Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My Mother's

Chapter 6

POV Orang Ketiga


Satu bulan setelah prahara yang terjadi, semua kembali berjalan normal. Ati dan Guntur akhirnya benar-benar bercerai. Tiwi sudah beberapa kali mencoba menjelaskan dan mencoba mendekati Ati, namun Ati masih belum bisa menerima Tiwi lagi sebagai kakaknya. Hubungan mereka seakan terputus. Tapi beberapa kali Lutfi dan adiknya, Rio masih mengunjungi rumah Ati dan Ati sambut mereka dengan senang meskipun ia tidak lagi berkomunikasi dengan Tiwi. Sementara Guntur memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya yang terletak di provinsi sebelah. Tiwi dan Ati sama-sama ingin menutupi masalah ini dari para tetangga dan lingkungan sekitar. Meskipun Ati sangat sakit hati dengan kakaknya tapi dia masih ingin menjaga nama baiknya. Tapi, meskipun begitu sayup-sayup berita tentang perselingkuhan Guntur dan Tiwi mulai tersebar di lingkungan sekitar. Mungkin karena saat itu ada beberapa tetangga yang melihat dan mendengar ketika sedang terjadi cekcok di rumah Tiwi saat itu.

Malam itu Lutfi sedang keluar menuju ke warung dekat rumahnya untuk membeli minuman kopi yang ia sukai untuk menemani ia begadang ngegame. Disana ada beberapa bapak-bapak yang berusia sekitar 40-an sedang nongkrong sambil bermain catur dan menonton tv.

Bapak A : “Eh itu anaknya Bu Tiwi tuh”

Bapak B : “Iya, eh itu katanya adiknya Bu Tiwi cerai gara-gara suaminya selingkuh sama Bu Tiwi ya?”

Bapak C : “Oh, si Guntur? Masa sih?”

Bapak B : “Iya sih denger-denger gitu beritanya”

Bapak A : “Masa Bu Tiwi mau sama Guntur? Dia kan wanita karir udah gitu selama ini kan imejnya dia orang yang berpendidikan gitu”

Bapak B : “Ya kita kan gak tau aslinya gimana ya gak?

Bapak C : “Wah tapi kalo beneran menang banyak sih si Guntur itu. Bu Tiwi body nya aja bahenol kaya gitu. Teteknya aja udah kaya mau tumpah terus itu”

Bapak A : “Iya kalo lihat dia lagi jalan-jalan pagi gitu behh.. pengen coli aja gua bawaannya”

Bapak B : “Iya sih gue juga mau kalo selingkuh sama Bu Tiwi. Gue genjot itu memeknya tiga hari sekali”

Bapak C : “Yeee ngayal lu. Lu kira obat apa tiga kali sehari.”

Setelah mengambil minuman kesukaannya, Lutfi pun membayarnya dan segera kembali pulang ke rumahnya.

Bapak C : “Dek! Kalo butuh papa baru bilang ya ini banyak yang mau daftar hahaha”

Lutfi yang mendengar itu cuma diam saja dan melanjutkan langkah kakinya menuju rumah.

Saat itu kalender sekolah memasuki liburan semester kenaikan kelas. Tiwi menawarkan kepada Lutfi dan Rio untuk liburan ke rumah kakek dan nenek dari mendiang papanya. Rumah kakek dan nenek mereka terletak di kota yang berbeda dan berjarak tempuh sekitar tiga jam perjalanan menggunakan mobil. Lutfi dan Rio pun setuju, mereka juga sudah kangen dengan kakek dan nenek mereka. Sementara Tiwi hanya akan mengantarkan mereka kesana karena ia masih harus masuk kerja. Akhir pekan pun tiba dan Tiwi mengantar kedua anaknya kesana. Rencananya mereka akan liburan disana sampai dua minggu dan selama itu Tiwi akan tinggal sendiri di rumah.

POV Tiwi

Setibanya di rumah orang tua Mas Hendro, kedua anakku langsung menurunkan tas nya dan langsung masuk ke rumah. Mereka sangat bersemangat karena sudah lama tak berjumpa dengan kedua kakek dan neneknya itu. Aku pun ikut masuk dan menyalami mereka. Setelah sekitar sejam beristirahat disana aku memutuskan untuk langsung pulang. Aku berpamitan dengan kedua mantan(?) mertuaku dan juga kedua anakku. Aku juga berjanji ke mereka akan menjemput setelah dua minggu lagi. Aku pun mengendarai mobilku sendiri. Di sepanjang perjalanan aku berpikir apa yang akan aku lakukan di rumah nanti. Pagi sampai sore aku memang bekerja, tapi setelah itu apa? Tidak ada kedua anakku yang biasa mewarnai hariku. Hubunganku dengan Ati juga masih belum membaik sama sekali. Aku punya teman sih tapi pasti dia juga sibuk dengan keluarganya. Lihat saja nanti lah.

