara kentut yang cetar membahana dari lubang pantat yang kuremas.
Aku terkesima! Terpukau! Aku bengong seperti orang yang hilang kesadaran.
Pelukan kami terlepas dan Helen ngakak terguling-guling di ranjang. Wajahnya merah padam berusaha menahan ketawa. Begitu tersadar aku ngakak juga sampai sempoyongan.
"Busyet,Len! Sadis bener kentut loe!"
'Ujang'ku yang tadi sudah bersemangat sampai sesak napas dijepit cd-ku langsung loyo gara2 tawa kami yang menggema.
Tengkiu,setanku yang manis. Kau sudah membuat foreplay kali ini menjadi FARTPLAY