Sesampainya di rumah aku langsung masuk dan mandi. Aku merasa sangat lelah sekali. Setelah mandi aku langsung mengenakan baju tidurku dan duduk di sofa sambil menonton tv. Beberapa saat kemudian aku merasa lapar. Aku lupa kalau dari tadi aku belum makan. Bahkan terakhir makan adalah saat sebelum mengantar anakku pergi ke rumah kakek nenek mereka. Tapi badanku sudah lelah sekali. Mungkin masak mie instan saja yang gampang. Segera aku cek ke lemari tapi ternyata stok mie instan ku sudah habis. Aku yakin pasti Lutfi yang sudah menghabiskannya karena anak itu sangat suka begadang sambil makan mie instan. Biasanya kalau seperti ini aku meminta tolong Lutfi atau Rio untuk membelikan di warung sebelah. Karena mereka berdua sedang tak di rumah mau tak mau aku harus beli sendiri. Aku juga sudah lama tidak ke warung itu. Aku ambil dompet dan langsung menuju keluar rumah. Setelah melewati gerbang rumah aku baru sadar jika aku tidak menggunakan jilbab. Bahkan, aku hanya memakai pakaian tidur tanpa bra dan celana dalam sama sekali. Karena terlalu malas untuk kembali dan perutku sudah lapar aku putuskan untuk tetap menuju ke warung itu.

Beberapa meter dari warung aku lihat disana ada beberapa bapak-bapak yang sedang nongkrong sambil bermain catur. Tanpa menghiraukan mereka aku langsung menuju ke pemilik warung yang bernama Bu Yati.

Yati : “Eh Bu Pratiwi. Saya kira siapa tadi. Abis saya ga pernah lihat Bu Pratiwi keluar ga pake jilbab sih.”

Tiwi : “Iya tadi buru-buru sih bu jadi lupa hehehe”

Yati : “Tumben kok kesini sendiri? Dek Lutfi sama Dek Rio kemana bu?”

Tiwi : “Mereka lagi liburan di rumah kakek neneknya. Tadi saya antar makanya ini baru nyampe rumah saya.”

Yati : “Oh gitu. Mau beli apa bu?

Tiwi : “Mau beli mie instan yang goreng satu sama telurnya seperempat ya bu”

Yati : “Iya bu tunggu sebentar ya”

2f772741433cdf95b7f925a0b1178dbc37975cc6-high.webp


Semenjak aku berjalan sampai sekarang aku berada di depan warung, aku merasa bapak-bapak itu dari tadi sedang memperhatikanku. Mataku pun melirik sedikit ke arah mereka dan benar saja tiga orang itu sedang melihatku. Mereka seperti seekor hewan pemburu yang telah menemukan mangsanya. Mereka seperti siap menerkamku kapanpun. Bukannya aku merasa risih tapi entah aku malah merasa senang mereka perhatikan. Aku malah seolah-olah senang memamerkan badanku ini. Apalagi sekarang aku tidak menggunakan pakaian dalam sama sekali. Entah mengapa tiba-tiba tubuhku merasa sangat bergairah. Putingku tiba tiba mengeras dan menyentuh bajuku. Serrr.. bajuku bergerak karena hembusan kipas angin dari dinding warung itu dan menggesek putingku yang sudah mencuat keras dan tercetak dengan jelas di bajuku. “Ini bu. Totalnya Rp 10.000” kata Bu Yati sambil membawa barang pesananku. Aku pun langsung mengambil uang di dalam dompetku. Ketika mengambil uang terbesit pikiran nakalku di otak. Kujatuhkan uang recehku ke arah bapak-bapak tadi. Aku pun mengambil uang receh itu sambil menunduk menghadap mereka tanpa memegangi bagian atas bajuku yang terbuka dan menampakkan belahan dadaku ini. Setelah beberapa detik memamerkan asetku ini ak kembali berdiri dan menyerahkan uangku kepada Bu Yati. Setelah mengambil pesananku tadi aku segera kembali ke rumah.

Setelah masuk rumah bukannya langsung memasak mi instan tadi, aku langsung menuju kulkas dan mengambil timun. Aku langsung menuju sofa dan melepaskan celanaku. Langsung kutancapkan timun itu ke dalam vaginaku. “Aaahhhhh..” desahku. Setelah dari warung tadi entah mengapa aku merasa sangat terangsang. Tubuh ini merasa sangat bergairah. Apa karena tadi aku diperhatikan oleh bapak-bapak itu? Apa karena aku tadi sedikit menggoda mereka? Ahhhh.. Terus kumainkan timun ini di dalam lubang kenikmatanku ini. Aku sudah tak ingat kalau aku tadi sedang lapar. Yang ada sekarang hanyalah perasaan horny. Terus kukocok timun itu hingga aku mencapai klimaks dan kukeluarkan cairanku “Aaahhhhhh”.

POV Orang Ketiga

Setelah Tiwi melangkah pergi dari warung Bu Yati.

Bapak A : “Wiihhhh.. Lihat gak tadi bro?”

Bapak B : “Mau pulang aja lah gue. Gak tahan lihat body nya Bu Tiwi tadi. Pengen ngentot bini gue aja lah kalo gini. Udah sange banget gue.”

Bapak C : “Gilaaa.. Baru kali ini gua lihat Bu Tiwi keluar gak pake jilbab bro. Mana pentilnya ngecap gitu. Bisa-bisa nya ga pake beha dia keluar rumah”

Bapak B : “Iya mana tadi waktu dia ambil recehannya yang jatuh behhh… Bisa putih banget gitu teteknya. Gede banget lagi. Padahal tinggal dikit lagi keliatan tuh putingnya”

Bapak A : “Bu Tiwi kali orangnya binal juga ya bro?”

Bapak B : “Ah mending langsung ke rumahnya aja lah. Gue entotin tuh janda bohay”

Bapak C : “Yeee… yang ada lu ntar malah digebukin warga mampus lu”

Bapak A : “Kalo Bu Tiwi nya sendiri mau gimana?”

Ketiga bapak-bapak itu terus membayangkan Pratiwi yang tadi sudah ‘menggoda’ mereka ketika membeli mi instan di warung.

Keesokan paginya. Tok.. tok.. tok.. Paket.. Tiwi pun terbangun mendengar suara itu. Ternyata sudah jam 8 pagi. Ternyata semalam Tiwi langsung tertidur setelah memuaskan diri di sofa itu. Tiwi tertidur hanya menggunakan baju tanpa celana. Sementara timun yang ia gunakan untuk menusuk-nusuk memeknya tergeletak di samping. Ia merasa sedikit pusing. Segera Tiwi berdiri dan langsung mengenakan celananya kembali karena dia tahu di depan pintu sudah ada kurir paket yang sedang menunggu. Dengan pakaian yang masih berantakan dan bagian atas kancing bajunya terbuka, Tiwi membuka pintu rumahnya. Si kurir itu sedikit kaget melihat penampilan Tiwi yang seperti tadi. “Maaf bu, ini ada paket atas nama Pratiwi Ekawati” kata kurir itu. “Iya saya sendiri mas” balas Tiwi. Kurir itu pun menyerahkan paket itu kepada Tiwi. “Saya izin ambil fotonya ya bu” ucap sang kurir. “Iya mas silahkan” balas Tiwi lagi. Cekrek.. Kurir itu pun mengambil foto Tiwi yang sedang memegang paket. Di foto itu nampak belahan dada Tiwi yang terlihat sangat jelas karena dua kancing teratas pada bajunya tidak terpasang. “Wah pagi-pagi udah dapet bacol aja nih.” pikir kurir itu dan ia langsung pergi kembali melanjutkan perkejaannya.

7438c941bd75fb2a4bfaecb7e401e38604a7de85-high.webp


Setelah meletakkan paket itu di meja. Tiwi langsung menuju ke dapur untuk memasak mi instan yang ia beli semalam. Ia sudah sangat lapar. Ia pun menyantap makanan itu di sambil menonton tv di ruang keluarga. Ting.. Sebuah notifikasi pesan muncul dari hp nya. Ia pun membuka pesan itu. Ternyata dari salah satu grup ibu-ibu di lingkungannya. Disitu tertulis ajakan untuk mengikuti kegiatan senam pagi yang dilaksanakan di kelurahan. Tiwi merasa tertarik mengikuti kegiatan itu. Dulu Tiwi cukup rajin mengikuti kegiatan senam bahkan dia sempat mengikuti salah satu sanggar senam yang ada di sekitar rumahnya. Hanya semenjak melahirkan anak keduanya, Tiwi tidak mengikuti sanggar itu lagi dan hanya beberapa kali saja ikut senam bareng dengan ibu-ibu di kelurahan.

POV Tiwi

Buru-buru setelah menghabiskan sarapan aku menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi aku memandangi tubuhku di depan kaca. Sebenarnya tubuhku masih sangat bagus untuk ukuran wanita yang hampir berusia 40 tahun. Banyak teman-teman ku sekolah dulu atau teman kantorku yang seusia denganku tapi badan mereka sudah melar. Kuangkat-angkat payudaraku yang biasa tertutup oleh bra berukuran 36DD ini. Masih lumayan kencang kurasa. Kucubit-cubit perutku. Sepertinya sudah sedikit berlemak. Aku harus mulai rajin berolahraga lagi sepertinya. Aku ingin perutku kencang seperti dulu lagi. Jadi aku pun memutuskan untuk ikut kegiatan senam pagi itu.

Selesai mandi aku menuju ke kamar. Aku pun membuka lemari dan memilih-milih baju yang akan kugunakan. Sepertinya aku masih menyimpan baju senamku dulu. Setelah mencari-cari beberapa saat, aku berhasil menemukannya. Kuambil baju itu dari tumpukan. Kupasang dulu sport bra di dadaku dan kupakai celana dalam dulu. Lalu aku coba memakai baju senamku itu. Ternyata sedikit terasa ketat. Aku masih bisa bergerak dengan leluasa sebenarnya karena bahan dari baju ini cukup melar, tapi baju ini terlalu ketat sehingga bentuk tubuhku terlihat cukup jelas. Ah, tak apa lah. Siapa tahu disana ada laki-laki yang bisa terhibur dengan melihat tubuhku ini. Aku makin senang memamerkan tubuh indahku ini ke laki-laki lain.

Aku berangkat dengan sepeda motor menuju ke kantor kelurahan. Disana sudah banyak ibu-ibu yang berbaris siap untuk melaksanakan senam. Segera aku turun dari motor dan menuju ke barisan itu. Ternyata instruktur senam pagi saat itu adalah temanku di sanggar senam dulu. Kami pun berbincang sebentar, saling menanyakan kabar masing-masing. Senam pun di mulai.

POV Orang Ketiga

Tiwi mengambil barisan paling samping kanan. Ia mengikuti senam dengan semangat dan enerjik.

Ibu A : “Itu Bu Tiwi kan ya? Udah lama dia gak ikut senam.”

Ibu B : “Iya bu. Denger-denger kemarin dia ada masalah sama adiknya sendiri.”

Ibu A : “Masalah apa bu?”

Ibu B : “Iya katanya Bu Tiwi selingkuh sama suami adiknya sendiri.”

Ibu A : “Masa sih bu? Bukannya suaminya Bu Tiwi baru aja meninggal”

Ibu B : “Katanya sih begitu. Bener nggak nya saya ga tau. Tapi adiknya bener-bener cerai loh sama suaminya.”

Ibu A : “Wah masa sih Bu Tiwi setega itu. Dia kan selama ini kelihatan kaya orang baik-baik. Mana suaminya baru meninggal juga.”

Ibu B : “Liat aja tuh bajunya Bu Tiwi ketat banget sampe kaya gitu. Mungkin sengaja dia mau godain laki orang”

Ibu A : “Husss… Jangan gitu deh bu. Kita kan ga tau yang sebenernya gimana”

Sementara itu Tiwi masih mengikuti gerakan-gerakan senam yang dicontohkan oleh instruktur. Di sekitar tempat senam ada beberapa bapak-bapak yang sedang duduk ngobrol sambil minum kopi. Dari tadi senam dimulai mereka memerhatikan dengan seksama. Tapi bukan menyeleruh tapi pandangan mereka hanya tertuju pada Pratiwi saja. Mereka hanya bisa menelan ludah melihat Tiwi dengan baju senamnya yang ketat itu. Payudaranya yang kencang tercetak dengan jelas di baju itu. Tiwi pun sadar jika dia sedang dipandangi oleh mata-mata para lelaki itu. Tapi Tiwi malah makin senang dan semakin semangat mengikuti senam.

8d78492164aac63fcb635c357698c397075557ef-high.webp
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd